Makalah Mikrobiologi Kesehatan
Makalah Mikrobiologi Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil
yaitu dalam skala micrometer atau micron () atau sepersejuta meter dan tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Dalam percakapan sehari-hari atau untuk
kepentingan praktis mikroorganisme sering disebut sebagai mikroba atau kuman.
Untuk mempelajarinya diperlukan cara tertentu yaitu observasi mikroskopik
dan biakan atau pure culture. Termasuk dalam golongan mikroorganisme adalah
bakteri (eubactera, archaebacteria), fungi (yeasts, molds), protozoa, microscopic
algae dan virus serta beberapa macam cacing (helmints). Ilmu yang mempelajari
mikroorganisme disebut mikrobiologi. Ilmu mikrobiologi kesehatan mempelajari
mikroorganisme sebagai penyebab penyakit infeksi (patogen), cara penularan,
pencegahan dan pengendalian infeksi. Semua mikroorganisme adalah sel kecuali
virus. Teori tentang sel menyebutkan bahwa makhluk hidup dapat berupa
organisme sel tunggal atau organisme yang tersusun atas berbagai sel (multisel).
Sel merupakan unit kompleks dari suatu sistem kehidupan. Semua makhluk hidup
yang ada berasal dari replikasi atau transformasi dari sel yang ada sebelumnya.
Sel adalah struktur yang dibatasi suatu membran, bermetabolisme secara aktif dan
mengandung materi hereditas. Teori bahwa mikroorganisme dapat menyebabkan
penyakit atau Germ theory of disease yang digagas oleh Louis Pasteur merupakan
alasan yang sangat kuat mengapa semua dokter dan tenaga kesehatan harus
mengetahui ilmu mikrobiologi. Anton van Leeuwenhoek (1670-an) adalah first
microbiologist yang pertama kali mengamati mikroorganisme menggunakan
mikroskop sederhana. Louis Pasteur (1860-an) berhasil membuktikan adanya
mikroorganisme penyebab kontaminasi dengan percobaan anti-spontaneous
generation. Pasteur memegang peran utama dalam penemuan dan pengembangan
vaksin seperti vaksin rabies.
Selain itu, ia juga menemukan metode fermentasi dan aseptic technique
untuk menghindari kontaminasi mikroba pada saat operasi. Metode pencegahan
kontaminasi mikroba pada makanan/minuman cair (susu, anggur, bir) dengan cara
1
2
BAB II
KAJIAN TEORI
4
5
pemberian antitoksin difteri untuk menetralkan racun difteri, serta eritromisin atau
penisilin untuk membunuh bakteri difteri. Sedangkan untuk pencegahan bisa
dilakukan dengan vaksinasi dengan vaksin DPT.
C. diphtheriae merupakan bakteri bentuk batang ramping, gram-positif,
yang tidak tahan-asam dan tidak membentuk spora. Sel berukuran 0,5-1,0 m.
Pada apusan pewarnaan, terlihat sebagai sel tunggal, atau palisade (pagar) dan
satu dengan yang lainnya membentuk formasi sudut V atau L seperti pada gambar
2.2 a. Formasi mirip huruf Cina ini disebabkan oleh "snapping" pergerakan yang
dilibatkan ketika dua sel membelah. Bentuk C. diphtheriae secara umum berupa
batang ketika tumbuh pada media nutrisi yang lengkap. C. diphtheriae merupakan
bakteri aerobik dan anaerobik fakultatif, tetapi tumbuh baik dalam keadaan
aerobik.
Difteria merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium
diphtheriae. Lesi primer biasanya terdapat pada tenggorokan atau nasofaring dan
dicirikan dengan adanya penyebaran pertumbuhan pseudomembranosa keabu-
abuan (gambar 2.2 b). Bakteri berbiak pada tempat tersebut, dan mengeluarkan
eksotoksin yang dibawa oleh darah ke berbagai jaringan tubuh, menyebabkan
hemoragik dan kerusakan nekrotik pada berbagai organ. Strain C. Diphtheriae
toxigenik dan nontoxigenik dapat menyebabkan penyakit, hanya strain yang
menghasilkan toksin yang menyebabkan manifestasi sistemik yang sering
berhubungan dengan penyakit yang berat atau mematikan.
(a) (b)
Gambar 2.2: (a) Corynebacterium diphtheriayang bentuk batang ramping,
Sel berukuran 0,5-1,0 m. (b) penderita dipteria dengan
pseudomembranosa keabu-abuan disekitar nosofaring
Sumber: quizlet.com
7
3. Haemophilus influenza
Haemophilus influenzae merupakan bakteri bentuk batang gram-negatif,
pleomorfik, kecil dan pertumbuhannya lambat. Pada medium yang diperkaya,
bakteri ini sebagian besar berbentuk kokobasil, berukuran lebar 0,2-0,3 m dan
panjang 0,5-0,8 m seperti yang terlihat pada gambar 2.3. nama genus timbul
dari kebutuhan bakteri akan faktor pertumbuhan tambahan yang ditemukan dalam
darah, yaitu haemo (Latin = darah) dan philos (Latin = menyukai). Semua spesies
Haemophilus membutuhkan salah satu atau kedua faktor pertumbuhan yang
terdapat dalam darah.
