KERTAS EKG
Terdapat 2 macam kotak dalam EKG yaitu :
Kecepatan normal mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik mewakili 25mm
atau 25 kotak kecil dalam bidang horizontal.
Dengan standar voltase 1 mVolt, yang artinya dengan standarisasi 1 mVolt akan menghasilkan
defleksi vertikal sebesar 10 mm atau 10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil sama dengan 0,1mVolt.
(lihat gambar 18 & 19).
Jadi :
Gb : 18
Cara Menghitung Frekwensi Denyut Jantung
Menghitung heart rate merupakan keharusan yang harus dilakukan oleh interpreter EKG. Banyak
sekali cara untuk menghitung denyut jantung atau heart rate. Kalau anda sudah paham dan
mengerti tentang topik kertas EKG, anda akan mudah sekali dalam mempelajari topik ini.
Gb: 26
3. Menggunakan 6 detik
Cara ini bisa digunakan untuk gambaran EKG yang regular maupun irregular.
Ventrikel ekstra sistole atau komplek QRS yang abnormal adalah tetap kita namakan sebagai
komplek QRS yang harus kita hitung pada perhitungan frekfensi jantung menggunakan cara ini.
Caranya dengan memilih lead EKG strip yang panjang dan jelas (biasanya di lead II)
Hitung komplek QRS dalam 6 detik.
Berapa jumlah komplek QRS yang anda temukan, kemudian kalikan dengan 10.
Perhatikan contoh EKG strip (gb :27), dalam 6 detik ditemukan normal beat sebanyak 7, jadi
heart ratenya 710= 70x/menit.
Anda juga bisa menggunakan 3 detik atau berapa saja, yang penting anda kalikan hasilnya 60.
Kalau 3 detik, berarti jumlah normal beat yang anda temukan dikalikan 20.
EKG Dasar
EKG (Elektrokardiograf), tidak semua orang bisa membaca EKG. Begitu juga dokter. Banyak dokter
umum yang tidak bisa lancar membaca EKG. Untuk dapat membaca EKG, perlu diketahui dahulu
bagaiman grafik EKG itu terbentuk. Setidaknya, ilmu yang sangat dasar dari EKG perlu diketahui.
Beberapa catatan yang paling dasar yang mesti dipahami dahulu sebelum membaca EKG yaitu:
Grafik EKG dibentuk oleh gelombang listrik yang mengalir melalui serabut syaraf khusus yang
ada pada jantung.
Listrik tersebut dibentuk oleh Nodus Sinuatria sebagai sumber primer dan nodus atrioventrikular
sebagai cadangan listrik sekunder. tetapi listrik jantung ini dapat pula dibentuk oleh bagian lain
dari jantung.
Gelombang P dibentuk oleh aliran listrik yang berasal dari nodus SA di atrium sedangkan
kompleks QRS terbentuk oleh aliran listrik di ventrikel. sedangkan PR interval terbentuk ketika
aliran listrik tersebut melewati bundle His. gelombang T terbentuk ketika terjadi repolarisasi
jantung.
Arah aliran listrik ini mengara
h ke apex jantung dan sejajar sumbu jantung (lihat gambar dibawah).
Setiap lead memandang aliran listrik jantung dari sudut pandang yang berbeda. Maka untuk
mengatahui letak kelainan, perlu diperhatikan lead mana yang mengalami kelainan dan dari sudut
pandang mana lead tersebut melihat jantung. lead dada melihat jantung dari sudut pandang
horizontal, hal ini bisa dilihat dari tabel di bawah ini:
V3,V4 Septum
Sebagai contoh: lead II melihat/mengintip jantung dari sudut pandang apex jantung.
Setiap aliran listrik tersebut menuju ke arah sudut pandang tempat melihat EKG, maka pada lead
tersebut harus positif. Sebagai contoh adalah lead II yang melihat jantung dari sudut pandang di
sekitar apex. Maka normalnya lead ini harus positif.
Karena otot jantung kiri lebih besar dari otot jantung kanan, maka yang terekam dominan pada
EKG adalah bagian jantung kiri.
INTERPRESTASI EKG
Contoh :
EKG: Irama sinus, reguler, HR:93 x/menit, Axis ke kiri, Gelombang P normal, PR interval < 0,2
detik, QRS kompleks < 0,12 s, ST-T change (-), R di V5/6 + S di V1 < 35, R/S di V1 < 1.
1. Lihat apakah EKG tersebut berirama sinus atau tidak. Irama sinus memiliki ciri sebagai berikut:
o Berasal dari SA node
o Karena adanya gel P tapi belum tentu berasal dari SA node. Jadi anda harus bandingkan
di dalam satu lead harus mempunyai bentuk gel P yang sama.
o Selalu ada satu gelombang P yang diikuti oleh satu komplek QRS dan satu gelombang T
2. Lihat irama yang terbentuk. Apakah reguler atau aritmia/disritmia. Caranya adalah
memperhatikan gelombang R. Jarak antar gelombang R atau R-R harus sama. Atau jarak
gelombang P/P-P harus sama untuk sebuah EKG yang normal.
