Saat awal berdiri tahun 1950, rumah sakit umum tabanan merupakan
poliklinik kota yang di pimpin oleh dr. Subadi. Kemudian pada tahun 1953 di
tetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), yang saat itu hanya
memiliki poliklinik umum, kamar obat, dua bangunan ruang rawat inap 9ruang A
dan B) dan dapur kecil. Pembangunan fisik RSUD Tabanan seperti pembangunan
ruang rawat inap, kamar operasi, ruang rontgen, ruang laboratorium, ruang
farmasi, UGD, pura, instalasi pengolahan limbah cair, ruang dapur, incinerator,
dan lain-lain terus dilakukan hingga tahun 2000.
RSUD Tabanan terus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dari
awal berdiri. Terbukti pada tahun 1998 RSUD Tabanan telah berhasil
mendapatkan status akreditasi penuh 5 pelayanan dasar. Kemudian sejak
November tahun 2002 Rumah Sakit Umum Tabanan kelembagaanya berbentuk
badan Swadana (BRSU Tabanan). Peningkatan mutu pelayanan BRSU Tabanan
terus mengalami perkembangan, terlihat dari prestasi-prestasi yang diperoleh
seperti berhasil Meraih Piala Citra Pelayanan Prima pada Desember 2004.
Kemudian pada tahun 2005 BRSU Tabanan telah lulus sertifikasi ISO 9001:2000
dan pada bulan Juni 2006 BRSU Tabanan menjadi Badan Layanan Umum (BLU)
bertahap. Kemudian pada Juni 2008 BRSU Tabanan menjadi BLU penuh. Pada
Januari 2009 BRSU Tabanan lulus akreditasi rumah sakit dengan 16 pokja
pelayanan, dan tepat pada Juli 2010 BRSU Tabanan lulus ISO 9001:2008. Dari
prestasi-prestasi yang telah diperoleh tidak membuat BRSU Tabanan puas dan
berdiam diri, tetapi terus berupaya mempertahankan prestasi tersebut atau bahkan
dapat meningkatkan /menambah prestasi-prestasinya.
14
2.2.2 Tipe
Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan merupakan rumah sakit
dengan tipe B dengan 16 pelayanan dan 200 tempat tidur. Sebenarnya BRSU
Tabanan sudah bertipe A, tetapi dengan luas area yang kurang luas dan tidak
memenuhi kriteria luas Rumah Sakit tipe A, maka BRSU Tabanan hanya dapat
mencapai sebagai rumah sakit tipe B.
Tabel 2.1 Distribusi Rawat Inap dan Rawat Intensif Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan Berdasarkan kelas.
Ruangan Non Utama Madya Madya Pratama Kls Kls Kls Jml
kelas tama+ tama I II III
Kemuning - - - - - - 7 8 15
(Kebidana
16
n)
Griyatama - 4 20 8 - - - - 32
(VIP)
Anggrek 1 - - - 1 6 6 8 22
(Anak)
Dahlia - - - - - 6 24 12 42
garing
(p.dalam)
Bougenvil - - - - - 6 4 16 28
e (Bedah)
Bakung 17 - - - - - - - 17
(NICU)
ICU/ICCU 6 - - - - - - - 8
HCU 8 - - - - - - - 7
Cempaka - - - - 10 4 - 12 26
TOTAL 31 4 20 14 11 22 41 56 200
Sumber : Profil BRSU Tabanan (2012)
Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa BRSU Tabanan memiliki 207 unit
kamar perawatan bagi pasien rawat inap dengan 10 kelompok ruangan yang
terbagi menjadi 7 kelas kamar. Dari unti rawat inap tersebut, terdapat fasilitas
yang beragam sesuai dengan kelas pada setiap unit. Berikut merupakan
fasilitas yang dimiliki dari setiap kelas ruangan rawat inap di BRSU Tabanan :
1) Kelas III : satu kamar untuk 5-6 pasien (satu tempat tidur untuk 1
pasien) dengan fasilitas 1 kipas angin.
2) Kelas II : satu kamar untuk 3-4 pasien (satu tempat tidur untuk 1
pasien) dengan fasilitas 1 kipas angin.
3) Kelas I : satu kamar untuk 2 pasien (satu tempat tidur untuk 1 pasien)
dengan fasilitas kamar mandi di dalam.
4) Pratama : satu kamar untuk 1 pasien, dengan fasilitas kamar mandi
dalam, AC, intercom, telepon, dan sofa.
5) Madyatama : satu kamar untuk 1 pasien dengan fasilitas TV, AC,
kulkas, intercom, telepon, sofa, kamar mandi dalam dan sentral gas
medik.
17
6) Madyatama Plus : satu kamar untuk 1 pasien dengan fasilitas TV, AC,
kulkas, intercom, telepon, sofa, kamar mandi dalam (air panas dan
dingin) dan sentral gas medik.
7) Utama : satu kamar untuk 1 pasien dengan fasilitastempat tidur
otomatis (dengan remote control), TV, AC, kulkas, intercom, telepon,
sofa, kamar mandi dalam (air panas dan dingin) dan sentral gas medik.
2012
Uraian
200 TT
BOR 89,74
LOS 4,52
BTO 72,93
TOI 0,51
Kunj. Rawat Jalan Umum 114.363
Kunj. Rawat Inap 14.583
Kunj. Rawat Darurat 50.438
Kunj. Rawat Exekutif 22.432
Kunj. Lab 61.840
Kunj. RO 28.934
Tindakan Operasi
- Khusus 31
- Besar 2.746
- Sedang 1.144
- Kecil 0
Persalinan Normal 979
Persalinan Tindakan 717
Total Persalinan 1696
Infeksi Nosokomial
- ILO 0
- Phlebetis 0
- UTI 0
- Bulin Sepsis 0
- Decubitus 5
- Infeksi Kulit 0
Kematian :
Bayi 52
Bulin Sepsis 0
19
Lain-lain 567
GDR 42,78
NDR 26,19
a) ada SOP di BRSU Tabanan Nama Pasien yang terdiri dari satu kata ditulis
atau diindek sebagaimana nama itu disebut. Mariasih ditulis Mariasih
b) Pada SOP di BRSU Tabanan Nama Keluarga, nama orang Indonesia yang
mempergunakan nama keluarga yang diutamakan nama keluarganya.
Danan Hadisubrata ditulis Hadisubrata Danan.
c) Pada SOP di BRSU Tabanan Penulisan Untuk nama yang terdiri dari satu
atau dua kata, kata terakhir dijadikan kata tangkap utama, atau dianggap
sebagai nama keluarga. Abdul Haris Nasution ditulis Nasution Abdul
Haris. Namun pada kenyataanya penulisan untuk nama yang terdiri dari
satu atau dua kata adalah Abdul Haris Nasution tidak sesuai dengan SOP
yang telah dibuat.
d) Pada SOP di BRSU Tabanan Nama Marga, Suku Penulisannya
diutamakan nama marga, suku. Cokorda Ngurah Oka ditulis Oka
Cokorda Ngurah, Namun pada kenyataannya penulisan Nama Marga,
Suku Penulisannya di BRSU Tabanan adalah Cokorda Ngurah Oka
tidak sesuai dengan SOP yang telah dibuat.
e) Pada SOP di BRSU Tabanan Bagi Wanita yang mempergunakan nama
laki laki diindek nama laki laki dijadikan kata tangkap utama dalam
mengindex. Neno Warisman ditulis Warisman Neno.
f) Pada SOP di BRSU Tabanan Penulisan nama permandian atau baptis,
maka nama tersebut diindek menurut nama terakhir. Florensius Suhardi
ditulis Suhardi Florensius. Namun pada kenyataannya penulisan nama
pemandian atau baptis di BRSU Tabanan adalah Florensius Suhardi
tidak sesuai dengan SOP yang telah dibuat.
g) Pada SOP di BRSU Tabanan Penulisan Nama gelar baik gelar
kesarjanaan, gelar kepangkatan, gelar keagamaan, gelar kekeluargaan,
gelar gelar tersebut ditempatkan dibelakang. Drs.Danan Hadisubrata
ditulis Hadisubrata Danan Drs. Namun pada kenyataannya penulisan
nama gelar di BRSU Tabanan adalah Drs.Danan Hadisubrata tidak
sesuai dengan SOP yang telah dibuat.
