Pedoman PPKI 2016
Pedoman PPKI 2016
Edisi ketiga
SMAN 3 Denpasar
2016
Edisi 2016
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa) karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Buku Pedoman Karya Ilmiah:
Panduan Penulisan Karya Tulis ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang
kami miliki. Buku pedoman ini merupakan buku yang tidak diterbitkan dan hanya digunakan
di kalangan siswa SMA Negeri 3 Denpasar dalam pembuatan penelitian sebagai syarat untuk
mendapatkan nomor peserta ujian nasional berbasis komputer untuk kelas XII. Buku ini
merupakan kutipan dari Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja revisi edisi ke 3 yang kemudian disunting sesuai
dengan keperluan oleh Forum Peneliti Muda Trisma.
Secara skematik buku pedoman ini terditi dari 4 bab dengan rincian
1. BAB I PENDAHULUAN
2. BAB II FORMAT PENULISAN KARYA TULIS KELAS XII
3. BAB III TEKNIK PENULISAN
Semoga buku pedoman ini dapat digunakan dengan baik, namun kami menyadari
bahwa buku ini masih perlu banyak penyempurnaan, untuk itu masukan yang sifatnya
konstruktif akan sangat berguna bagi penyempurnaan (revisi) berikutnya.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan ....................................................................................................... 6
B. Topik Penelitian ......................................................................................... 7
C. Jenis Penelitian ......................................................................................... 7
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Tujuan pembuatan karya tulis bagi siswa SMA Negeri 3 Denpasar bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya terutama dalam hal sebagai berikut.
1. Pengembangan siswa dalam penulisan karya ilmiah merupakan kebijakan dari SMA
Negeri 3 Denpasar untuk memotivasi serta melatih siswa dalam penulisan dan
penelitian dengan harapan mereka akan lebih mudah dalam pembuatan tugas
akhir/skripsi di jenjang selanjutnya.
2. Cara belajar baru bagi peserta didik, mereka dapat lebih mandiri dengan melakukan
penelitian individu, di mana pembelajaran langsung ke lapangan dapat memberikan
manfaat kepada siswa tersebut.
3. Interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang lebih beragam, tidak sekedar lewat
kelas konvensional.
4. Menghayati konstruk dan azas keilmuan sebuah disiplin, sehingga dapat bernalar,
bersikap dan berperilaku sebagai seorang ilmuan bermutu yang mandiri.
5. Menanamkan dan mengamalkan sifat-sifat peneliti sebagai wujud pendidikan karakter
yang terintegrasi dalam penelitian di mana seorang peneliti mempunyai sifat yang jujur
dan berintegritas, ilmiah, berani dan bertanggung jawab, terbuka, sabar, penuh dengan
rasa ingin tahu, pejuang keras dan tekun, kritis serta tidak indivual dan mampu bekerja
sama dalam memecahkan masalah yang ada di sekitar kita.
B. TOPIK PENELITIAN
Mengacu pada kewenangan akademis dan pembinaan serta pengembangan disiplin
keilmuan, maka topik dan pokok permasalahan karya tulis mengacu pada bidang sains dasar,
sains terapan, sosial-humaniora dan pendidikan. Acuan ini tidak mempersempit ruang
masuknya topik dan pokok permasalahan yang secara substantif mengarah pada
pengembangan disiplin ilmu.
Diharapkan juga topik penelitian yang diangkat mempunyai nilai kekhasan atau
keunikan dan penelitiannya bukan sekedar pembuktian kembali (verifikatif research)
apalagi PLAGIAT. Jika ada penelitian yang disetorkan merupakan hasil plagiat maka
siswa tersebut akan diminta untuk mengulang penelitiannya.
C. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian berbasis pada kajian bidang studi yang
akan dilakukan penelitian. Dengan demikian, pilihan pendekatan dan jenis penelitian dapat
berbentuk penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, penelitian dan pengembangan, penelitian
kebijakan, penelitian eksperimen (baik yang dilakukan di laboratorium maupun di lapangan)
dan jenis penelitian lainnya yang sesuai dengan standar dan kaidah-kaidah akademis. Dalam
hal ini tidak diperkenankan jenis penelitian studi pustaka / kajian pustaka semata.
BAB II
FORMAT PENULISAN KARYA TULIS
Format penulisan karya tulis yang dimaksud dalam pedoman ini adalah menyangkut
susunan, tata letak, tata urutan dan tata cara penulisan termasuk ejaan, ukuran serta jenis huruf.
Karya tulis merupakan suatu kesatuan utuh, tetapi dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu
bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dibagi lagi menjadi
bagian-bagian seperti yang dipaparkan dalam ketentuan berikut.
A. Bagian Awal
Bagian ini terdiri atas halaman sampul, halaman judul, lembar persetujuan (pembimbing),
surat pernyataan keaslian karya, abstrak, prakata/acknowledgement, daftar isi, daftar tabel (jika
ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran, dan daftar-daftar lain (jika ada). Ciri khas dari
bagian awal ini ialah penggunaan angka romawi kecil (i, ii, iii, dst) untuk menandai
halaman persetujuan dianggap sebagai halaman berurutan tetapi tidak diberi nomor urut.
1. Halaman Sampul
Halaman sampul berisi: judul karya tulis secara lengkap, nama dan nomor induk
siswa (NIS), lambang SMA Negeri 3 Denpasar, nama sekolah dan tahun. Semua huruf
dicetak dengan huruf kapital, Komposisi huruf dan tata letak masing-masing bagian
diatur simetris, rapi dan serasi (contoh dapat dilihat pada lampiran )
2. Lembar Halaman Judul
Format dan isi halaman halaman sampul, tetapi memuat teks Karya Tulis ini
Diajukan kepada SMA Negeri 3 Denpasar untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Nomor Peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Contohnya dapat dilihat
pada lampiran.
3. Lembar Persetujuan
Halaman persetujuan memuat persetujuan dari pembimbing karya tulis. Hal-hal
yang dicantumkan dalam lembar persetujuan pembimbing dapat dilihat contoh format
lembar persetujuan pembimbing pada lampiran .
4. Abstrak
Nama penulis abstrak diketik dengan urutan nama akhir diikuti nama awal, nama
tengah (jika ada). Tahun pembuatan karya tulis diketik setelah nama penulis (dalam
kurung) dan diakhiri dengan titik. Judul karya tulis dicetak dengan huruf miring atau
tebal dan diketik dengan huruf kecil kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata. Dalam
abstrak dicantumkan kata kunci yang ditempatkan pada bagian bawah abstrak. Jumlah
kata kunci ini sekitar lima buah. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem
informasi ilmiah. Dengan kata kunci kita bisa menemukan judul-judul tesis beserta
abstraknya dengan mudah. Di dalam teks abstrak disajikan secara padat intisari karya
tulis yang mencakup tujuan penelitian, fokus masalah penelitian, metode penelitian, dan
simpulan penelitian, serta (jika ada) saran/ rekomendasi yang diperlukan Teks di dalam
abstrak diketik dengan spasi tunggal (satu spasi) dan panjangnya tidak boleh lebih dari
satu halaman kertas ukuran A4 (maksimum 300 kata). Contohnya pada lampiran.
5. Pernyataan Keaslian Karya
Untuk menghindari terjadinya praktik akademis yang melanggar kaidah dan
academic yurisdiction, pada saat penyusunan karya tulis oleh siswa, maka kepada
setiap siswa harus melampirkan surat pernyataan keaslian karya yang telah
ditandatangani oleh siswa bersangkutan di atas materai 6000. (contoh format dapat
dilihat pada lampiran).
6. Prakata/Acknowledgement
Di dalam prakata/acknoledgement dicantumkan ucapan terimakasih peneliti yang
ditujukan kepada berbagai pihak. Pihak tersebut dapat berupa individu, pejabat,
lembaga, organisasi, dan atau pihak-pihak lain yang berkontribusi dalam menyiapkan,
melaksanakan, dan menyelesaikan karya tulis. Contoh format dapat dilihat pada
lampiran.