3. Lihat HR. Cara ini tidak perlu dijabarkan tersendiri karena setiap anak kedokteran pasti tahu
menghitung HR pada sebuah EKG.
4. Lihat Axis.
Perhatikan Gambar berikut:
Contoh:
Lihat gelombang P, adakah kelainan dari gelombang P. Lihat pula bentuknya apakah P mitral
atau P pulmonal. (kelainan akan dijabarkan tersendiri)
Hitung PR interval. Normalnya PR interval bernilai kurang dari 0,2 second. Jika PR interval
memanjang curiga sebagai suatu block jantung. (satu kotak kecil bernilai 0,04 second). Tentang
tipe dari blok jantung akan dijabarkan tersendiri)
Hitung dan lihat bentuk QRS kompleks. Adanya kelainan kompleks QRS menunjukkan adanya
kelainan pada ventrikel (bisa suatu block saraf jantung atau kelainan lainnya) karena komplek ini
dibentuk oleh aliran listrik jantung di daerah ventrikel. (Beberapa kelainan akan dijabarkan
tersendiri)
Lihat apakah ada perubahan pada segmen ST dan gelombang T. (kelainannya akan dijabarkan
tersendiri)
Hitung jumlah kotak R di V5 atau V6 kemudian tambahkan dengan jumlah kotak S yang
ada di V1. Normalnya akan bernilai dibawah 35. Jika > 35 maka bisa dianggap suatu LVH. Hati-
hati, terkadang voltase tidak mencapai 10mV. Maka harus dikonversi dulu ke 10 mV (contoh:
pada EKG tertulis 5 mV maka, untuk menjadi 10 mV, kotak tersebut harus dikalikan 2)
Hitung jumlah kotak gelombang R di V5 atau V6 kemudian dibagi dibagi dengan jumlah
kotak S di V5 atau V6 tersebut. (untuk yang ini tidak diperlukan konversi). Normalnya kurang
dari 1. Jika lebih, maka dicurigai suatu RVH.
Jika bingung, tanya senior untuk keterangan lebih lanjut.hehehe
Gelombang P:
Normalnya:
Kelainan Gelombang P:
Pulmonal / Runcing: R
Mitral / berlekuk lebar: LAH
PR interval
Gelombang Q:
Normal:
Patologis:
Lebar jika aliran listrik berasal dari ventrikel atau terjadi blok cabang berkas
Normal R/S =1 di lead V3 dan V4
Rotasi menurut arah jarum jam menunjukkan penyakit paru kronik. Artinya gelombang QRS
menjadi berbalik. Yang tadinya harus positif di V5 + V6 dan negatif di V1 dan V2 maka sekarang
terjadi sebaliknya.
Segmen ST
Normalnya:
Isoelektrik
Di V1-V6 bisa naik 2 kotak kecil atau turun 0,05 kotak kecil.
Patologis:
Gelombang T
Normal
Patologis:
Runcing: Hiperkalemia
Tinggi lebih dari 2/3 R dan datar: Hipokalemia
Inversi: bisa normal (di lead III, VR, V1, V2 dan V3 (pada orang kulit hitam) atau iskemia,
infark, RVH dan LVH, emboli paru, Sindrom WPW, dan Block cabang berkas.
Blok jantung:
1. Derajat 1:
o satu gel P: satu Kompleks QRS interval PR > 0,2 Second.
2. Derajat 2:
o Weckenbach: PR interval awalnya noramal dan makin lama makin panjang lalu tidak ada
gelombang P, kemudian siklus berlanjut lagi.
o Mobitz 2: P timbul kadang-kadang
3. Derajat 3 (total):
o QRS lebar, Frekuensi QRS < 50 kali/menit.
o P dan QRS tidak berhubungan.
4. RBBB:
o QRS > 0,12 second,
o pola RSR.
o R dominan di V1.
5. LBBB:
oQRS > 0,12 second
oPola M di lead V6
6. Bifascular: Hemiblok anterior kiri (Axis kiri dengan S dalam pada sadapan II dan III) ditambah
RBBB
Terkadang ketika merekam EKG terlihat gambaran gelombang P yang tidak jelas. Untuk
membedakan ini dengan Fibrilasi Atrium dapat dilihat iramanya. Pada fibrilasi atrium irama
sangat tidak teratur. Dan berbeda dengan Atrial Flutter atau atrial takikardi, pada Atrial Fibrilasi
dijumpai garis dasar yang rata.
Beberapa gambaran di bawah ini sangat khas pada kelainan irama . Contohnya adalah sebagai
berikut:
a. Ventrikular takikardi
b. Ventrikular ekstrasistol
Suatu kelainan tidak akan bermakna jika ditemukan di satu lead saja. Berikut daftar lead yang
mengalami kelainan dan tempat suspect kelainan tersebut: