Anda di halaman 1dari 27

1.

Pengertian suppositoria

a. Menurut Lachman hal 3 : 1147

Suppositoria adalah suatu sediaan padat yang umumnya

dimasukan kedalam rektum, vagina dan jarang digunakan untuk

uretra.

b. Menurut Ansel 4 : 576

Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang

pemakaiannya dengan cara memasukan melalui lubang atau celah

pada tubuh, dimana ia akan melebur, melunak atau melarut dan

memeberikan efek lo9kal atau sistemik.

c. Menurut scoville's : 367

Suppositoria adalah bentuk sediaan padat yang disisipkan

pada salah satu lubang tubuh kecuali mulut. suppositoria diformulasi

untuk melunak atau melebur, melarut atau hancur pada suhu tubuh.

umumnya suppositoria digunakan dalam rektum, vagina atau uretra.

d. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III : 32

Suppositoria adalah sediaan farmasi yang digunakan melalui

dubur, umumnya berbentuk torpedo dapat melarut, melunak dan

meleleh pada suhu tubuh.

e. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV : 16

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot

dan bentuk, diberika melalui rektal, vagina dan uretra, umumnya

melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.


f. Menurut Parrot : 382

Suppositoria adalah suatu sediaan padat yang ditunjukan

untuk dimasukan kerektum, vagina, atau suppositoria melunak atau

melarut dalam rongga tubuh.

g. Menurut RPS18 th:1609

Suppositoria adalah sediaan padat dengan bentuk

bervariasi, pengobatan dapat diselipkan. suppositoria dapat

melunak, meleleh atau melarut dalam cairan rongga tubuh.

h. Menurut R.Voight : 291

Suppositoria adalah sediaan berbentuk silindres dengan

atau kerucut berdosis dan berbentuk mantap dan ditetapkan untuk

dimaksudkan kedalam rektum, sediaan ini melebur pada suhu tubuh

atau melarut dalam lingkungan berair.

i. Menurut DOM Martin : 834

Suppositoria adalah sediaan yang diberikan melalui bagian

tubuh yakni vagina, rektum atau uretra.

j. Menurut DOM King : 87

Suppositoria adalah obat-obat yang sulit dari berbagai

ukuran dan bentuk yang cocok untuk dimaksudkan kedalam rongga

tubuh biasanya rektum.


Kesimpulan

Berdasarkan dari beberapa literartur dapat disimpylkan bahwa :

Suppositoria adalah sediaan padat berbentuk torpedo,

silindres atau kerucut yang digunakan melalui rektal, vagina dan

uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh

dan dapat memberikan efek lokal dan sistemik.

2. Bentuk-Bentuk Suppositoria

a. Menurut RPS18th: 1609

- Suppositoria Rektal

Untuk dewasa bentuknya runcing pada salah satu atau

kedua ujungnya. biasanya berbobot 2 gram untuk dewasa. untuk

anak-anak beratnya1/2 dari suppositiria. dewasa bahan obatnya

mempunyai efek sistemik seperti sedatif transquiser dan analgetik.

suppositoria rektal untuk dewasa beratnya 2 gram apabila ia

menggunakan basis lain beratnya mungkin lebih besar atau lebih

kecil dari 2 gram.

- Suppositoria Vagina

Biasanya berbentuk bulat, oral dan memiliki berat 2 gram.

pengobatan vagina memiliki bentuk fisik yang bervariasii seperti

krim gel.

- Suppositoria Uretra

Dikenal sebagai bougi yang tidak dijelaskan spesifik baik

bobot maupun bentuknya secara tradisional, basis yang


digunakan oleum cacao, suppositoria untuk mengikuti bentuk

silindres berdiameter 5 cm dan panjang 5 cm.

b. Menurut Parrot : 382

- Suppositoria Rektal

Bentuknya kerucut atau silindres lonjong, rektal suppo

beratnya 1,2 gram panjangnya kurang lebih 30 mm berdiameter

10 mm.

- Suppositoria Vagina

Bentuknya bundar atau oval, beratnya bervariasi dari 3-9

gram.

c. Menurut FI IV : 17

- Suppositoria rektal

Untik dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua

ujungnya dan biasanya berbobot kurang lebih 29.

- Suppositoria Vagina

Umumnya berbentuk bulat atau bulat tektir dengan bobot

kurang lebih 5 gram dibuat dari zat pembawa yang larut dalam

atau dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau

gelatin trigeliserinasi.

d. Menurut Ansel : 597

- Suppositoria rektum

Panjangnya kurang lebih 32 mm (1,5 inci) bentuknya

silindres atau ujunya tajam, beberpa suppositoria untuk rektum


diantaranya ada yang berbentuk dseperti peluru, torpedo atau

jari0jari kecil tergantung pada bobot jenis bahan obat dan basis

yang diguakan, beratnyapun berbeda-beda. USP menetapkan

beratnya 2 gram un tuk orang dewasa bila oleum cacao yang

digunakan sebagai basis sedang suppositoria untuk bayi dan

anak-anak ukurannya dan bentuknya 1/2 dari ukuran berat untuk

orang dewasa bentuknya kira-kira seperti pensil.

- Suppositoria untuk vagina/versarium

Biasanya berbentuk bola panjang atau lonjong atau seperti

kerucut, sesuai dengan komperdik lainnya 2 gram apabila basis

oleum cacao, sekali lagi tergantung pada macam-masing pabrik

pembuatannya. berat suppositoria vagina ini berbeda-beda.

- Suppositoria untuk salura urin/bougie

Bentuk rsmping seperti pensil gunanya untuk dimasukan

kedalam saluran urin pria atau wanita, suppositoria untuk saluran

urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang kurang lebih

140 mm walaupun ukuran ini masi bervariasi satu dengan yang

lainnya. suppositoria untuk wanita panjang dan beratnya 1/2 dari

ukuran untuk pria, panjangnya kurang lebih 70 mm dengan

beratnya 2 gram, inipun bila oleum cacao basisnya.

- Suppositoria hidung dan telinga

yang disebut juga kerucut telinga, kedua berbentuk sama

dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih


kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umunya diolah dengan

suatu basis gelatin yang mengandung glisderin.

e. Menurut Scovilles's : 370

- Suppositoria rektal

Dibuat dari thabrama oil biasanya memiliki berat 1-2 gram.

suppositoria dibuat dari basis selain minyak theobrama memiliki

berat yang bervariasi tetapi suppositoria umunya lebih besar

bentuknya seperti peluru meruncing pada salah satu ujungn ya

dan dibuat dengan ukuran yang bervariasu untuk menyusaikan

kebutuhan.

- Suppositoria vagina

Suppositoria ini lebih besar dari suppositoria rektal,

berbentuk biji bulat telur.

- Suppositoria Uretra

Panjang samping bentuk pensil dan salah satu ujungnya

runcing yang dimasukan kedalam uretra.

Kesimpulan

Berdasarkan dari beberapa literatur dapat disimpulkan

bentuk-bentuk suppositoria meliputi :

1. Suppositoria rektal memiliki bentuk yang bervariasi seperti

torpedo, peluru silindres ataupun berbentuk lonjong yang salah

satu ujungnya meruncing dengan berat 2 gram. Untuk orang


dewasa 1 gram untuk anak-anak dengan panjang kira-kira 10

mm dengan diameter 10 mm.

2. Suppositoria vagina memiliki bentuk oval, bulat atau lonjong

seperti kerucut yang biasanya diberikan untuk efek lokal dan

memiliki bentuk lebih kurang 5 gram apabila basisnya oleum

cacao.

3. Suppositria untuk uretra memiliki bentuk panjang dan runcing

dengan panjang sekitar 10 mm dan diameter 4-5 mm yang

dierikan untuk aksi lokal yang biasanya dengan antiinfeksi.

