I. PENDAHULUAN
melayani masyarakat, yang dalam bekerja memasukan nilai etika dan moral
sehingga melihat pekerjaannya sebagai tanggung jawab besar yaitu melakukan
yang terbaik bagi masyarakat dan rumah sakit. Pemimpin yang demikian, akan
menjadi panutan dan kemudian dapat mempengaruhi dan mendorong seluruh
pegawai baik tenaga medis, paramedis, dan pegawai lainnya untuk juga memiliki
komitmen dan berbagi nilai yang sama. Dengan kata lain, orientasi pemimpin
akan menjadi orientasi pegawainya.
Melayani yang dimaksud disini bukan sekedar menjadi pelayan tapi lebih
luas dari itu seorang pemimpin yang melayani mendedikasikan dirinya untuk
membuat orang lain menjadi lebih baik, lebih sejahtera, memampukan orang lain
untuk melakukan yang terbaik.
Dewasa ini, diketahui bahwa organisasi sangat membutuhkan pemimpin
yang berprilaku sesuai nilai etika dan moral kemudian mampu mendorong mereka
yang dipimpinnya untuk menganut nilai-nilai yang sama dengannya (Stoute dkk.,
2012). Beberapa teori kepemipinan yang berhubungan dengan etika dan moral,
yaitu teori kepemimpinan melayani, transformasional, otentik dan spiritual.
Menurut Avolio dan Garner (2005) ke empat teori saling berhubungan erat.
Namun terdapat perbedaan signifikan yang membedakan kepemimpinan melayani
dengan kepemimpinan lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa kepemimpinan
melayani adalah kepemimpinan yang paling berhubungan erat dengan nilai etika
dan moral ( Reed, dkk).
Teori kepemimpinan yang kini berkembang dan berkaitan dengan etika
adalah servant leadership atau kepemimpinanmelayani (Lanctot dan Irving
2010). Trastek dkk (2014) dalam artikelnya yang diterbitkan Mayo Foundation
for Medical Education and Research menyatakan sistem kesehatan Amerika
dalam keadaan buruk dan dilakukan penelitian yang berfokus pada
kepemimpinan. Penelitian menyimpulkan bahwa kepemimpinan melayani adalah
orientasi kepemimpinan yang terbaik untuk organisasi kesehatan karena berfokus
pada kekuatan tim, membangun kepercayaan dan melayani kebutuhan pasien.
Pemimpin yang berorientasi melayani, sudah pasti siap untuk melakukan
perubahan dalam organisasi dan memperbaiki hubungan dengan pasien agar
pelayanan terhadap pasien lebih bermakna.
3
Berikut ini adalah gambaran RSU yang ada di kawasan kota Ambon dilihat
dari klasifikasi kelas RSU dan status akreditasi.
3 RS AL TNI IV - Belum
terakreditasi
2. Dengan sebagian besar rumah sakit di kota Ambon ada di kelas D, maka
dapat disimpulkan buruknya pelayanan kesehatan yang diterima
masyarakat di kota Ambon.
RSUD dan solusi yang diberikan dari pihak RS adalah, keluarga pasien
yang diminta mengantarkan sampel darah pasien ke salah satu RS swata
untuk diperiksa. Kerusakan alat laboratorium dan cara penyelesaian yang
dilakukan RS sudah terjadi selama bertahun-tahun karena dialami juga
oleh dua rekan dokter umum yang menjadi pasien tahun 2005 dan 2009.
Hal ini membuktikan bahwa perkembangan pelayanan RSUD selama
puluhan tahun tidak signifikan.
2.1.1 Sejarah
Robert K Greenleaf adalah orang yang pertama kali berbicara tentang
kepemimpinan yang melayani di tahun 1970. Greenleaf terinspirasi dari cerita
The Journey to the East oleh novelis berkebangsaan Jerman, Herman Hesse
(1956). Bagi Greenleaf, cerita tersebut memiliki makna bahwa pemimpin yang
hebat awalnya adalah pelayan kepada sesama dan hal ini merupakan inti dari
kehebatan pemimpin dan pemimpin yang hebat muncul dari mereka yang awalnya
termotivasi oleh keinginan yang dalam untuk menolong orang lain (Spears 2004).
Selain kisah novel, ide orientasi kepemimpinan melayani dipengaruhi
juga oleh sang ayah, seorang profesor sosiologi dan beberapa orang yang
memberikan contoh kepemimpinan yang melayani baginya.
3); organisasi publik (n = 2) ; organisasi religi (n=1) dan yang berkaitan dengan
sejarah (n=1). Literatur ini juga mengelompokan penelitian dalam 7 tema, yaitu:
Kalimat lain yang selalu muncul dalam literatur yaitu pemimpin yang
melayaniadalah mereka yang mengutamakan kepentingan pengikutnya termasuk
pegawai, pelanggan dan komunitas di atas kepentingan pribadi (Spears, 2004).
4. Visi. Pemimpin mencari tahu berbagai keinginan dan tujuan pegawai yang
berhubungan dengan apa yang ingin dilakukan pengikut atau komunitas
yang kemudian ditindaklanjuti pemimpin dengan memodifikasi aturan
organisasi dan metode yang cocok.
5. Kepercayaan. Kepercayaan muncul di saat yang sama dengan adanya visi
dimana pemimpin percaya pada kemampuan pengikut dalam mencapai
tujuan dan kemampuan dalam memungkinkan visi pemimpin dari dan
kepada pengikut terjadi.
6. Pemberdayaan. Visi dan kepercayaan berkembang menjadi pemberdayaan
atau terjadi pemberian kekuatan, otoritas, akuntabilitas, tanggung jawab,
sumber daya kepada pengikut untuk mencapai apa yang diinginkan
pengikut dan apa yang diinginkan pengikut sesuai visinya dalam
organisasi.
7. Pelayanan. Banyak peneliti yang menganggap bahwa pelayanan adalah
karakter yang membedakan servant leadership dari gaya kepemimpinan
lain. Pelayanan adalah apa yang perlu dilakukan pemimpin untuk
menyediakan apa yang dibutuhkan pengikutnya agar dapat menyelesaikan
tugasnya.
Cukup(Moderate) 03.50-03.99
Sangat baik(Excellent) 04.00-04.49
Optimal (Optimal) 04.50-05.00
Russell dan Stone (2002) mengelompokan ciri dari literatur tersebut menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok ciri fungsional yang paling sering muncul di berbagai
literatur dan kelompok ciri penyerta.
banyak tujuan penting yang tidak dapat dicapai tanpa pertolongan orang lain yaitu
atasan, rekanan dan bawahan. Cohen menulis tentang hasil berbagai penelitian
terhadap pemimpin eksekutif yang membuktikan bahwa setiap pemimpin baik di
bidang bisnis, pemerintah, atau militer memiliki pendukung yang mendukung
kesuksesan karir mereka, tidak ada yang sampai di puncak karir tanpa pendukung.
Hanya dengan bantuan orang lain kita dapat mencapai tujuan penting dan tujuan
yang paling sulit. Kesuksesan hanya dapat diraih dengan melakukan
kepemimpinan yang baik dan membantu orang lain mencapai tujuan mereka.
hubungan pemimpin dan pengikut tanpa paksaan, terlihat dari penggunaan kata
mempengaruhi daripada kata menstimulasi,yang berarti pemimpin melihat
pengikutnya sebagai pribadi yang mandiri ( Ciulla, 1995). Ciulla juga mengatakan
bahwa yang terpenting adalah bukan mencari defenisi dari kepemimpinan tetapi
nilai apa yang terkandung dalam sebuah kepemimpinan, yang membedakan gaya
kepemimpinan dan membedakan kepemimpinan yang sebenarnya dengan
pemimpin karena posisi atau kedudukan.
Hitler bisa dikategorikan sebagai pemimpin jika nilai moral dan etika tidak
dimasukan dalam definisi kepemimpinan, sehingga Hitler bisa disejajarkan
dengan Gandhi. Namun jika nilai moral menjadi syarat, maka Hitler tidak
dikategorikan sebagai pemimpin, ia hanyalah kepala negara Jerman yang adalah
penindas dan kejam. Kepemimpinan tidak mengarahkan orang ke jurang, tidak
membangkitkan sisi gelap dari manusia ( Kotter, 1988). Kepemimpinan dikatakan
sebagai sebuah proses, dimana menurutnya kepemimpinan yang baik
menggerakan orang ke arah yang sungguh-sungguh dan sejatinya merupakan
keinginan mereka. Oleh sebab itu pertanyaan yang lebih penting adalah seperti
apakah kepemimpinan yang baik? Kepemimpinan yang baik harus dinilai dari
kedua sisi yaitu efektifitas seorang pemimpin juga nilai etika dan moral yang
dimiliki pemimpin.
3.1. RSUD X
3.1.1 Sejarah
RSUD X sebagai rumah sakit kelas B dan merupakan rumah sakit rujukan
provinsi Maluku yang merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 632 pulau besar
dan kecil. Luas daratan Provinsi Maluku yang hanya 7,6 % dari luas Wilayah
712.479,69 km2 dihuni oleh 1.200.000 jiwa. Rencana pembangunan Rumah Sakit ini
diprakarsai oleh 3 (tiga) orang dokter, masing-masing dr. D. P. Tahitu, dr. K. A. Staa
dan dr. L. Huliselan tahun 1946. Rumah sakit baru diresmikan pada tanggal 3 Maret
1954 dengan nama Rumah Sakit Umum Ambon dan dipimpin oleh dr.L. Huliselan
sebagai Kepala Rumah Sakit Umum Ambon yang pertama.
Kapasitas Rumah Sakit Umum Ambon pada saat peresmian adalah 90 tempat
tidur.Sesuai keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
51/Men.Kes/SK/II/79, tanggal 22 Februari 1979, Rumah Sakit Umum Ambon
ditetapkan menjadi rumah sakit kelas C. Saat ini RSUD dr. M. Haulussy memiliki 353
Tempat Tidur yang terdiri dari Kelas Utama 15 TT; Kelas I 33 TT; Kelas II 65 TT;
Kelas III 233 TT; dan Kelas Khusus 7 TT.
3.1.4 Pelayanan
Selama tahun 2013, jumlah pasien pengunjung Rumah Sakit yang mendapat
pelayanan kesehatan sebanyak 46.342 orang, 13.511 orang atau 29% pasien baru,
sedangkan pasien lama berjumlah 32.831 orang atau 71%. Para pasien
memperolehpelayanan kesehatan di RSUD Dr. M.Haulussy baik di rawat jalan, inap
maupun dan gawat darurat. Aktivitas pelayanan tersebut telah mencakup upaya
kesehatan yang meliputi upaya kuratif rehabilitatif. preventif dan promotif.
Haulussy setiap hari selama 24 jam. Jenis pelayanan rawat darurat yang diberikan
adalah pelayanan Bedah, Non-Bedah, Kebidanan, Psikiatrik, dan Anak.
Selama tahun 2013, jumlah pasien yang mendapat pelayanan rawat darurat
sebanyak 18.956 pasien. Pelayanan terbanyak yaitu Non Bedah sebanyak 9.245
pasien, Kebidanan 3.350 pasien, Bedah 3.276 pasien, Anak 3.085 pasien. Dari seluruh
pasien rawat darurat, 12.517 pasien dirawat inap, 7 pasien pasien dirujuk ke RS lain
dan 6.213 pasien pulang, sedangkan sebanyak 185 orang dengan rincian meninggal di
UGD sebanyak 34 dan meninggal dalam perjalanan menuju UGD (DOA) sebanyak
34 .
Kelas Utama 15 TT
Kelas I 33 TT
Kelas II 65 TT
Kelas III 233 TT
Kelas Khusus 7 TT
3.2. RS Y
3.2.1 Sejarah
Rumah Sakit Sumber Hidup RSSH) adalah rumah sakit swasta tertua di kota
Ambon, yang dikelola oleh yayasan Gereja Protestan Maluku. Sehingga, RSSH
merupakan rumah sakit swasta non profit. Berawal dari klinik pemeriksaan ibu
hamil di bulan Mei tahun 1946, berkembang menjadi rumah sakit bersalin dan
kemudian berkembang terus hingga menjadi rumah sakit umum pada tahun 1990.
Visi RSSH adalah Menjadi Rumah Sakit Utama Masyarakat di Tahun 2017.
Misi :
Tujuan rumah sakit adalah menjadi mitra pemerintah dalam membangun kota
Ambon dalam bidang kesehatan, memelihara komitmen dalam meningkatkan
mutu pelayanan melalui peningkatan fasilitas sarana dan prasarana, sumber daya
manusia dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
29
3.2.4 Pelayanan
1. Pelayanan 24 jam
IGD : 3 TT
Rawat Inap : 60 TT
Kamar operasi : 1 Kamar
Kamar persalinan
Ambulance
Apotik
Laboratorium
Medis /Paramedis
No Indikator Tahun
2012 2013 2014
1 BOR 37.47 62.30 74.10
2 LOS 3.39 4.59 4.28
3 BTO 40.40 49.55 63.15
4 TOI -2.62 -3.96 -3.79
5 NDR 14.44 13.45 14.52
6 GDR 22.28 23.55 27.18
31
Dimensi
1.Values people
Orientasi
2.Develop people
kepemimpinan
3.Builds comunity
Melayani
4.Display autheticity,
RSUD
5.Provide eadership,
6.Share leadership
Dimensi
1.Values people
Orientasi
2.Develop people
kepemimpinan
3.Builds comunity
Melayani
4.Display autheticity,
RS Non Profit
5.Provide Leadership
6.Share leadership
V. METODOLOGI PENELITIAN
5.3.1 Popoulasi
Populasi untuk penelitian ini adalah Dokter dan Perawat di RSUD X dan
RS Y kota Ambon
35
3.2 Sampel
Jumlah sampel untuk kuesioner OLA dan SERVQUAL, sesuai dengan
yang direkomendasikan di website www.Olagroup.com yang dirumuskan Krejcie
dan Morgan (1970) :
n= X 2 N P (1-P)
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
X = standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI 95%
d = derajat ketepatan yang digunakan atau 0,1
p = proporsi target populasi adalah 0,5
Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang didapat adalah 119 dan
berdasarkan proporsi maka jumlah sampel adalah
RSUD X : 96 sampel
RS Y : 23 sampel
Tenaga yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dua
orang perawat yang sudah diberikan pengetahuan penuh tentang penelitian ini.
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari
jawaban kuesioner dan data profil dari tiap rumah sakit..
assessment). Instrumen yang didisain oleh Laub (1999) untuk mengukur persepsi
prilaku kepemimpinan yang melayani. OLA adalah instrumen yang telah teruji
validitas dan reabilitasnya.
.
5.8 Analisa Data
a. Nilai mean total OLA yang didapat untuk mengetahui ada di tingkat mana
38
Pengambilan data dilakukan selama bulan Mei oleh peneliti dan dua orang
asisten peneliti. Penelitian terhadap responden staf rumah sakit umumnya
dilakukan pada sekitar pukul 14.00 di saat dokter umum dan perawat dan petugas
ruangan yang bertugas pagi telah selesai bertugas sehingga memiliki waktu untuk
melakukan pengisian kuesioner. Sementara untuk staf dokter spesialis, pengisian
kuesioner dilakukan di poliklinik setelah selesai praktek.
Rumah Membangun
Sakit Komunitas
N Mean
RS Y
23 2.23
RSUD
96 2.56
Rumah Berbagi
Sakit kepemimpinan
N Mean
RS Y
23 2.11
RSUD
96 2.02
Tabel 6.8 Analisa dimensi orientasi kepemimpinan melayani terhadap rumah sakit
Dimensi
Rumah
Kepemimpinan n Mean SD p
Sakit
Melayani
Menghargai Orang RS Y 23 2.23 1.03
0.108
RSUD 96 2.61 0.70
Membangun Orang RS Y 23 2.15 0.99
0.670
RSUD 96 2.23 0.70
Membangun
komunitas RS Y 23 2.23 1.01 0.086
RSUD 96 2.56 0.78
Menunjukkan diri apa
adanya RS Y 23 2.14 0.97 0.209
RSUD 96 2.37 0.73
Bertindak sebagai
pemimpin RS Y 23 2.18 0.98 0.317
RSUD 96 2.35 0.66
Berbagi
kepemimpinan RS Y 23 2.11 0.96 0.689
RSUD 96 2.02 0.94
Total Nilai RS Y 23 2.18 0.98
0.243
RSUD 96 2.38 0.70
Total skor dimensi kepemimpian melayani di dua RS ada pada level yang sama
yaitu di level otokratik menurut OLA. Hal ini didukung oleh hasil uji T yang
dilakukan dan mendapatkan nilai nilai p > =0.05 yang berarti tidak ada
perbedaan signifikan nilai mean RS Y dengan RSUD.
43
Dimensi Kepemimpinan
Profesi N Mean SD P
Melayani
Menghargai Orang Perawat 109 2.47 0.76
0.008
Dokter 10 3.16 0.83
Membangun orang Perawat 109 2.13 0.69
0.001
Dokter 10 3.13 0.92
Membangun komunitas Perawat 109 2.44 0.82
0.017
Dokter 10 3.10 0.79
Menunjukkan diri apa
adanya Perawat 09 2.27 0.75 0.004
Dokter 10 2.99 0.88
Bertindak sebagai
pemimpin Perawat 109 2.26 0.70 0.003
Dokter 10 2.96 0.76
Berbagi kepemimpinan Perawat 109 1.94 0.86
0.001
Dokter 10 3.15 1.09
Total Nilai Perawat 109 2.28 0.72
0.001
Dokter 10 3.07 0.83
Nilai p < =0.05 yang terlihat di tabel 6.4 menunjukan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara persepsi dokter dengan perawat terhadap
dimensi kepemimpinan melayani. Nilai mean yang ditunjukan dokter pada setiap
dimensi lebih tinggi daripada perawat dengan perbedaan yang signifikan. Dokter
berada pada tingkat kesehatan organisasi yang lebih baik dari perawat yaitu
limited organization health menurut OLA.
Dimensi
Pendikan Petugas n Mean SD P
Kepemimpinan
Tamat SMU &
Menghargai Orang Sederajat 17 2.28 0.82
Diploma 1/2/3 & 0.084
sederajat 86 2.52 0.77
D4/S1/S2 dan sederajat 16 2.88 0.77
Tamat SMU &
Membangun orang Sederajat 17 1.93 0.59
Diploma 1/2/3 & 0.004
sederajat 86 2.17 0.72
D4/S1/S2 dan sederajat 16 2.76 0.88
Membangun Tamat SMU &
komunitas Sederajat 17 2.33 1.00
Diploma 1/2/3 & 0.184
sederajat 86 2.47 0.81
D4/S1/S2 dan sederajat 16 2.84 0.75
Menunjukkan diri Tamat SMU &
apa adanya Sederajat 17 2.15 0.77
Diploma 1/2/3 & 0.084
sederajat 86 2.29 0.76
D4/S1/S2 dan sederajat 16 2.71 0.81
Bertindak sebagai Tamat SMU &
pemimpin Sederajat 17 2.10 0.75
Diploma 1/2/3 & 0.062
sederajat 86 2.30 0.72
D4/S1/S2 dan sederajat 16 2.68 0.71
Berbagi Tamat SMU &
kepemimpinan Sederajat 17 1.85 0.83
Diploma 1/2/3 & 0.016
sederajat 86 1.96 0.89
D4/S1/S2 dan sederajat 16 2.66 1.13
Tamat SMU &
Total Sederajat 17 2.13 0.77
Diploma 1/2/3 & 0.044
sederajat 86 2.31 0.74
D4/S1/S2 dan sederajat 16 2.76 0.79
dikatakan tingkat persepsi laki-laki terhadap dimensi menunjukan diri apa adanya
lebih tinggi dibandingkan tingkat persepsi perempuan.
