Anda di halaman 1dari 24

KIMIA INDUSTRI

(ABKC 3509)

MAKALAH BIOTEKNOLOGI
INDUSTRI VAKSIN

Dosen Pembimbing:
Drs. Mahdian, M.Si

Oleh :
Kelompok 4
Hamdah (A1C314009)
Rushapiana (A1C314043)
Yurianah (A1C314089)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER 2016
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah,
rahmat dan karunianya serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah dengan judul BIOTEKNOLOGI
INDUSTRI VAKSIN."

Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan


tahun yang lalu.Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan
bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman
untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan
dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu
dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin. Selain itu beberapa hal yang
penting lainnya yang berkaitan dengan Vaksin akan kita bahas disini.

Kemudian kami juga menyadari bahwa materi dan teknik yang kami
sampaikan dalam makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena
itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar makalah ini menjadi
lebih baik.Atas kritik dan sarannya saya mengucapkan terimakasih.Akhir kata
pengantar saya mengucapkan terima kasih karena telah berkenan membaca
makalah ini.Semoga memberikan manfaat kepada kita semua.

Banjarmasin, 11 November 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
2.1 Sejarah Singkat Bioteknologi ......................................................................... 3
2.2 Definisi vaksin................................................................................................ 7
2.3 Jenis jenis vaksin ......................................................................................... 7
2.4 Proses Industri Pembuatan Vaksin ................................................................. 8
2.4.1 Prinsip Produksi Vaksin ..................................................................... 8
2.4.2 Tahap tahap Proses pembuatan vaksin ............................................ 8
2.5 Manfaat Vaksin ......................................................................................... 15
2.6 Limbah dari Industri Vaksin .......................................................................... 17
2.7 Cara Penanggulangan Limbah Industri Vaksin .............................................. 17
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................................... 19
Daftar Pustaka ..........................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rekayasa genetika telah memproduksi vaksin subunit yang berasal dari
protein permukaan virus. Vaksin sub unit pertama diproduksi adalah vaksin
hepatitis. Dengan menggunakan vaksin sub unit, tidak ada resiko terjadi infeksi,
dibandingkan dengan penggunaan vaksin yang berasal dari virus utuh (Dewi
Pertiwi, 2013).
Sejak vaksin diperkenalkan Edward Jenner 1796, vaksinasi sering
dilakukan untukmelindungi manusia dan hewan terhadap infeksi virus.
Keberhasilan vaksinasi tercermin dari berkurangnya penyakit-penyakit infeksi
pada manusia dan hewan ternak. Vaksinasi sekarang menjadi istilah umum untuk
pemaparan antigen terhadap manusia atau binatang dalam membangkitkan respon
kekebalan. Kebanyakan vaksin virus yang digunakan saat ini merupakan sel utuh
yang telah dilemahkan atau dimatikan. Keuntungan vaksin ini pada umumnya
mampu menghasilkan imunitas cukup lama dan merangsang seluruh reaksi
kekebalan pada host yaitu humoral antibody dan cell-mediated (Wija, 2013).
Istilah vaksin berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan istilah
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin
adalah bahan antigenteik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif
terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi oleh organism alami atau liar. Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari
Edward Jenner (1749-1823). Jennner menyusun tulisan ilmiahnya tentang
kekebalan terhadap cacar pada manusia yang pernah tertular cacar sapi. Ia juga
melakukan survei nasional yang mendukung teroinya. Sesudah penemuan Jenner
diuji coba dan dikonfirmasi banyak ilmuan Vaksin cacar mulai meluas di London
untuk kemudian menyebar di Inggris, seluruh Eropa dan dunia. Pasteur (1885)
memperkenalkan cara vaksin mengggunakan vaksin anti rabies (VAR). Seperti
halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari resiko efek samping. Namun
keputusan untuk tidak memberikan vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya
1
penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain. Untuk membuat
suatu sediaan vaksin yang memiliki ijin edar dan teregistrasi, produk vaksin harus
mengikuti pedoman cara pembuatan vaksin yang baik, cara pembuatan vaksin
yang baik tertuang di dalam apex 3 cara pembuatan produk biologi pada cara
pembuatan obat yang baik oleh BPOM tahun 2012. Untuk mengetahui lebih lanjut
cara pembuatan vaksin yang baik, alur produksim distribusi, registrasi vaksin,
cara mendapatkan ijin industri vaksi akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini.
Vaksin merupakan bagian dari bioteknologi kedokteran, dengan rekayasa
genetika dapat diciptakan vaksin yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin
(zat kebal) terhadap beberapa penyakit, misalnya hepatitis, kanker hati, lepra, dan
sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah singkat dari bioteknologi?
2. Apa definisi dan jenis dari vaksin ?
3. Bagaimana proses pembuatan vaksin?
4. Apa manfaat vaksin?
5. Apa saja limbah dari industri vaksin?
6. Bagaimana cara penanggulangan limbah industri vaksin?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mampu menjelaskan sejarah singkat bioteknologi.
2. Mampu menjelakan pengertian vaksin dan jenis-jenisnya.
3. Mampu menjelaskan proses pembuatan vaksin.
4. Mampu menjelaskan manfaat vaksin.
5. Mampu mengetahui limbah dari industry vaksin.
6. Mampu menjelaskan bagaimana cara penanggulangan limbah industri
vaksin.
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan kita
semua mengenai industry pembuatan vaksin, manfaat vaksin.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Bioteknologi
Bioteknologi bukanlah merupakan ilmu baru dalamperadaban manusia.
Bioteknologi telah dilakukan sejakzaman prasejarah, antara lain untuk
menghasilkan minumanberalkohol dan makanan yang difermentasikan.Semenjak
awal diterapkan, sampai dengan tahun 1857disebut era bioteknologi non-
mikrobial.Disebutbioteknologi era non-mikrobial karena pada saat itu
belumdiketahui bahwa makanan produk fermentasi merupakanhasil kerja
mikroorganisme.Bioteknologi dimensi baru(bioteknologi mikrobial) dimulai sejak
1857 setelahLouis Pasteur menemukan bahwa fermentasi yang terjadidalam
pembuatan anggurmerupakan hasil kerjamikroorganisme. Makanan atauminuman
yang diproduksi melaluiproses fermentasi antara lain tempe,tape, sake (di Jepang),
tuak, anggur,dan yoghurt (Kuswanti, 2008: 114).
Pada tahun 1920 prosesfermentasi yang ditimbulkan oleh mikroorganisme
mulai digunakanuntuk memproduksi zat-zat sepertiaseton, butanol, etanol, dan
gliserin.Fermentasi juga digunakan untukmemproduksi asam laktat, asamsitrat,
dan asam asetat dengan menggunakanjasa bakteri. Setelah perangdunia II
dihasilkan produk bioteknologilain misalnya penisilin darijamur Penicillium
notatum.Keberhasilan ini diikuti denganpenelitian kemampuan mikroorganisme
lain menghasilkan antibiotik dan zat-zat lain seperti vitamin, steroid,enzim, asam
amino, dansenyawa-senyawa protein tertentu (Kuswanti, 2008: 113).
Perkembangan teknologi mutakhiryang dibarengi dengan perkembangandi
bidang biokimia,biologi seluler, dan biologimolekuler melahirkan teknologienzim
dan rekayasa genetika yangakhirnya mengantarkan kita ke suatuera bioteknologi
modern.
Bioteknologi adalah ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu
mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika untuk menghasilkan produk dan
jasa.
Dalam rangka memenuhi dan meningkatkan mutu kebutuhan hidup,
manusia memanfaatkan biologi terapan yang digabungkan dengan teknologi