3.keuntuungan dan kerugian suppositoria

keuntungan

a. Menurut Lachman hal: 1148

digunakan untuk efek sistemik dalam kondisi dimana

pembuatan obat secara oral tidak akan ditahan atau diabsorbsi

secara tepat, seperti pada keadaan mual yang bobot dan

muntah atau paralitis ureus,

b. Menurut Ansel hal: 578

1. obat yang layak atau dibuat tidak aktif oleh PH atau

aktivitas enzim dari lambung atau usus tidak perlu di

bawa masuk ke dalam lingkungan.

2. obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa

menimbulkan rangsangan.
3. obat yang rusak dalam sirkulasi portal, dapat tidak

melewati hati setelah absorbsi pada rectum (obat

memasuki sirkulasi portal setelah absorbsi pada

penggunaan secara oral)

4. cara ini lebih sesuai digunakan untuk pasien dewasa dan

anak-anak yang tidak dapat atau tidak mampu menelan

obat.

5. merupakan cara efektif dalam perawatan pasien yang

suka muntah.

c. Menurut Parrot hal: 582

1. suppo digunakan untuk efek lokal dan sistemik

2. obat dan produk yang memualkan bagi orang yang

lemah seringkali tepat dalam bentuk suppositoria

d. Menurut Scovilles hal: 368

1. suppositoria tidak hanya digunakan aksi lokal tetapi juga

dari pemberian obat untuk efek sistemik.

2. pada dosis yang sedikit pada rectum menghasilkan

penyerapan dari bahan-bahan yang dapat larut dari efek

yang masuk langsung ke dalam sirkulasi vena.

3. obat dalam bentuk sedian ini sangat berguna dalam

keadaan dimana obat tidak dapat ditoleransi dengan

mulut sebab pasien menjadi lemah atu muntah dengan


beberapa alas an ini pemberian lokal ini memberikan

kontraindikasi.

e. Menurut RPS18 th: 1609

1. suppositoria digunakan untuk efek lokal dan sistemik

2. suppositoria dalam,kasus pemberian obat yang tepat

kepada yang tua dan mudah

kerugian

a. Menurut Ansel hal: 579

1. dosis obat yang digunakan melalui rectum mungkin lebih

besar atau lebih kecil dari pada yang dipakai secara oral,

tergantung kepada factor-faktor seperti keadaantubuh

pasien.

2. sifat fisika kimia obat dan kemampuan obat melewati

penghalang fisiologi untuk absorbs dan sifat basis

suppositoria serta kemampuannya melepaskan obat

supaya mudah untuk diabsorbsi.

b. Menurut Lachman hal: 1151

1. dinding membran meliputi satu lapisan mukosa yang

relative konstan yang dapat bertindak sebagai

penghambat mekanik untuk jalannya obat melalui pori-

pori.

2. suatu obat yang sangat sukar larut dalam minyak.


c. Menurut R Voight hal: 208

1. konsentrasi gliserol dalam massa suppositoria pada

basis gliserin harus serendah mungkin.

2. pemakaian suppositoria gliserol elastis dapat

menimbulkan kesulitan

Kesimpulan

keuntungan

1. berguna untuk pasien yang mudah muntah karena

digunakan bukan pada mulut

2. tidak menimbulkan rangsangan pada lambung

3. digunakan untuk efek sistemik dan lokal

4. pada saat absorbs, suppositoria tidak melewati hati,

sehungga tidak terjadi detoksifikasi pada obat

kerugian

1. prosesnya lambat

2. suatu obat yang sukar larut dalam minyak

3. absorbs obat dari suppositoria tidak konsisten

4. harus menggunakan konsentrasi yang rendah jika

menggunakan basis gliserol

5. pemakaian suppositoria gliserol-gliserin dapat menimbulkan

kesulitan
4. basis suppositoria

a. Menurut Ansel hal: 582-589

1. basis minyak atau berlemak

basis berlemak merupakan basis yang paling banyak

dipakai karena dosisnya oleum cacao termaksud

kelompok ini utama dan kelompok ketiga merupakan

golongan basis lainnya.yang biasa digunakan basis

sebagai suppositoria. macam-macam basis suppositoria

asam lemak terhidrolisis dari minyak nabati seperti

minyak paleu dan gabungan gliserida dengan asam

lemah dan berat molekul tinggi.