23
2.6.4 Indexing
26
2.6.5 Assembling
Assembling merupakan upaya untuk mendapatkan hasil guna dan daya
guna secara maksimal dalam hal penyusunan, penataan atau perakitan lembaran
rekam medis. Penyusunan dimulai dari berkas rekam medis rawat darurat, rawat
jalan, dan rawat inap. Pergantian pada masing-masing pelayanan akan diberikan
kertas sebagai pembatas yang menonjol sehingga mempermudah pencarian
formulir dalam berkas rekam medis.
Kegiatan assembling termasuk juga mengecek kelengkapan pengisian
berkas rekam medis dan formulir yang harus ada pada berkas rekam medis.
Kegiatan pengecekan ini disebut dengan analisa kuantitif. Berkas rekam medis
yang kembali dari unit pelayanan akan dikembalikan ke unit rekam medis bagian
27
assembling untuk dicatat pada buku register semua berkas yang masuk sesuai
tanggal masuk ke bagian assembling dan tanggal pasien pulang. Pada proses ini
akan diketahui berkas yang kembali tepat pada waktunya dan yang terlambat
kembali ke unit rekam medis. Setelah itu berkas rekam medis dianalisis untuk
mengetahui kelengkapan pengisiannya. Berkas yang kembali ke unit rekam medis
yang belum lengkap akan dikembalikan ke tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan pada pasien melalui unit kerjanya (Budi, 2011).
Menurut Huffman (1994), pada bagian assembling ini diketahui tipe
ketidaklengkapan berkas rekam medis ada 2 yaitu:
a) Incomplete medical record, merupakan tipe ketidaklengkapan berkas rekam
medis ketika berkas rekam medis kembali dari unit pelayanan
b) Delinguent medical record, merupakan tipe ketidaklengkapan berkas rekam
medis ketika berkas sudah dimintakan kelengkapannya kepada tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien dalam waktu yang
telah ditentukan, tetapi setelah diambil dan proses ke assembling ditemukan
berkas rekam medis masih belum lengkap juga.
Menurut Huffman analisis kuantitatif dalam proses assembling yaitu
review bagian tertentu dari isi rekam medis dengan maksud menemukan
kekurangan khusus yang berkaitan dengan pendokumentasian (pencatatan) pada
berkas rekam medis. 4 komponen yang digunakan dalam analisa kuantitatif yaitu:
a) Identitas pasien pada setiap lembar rekam medis
b) Autentifikasi dokter pada setiap tempat yang ditentukan
c) Pengisian laporan yang penting pada berkas rekam medis,
d) Pendokumentasian yang baik
Hal ini dapat dijadikan tolak ukur mutu berkas rekam medis di fasilitas
pelayanan kesehatan. Parameter yang dapat dilihat untuk mengetahui mutu rekam
medis di rumah sakit khususnya yang melibatkan kegiatan assembling
diantaranya:
a) Ketepatan waktu pengembalian
b) Kelengkapan formulir rekam medis
c) Kelengkapan pengisian pada berkas rekam medis
Berdasarkan teori diatas BRSU Tabanan belum melaksanakan kegiatan
assembling dengan baik sesuai dengajan SOP (Standart Operasional Prosedur)
28
yang telah ditetapkan, karena masih banyak berkas rekam medis yang dipinjam
oleh unit tertentu dan kembali tidak tepat pada waktunya.
Pada umumnya berkas kembali masih dalam keadaan tidak lengkap.
Berkas rekam medis yang kembali dari unit tertentu tidak diurutkan sesuai dengan
standart yang ada dan pengecekannya hanya dilakukan pada lembar resume untuk
berkas pasien rawat inap. Untuk berkas pasien rawat jalan dan berkas pasien rawat
darurat kegiatan assembling hanya merapikan berkas saja tanpa melihat
kelengkapan identitas pasien, autentifikasi dokter dan formulir-formulir penting
lainnya.
Berkas rekam medis yang tidak lengkap dikembalikan pada unit terkait
dan kegiatan ini hanya dilakukan pada berkas pasien rawat inap saja. Dan pada
saat berkas tersebut dikembalikan ke unit terkait, yang perlu dilengkapi hanya
pada lembaran resume pasien saja. Untuk lembar lain seperti lembaran informed
consent, laporan operasi dan laporan anastesi banyak yang tidak lengkap atau
bahkan lembaran tersebut tidak ada, selain itu kelengkapan berdasarkan identitas
pasien dan autentifikasi dokter juga tidak diperhatikan. Berkas rekam medis yang
kembali dari setiap unit terkait yang menggunakan berkas rekam medis tersebut
dicatat pada buku ekspedisi pengembalian.
Dari kegiatan assembling yang telah dilakukan di BRSU Tabanan, dapat
dikatakan bahwa kegiatan assembling tidak berjalan dengan baik dan tidak sesuai
dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. BRSU
Tabanan belum pernah dilakukan analisa kuantitatif pada berkas rekam medis.
Dari kegiatan assembling yang tidak berjalan dengan baik ini maka dapat
dikatakan bahwa mutu dari berkas rekam medis dinilai masih kurang atau belum
mencapai standart yang telah ditetapkan.
2.6.6 Coding
Coding merupakan kegiatan memberikan kode untuk diagnosis penyakit
maupun tindakan medis. Kode yang diberikan berupa huruf atau angka atau
kombinasi huruf dan angka yang sesuai dengan diagnosis atau tindakan medis.
Dalam pemberian kode yang sesuai dengan cara melihat di ICD-10 (International
Statistical Clasification of Disease and Related Health Problem Tenth Revision)
29
untuk melihat kode diagnosis, sedangkan untuk memberikan kode tindakan medis
menggunakan ICD-9 CM (International Statistical Clasification of Disease and
Related Health Problem Ninth Revision Clinical Modification). Ketetapan
pemberian kode sangat penting (Budi, 2011).
Prosedur yang dilakukan dalam kegiatan pemberian kode di BRSU
Tabanan Bali dibandingkan dengan teori yang ada belum cukup sesuai
dikarenakan coder mengkode jarang melihat ICD-10 maupun ICD-9 tetapi lebih
sering memakai buku pintar baik untuk kode penyakit maupun kode tindakan
masih menggunakan ICOPIM. Hal ini dikarenakan kebiasaan petugas kode yang
telah hafal dengan berbagai diagnosa yang ada, sehingga tidak memerlukan buku
ICD-10 dan ICD-9 CM. Tetapi hal ini sewaktu-waktu dapat menyebabkan
ketidaktepatan kode yang diberikan dikarenakan lupa akan kode yang lebih
spesifik.
2.6.7 Pendaftaran
Unit pendaftaran di unit rekam medis BRSU Tabanan Bali terdiri dari
pendaftaran rawat jalan umum, rawat jalan eksekutif serta rawat inap.
Dari uraian di atas, secara garis besar sistem pendaftaran rawat jalan di BRSU
Tabanan Bali sudah sesuai dengan standart operasional prosedur yang telah di
buat sesuai dengan kebijakan dari pihak rumah sakit khususnya unit rekam medis
sendiri, hanya saja jika ada pasien baru tidak selalu dibuatkan kartu berobat oleh
petugas pendaftaran, sehingga jika pasien tersebut berkunjung kembali tidak
menutup kemungkinan dibuatkan nomor baru atau berkas baru dikarenakan
memiliki nomor ganda yang bahkan dapat menghambat pelayanan ke rawat jalan.
Namun alur pasien rawat jalan yang ada tidak sesuai dengan SOP dan kenyataan
yang berlaku dilapangan. Seperti ditunjukkan pada alur berikut ini :
32
Gambar 2.3 Alur Pendaftaran Pasien Rawat Jalan BRSU Tabanan Bali
b) Rawat Inap
Pendaftaran untuk rawat inap di BRSU Tabanan sesuai dengan Standart
Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut :
33
Gambar 2.4 Alur Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Eksekutif BRSU Tabanan
35
Dapat juga dijelaskan alur pasien di fasilitas Pelayanan Kesehatan menurut (Budi,
2011) adalah sebagai berikut :
MULAI
POLI UGD
T
RANAP FARMASI
?
Y
KASIR
TPP RANAP
T PULANG
BANGSAL RAWAT
LAYANAN
PENUNJAN
GY
PELAYANAN
PENUNJANG
Gambar 2.5 Alur Pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Alur pasien berobat di fasilitas kesehatan mulai dari pasien datang ke bagian
tempat penerimaan pasien untuk mendaftar ke klinik atau pelayanan yang dituju.
Setelah berkas disiapkan oleh petugas penerimaan pasien, pasien akan
mendapatkan pelayanan di klinik. Tenaga medis akan menetapkan diagnosis untuk
36
pasien dan pasien akan dinyatakan pulang atau di rawat inap. Jika pasien di
izinkan pulang, maka pasien dapat menuju ke bagian farmasi untuk memesan
obat. Untuk pengambilan obat bisa dilakukan setelah pasien membayar biaya
pel;ayanan dan obat di kasir. Setelah itu pasien diizinkan untuk pulang. Untuk
pasien yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (rawat inap) akan dibuatkan
surat pengantar di rawat yang akan dibawa pasien untuk melakukan pendaftaran
pasien rawat inap. Setelah selesai melakukan pendaftaran di tempat penerimaan
rawat inap, pasien akan di antar ke bangsal oleh perawat. Pasien mendapat obat-
obatan dan perawatan di bangsal perawatan. Setelah dinyatakan boleh pulang oleh
dokter, keluarga pasien atau pasien mengurus administrasi dan membayar biaya
perawatan di kasir kemudian diizinkan pulang.
pengelola data statistik tersebut tetap melihat atau Cross Check berdasarkan data
yang didapat secara manual atau dalam bentuk laporan harian dari setiap
pelayanan. Rekapan dari hasil pengumpulan data tersebut yaitu berupa laporan
bulanan yang sesuai dengan ketentuan yang ada di BRSU Tabanan. Laporan
tersebut dipakai sesuai dengan keperluan intern dan ekstern rumah sakit.
Output dari data yang telah diolah tersebut disajikan dalam bentuk
rekapitulasi laporan (RL) sesuai dengan ketentuan. Output data dari pasien rawat
inap masuk pada RL 3.1, RL 4.a, RL 5.1, RL 5.3, sedangkan untuk output dari
pasien rawat jalan yaitu RL 3.3, RL 3.4, RL 3.5, RL 3.6, RL 3.7, RL 3.8, RL 3.9,
RL 3.10, RL 3.11, RL 3.12, RL 4b, RL 5.1, RL 5.2, RL 5.4. Selain dalam bentuk
rekapitulasi laporan (RL), data yang telah diolah tersebut disajikan dalam bentuk
tabel, grafik, atau ringkasan seperti jumlah angka rata-rata, prosentase, dan
sebagainya. Contohnya yaitu data indeks kematian, data indeks kelahiran, dan
data kejadian luar biasa (KLB) dalam periode tertentu.
Salah satu perhitungan indikator mutu pelayanan rawat inap di BRSU
Tabanan dilakukan setiap bulan dengan menghitung jumlah BOR, LOS, TOI, dan
BTO untuk mengetahui efisiensi pengelolaan rumah sakit. Akan tetapi, data hasil
perhitungan tersebut tidak disajikan dalam bentuk grafik yang telah ditetapkan
yaitu Grafik Baber-Johnson dalam 5 (lima) tahun terakhir. Pada SOP (Standar
Operasional Pelayanan) yang telah ditetapkan, Grafik Baber-Johnson tersebut
dibuat setiap tiga bulan sekali atau setiap triwulan sekali. Pada kenyataannnya di
BRSU Tabanan tidak mengintepretasikan data- data BOR, LOS, TOI, dan BTO
dalam Grafik Baber-Johnson dalam 5 (lima) tahun terakhir sesuai dengan Standar
Operasional Prosedure (SOP) yang telah ditetapkan, dimana kegiatan pembuatan
Grafik Barber-Johnson terakhir dilakukan pada tahun 2008 dikarenakan software
Grafik Barber-Johnson yang sebelumnya tidak dapat digunakan lagi. Grafik
Barber-Johnson tersebut dapat menghasilkan daerah efisiensi terhadap kinerja dan
mutu pelayanan yang telah diberikan oleh pihak BRSU Tabanan.
Dengan melihat daerah efisiensi yang ada pada Grafik Barber-Johnson
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi pelayanan yang ada di BRSU
Tabanan dan dijadikan data pendukung pengambilan keputusan oleh pihak
38
manajemen BRSU Tabanan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan yang sudah
baik menjadi lebih baik lagi, serta mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan
upaya untuk sterilisasi ruangan, sehingga mencegah terjadinya penyakit tertular.
Data statistik atau laporan ini juga didapat dari data diagnosa penyakit
pasien, baik rawat inap, rawat jalan, maupun rawat darurat. Dari data diagnosa
tersebut maka didapat kodefikasi dari setiap diagnosa pasien. Dari data diagnosa
tersebut, dapat dijadikan laporan tentang 10 besar penyakit pada setiap instalasi.
Selain 10 besar penyakit, dari data diagnosa dan kodefikasi tersebut didapat juga
jumlah pasien terbanyak berdasarkan kriteria misalkan umur, jenis kelamin dan
cara pembayaran.
Cara pembayaran dari setiap tindakan yang telah didapat oleh pasien bisa
dengan pembayaran jasa per pelayanan
(fee for service) yaitu pasien membayar dengan uang pribadi pasien itu sendiri
atau dengan jaminan pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan, baik jaminan dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun jaminan dari asuransi yang bekerja
sama dengan pihak penyedia pelayanan kesehatan (rumah sakit). Yang dimaksud
dengan jaminan pelayanan kesehatan ialah jaminan yang diberikan kepada
seseorang yang seluruh biaya pelayanan kesehatannya ditanggung oleh pihak
tertentu sesuai dengan ketentuan atau syarat yang berlaku (Hatta, 2008).
Pada saat ini BRSU Tabanan bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu
yang terkait dengan pemberi jaminan pelayanan kesehatan, baik dengan
pemerintah maupun dengan pihak swasta. Dengan pelayanan yang tersedia
tersebut maka dapat diketahui cara pembayaran yang digunakan oleh pasien untuk
memperoleh suatu pelayanan kesehatan. Dan sebagian besar pasien yang
berkunjung ke BRSU Tabanan adalah pasien yang cara pembayarannya
menggunakan jaminan pelayanan kesehatan dengan persyaratan tertentu yang
telah ditetapkan.
Dari seluruh data statistik atau rekapitulasi laporan tersebut, pihak BRSU
Tabanan mengirimkan data laporan kepada Dinas kesehatan terkait. Pengiriman
rekapitulasi laporan kepada dinas kesehatan dilakukan setiap bulan dan paling
lambat laporan tersebut dikirim tanggal 15 pada bulan berikutnya. Akan tetapi,
39
untuk kejadian KLB (kejadian luar biasa), pihak BRSU Tabanan mengirimkan
data laporannya secepat mungkin setelah data terkumpul dan telah diolah oleh
pihak manajemen BRSU Tabanan.