Geoprocessing
Geoprocessing
GEOPROCESSING
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan beberapa cara geoprocessing
Membuat peta jarak terhadap tempat sampah dan jarak terhadap sungai
Setelah semua peta dasar dan peta tematik selesai didigitasi dan isikan
atribut maka langkah selanjutnya adalah membuat buffering pada sungai dan lokasi
tempat sampah
b. Dari ArcToolbox pilih Analysis tools dan klik multiple ring buffer
c. Pada dialog multiple ring buffer diisi distance 500 dan 750, menentukan lokasi
penyimpanan -> OK
d. Add data administrasi kecamatan Sedayu
e. Jika sudah overlay hasil buffer tempat sampah dengan daerah kajian
f. Mengisi tabel dialog union dengan hasil buffer tempat sampah dan juga
administrasi sedayu sebagai input, menentukan lokasi penyimpanan -> OK
j. Menklik kanan layer peta hasil clip dan pilih open atribute table. Mengisikan
distance yang belum terisi dan buat skor sesuai ketentuan
k. Melakukan hal yang sama pada featuredataset sungai sehingga terbentuk peta
jarak terhadap sungai
a. Add data tekstur tanah, kerapatan vegetasi, penggunaan lahan, jarak terhadap
sungai dan jarak terhadap sampah yang sudah di skoring,
b. Jika sudah dari Arctoolbox -> analysis tools => overlay => Intersect
d. Open atribute pada layer intersect dari option => add field
i. Pilih peta hasil intersect sebagai input feature kemudian tentukan lokasi
penyimpanan dan centang dissolve field untuk keterangan (field yang berisikan
tingkat kerawanan leptospirosis) OK
j. Setelah dilakukan gradasi warna maka hasilnya sebagai berikut :
V. HASIL PRAKTIKUM
1. Geodatabase (email)
2. Print Screen Intersect (terlampir)
3. Print Screen Dissolve (terlampir)
VI. PEMBAHASAN
Setelah semua peta tematik selesai di digitasi dan telah memiliki atribut,
selanjutnya yaitu dilakukan proses geoprocessing. ArcGIS meneyediakan fasilitas
Geoprocessing yang terdiri dari komponen Buffering yaitu merge, Union dan Clip,
serta komponen Overlay yaitu Intersect, dan Dissolve. Pada tahap Buffering
dilakukan proses penggabungan atau Union antara peta tematik (sungai dan tempat
sampah) dengan peta daerah kajian. Dalam penggabungannya, peta tempat
sampah, peta sungai dan peta administrasi tidak dapat dilakukan dalam satu tahap,
hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam hasil akhir Buffer
karena peta tempat sampah dan peta sungai memiliki jenis digitasi yang berbeda
(titik dan garis).
Intersect merupakan penggabungan dari beberapa peta tematik dan peta
daerah kajian yang terdiri dari peta penggunaan lahan, peta persebaran tempat
sampah dan peta sungai yang telah selesai di buffer (Clip), peta kerapatan vegetasi,
dan peta tekstur tanah. karena merupakan penggabungan dari beberapa peta, maka
hasil akhir dari tahap intersect ini berupa satu peta dengan simbol-simbol yang
sangat rumit. Simbol-simbol tersebut berasal dari penggabungan semua simbol
yang saling tumpang tindih (Overlay) dari semua peta yang diintersect. Selain itu,
karena merupakan penggabungan dari peta yang telah memiliki atribut dan score,
maka peta hasil intersect memiliki data atribut yang jumlahnya banyak. Data-data
atribut tersebut merupakan gabungan dari semua data atribut peta-peta yang di
intersect. Semua peta yang diintersect telah memiliki score pada tiap-tiap data
atributnya, sehingga untuk pemberian score pada peta hasil intersect dilakukan
dengan penjumlahan semua score. Dari score-score tersebut dapat klasifikasikan
tingkat kerawanan Leptospirosis di daerah Sedayu yang diindikasikan dengan
lokasi persebaran tempat sampah, sungai, tingkat penggunaan lahan, kerapatan
vegetasi dan tekstur tanah di daerah Sedayu.
Pengklasifikasian tingkat kerawana Leptospirosis dilakukan dengan
pemberian keterangan yaitu; Rawan, Sedang, Tidak Rawan. Karena hanya terdiri
dari tiga jenis klasifikasi, maka pada saat dissolve peta yang awalnya memiliki
simbol-simbol yang sangat rumit menjadi suatu peta klasifikasi yang simpel. Hal
ini dikarenakan pada tahap dissolve data atribut yang digunakan merupakan data
atribut untuk kolom keterangan yang berisi data klasifikasi dan hanya terdapat tiga
jenis klasifikasi. Oleh karena itu, pada peta dissolve terdapat kenampakan berupa
poligon-poligon dengan klasifikasi-klasifikasi tertentu yang jika dilakukan gradasi
warna akan terlihat adanya perbedaan warna sesuai dengan tingkat kerawanan
Leptospirosinya.
Geoprocessing harus dilakukan tahap per tahap dan harus sesuai dengan
urutan pemrosesannya, misal; dalam tahap buffering tahap pertama yang dilakukan
adalah merge, kemudian union dan Clip, setelah itu dapata dilakukan overlay
dengan melakukan intersect terlebih dahulu kemudian dapat dilakukakan Dissolve.
Urutan dari tahap-tahap tersebut berpengaruh terhadap hasil akhir (output), karena
hasil dari tahap sebelumnya akan dijadikan input untuk pemrosesan selanjutnya.
Jika terjadi kesalahan pada tahap-tahap sebelumnya, maka peta akhir yang
dihasilkan akan mengalami kesalahan pula, sehingga harus \dilakukan pemrosesan
ulang. Yang menjadi kelemahan dari geoprocessing adalah pengguna harus
menghafal urutan-urutan dalam melakukan geoprocessing dan jika terjadi
kesalahan maka pengguna harus mengecek di bagian mana yang terjadi kesalahan
dan harus memperbaiki kesalahan tersebut dengan melakukan pemrosesan ulang.
Selain itu, kelemahan dari geoprocessing adalah peta akhir (peta dissolve) dengan
input yang berbeda relatif akan menghsilkan output (peta akhir) yang berbeda pula,
hal ini terutama dikarenakan adanya perbedaan pada digitasi. Kelebihan dari
geoprocessing adalah tahap pemrosesannya skematik, sehingga hasil akhirnya
terstruktur dengan baik.
VII. KESIMPULAN
1. Geoprocessing terdiri dari proses penggabungan beberapa input yang
kemudian menghasilkan output baru. Geoprocessing memiliki lima fungsi
yaitu merge, union, clip, intersect dan dissolve.
Geoprocessing memiliki tahap yang skematik, dengan demikikian maka
kelemahannya adalah dalam melakukan pemrosesan harus memperhatikan
baik-baik tahap prosesnya, dan harus memastikan bahwa hasil dari proses
sebelumnya benar untuk menghasilkan output yang sesuai, serta memiliki
kelebihan berupa hasil akhir atau output yang terstruktur dengan baik.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=798:
sistem-informasi-geografis-sig&catid=25:industri&Itemid=14 tanggal akses
04/12/2013 jam 14.26 WIB