7. Daftar Isi
Di dalam halaman daftar isi dimuat: judul lembar pengesahan, surat pernyataan,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar-daftar lain (jika ada), judul bab, judul anak
sub bab, dan judul anak sub bab yang disertai dengan nomor halaman tempat
pemuatannya di dalam teks. Semua judul bab diketik dengan huruf kapital, sedangkan
sub bab dan anak sub bab hanya huruf awalnya saja yang diketik dengan huruf kapital.
Perhatikan contoh pada lampiran.
8. Daftar Tabel
Halaman Daftar tabel memuat nomor tabel, judul tabel, dan nomor halaman untuk
setiap tabel yang harus sama dengan judul tabel yang terdapat dalam teks. Contohnya
pada lampiran.
9. Daftar Gambar
Pada daftar gambar dicantumkan nomor gambar, judul gambar, dan nomor halaman
tempat pembuatannya dalam teks. Perhatikan contoh pada lampiran.
B. Bagian Inti
Bagian inti karya tulis terdiri atas lima bab, yakni pendahuluan, tinjauan pustaka, metode
penelitian, hasil dan pembahasan serta penutup. Bagian inti ditandai dengan penggunaan
nomor/angka Romawi besar (I, II, dst) untuk menomori urutan bab, nomor digit untuk
menandai urutan sub judul dan sub-subnya (paling banyak 4 digit), no angka Arab (1, 2, 3,dst)
untuk menandai halaman. Jika dirumuskan secara urut maka susunan bagian inti adalah:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Hipotesis Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka (sesuaikan dengan rumusan masalah)
2.2 Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2. Jenis Penelitian
3.3 Rancangan Penelitian
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5. Variabel (Subjek dan Objek) Penelitian (Jika eksperimen)
3.6 Parameter/Indikator Penelitian
3.7 Metode Pengumpulan Data (Prosedur Kerja)
3.8 Analisis Data
BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Bagian inti dari karya tulis pada rumusan di atas, masing-masing dapat dijelaskan seperti
pada paparan berikut ini.
1. Latar Belakang Penelitian
Latar belakang yang digunakan dalam usulan sebuah penelitian diperlukan agar orang
dapat memahami konteks atau lingkungan, faktor-faktor yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan diteliti. Jadi segala informasi yang berhubungan dengan permasalahan tersebut
dikemukakan dengan maksud agar orang lebih mudah menghayati situasi dan kondisi dimana
masalah-masalah tersebut timbul atau terjadi. Informasi mengenai latar belakang tidak perlu
panjang lebar melainkan singkat tapi jelas agar tidak membosankan.
Pada bagian latar belakang hendaknya dikemukakan secara jelas dan obyektif, rasional
akademis mengapa masalah atau pokok persoalan tersebut penting dikaji dalam penelitian.
Pernyataan urgenitas tersebut harus didukung oleh argument-argumen akademis terkait, yang
melatarbelakangi pentingnya kajian dilakukan. Pada bagian ini juga penting untuk
dikemukakan logika konseptual dan praktis atas pokok persoalan, termasuk penggambaran
terjadinya kesenjangan antara das sollen dan das sein (harapan dan kenyataan), baik secara
teoretik maupun secara praksis. Pernyataan kesenjangan yang dimaksud hendaknya didukung
oleh fakta, data, dokumen, dan bukti-bukti ilmiah lainnya yang bertalian dengan pokok
permasalahan, sehingga siapapun yang membaca menjadi mengerti mengapa hal tersebut perlu
dikaji atau diteliti secara ilmiah.
2. Rumusan Masalah
Masalah penelitian sebaiknya berupa pernyataan yang menunjukkan keterkaitan antara
variabel-variabel yang akan diteliti, baik untuk penelitian yang bersifat deskriptif/ex post facto
maupun yang bersifat eksperimen. Dengan perkataan lain, masalah penelitian merupakan
pernyataan penelitian dan diikuti pertanyaan penelitian yang mendorongnya untuk
mengadakan penelitian. Karena itu, masalah penelitian (research statement) harus dirumuskan
secara spesifik agar dapat menjadi penuntun bagi penelitian di lapangan.
Masalah penelitian yang secara sepintas telah tersirat dalam latar belakang penelitian,
penting untuk dinyatakan secara lebih jelas, operasional, dan terukur dalam rumusan kalimat -
kalimat pernyataan yang terinci yang diikuti pertanyaan penelitian yang akan dicari
jawabannya dalam penelitian. Rumusan masalah hendaknya dituangkan ke dalam kalimat
kalimat pernyataan yang singkat, padat, jelas, dan operasional. Selain itu, rumusan masalah
hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti, memungkinkan dikumpulkannya data untuk
menjawab rumusan masalah yang diajukan.
3. Tujuan penelitian
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian adalah menemukan informasi
empiris, objektif, logis mengenai sesuatu atau menentukan keterkaitan di antara variabel-
variabel yang dipermasalahkan. Dengan demikian, maka tujuan penelitian yang dirumuskan
harus mencermikan dan konsisten dengan masalah-masalah yang dikemukakan sebelumnya.
Jelaslah bahwa penelitian yang akan dilaksanakan mengarah pada jawaban-jawaban terhadap
pertanyaan penelitian yang telah dinyatakan dalam masalah penelitian (rumusan masalah).
Tujuan penelitian menyatakan secara jelas, sasaran yang ingin dicapai setelah
pelaksanaan penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya. Isi
dan rumusan tujuan penelitian mengacu kepada isi dan rumusan masalah penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya, yang bersifat ringkas, jelas, padat, dan terukur. Tujuan penelitian
biasanya diformulasikan (dirumuskan) dalam bentuk kalimat pernyataan.
4. Manfaat Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan pentingnya (keutamaan) penelitian terutama yang bertalian
dengan pengembangan disiplin keilmuan, pembangunan dalam arti luas dan kepentingan
praksis sebuah bidang kajian. Dengan kata lain, uraian dalam subbab manfaat penelitian berisi
alasan kelayakan akademis dan praksis atas masalah yang diteliti. Perumusan manfaat
penelitian, akan memperkuat dan meningkatkan kelayakan sebuah pokok persoalan atau
masalah untuk dikaji berdasarkan langkah-langkah akademis, sehingga akan melahirkan
adagium tentatif pada kalangan komunitas tertentu (sesuai bidang ilmunya). Sementara itu,
untuk jenis penelitian tindakan atau penelitian tindakan kelas, termasuk penelitian dan
pengembangan di beberapa bagiannya, kebermanfaatan penelitian harus dinyatakan dengan
mengacu kepada siapa, dalam hal apa, dan untuk apa nilai manfaat tersebut.
5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah praduga ataupun asumsi yang harus diuji melalui data atau fakta yang
diperoleh melalui penelitian. Dengan demikian, hipotesis merupakan penuntun bagi peneliti
dalam menggali data yang diinginkan. Sekalipun demikian, perlu diingat, bahwa peneliti harus
senantiasa memegang teguh prinsip objektif agar jangan timbul bias dalam pencarian data.
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban terhadap pertanyaan yang
diajukan, yang pada hakikatnya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang
dikembangkan.
Secara konsep, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi
yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara
statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui
statistik sampel. Hipotesis biasanya juga mengandung prediksi, dan ketepatan prediksinya akan
sangat tergantung pada tingkat kebenaran dan ketepatan tinjauan pustaka yang mendasarinya.
Secara umum, hipotesis sebenarnya menyangkut dua hal yaitu tentang hubungan dan tentang
perbedaan, tetapi perumusannya dapat beraneka ragam.
Dalam penelitian kuantitatif yang paling perlu diperhatikan adalah jenis rumusan
hipotesis tersebut, apakah suatu hipotesis dirumuskan secara direksional atau non direksional.
Hal ini penting diperhatikan karena menyangkut uji signifikansi yang akan diterapkan, yaitu:
uji satu arah (one tail) untuk hipotesis direksional, atau uji dua arah (two tail) untuk hipotesis
non-direksional, di samping kedua jenis rumusan hipotesis dimaksud akan menuntut arah
tinjauan pustaka yang berbeda.