2. basis yang larut dalam air dan basis bercampur dengan

air, merupakan kumpulan yang penting dari kelompok ini

adalah gelatin gliserin dan basis gelatin suppositoria

vagina dimana dari unsur obatnya. basis gelatin gliserin

lebih lambat dari pada oleum cacao dan oleh karena itu

waktu penglepasan obatnya lebih lama.

3. basis lainnya

dalam kelompok basis lain ini termasuk campuran bahan

seperti lemak dan yang larut dalam air bercamour

dengan air.bahan-bahan ini mungkin berbentuk zat kimia

atau campuran zat fisika. beberapa diantaranya

berbentuk emulsi umunya dalam bentuk tipe air dalam


minyak atau mungkin dapat menyebar dalam cairan

berair. salah satu dari bahan ini polieksil 40. stearat satu

zat aktif pada permukaan yang digunakan dalam

sejumlah basis suppositoria dalam perdagangan.

b. Menurut Scoviles

1. Theobrama oil (minyak coklat)

minyak coklat adalah basis pertama dari suppositoria

dan sebagai dasar spesifik yang digunakan dan didapat

pada bibit coklat keras dan seperti lilin pada suhu biasa,

melarut pada suhu 85-90C (30-35C) dengan gaya

gravitasi spesifik kira-kira 0,06 dan dapat dimasukkan

lebih kecil dari bahan-bahan yang mengandung atau

dengan minyak dan berbau tengik.

2. gliserin-glatin

bahan ini bermacam-macam yang bisa digunakan untuk

basis suppositoria, suppositoria dibuat dengan gliserin

gelatin lambat larut dalam saluran cerna kemudian

berlanjut pada pelepasan bahan obatnya.

3. polietilen glikol

diformulasikan dengan oksidasi etilen dengan rantai

panjang berbeda secara signifikan memungkinkan berat

molekul rata-rata antara 200-700 yang menunjukkan


cairan dan sekitar 100 bagian berbentuk seperti lilin

padat.

c. Menurut RPS18 th : 1511

1. lemak coklat

lemak coklat adalah lemak coklat yang berbentuk dari

dosis gkiserida sekita 40% dan asam lemak

kandungannya di dalam lemak tak jenuh sebagian dari

bahan alami pastinya dipertimbangkan baik karakteristik

utama dari minyak coklat adalah bentuk polimerfisme

yang dapat beragam lebih dan satu bentuk Kristal pada

lemak coklat melebur dengan cepat pada temperatur

tubuh.

2. basis suppositoria lemak air

basis ini terdiri darikombinasi antara uap dangliber

sulfaktan basis suppo larut air memiliki keuntungan yang

substasial yaitu ketidak tergantungan pada suhu tubuh

3. glatin trigliserida

biasanya digunakan sebagai pembawa pada

suppositoria

kesimpulan

basis suppositoria terdiri dari basis berminyak atau berlemak seperti

oleum cacao (minyak coklat/minyak theobrama) basis yang larut dalam


air dan basis bercampur dengan air seperti gelatin gliseril, gelatin

trigliserida, basis lain seperti polietilen glikol

5.syarat basis ideal

a. Menurut Lachman hal: 1168

1. telah mencapai kesetimbangan kristalinitas, dimana

dimana sebagian besar komponen mencair pada

temperatur rectal 36C tetapi basis dengan kisaran leleh

lebih tinggi dapat digunakan untuk campuran

eutekrikum, penambahan minyak baesem-balsem serta

suppositoria yang digunakan pada iklin tropis

2. secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak

mengiritasi pada jaringan yang peka dan jaringan yang

meradang

3. dapat bercampur dengan semua jenis obat

4. basis suppositoria, tersebut tidak mempunyai bentuk

stabil

5. basis suppositoria, tersebut tidak mempunyai bentuk

stabil

6. basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada

pendinginan, sehingga dapat dilepaskan dari cetakan

tanpa menggunakan pelumas cetakan

7. basis suppositoria tersebut mempunyai sifat membasahi

dan mengemulsi
8. angka air tinggi maksudnya presentasi air yang tinggi

dapat dimasukkan ke dalamnya

9. basis suppositoria tersebut stabil pada penyimpanan

maksudnya warna, bau, serta pola penglepasan obat

tidak berubah

10. suppositoria dapat dinuat dengan mencetak dengan

cetak tangan, mesin, kompres atau ekstruksi

b. Menurut R voight hal 283

1. secara fisiologi netral, (tidak menimbulkan rangsangan

pada usus hal ini dapat disebabkan oleh massa yang

tidak fisiologis atau tengik,terlalu keras, juga oleh

kasarnya (bahan obat yang diuretik)

2. secara kimia netral (tidak menimbulkan pencampuran

dengan bahan obat)

3. tanpa alatropisme (modifikasi yang tidak stabil)

kesimpulan

- telah mencapai keseimbangan kristalinitas

- secara kimia netra seperti dapat bercampur dengan semua jenis

obat, secara keseluruhan basis tidak toksik, mempunyai sifat

membasahi dan mengemulsi angka air tinggi, basis suppositoria

tersebut tidak merangsang

- secara fisiologi netral seperti pola pelepasan obat tidak berubah,

tidak mengiritasi pada jaringan peka dan meradang


- tanpa alatropisme seperi basis suppositoria tersebut tidak

mempunyai bentuk stabil

- basis suppositoria tersebut menyusut seukupnya pada

pendinginan, sehingga dapat dilepas dari cetakan tanpa

menggunakan pelumas cetakan

- suppositoria dapat dibuat dengan mencetak dengan tangan,

mesin, kompresi atau ekstruksi.

7. Penggolongan Terapeutik Suppositoria

a. Menurut Lachman 3 : 1148

- Obat, obat dapat diberikan dam bentuk suppositoria baik untuk

efek lokal maupun sistemik. Aksi tersebut tergantung pada sifat

obat, konsentrasi dan laju absorbsinya, emilien, astringen, zat

antibakteri, hormon dan analgetik lokal diberikan dalam bentuk

suppositoria untuk mencegah lokal vagina , rektum dan uretra.

- Maksud utama pemberian rektal suppositoria adalah untuk

penngobatan konstipasi dan wasir selain itu suppositoria rektal

juga diberikan untuk sistemik berbagai macam obat diberikan

misalnya analgetik antipiretik, sedatif obat penenang dan

antibakteri.

- Suppositoria rektal juga digunakan untuk efek sistemik dalam

kondisi dimana memberikan obat secara lokal tidak akan ditahan

atau diabsorbsi secara tepat, seperti pada keadaan mual dan

muntah atau pada parangitis akut.


b. Menurut Ansel : 577

Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling

dering digunakan untuk menghilangkan konstipasi, rasa sakit,

iritasi, rasa gatal, radang, sehubunungan dengan wasir atau

kondisi ankretal lainnya.

Obat-obat yang umum digunakan adalah bichoromonosida

untuk mengurangi vaginitas yang disebabkan triconat vaginalis,

candida albicans dan mikroorganisme lainnya.