Dimensi
Jenis
Kepemimpinan n Mean SD p
Kelamin
Melayani
Menghargai Orang Perempuan 84 2.45 0.72
0.065
Laki-laki 35 2.74 0.92
Membangun orang
lain Perempuan 84 2.15 0.68 0.198
Laki-laki 35 2.37 0.92
Membangun
komunitas Perempuan 84 2.41 0.76 0.115
Laki-laki 35 2.71 0.98
Menunjukkan diri
apa adanya Perempuan 84 2.23 0.71 0.042
Laki-laki 35 2.55 0.90
Bertindak sebagai
pemimpin Perempuan 84 2.24 0.65 0.085
Laki-laki 35 2.52 0.87
Berbagi
kepemimpinan Perempuan 84 1.95 0.86 0.166
Laki-laki 35 2.24 1.09
Total Perempuan 84 2.26 0.69
0.097
Laki-laki 35 2.55 0.90
Dimensi
Kepemimpinan Usia n Mean SD p
Melayani
Menghargai
Orang < 40 tahun 59 2.49 0.85 0.518
>= 40 tahun 60 2.58 0.73
Membangun
orang < 40 tahun 59 2.16 0.76 0.424
>= 40 tahun 60 2.27 0.76
Membangun
komunitas < 40 tahun 59 2.43 0.87 0.414
>= 40 tahun 60 2.56 0.80
Menunjukkan diri
apa adanya < 40 tahun 59 2.25 0.79 0.280
>= 40 tahun 60 2.40 0.77
Bertindak sebagai
pemimpin < 40 tahun 59 2.25 0.78 0.273
>= 40 tahun 60 2.39 0.68
Berbagi
kepemimpinan < 40 tahun 59 1.97 0.93 0.412
>= 40 tahun 60 2.11 0.96
Total Nilai < 40 tahun 59 2.28 0.79
0.352
>= 40 tahun 60 2.41 0.73
VII. PEMBAHASAN
Meskipun telah terbukti teruji secara valid dan reliabel di banyak jurnal
yang di lakukan luar Indonesia, namun instrumen OLA belum teruji di Indonesia,
sehingga seharusnya sebelum digunakan dalam penelitian ini, uji validitas dan
reliabilitas tetap harus dilakukan sampai dinyatakan layak untuk dipakai sebagai
instrumen.
terasa lingkungan yang saling percaya antar staf dan mulai ada motivasi melayani
tetapi tidak yakin bahwa organisasi juga berkomitmen terhadap staf. Hal ini
memang sesuai dengan kenyataan yang terjadi di rumah sakit.
8.1 Kesimpulan
8.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada rumah sakit adalah dapat melihat tesis ini
sebagai bahan yang memberi gambaran tentang kondisi staf rumah sakit yang
memerlukan penghargaan dan perhatian dari pimpinan rumah sakit. Penghargaan
yang sesuai dengan kontribusi yang sudah mereka berikan merupakan langakah
yang baik untuk menunjukan bahwa rumah sakit menghargai keberadaan mereka
sebagai bagian penting dari performa seluruh rumah sakit. Penghargaan tersebut
pada gilirannya akan menumbuhkan kesadaran mereka untuk meningkatkan
kesadaran dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Avolio, B.J., F.O. Walumbwa and T.J. Weber (2009). Leadership: Current
theories. Reasearch, and Future Directions, The Annual Review of
Psychology. Hal 421-449
Avolio, B.J., Bass, B.M. and Jung, D.I. (1999), Re-examining the components of
transformational and transactional leadership using the multifactor
leadership questionnaire, Journal of Occupational and Organizational
Psychology, Vol. 72, pp. 441-62.
Brown, M.E and L.K Trevino. (2006). Ethical leadershi : A Review and Future
Directions. The Leadership Quaterly 17, Hal. 596-616
Butt, M.M. dan De Run, E.C. (2010), Private healthcare quality: applying a
SERVQUAL model, International Journal of Health Care Quality
Assurance, Vol. 23 No. 7, pp. 658-673
54
Ciulla Joanne B (editor) (1995). Leadership Ethics, Mapping the Territory. Ethics,
The Heart of Leadership 2nd edition.
Chung, J Y., Jung, C.S.,Kyle, G T dan Petrick, J.F (2010). Servant Leadership and
Procedural Justice in The US National Park Service : The Antecendents
of Job Satisfaction. Journal of Park and Recreation Adminstration.