Menurut fungsinya, hipotesis terdiri atas hipotesis teoritik dan hipotesis penelitian. Perlu
disadari bahwa penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori yang sudah ada. Teori
tersebut kemudian dirumuskan ke dalam hipotesis untuk diuji dengan sampel yang ditentukan
oleh peneliti. Hipotesis yang diuji dalam penelitian adalah hipotesis nol. Hipotesis nol pada
hakikatnya adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan
(hypothesis of norelation, hypothesis of no difference). Peneliti dalam hubungan ini mempunyai
praduga atau asumsi bahwa data yang diperolehnya akan menunjukkan sebaliknya. Karena itu
hipotesis penelitian (hipotesis alternatif) akan menyatakan gagasan sebaliknya, yaitu: ada
hubungan atau ada perbedaan.
Berdasarkan pengertian di atas muncul tiga macam pendapat di antara para peneliti,
yaitu: (1) karena hipotesis nol bunyinya selalu sama untuk semua penelitian, maka hipotesis
nol tidak perlu disebutkan dalam usaha penelitian, (2) karena hipotesis penelitian dapat
diketahui dari hipotesis nol dan karena hipotesis nol adalah hipotesis yang diujikan, maka
hipotesis penelitian tidak perlu dicantumkan dan hanya hipotesis nol yang dicantumkan, dan
(3) mencantumkan kedua jenis hipotesis tersebut baik dalam rumusan narasi maupun dalam
rumusan statistiknya. Dalam praktiknya, ketiga pendapat tersebut digunakan tanpa masalah.
Dengan demikian, peneliti boleh memilih salah satu dari tiga pendekatan tersebut dan
menggunakannya secara konsisten.
6. Tinjauan Pustaka
Bagian ini terdiri atas tinjaun pustaka (sesuai dengan rumusan masalah), kajian penelitian
yang relevan. Tinjauan pustaka memuat kajian referensi yang relevan dan sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Pada bagian ini, secara jelas dan objektif harus dipaparkan tentang gagasan, konsep,
pemikiran, teori, prinsip, dalil, dan temuan dalam penelitian terdahulu yang bertautan secara
langsung maupun tidak langsung dengan focus masalah yang akan diteliti. Penelitian dapat
memulai dengan mengemukakan penelitian-penelitian yang relevan dengan apa yang akan
diteliti secara kronologis, atau disistematisasikan menurut masalahnya. Berdasarkan kajian dan
telaah terhadap berbagai temuan penelitian tersebut, maka penelitian dapat memetik hal-hal
yang bertalian dengan masalah, teori yang akan digunakan, metode yang digunakan, dan
temuan-temuannya dengan memberikan penguatan, atau komentar, kritik, evaluasi, dan
sebagainya, sehingga tidak memunculkan atau menyiratkan kesan bahwa bagian ini adalah
kumpulan atau penumpukan rangkaian teori semata. Penelitian dituntut untuk mampu
membahasakan bagian setiap bagian dari temuan penelitian yang relevan untuk mendukung
gagasan utama atau pokok permasalahan penelitiannya, sehingga jelas posisi peneliti di
antara teori atau temuan penelitian yang telah dihasilkan oleh orang lain pada kajian yang
sejenis.
Berdasarkan pola seperti di atas, peneliti dengan tegas dapat mengemukakan bagian-
bagian atau aspek-aspek mana yang berhubungan dan yang tidak berhubungan dengan bagian-
bagian atau aspek-aspek yang akan dikaji sekarang, masalah-masalah mana yang sudah diteliti
orang dan masalah-masalah mana yang belum digarap sehingga peneliti bisa menempatkan di
mana posisi masalah yang akan ditelitinya. Bisa saja terjadi, bahwa fokus masalah yang akan
dikajinya sama atau telah dikaji oleh peneliti lain lebih dulu, namun bilamana metode, pelibatan
dan jumlah variabel, objek atau subjek penelitian, serta lokasi atau latar penelitiannya berbeda,
maka penelitian tersebut layak untuk dilanjutkan.
Pada konteks inilah, kejujuran akademis, kedirian akademis siswa, dan gradasi karya
yang akan dihasilkannya dipertaruhkan (dinilai dan ditempatkan pada level tertentu). Tinjauan
pustaka dan kepustakaan setiap variabel ditunjang minimal tiga sumber primer dengan
menunjukkan bukti fisik (hard copy).
7. Metode Penelitian
Kandungannya mencakup antara lain: waktu dan tempat, jenis penelitian, rancangan
penelitian, populasi dan sampel, variabel atau subjek dan objek penelitian, indikator/parameter
penelitian, metode pengumpulan data (prosedur kerja) dan analisis data. Perlu dicatat, bahwa
di dalam bagian ini, penelitian tidak perlu mengemukakan teori-teori atau batasan-batasan
tentang istilah-istilah dalam metodologi. Misalnya, ketika mengumumkan tentang subjek
penelitian, populasi, dan sampel penelitian, tidak perlu didefinisikan apa itu subjek penelitian,
populasi, sampel, dan berbagai hal tentang penyampelan.
7.2.Jenis Penelitian
7.3.Rancangan Penelitian
Rancangan (desain) pada hakikatnya mencakup abstraksi isi dan ruang lingkup (the
design is content and scope of the study). Rancangan penelitian tergantung pula pada
pendekatan yang digunakan pada subjek penelitian dalam kaitan dengan eksistensi variabel
yang diteliti. Eksistensi variabel yang dimaksud apakah variabel yang akan diteliti
dimunculkan secara sengaja (dimanipulasi) oleh peneliti dalam suatu eksperimen, atau variabel
yang diteliti adalah variabel yang telah ada secara wajar pada subjek yang diteliti (ex-post
facto), atau variabel yang diteliti adalah sesuatu yang harus diurai lebih lanjut berdasarkan
realitas kekinian temuan di lapangan (etnografi).
Di sisi lain, penggambaran konstelasi rancangan penelitian akan dipengaruhi pula oleh
jumlah (banyaknya) dan status variabel yang dilibatkan dalam penelitian, sehingga akan terkait
dengan identifikasi variabel penelitian dan sudah tentunya juga terkait dengan hipotesis yang
dirumuskan. Berdasarkan rasional tersebut, maka pada bagian ini, siswa hendaknya mampu
dengan tegas menyatakan desain penelitian yang digunakan, sesuai dengan karakteristik fokus
masalah yang hendak dikaji atau diteliti. Pada rancangan penelitian, secara empiris telah
dinyatakan rancang bangun penelitian yang akan dilakukan, sehingga akan memudahkan
penelitian dalam melakukan tahapan penelitian selanjutnya.
7.4.Populasi dan Sampel Penelitian
Sejak awal, penelitian harus dengan tegas menentukan populasi penelitiannya. Karena
itu ia harus mendefinisikan populasi agar orang mengetahui ke mana hasil penelitian tersebut
dapat digeneralisasikan. Populasi terdiri atas populasi teoretis dan populasi terjangkau.
Populasi teoretis adalah semua subjek, baik yang secara langsung maupun tidak langsung akan
diteliti dan kemana hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Populasi terjangkau adalah semua
subjek yang (bila perlu) dapat dijangkau secara langsung.
Bilamana populasi biasanya terlalu banyak untuk diteliti, maka penelitian dapat
menggunakan sebagian saja dari populasi. Sudah barang tentu sampel tersebut harus dapat
mewakili populasi. Peneliti dapat menggunakan teknik statistik untuk mengetahui apakah
sampel yang digunanakan representatif atau tidak. Dalam kaitan dengan itu, penentuan sampel
dari suatu studi sampling pada hakikatnya selalu mengandung risiko kesalahan (sampling
error), karena generalisasi dari sampel ke populasi selalu mengandung resiko bahwa terdapat
kekeliruan atau ketidaktepatan, karena sampel tidak mungkin mencerminkan secara persis
keadaan populasi.
Secara konseptual, dapat ditegaskan bahwa semakin besar ketidaksamaan sampel dengan
populasi, maka semakin besar pula kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi. Maka dari itu,
masalah representatifnya sampel sangat perlu dicermati. Bertalian dengan hal itu terdapat
beberapa teknik penentuan sampel, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
gugus yaitu: (1) penyampelan probabilitas (probability sampling), dan (2) penyampelan
nonprobabilitas sampling (nonprobability sampling). Dari masing-masing gugus tersebut telah
diciptakan berbagai teknik lagi, yang sangat memungkinkan peneliti memilih sesuai dengan
keperluan.
Untuk mendukung penggunaan dari berbagai teknik di atas, dalam rangka mempertinggi
tingkat kerepresentatipan sampel, perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu: variabilitas
populasi, besarnya sampel, teknik penentuan sampel, dan kecermatan memasukkan ciri-ciri
populasi. Mengingat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka dapat saja terjadi
ketidaksempurnaan pemenuhan keempat hal di atas, sehingga kesalahan-kesalahan sampling
hampir selalu ada.
Berangkat dari logika konseptual di atas, maka muncul kebutuhan untuk
memperhitungkan besar-kecilnya kekeliruan tersebut, yang biasa disebut dengan analisis
kekeliruan atau simpangan baku estimasi atas distribusi penyampelan. Distribusi penyampelan
statistic akan normal manakala distribusi skor dalam populasinya merupakan distribusi normal
dan sampel diambil secara rambang (random). Akan tetapi, distribusi suatu statistic akan
mendekati distribusi normal, tidak peduli bentuk distribusi populasinya normal atau tidak asal
sampel penelitiannya cukup besar.
Mengenai gugus penyampelan, seorang peneliti harus mampu memilih teknik penentuan
sampel yang tepat sesuai dengan karakteristik populasi dan kebutuhan data penelitiannya.
Secara umum, teknik tersebut ada yang didasarkan atas probabilitas, ada pula yang didasarkan
atas nonprobabilitas. Probabilitas penyampelan terdiri atas: (1) rambang sederhana (simple
random sampling), (2) rambang strata (stratified random sampling), (3) kluster (cluster
yang berpengaruh terhadap cara pemecahan masalah yang dihadapi secara cepat, tepat, dan
adequate. Intelegensi peserta didik diukur melalui tes intelegensi standard progressive matriks
dan data yang dikumpulkan dalam skala interval, dan (c) pola III, yaitu definisi yang dibuat
berdasarkan atas bagaimana hal yang didefinisikan itu tampak. Contoh: kecemasan terhadap
sekolah adalah penolakan untuk pergi belajar di sekolah. Kecemasan terhadap sekolah diukur
dengan observasi atau wawacara, dan data yang dikumpulkan dalam skala nominal (sangat
cemas, cemas, dan kurang cemas).
Mengacu pada konsep berpikir di atas, maka hal-hal yang dikemukakan pada bagian ini
ialah identifikasi variabel penelitian, definisi variabel (definisi konsep dan definisi operasional)
serta konstelasi variabel. Uraian mengenai ketiga hal ini dilakukan secara amat singkat karena
maksud utamanya adalah untuk memberikan gambaran utuh dalam bentuknya yang ringkas
mengenai fokus penelitian. Definisi istilah diperlukan apabila diperkirakan akan timbul
perbedaan pengertian atau kekurang-jelasan makna seandainya batasan itu tidak diberikan.
Istilah yang perlu diberikan batasan ialah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-
konsep pokok yang terdapat dalam karya tulis. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung
konsep pokok adalah jika istilah itu terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel
penelitian. Bagi penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif definisi
variabel agar disesuaikan. Jika dalam penelitian yang dibuat tidak terdapat perlakuan, maka
yang dicantumkan adalah subjek dan objek penelitian seperti penjelasan berikut.
Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga
(organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil
penelitian. Di dalam subjek penelitian inilah terdapat objek penelitian. Sedangkan objek
penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau yang menjadi pusat perhatian
dan sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang
bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra, simpati-
antipati, keadaan batin, dan bisa juga berupa proses.
7.6.Parameter atau Indikator Penelitian
Pada bagian ini diuraikan paramater atau indikator penelitian apa yang dipakai. Lengkap
dengan satuannya bila ada. Contohnya, jika topiknya adalah studi uji ekstrak daun sirih sebagai
anti-bakteri maka indikator/parameternya adalah: pertumbuhan bakteri dalam media tumbuh
bakteri (dapat mengukur diameter atau luas lingkaran pada media tersebut). Berdasarkan
contoh tersebut parameter dapat dimaknai sebagai sesuatu besaran dari objek penelitian yang
akan diukur atau diobservasi. Sedangkan indikator sendiri adalah parameter yang tampak atau
diamati oleh panca indra.
2) True Experimental
a) Rancangan percobaan pola sederhana
RAL
RAK
b) Rancangan percobaan komplek
RAK/RAL Pola faktorial
Split plot
c) Bujur Sangkar Latin
f. Metode kuantitatif
1) Kuantitatif
2) Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan
instrumen
g. Metode kualitatif
1) Deskriptif
2) Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dll.
7.8.Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dan ditata, langkah selanjutnya adalah menganalisis atau
mengolah data tersebut sesuai dengan sifat dan jenis data yang terkumpul. Karena jenis data
dalam penelitian itu mungkin lebih dari satu, maka harus secara cermat dan diteliti
dikemukakan bagaimana masing-masing data itu dianalisis sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian, misalnya:
Pada bagian ini menjadi BAB IV. Bagian ini merupakan laporan hasil penelitian
dengan memyajikan data, fakta, dan temuan berikut pembahasan atau pengembangan dari
temuan penelitian. Layaknya sebuah laporan, hasil penelitian disajikan dalam ragam bahasa
tulis yang baik, didukung oleh table, grafik, gambar, foto, atau bentuk lain yang mampu
mempertegas atau mempertajam makna hasil penelitian.
Jika ada hipotesis, bagian ini merupakanmediumpengujian hipotesis. Untuk itu, pada
bagian ini perlu dikemukakan lagi rumusan hipotesis no ldan hasil pengujiannya beserta
penjelasannya yang dikemukakan secara ringkas dan jelas. Temuan-temuan penelitian,
dengan dukungan data dan fakta juga dikemukakan secara ringkas, padat, dan jelas. Temuan-
temuan ini kemudian dibahas satu demi satu, dengan tujuan: (1) menjawab masalah
penelitian atau menunjukkan bagian tujuan penelitian ini dicapai, tercapai atau tidak tercapai,
(2) menafsirkan temuan-temuan penelitian, (3) memadukan atau menggolongkan temuan
penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah ada (misalnya, apakah temuan ini
sesuai, sejajar, tidak sesuai atau bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu yang tersebut
dalam BabII, dan (4) memodifikasi (memperkuat, mengubah, merevisi) teori yang sudah ada
dan menyusun teori baru. Bentuk dan luasnya pembahasan dapat disesuaikan dengan tujuan
tersebut.
Secara singkat, pembahasan merupakan uji kecocokan dan/ atau kesejajaran temuan
penelitian, baik dengan teori maupun temuan penelitian terdahulu (relevan)yang telah dikaji
pada BabII. Dengan demikian, secara akademis dapat dikatakan, bahwa pembahasan temuan
penelitian merupakan penegasan dan pemaknaan kembali fokus masalah penelitian, sehingga
jelas posisinya dalam konstruk teori, baik yang telah ada maupun bagi bangunan teori yang
akan dilakukan berdasarkan hasil penelitian itu sendiri.
9. Penutup
Bab penutup terdiri atas simpulan dan saran. Simpulan mungkin lebih dari satu, lalu
diikuti kemungkinan implikasi-implikasi yang akan terjadi atau diharapkan terjadi, dan saran
bagi individu, kelompok ataupun institusi tertentu.
C. Bagian Akhir
Bagian akhir memuat daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka disusun secara alfabetis
dan diberi nomor halaman sebagaimana bagian inti, sedangkan lampiran yang terdiri atas surat
ijin penelitian, instrument penelitian (pedoman wawancara, kuesioner, dsb), peta gambar, dsb,
tidak perlu diberi nomor halaman.
1. Daftar Pustaka
Daftar pustaka ditulis dengan urutan alfabetis (menurut abjad) nama penulis (tanpa
gelar), bukan hanya alfabetis pada huruf pertama melainkan juga untuk huruf kedua, ketiga,
dst. Karena dalam hal ini kita mengikuti kaidah penulisan secara internasional, maka nama
penulis itu ialah nama akhir dari sederet nama yang dimiliki oleh penulis. Pada prinsipnya,
teknis menulis sebuah sumber pustaka adalah sebagai berikut:
Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun penerbit. Judul buku. Kota penerbit:
penerbit.
Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun Terbit. Judul artikel (dalam buku),
dalam Nama Penulis Buku (ed = editor), Judul Buku. Kota
Penerbit: Penerbit.
Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun Penerbitan. Judul Artikel (dalam
jurnal, majalah, koran), Namajurnal/majalah/bulletin/koran,
Nomor, Volume, Halaman.
Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun Penerbitan. Judul Makalah (dalam
seminar, ceramah, konvensi, temu ilmiah, diskusi, dsb.),
(Makalah). Kota, tanggal/bulan. Tahun.
2. Lampiran
Lampiran memuat hal-hal yang diperlukan untuk melengkapi paparan yang telah
disajikan pada bagian inti. Lampiran yang jumlahnya lebih dari satu diberi nomor urut.
BAB III
TEKNIK PENULISAN
Bagian ini memuat ketentuan tentang jenis, warna, ukuran, berat kertas, tata cara
pengetikan, penggunaan nomor urut, penyajian tabel dan gambar, cara merujuk kutipan, cara
menulis daftar pustaka, bahasa karya tulis ilmiah, dan beberapa catatan penting dalam
penulisan tugas akhir.
A. Bahan
1. Sampul
Sampul karya tulis menggunakan hard cover. Warna sampul mengacu pada karakteristik
jenis penelitian masing-masing, dengan ketentuan sesuai tabel 4.1.
Table 4.1 Warna Sampul Tugas Akhir
B. Pengetikan
1. Teknik Pengetikan
Pengetikan menggunakan aplikasi pengolah kata seperti Microsoft Word, Libreoffice
writer, Kingsoft writer, Abi word, Pages, jenis huruf Times New Roman (TNR), ukuran font
12, dengan tinta hitam dan spasi 1,5. Pada bagian sampul dan halaman judul boleh digunakan
ukuran font yang lebih besar sepanjang tidak merusak tatanan pemenggalan kata atau kelompok
kata.
Huruf miring (italic) digunakan untuk kata-kata serapan dari bahasa asing, istilah asing,
dan hal-hal lain yang dianggap penting. Huruf tebal (bold) digunakan untuk menuliskan
subjudul, dan istilah. Judul bab diketik dengan huruf capital-bold. Lambang atau huruf non-
Latin (Jawa, Bali, Arab, Sansekerta, dll.) yang tidak dapat dikerjakan oleh komputer boleh
ditulis tangan dengan tinta hitam.
2. Jarak Spasi
1) Jarak 4 spasi (spacing after 24 pt) digunakan pada jarak antara judul bab dengan teks
di bagian bawahnya.
2) Jarak 3 spasi (spacing after 18 pt) digunakan pada jarak antara judul subbab atau sub-
subbab dan baris di atasnya.
3) Jarak 1,5 spasi digunakan untuk jarak antar baris dalam naskah, jarak antara awal
paragraf dan baris di atasnya dan antara subjudul atau subjudul-subjudul dengan baris
berikutnya.
4) Jarak 1 spasi digunakan (a) jarak antar baris dalam abstrak, (b) jarak antar baris dalam
satu sumber bacaan dalam daftar pustaka, (c) jarak antar baris pada judul tabel atau
judul gambar (jika judul lebih dari satu garis).
3. Margin
Margin atau baris tepi pengetikan diatur dengan jarak sebagai berikut: (1) atas: 4 cm, (2) bawah:
3 cm, (3): 4 cm, dan (4) kanan: 3 cm.
4. Letak Nomor Halaman
Nomor halaman, dengan angka Arab, bisa diletakkan di empat tempat, yaitu tengah-
atas, tengah-bawah, kanan-atas, kanan-bawah. Adapun jarak antara baris teks dan nomor
halaman tersebut adalah 2 cm, dengan catatan bahwa nomor halaman harus terletak di
bawah bagi halaman BAB (Halaman awal setiap bab).
5. Penggunaan Nomor Urut
Karena karya tulis itu bersistem, maka penulis tidak mungkin menghindari adanya
urutan. Paling tidak, di dalam karya tulis ada lima bab berturut-turut yang memerlukan nomor
urut. Menurut tradisi akademis, untuk menunjukkan urutan tadi kita dapat menggunakan
lambing angka, baik angka Arab (1,2,3 dst) maupun angka romawi, baik Romawi besar (I,
II, III dst), maupun Romawi kecil (I, ii, iii, dst), atau lambing huruf Latin, baik huruf biasa (a,
b, c, dst) maupun yang capital (A, B, C, dst)
1) Angka Romawi
a) Angka Romawi besar digunakan untuk urutan bab.
b) Angka Romawi kecil digunakan untuk halaman-halaman bagian awal karya tulis
(sebelum Bab I).
2) Angka Arab digunakan untuk:
a) Menomori halaman-halaman pada bagian inti karya tulis, dari Bab I sampai dengan
Daftar Pustaka dan (jika ada) Indeks.
b) Penomoran sistem digit urutan subjudul (dalam bab) atau subjudul dalam sub-
subjudul, atau bawahannya lagi. Contoh Lihat penomoran pada 5.2 dan nomor-
nomor di bawahnya dan kemungkinan tambahannya.
Contoh:
5.2 Subjudul
5.2.1 Sub-subjudul
5.2.1 Sub-subjudul
5.2.2.1 Sub-sub-subjudul
5.2.2.2 Subjudul bawahan
Dengan catatan, bahwa 4 angka digit tersebut adalah batas angka yang diijinkan.
Perhatikan pula cara penulisan digit: tidak ada titik dibelakang angka terakhir.
c) Sistem digit itu dapat diganti dengan angka biasa atau gabungan antara angka dan
huruf.
Contoh:
I. Judul Bab
A. Subjudul Bab
1. Subjudul-subjudul
a. Sub-sub judul bawahan
Jika urutan ke bawah cukup panjang dan bercabang-cabang, maka penggunaan
angka dan huruf bila dilanjutkan menjadi: 1), 2), 3) dst. : (a), (b), (c), dst. : (1), (2),
(3), dst.
C. Penyajian Tabel
Tabel digunakan untuk menyajikan data secara lebih attractif dibandingkan dengan
paparan panjang lebar dengan kata-kata. Tabel yang baik dapat menyampaikan gagasan dan
hubungan-hubungannya dengan tulisan secara efektif. Menurut tradisi Amerika, tabel itu tanpa
garis-garis tegak dan mendatar, tetapi tradisi Eropa dengan garis-garis yang membentuk kotak-
kotak itu tampaknya berpengaruh juga ke Indonesia. Di samping itu, tabel yang rumit
tampaknya memang memerlukan garis-garis tersebut.
Contoh tabel sederhana tanpa garis tegak:
Tabel 4.2 Tingkat Motivasi Berprestasi mahasiswa dari Empat Fakultas Undiksha Tahun 2010
No. Tingkat Motivasi FBS FIP FMIPA FIS Jumlah
1 Sangat Tinggi 50 45 32 67 194
2 Tinggi 45 65 55 62 227
3 Rendah 56 53 46 50 205
4 Sedang 20 25 55 42 97
Catatan: Program Diploma tidak dilibatkan dalam kajian ini.
Perhatikan unsur-unsur tabel di atas!
1) Nomor urut tabel: ditulis dengan angka Arab: angka 4 berarti tabel dalam BAB IV,
angka 1 mengacu pada urutan tabel dalam bab itu.
2) Judul atau tajuk tabel: seluruh tajuk dicetak miring: tiap kata berawal dengan capital
(kecuali kata tugas seperti dan, tetap, sebagai, dalam, di, tanpa, dsb): baris kedua
diawali dari titik di bawah huruf pertama baris pertama pada tajuk.
3) Jarak antarbaris dalam tajuk tabel hanya 1 spasi.
4) Jarak antara judul tabel dan garis dibawahnya ialah 3 spasi, begitu pula jarak antara
garis terakhir atau catatan (jika ada) dan baris berikutnya.
5) Singkatan diijinkan: No (nomor), f (frekuensi), N (number = jumlah), % (persen), dsb
6) Garis digunakan untuk mempermudah membaca tabel
7) Catatan kaki untuk tabel diletakkan langsung di bawah tabel; bukan di bagian akhir
halaman.
D. Penyajian Gambar
Penyajian gambar diatur sama dengan penyajian foto, lukisan, bagan, grafik, konfigurasi,
dan langkah-langkah, reaksi kimia, dsb. Sepanjang tidak bisa dicapai dengan komputer, maka
gambar dapat dibuat dengan tangan, dengan tinta hitam.
Judul gambar ditulis dua spasi di bawah gambar, diawali dengan tulisan Gambar
(nomor gambar dengan angka Arab tanpa titik). Selanjutnya, judul gambar ditulis seperti
judul tabel. Gambar yang dikutip dari sumber lain harus disebutkan sumbernya.
E. Cara Merujuk Kutipan
Ada dua cara mengutip sumber bacaan, yakni kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung. Kutipan langsung adalah cara seorang penulis mengutip secara utuh isi sebuah
pendapat ataupun teori yang termuat dalam buku, jurnal, koran, majalah, dan sumber lainnya.
Kutipan tidak langsung adalah cara seorang penulis memaknai kembali sebuah pendapat, teori,
atau generalisasi menurut bahasanya sendiri, tanpa mengurangi makna awal yang terdapat
dalam tulisan itu sendiri.
Untuk kutipan langsung, maka penulis harus mencantumkan nama penulis dan/atau
buku, kemudian tahun penerbitan, dan halaman dimana kutipan tersebut berada pada sumber
yang dikutip. Untuk penulisan karya tulis, sangat dianjurkan untuk melakukan kutipan tidak
langsung karena akan menjadi penanda seberapa paham penulis terhadap apa yang dibaca atau
ditelaah dari sebuah sumber. Disisi lain kutipan tidak langsung akan memberikan warna
ketokohan akademis penulis, karena mampu merekonstruksi kembali struktur kalimat sebuah
kutipan dengan bahasanya sendiri, tanpa mengurangi makna dasar atas apa yang dikutipnya.
Untuk kutipan tidak langsung, nama penulis sumber dapat disebut di depan, di tengah, ataupun
di belakan gagasan yang dikutip, seperti contoh berikut.
Nama penulis, berikut tahun penerbitan dan halaman buku dapat juga ditempatkan di
belakang kutipan langsung panjang tersebut, seperti contoh:
Sebagaimana kita ketahui, IQ merupakan .. hanya pekerjaan mereka (Goleman,
2010: 46)
Jika penulis karya tulis tidak memperoleh buku asli atau tidak membacanya sendiri, tetapi
mengutipnya dari buku atau karya orang lain, misalnya mengutip tentang konsepsi pendidikan
multikultur dari Prof. Dr. Nroman Dantes, yang dimuat dalam buku karangan Lasmawan, maka
penyebutan nama penulisan asli menjadi sebagai berikut: sebagaimana dikatakan oleh Dantes
(dalam Lasmawan, 2010: 175)
Jika mengenai gagasan tertentu pengutip mendapatkannya dari beberapa sumber, maka
semua sumber itu dapat disebut dengan cara sebagai contoh di bawah ini.
Pendidikan multikultur sudah menjadi kebutuhan bagi setiap bangsa yang menyatakan
dirinya sebagai bangsa yang berbhineka, oleh sebab itu, perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran logikanya mengedepankan pada elaborasi kemultikulturan, sehingga
apa yang diperoleh oleh siswa di sekolah dengan apa yang dialaminya dalam kehidupan sehari-
hari tidak stagnan (Dantes, 2009: 221; Marhaeni, 2009: 93; Lasmawan, 2008: 121 ).
F. Cara Menulis Daftar Rujukan
Mengenai Daftar Pustaka sudah disinggung sepintas pada bagian C. Bagian ini
merupakan paparan yang lebih rinci tentang bagaimana menulis daftar pustaka. Daftar Pustaka
merupakan daftar buku, makalah, artikel, bulletin, jurnal, atau sumber lain yang ditulis baik
secara langsung maupun tidak langsung (semua sumber yang dicantuman di dalam tulisan atau
batang tubuh karya tulis, wajib ditulis di daftar pustaka). Bahan yang dibaca sendiri, tapi tidak
dikutip seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar. Bahan yang tidak dibaca sendiri, tetapi
dipetik dari sumber bacaan yang dibaca, juga tidak perlu ditulis dalam daftar pustaka.
Pada hakikatnya ada lima unsur yang harus dituliskan dalam daftar pustaka. Urutan
kelima unsur yang dibakukan oleh Pusat Bahasa, sebagaimana tampak dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Edisi Ke-3, 2001), dan buku-buku lain terbitan lembaga tersebut, adalah
sebagai berikut:
1) Nama pengarang tanpa gelar akademik dengan urutan: nama akhir, dan (kalau ada)
nama depan dan nama tengah (diakhiri dengan titik):
Hasan, Said Mahid. Hilgard, Ernest R. dan Gordon H, Bower Hamalik
2) Tahun Penerbitan, menggunakan angka arab, diakhiri dengan titik: 2009.
3) Judul sumber berupa buku, semua dicetak miring (italic), tiap kata diawali dengan huruf
kapital kecuali kata tugas dan kata sambung, diakhiri dengan titik. Contoh: Educational
Psychology in the Classroom. Untuk sumber yang sumber berupa artikel, makalah, dsb.
Judul diletakkan di antara tanda petik rangkap (.), huruf dicetak biasa, tiap kata
diawali dengan huruf kapital kecuali kata tugas, diakhiri dengan titik. Contoh:
Identifikasi Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Sikap Progresif Siswa di Daerah
Perkotaan.
4) Kota penerbitan, diakhiri dengan titik dua. Contoh: Bandung:
5) Penerbit, dapat nama penerbit atau nama lembaga, akhiri dengan titik. Contoh:
Gramedia.
Kementerian Pendidikan Nasional.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Kalau penulisan kelima unsur itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan seterusnya
diawali pada ketukan ke-5 dari tepi kiri, dan jarak antarbaris adalah satu spasi. Jarak
antara sumber yang satu dan sumber yang lain adalah 1.5 spasi
5) Penulis buku adalah editor: Jika editornya satu orang, di belakang namanya ditambahkan
dengan (ed), jika dua orang atau lebih, tambahannya ialah (eds). Contoh :
Al Muktar, Suwarma (ed.). 2009. Inovasi Pemikiran Pendidikan IPS dan Konstelasi
Keilmuan Disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: UPI Press.
Pederson, James and Mika Milkiapple (eds.). 2008. Handbook of Social Studies. NY:
McMilland.
b. Sumber Berupa Artikel
Sebuah artikel dapat terdapat dalam buku kumpulan karangan, atau bisa juga ada dalam
jurnal, majalah, bulletin, atau koran. Dalam hal ini, judul artikel ditempatkan di antara tanda
petik rangkap (.......), hurupnya dicetak biasa. Contoh :
Dantes, Nyoman. 2007. Pengembangan Materi dan Model Pendidikan Multikultur
dalam Pembelajaran IPS SMP (halaman 21-26). Jurnal Penelitian Pendidikan dan
Humaniora. Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha.
Lasmawan, Wayan dkk. 2009. Vonis Mati Terhadap Mayat: Rekonstruksi Pemaknaan
Adat Istiadat pada Masyarakat Hindhu Bali. Media Komunikasi Sosial, Volume
3, Tahun ke XVII (halaman 75-79).
Wibisono, Encep. 2009. Meretas Nilai-nilai Demokrasi dalam Praktek Pendidikan di
Era Otonomi. Pikiran Rakyat, 21 Januari 2009, halaman 5, kolom 2-6.
Bentuk sumber yang ditulis mirip dengan artikel ialah makalah. Dalam hal makalah, yang
perlu ditambahkan adalah nama temu ilmiah dimana makalah itu disajikan, kota, dan tanggal
penyelenggaraan. Contoh :
Dantes, Nyoman. 2009. Penelitian Kuantitatif (Makalah). Disajikan pada Worshop
Penelitian bagi Dosen UNHI Bali, Tanggal 23-24 Oktober 2009.
c. Sumber Lain-lain
Sumber lain yang dimaksud, dapat saja berupa dokumen resmi, seperti: Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Awig-awig Desa Adat, Bisama, Patwa, Anggaran
Dasar, dan dokumen lain yang dibukukan. Dalam hal ini kadang-kadang penerbitnya tidak
disebutkan, atau ada lembaga yang bertanggung jawab menerbitkan, tetapi pasti bukan penulis
perorangan. Untuk itu, cara penulisannya dapat dilakukan sebagaimana contoh berikut.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Pengelolaan Keuangan Negara. 2009. Jakarta: Kementrian Keuangan RI.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. 2008. Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan
Operasional Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional RI.
Sumber lain yang khas adalah karya tulis terjemahan. Dalam hal ini terjemahan, nama
pengarang yang disebut adalah nama pengarang asli, tahun penerbitannya adalah tahun
penerbitan naskah terjemahan, ditambahkan kata terjemahan diikuti nama penerjemah serta
judul naskah asli dan tahun terbitnya, terakhir adalah kata penerbitan dan penerbit terjemahan.
Polumin, Ivant et.eal. 1979. Kehidupan di dalam Air: Khasanah Pengetahuan Bagi
Anak-Anak. Terjemahan Waluta Subani, Underwriter Life. 1979. Jakarta: Tira
Pustaka.
Untuk materi atau sumber yang diambil dari internet, maka penulisannya dapat dilakukan
dengan mengacu pada contoh berikut.
Caims, Len. 2008. Capability Going Beyond Competence.
http://www.lle.mdx.ac.uk/hec/ journal/2-2/3-5.htm. Diunduh tanggal 21 Februari
2009.
Lasmawan, Wayan. 2009. Spektrum Pendidikan IPS.
http:www.google.ac.id.lasmawanblogs/2-6/3-6.htm. Diunduh tanggal 10
September 2010.
Untuk materi atau sumber yang diambil dari jurnal, maka penulisannya dapat dilakukan dengan
mengacu pada contoh berikut.
Clark, Cathy Bishop. 1995. Cognitive Style and its Effect on the Stages of
Programming. Journal of Research on Computing in Education, Volume 27,
Number 4, Summer 1995.
Natajaya, I Nyoman, Faktor Biaya Sebagai Masukan dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
Tahun XXXVI Januari 2003.
Untuk materi atau sumber yang diambil dari makalah, maka penulisannya dapar dilakukan
dengan mengacu pada contoh berikut.
Candiasa, I Made, Policy Analysis On the Improvement Of Educational Quality, Paper,
disajikan pada Seminar Internasional Succeeding in a Globalizing World
Tanggal 6-8 November 2007 di Jakarta.
Sadia, Wayan. 2009. Inovasi Pembelajaran dan Pembelajaran Bermakna. Makalah.
Disajikan pada Seminar Sehari Dies Natalis Universitas Mahasaraswati Bali,
Tanggal 23 Oktober 2009 di Denpasar.
Untuk materi atau sumber yang diambil dari tesis dan/atau disertasi, maka penulisannya dapat
mengacu pada contoh berikut.
Karya tulis ilmiah, termasuk tesis, harus ditulis dalam ragam bahasa baku, termasuk
jika tesis ditulis dalam bahasa Indonesia, tidak peduli apa pun latar belakang akademis
penulisnya. Dalam hal bahasa Indoesia baku, ada tiga pedoman yang wajib digunakan yakni
(1) Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD); (2) Tata Bahasa Baku Bahasa
Indoensia (TBB), Edisi Ketiga; (3) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi Ketiga.
Buku EYD mencakupi lima hal pokok, yaitu (1) Pemakaian Huruf; (2) Pemakaian Huruf
Kapital dan Huruf Miring; (3) Penulisan Kata; (4) Penulisan Unsur Serapan; (5) Pemakaian
Tanda Baca. Berdasarkan pengalaman, tiga hal yang terakhir amat sering diketahui atau tidak
dipatuhi secara benar. Dalam hal penulisan kata, masih banyak dikacaukan antara awalan di-
dan ke- dengan kata. Bandingkan penulisan klitika (sejenis awalan tetapi bermakna seperti
kata, dan harus dituliskan seperti awalan, dimana jumlahnya banyak seperti: antar-, inter-,
intra-, ko-, bi-, dwi-, sub-, pra-non-, anti-, mono-, dll.) berikut ini:
Salah Benar
1) Kata atau istilah asing yang diserap hakikatnya berorientasi pada tulisan dan bukan pada
ucapannya. Karena itu perhatikan cara penulisan yang benar berikut ini:
Kata Serapan Penulisan yang Salah Penulisan yang Benar
Design Disain Desain
Homogene Homogin Homogen
Theoretic Teoritis Teoretis
Methodology Metodelogi Metodologi
2) Unsur serapan yang ejaannya serupa dengan ejaan bahasa Indonesia, dipandang sebagai
kata Indonesia, misalnya: oral, aural, fatwa, fatom.
3) Unsur serapan yang ejaannya berbeda dari ejaan bahasa Indonesia bisa disesuaikan dengan
pengucapannya (meskipun hanya mirip), misalnya: pick up pikap, make up mikap,
boom bum, capsule kapsul, dan feature fitur
4) Jika unsur serapan itu masih terasa asingnya (dan ini mungkin agak subjektif), atau
penulis ragu-ragu, sebaiknya istilah asingnya ditulis di belakang kata serapan, dan
diletakkan di dalam kurung dan dicetak miring, seperti: skim(scheme), dan diskursus
(discourse).
5) Kaidah pada no 4) juga berlaku bagi kata-kata yang diterjemahkan dari ungkapan asing,
seperti: rancangan pembelajaran (instructional design), manajemen mutu berbasis sekolah
(school-based quality management).
Dalam pemakaian tanda baca, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal berikut ini.
1. Karya ilmiah seperti tesis, sebaiknya menghindari singkatan-singkatan seperti dsb, dll, dst.
Tetapi jika tidak dapat dihindarkan, tiap singkatan harus diakhiri dengan titik, kecuali jika
memang berada di akhir kalimat. Contoh :
1) .......ayam, burung, bebek, dsb, bisa dianggap sebagai unggas,
2) Perhatikan nomor 4 s.d. 8 di atas,
3) Wakil kepala sekolah menandatangani surat atas nama kepala sekolah dengan
menuliskan a.n.
2. Urutan atau rincian yang ditulis secara horizontal tidak perlu memakai tanda baca titik
koma (;), melainkan dengan koma (,) saja.
3. Urutan yang ditulis secara vertikal (dari atas ke bawah) hakikatnya merupakan pengganti
urutan horizontal (sesuai dengan baris kalimat), karena itu hakikatnya urutan vertikal itu
tidak terlalu menyimpang dari logika penulisan horizontal dan diatur sebagai berikut :
1) Nomor urut (dengan angka atau huruf) tidak diakhiri dengan titik.
2) Urutan berupa kata tidak diakhiri dengan tanda baca apa pun, dan yang dideretkan
diawali dengan huruf kecil, misalnya:
i) niat
ii) motivasi
iii) aktivitas
3) Urutan beberapa frase atau kalimat yang masih terkait dengan pernyataan sebelumnya
diakhiri dengan koma, kecuali bagian akhir dari urutan tersebut.
4) Tanda hubung (-) boleh dipakai untuk kata ulang, seperti: rumah-rumah, terus-
menerus, berubah-ubah, tetapi tidak untuk penulisan antara klitika dan kata berikutnya,
seperti: nonkooperatif, antarbacaan, subpokok bahasan.
DAFTAR PUSTAKA
KARYA TULIS
Oleh:
..
NIS..
KELAS
(JENIS PENELITIAN)
SMA NEGERI 3 DENPASAR
(Tahun)
KARYA TULIS
Diajukan kepada
SMA Negeri 3 Denpasar
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Nomor Peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer
Oleh:
..
NIS..
KELAS
(JENIS PENELITIAN)
SMA NEGERI 3 DENPASAR
(Tahun)
KARYA TULIS
Menyatakan bahwa substansi ini, yang berjudul Identifikasi Pengaruh Emosi Melalui Studi
Ekspresi Wajah Terhadap Hasil Belajar Kelas XII IPA SMA Negeri 3 Denpasar Tahun
2015 telah direvisi dan disetujui/ disahkan oleh pembimbing guru pembimbing.
Disahkan
di : Denpasar
Pembimbing Peneliti,
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa karya tulis yang saya susun sebagai
syarat untuk memperoleh nomor peserta ujian nasional berbasis komputer (UNBK) dari SMA
Negeri 3 Denpasar seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian
tertentu dalam penulisan tugas akhir yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan
sumbernya secara jelas dan sesuai dengan norma, kaidah, serta etika akademis.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian karya tulis ini bukan hasil
karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima
sanksi-sanksi dari SMA Negeri 3 Denpasar sesuai peraturan yang berlaku di SMA Negeri 3
Denpasar.
(Nama Siswa)
PRAKATA/ACKNOWLEDGEMENT
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan karuniaNya sehingga tugas akhir yang berjudul Kontribusi Perilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru
Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (RSMABI) di Kota Denpasar, dapat
Tugas akhir ini penulis susun dengan mengerahkan segala daya dan upaya yang ada,
termasuk bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
1. Kepala SMA Negeri 3 Denpasar, yang telah memberikan bantuan secara moril dan
Negeri 3 Denpasar;
2. I Wayan Ananta Wijaya, selaku guru pembimbing, yang dengan gaya dan pola komunikasi
yang khas, telah melecut semangat, motivasi, dan harapan penulis selama penelitian dan
penulisan naskah, sehingga tugas akhir ini dapat terwujud dengan baik sesuai harapan;
3. Wakil Kepala Sekolah, yang telah banyak membantu selama penulis mengikuti studi dan
4. Bapak/ibu guru pengajar, yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis selama
masing telah banyak berkontribusi membentuk kedirian penulis selama menjalani studi dan
6. Bapak. Ibu .. selaku orang tua penulis, yang telah banyak membantu
secara material dan moral selama perjalanan studi yang penulis lakoni di SMA Negeri 3
Denpasar;
7. Semua pihak yang telah berkontribusi terhadap penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh
sehingga tulisan ini banyak kekurangan. Semoga tugas akhir ini dapat menambah pengetahuan
dan bermanfaat bagi para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir yang
sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua.Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
ABSTRAK
I B MADE SATYA WARMA YUDA, 2012. Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru Rintisan Sekolah Menengah Atas
Bertaraf Internasional (RSMABI) di Kota Denpasar.Tesis. Singaraja: Program Pascasarjana,
Program Studi Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja.
Tesis ini sudah dikoreksi dan diperiksa oleh Pembimbing I: Prof. Dr. I Nyoman Natajaya, M.Pd.
dan Pembimbing II: Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, MS.
Kata kunci: perilaku kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru, disiplin kerja guru,
dan kinerja guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: (1) kontribusi perilaku
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, (2) kontribusi motivasiterhadap kinerja
guru, (3) kontribusi disiplin terhadap kinerja guru,(4) kontribusi perilaku kepemimpinan kepala
sekolah, motivasi dan disiplin secara bersama-sama terhadap kinerja guru RSMABI di Kota
Denpasar.
Penelitian ini termasuk penelitian ex-post facto yang berbentuk korelasional dengan
sampel mencakup guru-guru RSMABI di Kota Denpasar, yang berjumlah 80 orang. Penelitian
ini adalah survei. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner untuk variabel perilaku
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi, disiplin dan kinerja guru. Penyusunan kuesioner
dilakukan dengan menggunakan model skala Likert. Data dianalisis dengan menggunakan
regresi sederhana, regresi ganda dan analisis korelasi parsial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat kontribusi yang signifikan dari
perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru RSMABI di Kota
Denpasardengan kontribusi sebesar 50,1%, sumbangan efektif (SE) sebesar 21,96%, dan
sumbangan relatif sebesar (SR)32,54%, (2) terdapat kontribusi yang signifikan dari motivasi
terhadap kinerja guru RSMABI di Kota Denpasarsebesar 55,2%, sumbangan efektif (SE)
sebesar 27,11%, dan sumbangan relatif (SR) sebesar 40,16%, (3) terdapat kontribusi yang
signifikan dari disiplin terhadap kinerja guru RSMABI di Kota Denpasar dengan kontribusi
sebesar 43%, sumbangan efektif (SE) sebesar 18,51%, dan sumbangan relatif (SR) sebesar
27,42%, dan (4)terdapat kontribusi yang signifikan dari perilaku kepemimpinan kepala
sekolah, motivasidan disiplin terhadap kinerja guru RSMABI di Kota Denpasar sebesar 67,6%.
Berdasarkan temuan tersebut disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan dari
perilaku kepemimpinan kepala sekolah, motivasi, disiplin terhadap kinerja guru RSMABI di
Kota Denpasar. Motivasi memberikan kontribusi yang paling besar. Hal ini berarti bahwa
motivasi guru merupakan prediktor yang paling dominan dalam meningkatkan kinerja guru
RSMABI di Kota Denpasar.
DAFTAR ISI
(halaman)
SAMPUL PERSYARATAN GELAR MAGISTER .......................................................... .
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................................... .
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ................................................................................ .
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ .
ABSTRAK .......................................................................................................................... .
ABSTRACT ........................................................................................................................ .
PRAKATA.......................................................................................................................... .
DAFTAR ISI....................................................................................................................... .
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... .
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... .
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... .
DAFTAR TABEL
Tabel(halaman)
1.2 Komponen dan Indikator untuk Mengukur Motivasi Kerja Guru ............................. .
DAFTAR GAMBAR
Gambar (halaman)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran (halaman)
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Pascasarjana. 1985. Pedoman Penulisan Tesis Fakultas Pascasarjana. Malang: FPS
IKIP Malang.
Ganjar, I., Somadikarta, S., dan B.S. Oemarjati. 1998. Petunjuk Teknis Penyusunan Tesis
Sarjana Biologi FPMIPA UI. Jakarta: Jurusan Biologi FPMIPA UI.
Rofiuddin, Ahmad. 1990. Panduan Penyusunan Makalah. Malang: OPF IKIP Malang.
tahun 2001 di SMP Negeri 2 Tabanan, Sekolah Menengah Atas ditamatkan pada tahun 2004
(Undiksha) Singaraja Jurusan Pendidikan Kimia dengan judul skripsi Ko-amobilisasi Enzim
Lipase dengan Zeolit pada Biosensor Trigliserida hingga tamat tahun 2009.
Pada tahun 2009 menjadi tenaga honorer (guru tidak tetap) di SD Bintang Persada
hingga tahun 2010. Kemudian menjadi tenaga honorer di SMKN 1 Tabanan hingga tahun 2011
dan pada tahun 2011 menjadi tenaga Honorer di SMA Negeri 3 Denpasar hingga sekarang.