3
modern sehingga tercipta ilmu baru yang dikenal dengan sebutan Bioteknologi
dan terkadang ada yang menyebut Biomasadepan. Beberapa ahli dan badan
internasional memberikan batasan Bioteknologi sebagai: (1) Kegiatan yang
menitikberatkan pemanfaatan aktivitas biologi dalam lingkup teknologi proses
dan produksi secara besar-besaran dalam industri yang dikaitkan dengan produksi
masal, (2) Pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan kerekayasaan terhadap jasad,
sistem, atau proses biologi untuk memproduksi benda hidup, benda mati, atau jasa
bagi kepentingan manusia. Dalam perkembangan lebih lanjut, lahirlah
bioteknologi kedokteran, bioteknologi farmasi, bioteknologi pertanian,
bioteknologi peternakan dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 216).
a. Bioteknologi Kedokteran
Bioteknologi mempunyai peran penting dalam bidang kedokteran,
misalnya dalam pembuatan antibodi monoklonal, vaksin, antibiotika dan
hormon(Anonim, 2013).
1) Pembuatan Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber
tunggal. Manfaat antibodi monoklonal, antara lain:

Untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam urine


wanita hamil
Mengikat racun dan menonaktifkannya;
Mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi jaringan lain
(Anonim, 2013).
2) Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk mencegah serangan penyakit terhadap tubuh yang
berasal dari mikroorganisme.Vaksin didapat dari virus dan bakteri yang telah
dilemahkan atau racun yang diambil dari mikroorganisme tersebut (Anonim,
2013).
3) Pembuatan Antibiotika
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organism tertentu dan
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organism lain yang ada di sekitarnya.

4
Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara
tertentu. Zat antibiotika telah mulai diproduksi secara besar-besaran pada Perang
Dunia II oleh para ahli dari Amerika Serikat dan Inggris (Anonim, 2013).
4) Pembuatan hormon
Dengan rekayasa DNA, dewasa ini telah digunakan mikroorganisme untuk
memproduksi hormon.Hormon-hormon yang telah diproduksi, misalnya insulin,
hormon pertumbuhan, kortison, dan testosterone (Anonim, 2013).
b. Bioteknologi Farmasi
Obat-obatan hasil bioteknologi antara lain humulin untuk diabetes,
protopin yang merupakan hormon pertumbuhan untuk memperbaiki anak-anak
yang mengalami keterbelakangan pertumbuhan alfainterferon untuk pengobatan
sejenis leukimia, dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 218).
c. Bioteknologi Pertanian
Bioteknologi pertanian yang antara lain: (1) Penggunaan hormon-
pertumbuhan yang mengubah tumbuhan dari diploid menjadi poliploidi sehingga
dihasilkan produk yang raksasa, misalnya buah tomat, lombok menjadi besar,
dan seterusnya. (2) Kultur jaringan. Pada keadaan biasa, siklus pertumbuhan suatu
tumbuhan memerlukan waktu yang cukup panjang, tetapi melalui kultur jaringan
siklus itu dapat diperpendek, misalnya bunga anggrek yang secara biasa dari biji
sampai menjadi tumbuhan dewasa hingga berbunga memerlukan waktu yang
cukup lama, tetapi melalui kultur jaringan akan diperoleh tumbuhan baru dengan
cepat dan segera dapat berbunga. Dalam mempercepat pembibitan tumbuhan,
kultur jaringan lebih cepat tiga puluh kali dari pada cara tradisional. Dengan
demikian, dapat mengatasi kekurangan dan keterlambatan bibit dalam masa tanam
dan juga meningkatkan kuantitas panen. Dalam perbanykan tumbuhan secara
kloning (clonning) pada tumbuhan hias dan tumbuhan bernilai ekonomi tinggi
dapat dilakukan secara besar-besaran dengan kultur jaringan, misalnya pada
kelapa sawit, kelapa kopyor, dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 219).
Untuk perbaikan sifat tumbuhan, maka silang somatik dengan kultur
jaringan dapat dibuat keragaman genetik dalam memperoleh tumbuhan yang
memilki sifat unggul. Silang somatik dapat dilakukan antartumbuhan dalam satu

5
varietas (Intervariety), inter spesies, inter famili, inter classis, misalnya
penyilangan antara Nicotiana tabacum dengan Pisum sativum, Oryza sativa
dengan Glysin maximum, dan seterusnya (Maskoeri, 2013: 219).
Untuk penelitian penyakit tumbuhan, kultur jaringan (merestim culture)
dapat mengusahakan keragaman yang bebas virus dari tumbuhan yang terserang.
Beberapa ahli telah berhasil mendapatkan tumbuhan bebas virus, misalnya
tumbuhan anggur bebas virus CRLV, tumbuhan tembakau dari TMV (Tobaco
Mozaic Virus), dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 220).
Untuk membuat tumbuhan toleran terhadap stres, dapat dibuat dengan
kultur jaringan. Dalam dunia pertanian dikenal banyak lahan pertanian tidak dapat
digunakan untuk budidaya tumbuhan pertanian karena tumbuhan yang akan
ditanam mempunyai stres terhadap garam dapur, garam Magnesium, garam
Alumunium, pestisida, suasana yang dingin, dan sebagainya. Dengan teknik
kultur jaringan, dapat diusahakan spesies atau varietas yang tahan terhadap stres
tersebut, misalnya Licopersicum esgulentum dan Oryza sativa var yang toleran
terhadap garam Natrium chlorida (Maskoeri, 2013: 220).
Kultur jaringan dapat melestarikan plasma nutfah yang disimpan di tempat
yang dingin sebagai Call culture, Protoplast culture) dan sebagainya. (3)
Rekayasa genetika tumbuhan dapat menciptakan tumbuhan yang dapat
membentuk racun sendiri dari serangan insekta yang hendak memakannya.
Dengan kata lain, tumbuhan dapat menghasilkan sendiri zat pelindung terhadap
insekta sehingga tidak perlu penyemprotan insektisida. Kecuali itu, dengan
rekayasa genetika dapat dihasilkan tumbuhan bergizi tinggi, tumbuhan tahan
kering, tumbuhan yang dapat memproduksi pupuk sendiri, umur mulai produksi
pendek, dan seterusnya (Maskoeri, 2013: 220).
d. Bioteknologi Peternakan
Bioteknologi peternakan, yakni penerapan rekayasa genetika yang melalui
dua tahap, yaitu (1) untuk memproduksi obat dan vaksin serta hormon
pertumbuhan ternak, dan (2) melibatkan hewan dapat tumbuh lebih cepat dan
makannya lebih sedikit, atau menjadi ternak yang lebih unggul (Maskoeri, 2013:
221).

6
2.2Definisi Vaksin
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenetik yang mampu
menimbulkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah
atau mengurangi pegaruh infeksi oleh organism alami atau liar. Vaksin dapat
berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehinggan tidak
menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organism mati atau hasil hasil
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dss). Vaksin akan
mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap
serangan pathogen tertentu, terutama bakteri, virus atau toksin.
Definisi dari permenkes menyebutkan vaksin adalah antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau
bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.
Vaksinasiadalah pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam rangka
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan
(Permenkes no.42 tahun 2013 pasal 1 ayat 2).
Industri farmasi yang berhak memproduksi vaksin hanya industri farmasi
yang telah memenuhi semua aspek CPOB dalam pembuatan vaksin meliputi
aspek bangunan dan fasilitas, SDM, hingga dokumentasi yang memadai.
Kewenangan ini ditunjukkan dengan diperolehnya sertifikat CPOB pembuatan
vaksin dari BPOM.

2.3Jenis jenis Vaksin

Jenis- Jenis Vaksin Berdasar Bahan aktifnya (Depkes RI, 1995)


1. Vaksin bakteri ; vaksin bakteri hidup, vaksin bakteri innaktif, vaksin
toxoid bakteri.

7
2. Vaksin virus dan riketsia: vaksin virus atau riketsia hidup, innaktif, atau
komponen imunogeniknya.

2.4Proses Industri Pembuatan Vaksin


2.4.1 Prinsip Produksi Vaksin

Vaksin merupakan produk biologi yang harus memenuhi prinsip. Cara


Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pada semua tahap produksi termasuk bahan
awal hingga produk jadi yang siap didistribusikan. Pembuatan produk biologi
dipengaruhi lebih banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas akhir produk,
sehingga kemungkinan variabiltasnya lebih tinggi. Meskipun demikian
konsistensi proses dan hasil dapat dilihat dari Trend Analisa atau Product Quality
Review ( PQR). Dengan metode Statistical Quality Controll (SQC), dapat
ditetapkan rentang batas pengendalian untuk memantau kualitas produk yang
konsisten. Batas pengendalian tentu ditentukan dengan mempertimbangkan batas
spesifikasi yang ditetapkan kompendial resmi dan regulasi pemerintah.
Tiap tahapan proses harus berada dalam ruangan dengan spesifikasi
khusus yang tepat sebagaimana yg diatur dalam CPOB. Ruang filling harus
memenuhi syarat steril kelas A. Semua ruang yang dilalui proses produksi harus
selalu dimonitoring ukuran dan jumlah partikel dalam udara, jumlah mikroba
dalam udara, aliran udara, suhu dan kelembabannya menggunakan alat yang
sudah dikalibrasi.

2.4.2 Tahap Tahap Proses Pembuatan vaksin

Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan
setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium.
Perubahan dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi
bergalon-galon vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis,
dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk
meningkatkan skala produksi Dengan adanya masalah-masalah di atas maka

8
pembuatan vaksin secara konvensional diubah dengan cara rekayasa genetika
untuk membantu mengurangi resiko yang tidak diinginkan. Beberapa prinsip
rekayasa genetika dalam pembuatan vaksin adalah sebagai berikut :

a) Mengisolasi / memisahkan gen-gen dari organisme penyebab sakit yang


berperan dalam menghasilkan antigen yang merangsang limfosit untuk
menghasilkan antibody.
b) Menyisipkan gen-gen di atas, ke tubuh organisme yang kekurangan
pathogen.
c) Mengulturkan orgamisme hasil rekayasa genetika, sehingga menghasilkan
antigen dalam jumlah banyak.
d) Mengekstraksi antigen, lalu digunakan sebagai vaksin. (Koes Irianto,
2006:104)

Dari beberapa penerapan kultur sel hewan, produksi vaksin virus adalah
yang tertua. Prosesnya adalah virus ditumbuhkan dalam kultur sel, misalnya sel
dari embrio ayam, ginjal monyet dan lama-kelamaan sel manusia. Setelah
ditumbuhkan, lalu dipanen dan virus-virus tersebut diekstraksi dengan
penyaringan. Hasilnya lalu dipakai intik membunuh virus-virus itu juga atau jika
vaksin tersebut dilemahkan, maka disimpan dalam suhu rendah hingga siap
digunakan. Contoh vaksin yang dibuat dengan cara ini adalah poliomielistis,
gondong, cacar air, rubella dan rabies. Adanya vaksin memungkinkan tubuh
membangun kekebalan, misalnya membentuk antibody yang sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan dan suatu sel penting yang akan tumbuh dan
menghasilkan antibody, jika penyakit timbul dalam suatu bentuk virulen.

Pembuatan vaksin dengan virus hidup yang telah dilemahkan telah dicoba
perusahaan Aviron di AS. Keuntungan vaksin virus hidup adalah tidak hanya
menstimulasi produksi protein antibodi yang mengenali patogen, tapi juga
membuat sejenis sel darah putih, yaitu sel T limfosit yang punya kelebihan
mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi, tak hanya satu tipe virus flu tapi
juga tipe yang serupa. Akibatnya, daya tahan vaksin ini lebih lama daripada

9
vaksin dengan virus yang dimatikan. Namun, karena virus flunya masih hidup,
risiko terinfeksi pun tak hilang 100 persen. Selain itu, produksi vaksin ini butuh
waktu lebih lama sehingga sulit mengantisipasi wabah yang mendadak.

Untuk mengatasi kebutuhan telur SPF yang banyak, waktu yang cepat, dan
penyediaan vaksin virus hidup, usaha yang dilakukan adalah membuat vaksin
tidak dengan virus flu tapi virus baculo. Virus ini menginfeksi serangga dan dapat
tumbuh sangat cepat dalam sel serangga yang media pertumbuhannya lebih murah
ketimbang sel hewan. Gen HA dan NA disisipkan dalam virus baculo, sehingga
virus rekombinan yang diperoleh memiliki karakter antigen mirip virus flu.
Vaksin virus hidup dengan teknik ini bisa diproduksi dalam 2-3 bulan saja, tapi
efektivitasnya sedang dievaluasi.

Cara tercanggih yang tidak membutuhkan semua hal di atasvirus inang,


media pertumbuhanadalah pembuatan vaksin DNA. Pada teknik ini, gen
penyandi protein HA dan NA dimasukkan ke dalam vektor atau DNA yang
berfungsi seperti kargo yang membawa ke tempat lain. Vektor ini bisa
berbentuk cincin atau linier, umumnya berasal dari virus yang sudah dimodifikasi
untuk tidak bersifat patogen.

1. Gen HA dan NA dalam vektor itu dimasukkan ke dalam sel kulit atau otot
sehingga sel tersebut memproduksi protein HA dan NA dari virus flu.
2. Dengan munculnya protein asing dari gen HA dan NA, sistem kekebalan
tubuh akan diaktifkan dengan memproduksi protein antibodi dan sel T limfosit.
3. Vaksin yang telah dibuat dengan DNA flu telah dibuat dan diuji cobakan
pada hewan. tapi belum diuji pada manusia karena memerlukan persiapan lebih
matang.

Tahap tahap proses pembuatan vaksin :

1) Benih Virus Penghasil Vaksin

10
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut
benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau
variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi
ideal, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah
dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik.
Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 sentimeter kubik, mengandung ribuan hingga
jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin. Freezer
dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan mencatat secara
terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat didengar
atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezer berada di luar suhu
yang seharusnya. Adapun macam macam vaksin yang dibuat sebagai berikut:

a. Killed vaccine adalah vaksin yang berasal dari mikroorganisme (virus atau
bakteri) yang telah dimatikan baik dengan menggunakan zat-zat kimia atau
dengan panas.Contoh vaksin jenis ini adalah Polio dan Hepatitis-A.
Zat kimia yang berperan dalam pembuatan vaksin polio diantaranya yaitu: 2
phenoxyethanol, Formaldehyde, Neomysin, Steptomycin, Polymyxin B,
Monkey kidney cells, Eagle MEM modified medium, dan Calf serum
protein.

b. Attenuated vaccine adalah vaksin yang mengandung mikroorganisme hidup.


Mikroorganisme ini adalah mikroorganisme yang dikembangbiakkan
setelah sifat virulensinya dihilangkan. Vaksin ini memberikan respon imun
yang lebih panjang. Contoh vaksin ini adalah MMR (measles, mumps dan
rubella)
c. Toxoid adalah senyawa toxic/racun yang diinaktifkan dimana racun ini
dapat menyebabkan sakit. Contoh dari toxid vaccine adalah tetanus dan
difteri.
d. Subunit vaccine berbeda dengan vaksin inaktif atau atenuasi yang
mengandung seluruh komponen dari mikroorganisme, subunit vaccine ini
hanya mengandung sejumlah fragmen dari mikroorganisme itu dan fragmen
ini sudah cukup untuk memberikan respon imun. Contohnya adalah vaksin
11
Hepatitis B yang hanya mengandung protein permukaan dari virus dan HPV
(Human Papiloma Virus) yang mengandung kapsid utama dari virus.
e. Conjugate vaccine adalah vaksin yang menggabungkan polisakarida lapisan
terluar dari bakteri dengan protein lainnya (misal:toxin). Penggabungan
(konyugasi) ini ditujukan untuk memperkuat sifat imunogenitas dari
polisakarida. Contoh vaksin ini adalah vaksin Haemophilus influenzae type
B.

2) Pertumbuhan Virus

Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu


secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil
sel virus ditempatkan ke dalam sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah
media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk
berkembang biak.

Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media
umumnya mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein
murni dari darah sapi. Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik
yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu
yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah
banyak. Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah
ukuran keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14. dan virus
harus disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam
atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak
terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan
sensor yang terhubung dengannya. Sensor memantau pH dan suhu, dan ada
berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen
untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis
mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel
dan mengambil produk setengah jadi ketika siap.

12
Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan
dalam media kedua untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai 40
atau 50 tahun yang lalu yaitu menggunakan botol untuk menyimpan campuran,
dan pertumbuhan yang dihasilkan berupa satu lapis virus di permukaan media.
Peneliti kemudian menemukan bahwa jika botol itu berubah posisi saat virus
tumbuh, virus bisa tetap dihasilkan karena lapisan virus tumbuh pada semua
permukaan dalam botol.

Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa


pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang
paling umum digunakan yaitu tripsin. Enzim adalah protein yang juga berfungsi
sebagai katalis dalam memberi makan dan pertumbuhan sel.

Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang
sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan
pabrik sel, dan dicampur dengan partikel mikroskopis dimana virus dapat
menempelkan diri. Penggunaan mikroskopis memberi virus daerah yang lebih
besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi yang
jauh lebih besar. Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat.
Waktu yang dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus
yang diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.

3) Pemisahan Virus

Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan
dari manik-manik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan
melalui sebuah filter dengan bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus
untuk melewatinya, namun cukup kecil untuk mencegah manik-manik dapat
lewat. Campuran ini sentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan virus dari
manik-manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif
lain yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain sehingga
mencuci manik-manik dari virus.

13
4) Memilih Strain Virus

Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang
dimatikan. Pemilihan satu dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor
termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan efek sekunder. Virus yang
dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru virus penyebab,
biasanya berupa virus yang dilemahkan. Virulensi virus bisa menentukan pilihan;
vaksin rabies, misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.

Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum


dimulai proses produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan
(ditumbuhkan) berulang kali di berbagai media. Ada jenis virus yang benar-benar
menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak dapat digunakan untuk
vaksin attenuated. Strain lainnya menjadi terlalu lemah karena dibudidayakan
berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan vaksin.
Seperti bubur, kursi, dan tempat tidur yang disukai Goldilocks, hanya beberapa
virus yang tepat mencapai tingkat atenuasi yang membuat mereka dapat
diterima untuk penggunaan vaksin, dan tidak mengalami perubahan dalam
kekuatannya. Teknologi molekuler terbaru telah memungkinkan atenuasi virus
hidup dengan memanipulasi molekul, tetapi metode ini masih langka.

Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu
tumbuh. Vaksin yang berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan
vaksin) dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin yang
diberikan kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah medium
yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai apakah akan
menggunakan air, alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin, misalnya, dibuat
setelah tes berulang-ulang demi keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.