Fry, Louis, W., (2003) Toward a theory of spiritual leadership, The Leadership
Quarterly, Hal. 693-727
Hart, M.C. (1996), Measuring perceptions of quality in NHS clinics using the
SERVQUAL methodology, in Richargs, B. (Ed.), Healthcare Computing,
BJHC, Weybridge
Irving, J.A., & Longbotham, G.J. (2007). Team Effectiveness and six essential
servant leadership themes : A regration model based on items in the
organizational leadershipassessment. International Journal of Leadership
Studies. Hal 98-113
John, J., Yatim, F.M. and Mani, S.A. (2010), Measuring service quality of public
dental health care facilities in Kelantan, Malaysia, Asia-Pacific Journal of
Public Health/Asia-Pacific Academic Consortium for Public Health, Vol.
23 No. 5, pp. 742-753
Kotter, John P. 1988. The Leadership Factor. A Division of Macmillan, Inc. New
York. p.16
Lee, M.A. and Yom, Y.H. (2007), "A comparative study of patients' and nurses'
perceptions of the quality of nursing services, satisfaction and intent to
revisit the hospital: a questionnaire survey", International Journal of
Nursing Studies, Vol. 44 No. 4, hal. 545-555
Lim Puay Cheng; Tang Nelson K.H (2000 diperbaharui 2014). A study of
patients' expectations and satisfaction in Singapore hospitals.
International Journal of Health Care Quality Assurance. Vol 13
Lin, D.J., Li, Y.H., Pai, J.Y., Sheu, I.C., Glen, R., Chou, M.J. and Lee, C.Y.
(2009a), "Chronic kidney-disease screening service quality:
questionnaire survey research evidence from Taichung City", BMC
Health Services Research, Vol. 9 No. 239, e-p. 11
Lin, D.J., Sheu, I.C., Pai, J.Y., Bair, A., Hung, C.Y., Yeh, Y.H. and Chou, M.J.
(2009b), Measuring patient's expectation and the perception of quality in
57
Neubert, Mitchell J.; Kacmar, K. Michele ; Carlson, Dawn S.; Chonko, Lawrence
B.; Roberts, James A.; (....), Regulatory focus as a mediator of the
influence of initiating structure and servant leadership on employee
behavior. Journal of Applied Psychology.
Pierce, J. L., & Newstrom, J. W. (2006). Leaders and the leadership process(4th
ed.). Boston: McGraw-Hill.
58
Resnick, S.M. and Griffiths, M.D. (2011), "Service quality in alcohol treatment: a
research note", International Journal of Health Care Quality Assurance,
Vol. 24 No. 2, pp. 149-163
Stouten; Jeroen van Dijke Marius; De Cremer, David (2012), Ethical leadership:
An overview and future perspectives. Journal of Personnel Psychology
11.1 : 1-6.
Tempier, R., Hepp, S.L., Duncan, C.R., Rohr, B., Hachey, K. and Mosier, K.
(2010), Patient-centered care in affective, non-affective, and
schizoaffective groups: patients' opinions and attitudes, Community
Mental. Health Journal, Vol. 46 No. 5, hal. 452-460.
Trastek, Victor F. MD; Hamilton, Neil W.JD; Niles, Emily E.BS, JD (2014),
Leadership Models in Health Care-A Case for Servant Leadership, Mayo
Clinic Proceedings, vol89,ed.3
59
Vinagre, M.H. and Neves, J. (2008), The influence of service quality and patients'
emotions on satisfaction, International Journal of Health Care Quality
Assurance, Vol. 21 No. 1, pp. 87-103
York, Anne S; McCarthy, Kim A (2011). Patient, staff and physician satisfaction:
a new model, instrument and their implications. International Journal of
Health Care Quality Assurance
Youssef, F., Nel, D. and Bovaird, T. (1995), Service quality in NHS hospitals,
Journal of Management in Medicine, Vol. 9 No. 1, pp. 66-74.
Youssef, F., Nel, D. and Bovaird, T. (1996), Health care quality in NHS hospitals,
International Journal of Health Care Quality Assurance, Vol. 9 No. 1,
pp. 15-28.
Zamil, Ahmad Mahmoud; Areiqat, Ahmad Yousef; Tailakh, Waleed (2012). The
Impact of Health Service Quality on Patients' Satisfaction over Private
and Public Hospitals in Jordan: A Comparative Study. International
Journal of Marketing Studies. Hal 123-137
60