Aksi sistemik membran mukosa rektum dan vagina

memugkinkan absorbsi dari kebanyakan obat dapat larut, obat

yang digunakan melalui rektum dam bentuk suppo untuk

mendapatkan efek sistemik antara lain :

- Aminofilin dan teofilin dipakai untuk menghilangkan asma

- Proklorpenitine dan klorpromazine untuk menghilangkan rasa

mual dan muntah dipakai juga sebagai obat penenang

- Klorahidrat sebagai hiprofil sedatif

- Aksi morfin untuk analgetik inoskotik

- Belladon dan opium untuk efek antispasmodik dan analgetik

c. Menurut DOM Martin

Penggunaan terapi suppositoria

- Analgetik (menghilangkan rasa sakit tanpa menimbukan

ketidaksadaran).

- Anti adrenergi c. Cris stimulasi argotamin tartrat dan kofein


- Aminofilin untuk anti asma

- Anti jamur : Candiadin, iodoklonhidrogsiglin

- Anti mual : Klorpromazin, Trimetobenzamid dan benzokoin

- Anti Trichomazol : Furozilodone dan mitrofuroxine,

metronidazon

Kesimpulan

Berdasarkan dari beberapa literatur dapat disimpulkan bahwa :

- Efek lokal dapat digunakan sebagai emolien, astrigen zat

antibakteri, hormon steroid, anastetik lokal vagina, rektum atau

uretra konstipasi dan rasa gatal wasir atau kondisi anorektal

lainnya.

- Efek sistemik dapat digunakan dalam kondisi dimana obat

tidak dapat diberikan secara oral dapat berupa analgetik,

antiadrenergik, antiasma, antitriomiinal, katartik, hipotif sedatif

analgetik narkotika, antispasmodik dan analgetik, migren dan

antipiretik.

8. faktor-faktor yang mempengaruhi absorbs obat pada suppositoria

a. Menurut Ansel hal : 579-581

- Faktor fisiologi
Rectum manusia panjang 15-20 cm,pada waktu isi kolon

kosong, rectum hanya mengisi 2-3 ml cairan mukosa yang mest.

dalam keadaan istirahat, rectum tidak ada gerakan, tidak ada fili

dan mikrofili, pada mukosa rectum. Diantara faktor fisiologis yang

mempengaruhi absorbs obat dari rectum adalah kandungan

kolon, jalur sirkulasi dan Ph pada tablet adanya kemampuan

mikroskopik dari cairan rectum.

- Kandungan kolon

Jika efek sistemik yang digunakan maka absorbs yang

digunakan lebih besar lebih banyak terjadi pada rectum yang

kosong daripada yang berisi feses. Ternyata obat ini

berhubungan permukaan rectum dan kolon yang mengabsorbsi

dimana tidak ada feses. Keadaan lainnya seperti diare,

gangguan kolon akibat pertumbuhan tumor dan dehidrasi

jaringan, semua dapat mempengaruhi kadar dan tingkat absorbs

obat dari rectum.

- Jalur sirkulasi

Obat yang diabsorbsi melalui rectum, tidak melalui sirkulasi

portal sewaktu perjalanan pertamanya dalam sirkulasi yang

lazim, sehingga tidak dimetabolisme dihati. Pembuluh

hemoherdial, bagian bawah yang mengililingi kolon menerima

obat yang diabsorbsi lalu mengedarkan keseluruh tubuh tanpa


melalui hati, sirkulasi melalui getah bening membantu

oengedaran obat yang digunakan melalui rectum.

- PH dan tidak adanya kemampuan mendapar dari cairan rectum.

Pada dasarnya rektah pada PH 7-8 dan kemampuan menfdapar

tidak ada maka bentuk obat yang digunakan tidak ada, maka

bentuk obat yang digunakan melalui rectum.

b. Faktor fisik dari obat dan basis suppositoria

- Kelarutan lemak air

Obat yang hidrofilik sebaiknya mengguanakan basis yang

berminyak agar basis dapat melarutkan bahan aktif dengan

mudah, basis yang larut air misalnya PGE dalam cairan

tektum, semakin banyak obat yang dilepaskan untuk

diabsrbsi. Tetapi jika kadar obat mencapai kadar maksimum,

maka keceoatan absorbs tidak dipengaruhi lagi.

- Ukuran partikel

Untuk obat dalam suppositoria yang tidak larut maka

ukuran partikelnya akan dipengaruhi jumlah obat yang lepas

dan melarut untuk diabsorbsi, semakin kecil ukuran partikel

maka semakin mudah untuk melarut dan lebih besar

kemungkinan untuk cepat diabsorbsi.

- Sifat basis harus mampu mencair, melunak, melarut, supaya

melepaskan kandungan obatnya untuk diabsorbsi supaya

apabila terjadi interaksi antara basis dengan obat ketika


dilepas, maka absorbs obat akan terganggu atau mudah

dicegah.

Kesimpulan :

Berdasarkan dari beberapa literatur dapar disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengarihi absorbs obat / suppositoria

meliputi :

a. Faktor fisiologis meliputi

- Kandungan kolon

- Jalur sirkulasi

- Ph dan tidak adanya kemampuan mendapar dari cairan rectum

b. Faktor fisika meliputi

- Ukuran partikel

- Kelarutan lemak air

- Sifat basis

9. Mekanisme absorbsi obat dalam sediaan suppositoria

a. Menurut lachman3 : 1149

Sejumlah obat tidak dapat diberikan secaea oral karena

obat-obat tersebut dipengaruhi oleh getah pencernaan, atau

aktivitas terapeutiknya diubah oleh hati diabsorbsi sesudah hepatis

kehati. Hati menggunakan sebagian berat obat secara kimia

sehingga koefektifan sistemiknya sering kali berkurang. Sebaiknya


sebagian besar obat yang sama diabsorbsi dari daerah anorektal

dan nilai terapeutisnya masih dipertahankan.

b. Menurut DOM Martin hal 841

Sirkulasi darah dalam rektum mempunyai peran penting

dalam efek yang dihasilkan dari penggunaan rektum suppo dan

tampa pada dasar terdapat pada bagian vena yaitu vena hemoroid

dibagian atas tengah, dan bawah. Bahan obat diabsorbsi melalui

saluran ampula rektal dan masuk kedalam 3 bagian vena tersebut

untuk didistribusikan keseluruh tubuh karena vena hemoroid bagian

bawah dan tengah terhubung dengan interior maka kebanyakan

obat diabsobsi melalui vena itu untuk masuk kedalam hati.

Jalur penggunaan ini sangat mudah dan berguna terlebih

lagi untuk menhghindari detoksifikasi bahan obat oleh hati dimana

hanya sekitar 50-70-% dan obat yang dapat diabsorbsi diri

suppositoria rektal untuk sirkulasi umum melewati kedua vena ini.

Adapun vena hemoroid bagian atas berada pada sisi lain,

memasuki sistem pembulu darah, dan masuk melalui hati sebelum

menjangkau sirkulasi darah yang umum sebagai tambahan pada

sel darah merah.

Kesimpulan
Berdasarkan dari beberapa literatur dapat disimpulkan

bahwa :

mekanisme absorbsi obat dalam sediaan suppositoria terdiri

dari 3 bagian vena yaitu vena hemoroid bagian atas, tengah, dan

bawah .Obat diabsorbsi melalui saluran ampula rektal dan masuk

kedalam 3 bagian vena tersebut vena hemoroid bagian bawah dan

tengah terhubung dengan vena interior maka kebanyakan obat

diabsorbsi melalui vena itu, sedangkan vena hemoroid bagian atas

berada pada sisi lain memasuki sistem pembulu darah dan masuk

melalui hati sebelum menjangkau sirkulasi darah yang umuim.

10. Metode pembuatan supositoria

a. Menurut ansel : 582-592

- Dengan cara mencetak

Pada dasarnya langkah-langkah dengan metode pencetakan

termasuk :

Melebur basis

Mencampur bahan obat yang diinginkan

Menuang hasil leburan ke dalam cetakan

Membiarkan leburan menjadi dingin dan mengeras menjadi

supositoria

Melepaskan supositoria dengan oleum caca, gliserin, gliserol,

polietilen glikol, dan banyak basis supositoria yang cocok

dibuat dengan cara mencetak.


- Dengan cara kompresi

Suppo juga dibuat dengan cara mencetak massa yang terdiri

dari campuran basis dengan bahan obatnya dalam cetakan

khusus memakai alat atau mesin pembuat supositoria. Dalam

pembuatan dengan cara kompresi pada cetakan basis

supositoria dan bahan lainnya dalam formula dicampur atau

diaduk dengan baik. Pergeseran pada proses tersebut

menjadikan supositoria lembek seperti kentalnya pasta.

- Pembuatan dengan cara menggulung dan mencetak dengan

tangan dengan terdapatnya cetakan supositoria dalam berbagai

macam ukuran dan bentuk pengolahan supositoria oleh ahli

farmasi sekarang rasanya hamper tidak pernah diturunkan,

namun demikian neliting dan membentuk suppo dengan tangan

merupakan bagian dari sejarah seni para ahli farmasi.

b. Menurut Lachman 3 : 1179

- Mencetak dengan tangan

Metode pembuatan supositoria yang paling sederhana dan

paling tua adalah dengan tangan pakai dengan penggulung

basis supositoria yang telah dicampur homogen dan

mengandung zat aktif mencari bentuk yang dikehendaki.

- Mencetak kompresi
Supositoria yang lebih seragam dan elegan secara

farmassetik dapat dibuat dengan cara mengkompresi parutan

massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki.

- Mencetak tuang

Metode yang paling umum digunakan untuk membuat

supositoria skala besar adalah proses pencetakan.

- Mesin pencetak otomatis

Pelaksanaan pencetakan (penuangan, pendinginan, dan

pemindahan).

- Penggunaan supositoria yang dicairkan supositoria dibungkus

atau supositoria tersebut harus ditempatkan dalam wadah

sedemikian rupa sehingga yang satu dengan lainnya tidak

bersentuhan.

- Pencetakan dalam kemasan

Kemajuan yang berarti dalam pembutan spositoria adalah

penggabungan metode otomatis untuk mencetak supositoria

langsung dalam bahan pembungkus sekarang ini dicampurkan

dengan lembaran plastic atau aluminium.

Kesimpulan

Berdasarkan di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembuatan supositoria dengan cara :

- Dengan cara mencetak

- Dengan cara kompresi


- Pembuatan secara menggulung dan membentuk dengan

tangan

- Mencetak tuang

- Mesin pencetak otomatis

11. Evaluasi suppositoria

a. menurut lachman hal 1191-1194

- uji kisaran leleh : merupakan suatu ukuran waktu yang diperlukan

suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam

penangas air dengan temperatur tetap (37oC)

- uji pencairan atau uji waku melunak dari suppositoria rektal,uji

melunak atau mengukur waktu yang diperlukan suppositoria

rektal untuk mencair dalam atau yang disesuaikan dengan

kondisi in vivo.

- uji kehancuran, uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk

mengukur keregasan atau kerapuahn suppositoria.

- uji disolusi, pengujian laju pengelepasan zat obat dari

suppositoria adanya pelelehan, perubahan, bentuk dan disporsi

dari medium disolusi pengujian walau dilakukan dengan

penetapan biasa dalam gelas piala yang mengadung satu

medium.

Kesimpulan
Evaluasi suppositoria berupa uji kisaran leleh, uji pencairan

atau uji waktu melunak, uji kehancuran dan uji disolusi.

Anda mungkin juga menyukai