5) Pengontrolan Kualitas

Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang


membuat dan mengemas vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada
14
seluruh prosedur. Semua transfer virus dan media dilakukan dalam kondisi steril,
dan semua instrumen yang digunakan disterilisasi dalam autoklaf (mesin yang
membunuh organisme dengan suhu tinggi, dan yang berukuran sekecil kotak
perhiasan atau sebesar lift) sebelum dan sesudah digunakan. Pekerja yang
melakukan prosedur memakai pakaian pelindung yang meliputi gaun Tyvek sekali
pakai, sarung tangan, sepatu bot, jaring rambut, dan masker wajah. Ruangan
pabrik sendiri memakai AC yang khusus sehingga jumlah partikel di udara
minimal.

2. 5Manfaat Vaksin
Beberapa manfaat vaksin bagi tubuh, diantaranya adalah:
1. Dapat Menyelamatkan Hidup Anak-anak
Dengan adanya kemajuan di bidang ilmu kedokteran, dapat memberikan
dampak yang positif bagi anak-anak kita, dimana mereka dapat terlindung dari
berbagai jenis penyakityang bisa menyerang mereka kapan saja. Kita tahu bahwa
usia kana-kanak merupakan usia yang rentan terhadap serangan berbagai macam
penyakit, karena diusia tersebut mereka belum memiliki sistem kekebalan tubuh
sekuat orang-orang dewasa.
Namun dengan kemajuan ilmu di bidang kedokteran tersebut, beberapa
penyakit yang dapat membuat mereka cidera atau bahkan dapat mengakibatkan
kematian pada usia anak-anak dapat dikurangi prosentasenya, yaitu dengan jalan
memberikan mereka vaksin yang bekerja dengan aman dan efektif di dalam tubuh.
Salah satu contoh kasus yang pernah terjadi adalah wabah polio yang dapat
menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian ya bagi penderita di tiap harinya.
Kasus tersebut terjadi hampir diseluruh negara-negara di dunia ini. Dengan
pemberian vaksin polio, laporan tentang akibat penyakit tersebut menurun dengan
drastis.

2. Vaksin Sangat Aman dan Juga Efektif


Pemberian vaksin pada anak-anak akan dapat menimbulkan
ketidaknyaman bagi mereka, seperti dengan timbulnya rasa nyeri baik itu di

15
bagian yang terkena suntikan vaksin maupun anggota tubuh yang lain, serta juga
dapat menimbulkan ruam pada kulit yang terkena suntikan. Namun tentu saja hal
itu hanya berlangsung untuk sementara waktu saja.
Kasus timbulnya alergi pasca pemberian vaksin sangat jarang terjadi. Hal
tersebut tentu saja tak sebanding dengan apabila mereka merasakan sakit akibat
serangan suatu penyakit berbahaya dan mematikan. Manfaat pencegahan dengan
mendapatkan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin
dirasakan oleh anak-anak tersebut.

3. Vaksin Dapat Membantu Mencegah Penularan Suatu Penyakit pada


Orang Lain.
Beberapa tahun yang lalu banyak sekali kita dengar mengenai kasus
kematian pada bayi dan anak-anak yang diakibatkan oleh serangan penyakit
campak maupun pertusis (batuk rejan). Hal tersebut kebanyakan terjadi pada bayi
maupun anak-anak yang belum sempat mendapatkan vaksin. Hal tersebut
mungkin saja dikarenakan oleh beberapa kondisi seperti terjadinya alergi yang
cukup parah, sistem kekebalan tubuh yang lemah, karena kondisi kesehatan
seperti leukemia, maupun karena adanya alasan lain.
Untuk itu, bagi bayi maupun anak-anak yang berpotensi untuk
mendapatkan vaksin, sebaiknya mereka mendapatkan vaksinasi, yaitu melalui
prosedur imunisasi lengkap. Hal ini tidak hanya melindungi mereka, tetapi juga
dapat membantu mencegah penyebaran penyakit pada mereka sendiri maupun
pada orang lain.

4. Dapat Menghemat Waktu dan Biaya


Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan pemberian vaksin dapat membantu
anak-anak terhindar dari berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan cacat
yang berkepanjangan, dimana hal tersebut tentu saja akan merugikan baik dari
segi waktu maupun dari segi materi hanya untuk melakukan tindakan perawatan
dan pengobatan yang bisa terjadi dalam kurun waktu yang panjang.

16
Dengan memberikan vaksin pencehan penyakit sejak dini pada anak-anak,
merupakan suatu investasi yang menguntungkan bagi kita, dimana pemborosan
terhadap waktu dan materi dapat lebih diminimalkan. Pemberian vaksin
merupakan suatu program pemerintah, dimana hal tersebut bisa didapatkan
dengan gratis tanpa biaya apapun. Selain itu dampak yang bisa dirasakan adalah
anak-anak dapat terhindar dari seangan berbagai penyakit berbahaya nantinya.

5. Dapat Melindungi Generasi Berikutnya.


Dengan pemberian vaksin telah terbukti dapat menurunkan resiko terhadap
berbagai jenis penyakit yang dapat berdampak pada kematian maupun cacat yang
berkepanjangan bagi anak-anak generasi masa depan. Beberapa contoh
diantaranya adalah pemberian vaksinasi cacar pada usia anak-anak dapat
membantu menyelamatkan mereka dari serangan cacar di masa depan.
Contoh lainnya adalah pemberian vaksin campak, dapat membantu
menurunkan resiko penularan virus tersebut dari seorang wanita hamil kepada
janin yang dikandungnya maupun bagi bayi yang baru lahir secara drastis. Untuk
itu sangat penting bagi bayi atau anak-anak untuk dapat segera mendapatkan
vaksinasi secara lengkap dan benar guna pencegahan terserangnya berbagai jenis
penyakit berbahaya di masa depan.

2.6 Limbah dari Industri Vaksin


Limbah industri vaksin dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non
toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun uap. Namun kebanyakan limbah
industri farmasi digolongkan sebagai limbah berbahaya dan beracun serta
membutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk menghindari resiko pencemaran
lingkungan.

17
2.7 Cara Penanggulangan Limbah Industri Vaksin
Penanggulangan limbah vaksin dapat dilakukan dengan membuat instalasi
air limbah dan dengan Needle destroyer.
1. Limbah cair

IPAL 1 (Instalasi Pengolahan Air Limbah 1) yang digunakan sebagai


tempat pengolahan limbah sisa produk bebasis virus (vaksin polio dan campak),
Laboraturium dan limbah yang berasal dari toilet.
IPAL 2 (Instalasi Pengolahan Air Limbah 1) digunakan untuk limbah cair
yang merupakan sisa produksi produk berbasis bakteri seperti vaksin anti tetanus
dan anti bias ular.

2. Limbah Padat
Limbah padat dikumpulkan seperti sisa jarum suntik, botol vaksin lalu
dihancurkan dengan Needle destroyer.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Vaksin adalah mikroorganisme yang dilemahkan dan apabila diberikan
kepada ternak tidak akan menimbulkan penyakit, melainkan untuk
merangsang pembentukan antibody (zat kebal) yang sesuai dengan jenis
vaksinnya. Tujuan vaksinasi adalah membuat ternak mempunyai kekebalan
yang tinggi terhadap satu peyakit tertentu. Dan hasil nyata yang akan
diperoleh dari program vaksinasi adalah tingkat kesehatan dan produktivitas.
2. Beberapa prinsip rekayas genetika dalam pembuatan vaksin adalah sebagai
berikut :
a) Mengisolasi / memisahkan gen-gen dari organisme penyebab sakit yang
berperan dalam menghasilkan antigen yang merangsang limfosit untuk
menghasilkan antibody.
b) Menyisipkan gen-gen di atas, ke tubuh organisme yang kekurangan pathogen.
c) Mengulturkan orgamisme hasil rekayasa genetika, sehingga menghasilkan
antigen dalam jumlah banyak.
d) Mengekstraksi antigen, lalu digunakan sebagai vaksin.

B. Saran
Vaksin memiliki dampak positif dan negatif.Akan lebih baik jika
penggunaan vaksin digunakan secara bijaksana dan semanfaat mungkin tanpa
harus memberikan dampak negatif dilingkungan sekitar.Dan diharapkan dengan
semakin berkembangnya bioteknologi dapat meningkatkan kesejahteraan umat
manusia.

19
20
Daftar Pustaka

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik. Badan POM RI, Jakarta

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan


Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2012. Badan POM RI, Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI,
Jakarta

Menteri Kesehatan. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 58 Tahun 2013Tentang Pemberian Sertifikat Vaksinasi
Internasional. Kemenkes, Jakarta

Berlow, LH. How vaccine is made [disitasi 7 November 2016]. Diunduh dari:
http://www.madehow.com/Volume-2/Vaccine.html

journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/viewFile/1084/801

jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/44/43

21

Anda mungkin juga menyukai