Sebagai penyebab infeksi pada manusia, H. influenzae merupakan spesies
paling penting dalam kelompoknya. Meskipun tidak menyebabkan influenza
epidemik sebagaimana namanya, bakteri ini mampu menyebabkan infeksi yang
berat. Pada bayi dan anak-anak, bakteri ini menyebabkan meningitis akut, dan
beberapa penyakit serius lain. H. influenzae tipe b merupakan patogen primer
pada anak-anak dibawah 5 tahun. Pada orang dewasa, H.influenzae tipe b
berhubungan dengan pneumonia dan penyakit paru-paru kronik. Strain H.
influenzae tanpa tipe dan Haemophilus lain dapat menyebabkan sinusitis, otitis,
dan infeksi saluran pernafasan atas. Alkoholik, perokok, orang yang terinfeksi-
HIV, dan penderita penyakit paru-paru kronik, memiliki risiko terinfeksi bakteri
ini. Strain penghasil laktamase, lebih sering terdapat pada anak-anak dibanding
pada orang dewasa.
H. influenzae merupakan satu dari lima spesies bakteri yang menghasilkan
protease IgA, yaitu enzim yang memiliki kemampuan menghidrolisis rantai berat
IgA1 manusia sebagai substratnya. Pemecahan IgA merupakan faktor virulensi
potensial, karena H. influenzae pertama kali menginfeksi permukaan mukosa
manusia dimana pertahanan inang diperantarai oleh IgA sekretori. Hanya H.
influenzae dari genus Haemophilus yang menghasilkan enzim protease IgA. H.
influenzae menghasilkan tiga tipe protease IgA yang berbeda yang memecah
ikatan peptida yang berbeda pada daerah engsel IgA1. Tipe protease dihasilkan
berhubungan dengan seritipe isolat. Setiap strain non-tipe juga menghasilkan satu
dari tiga tipe tersebut.
8
juga kulit dapat terinfeksi karena lecet. Dokter atau ahli patologik dapat
terinfeksi melalui cara tersebut jika tidak menggunakan pelindung. Infeksi
bakteri ini dapat dilihat pada gambar 2.4 (B).
(a) (b)
Gambar 2.4: (a) Treponema pallidum memiliki panjang 5-20 m dengan
diameter 0,09-0,5 m. Selnya terlihat panjang dengan 8-14 lekukan
gelombang. (b) seorang anak penderita sifilis
Sumber: www.sciencepicture.com
5. Chlamydia trachomatis
Chlamydia juga dikenal sebagai Miyagawanela atau Bedsonia. Gram-
negatif berdiameter 0,2-1,5 m seperti pada gambar 2.5 tiga spesies Chlamydia
yang dikenal: (1) C. trachomatis, pertumbuhannya dihambat oleh sulfonamid,
dan menghasilkan inklusi sitoplasmik dengan pewarnaan-iodin, (2) C. psittaci,
dan (3) C. pneumoniae, keduanya tidak dihambat oleh sulfonamid dan tidak
menghasilkan inklusi dengan pewarnaan-iodin. Secara morfologi Chlamydia
dapat dibedakan menjadi dua bentuk: badan elementer (elementary body/EB)
dan badan retikuler (reticulate body/RB). EB berbentuk bulat padat, dengan
diameter 0,2-0,4 m. EB merupakan bentuk infektif, mampu melekat pada sel
inang target dan memasuinya. Kekakuan dinding selnya membuat EB dapat
bertahan hidup selama di luar sel. Meskipun berukuran sangat kecil, tetapi
Chlamydia bukan termasuk virus melainkan bakteri. Hal ini terbukti dari sifat-
sifat berikut yang tidak terdapat dalam virus, yaitu memiliki dinding sel yang
sama dengan bakteri gram-negatif, mengandung RNA dan DNA, mempunyai
10
ribosom prokariot dan mensintesis protein, asam nukleat, dan lipid sendiri,
membelah secara biner, dan rentan terhadap berbagai zat antibakteri (Ward. 1999)
Chlamydia tidak mampu membentuk sendiri senyawa fosfat berenergi
tinggi. Energi yang dibutuhkan dapat diambil dari sel inang. Meskipun
merupakan bakteri gram-negatif, Chlamydia memiliki lipopolisakarida, tetapi
terpotong, mirip kemotipe Re. DNA dipadatkan di tengah nukleoid dan
merupakan molekul sirkuler tertutup dengan B.M 660 kDa. Molekul tersebut
dapat menyediakan informasi sebanyak 600 protein yang berbeda, sekitar
seperempat kali yang disediakan oleh genom E. coli.
Awal peristiwa proses infeksius dimulai ketika perlekatan EB ke mikrovili
sel epitel silindris yang rentan. Satu metode internalisasi menyerupai jalur mirip-
endositosis diperantarai-reseptor pada virus, tetapi pada beberapa bagian, serupa
dengan parasit terspesifikasi. Infeksi pada manusia disebabkan oleh C.
trachomatis, terutama pada mata dan saluran genital. Saat ini trachoma yang
mengarah pada kebutaan dapat dicegah, penderita diperkirakan sekitar 500 juta
orang. Di Eropa dan Amerika Serikat, Chlamydia juga sebagai penyebab penyakit
menular-seksual. Pada pria, penyakit dimulai dengan uretritis dan dapat menyebar
ke epididimis. Pada wanita penyakit dimulai pada serviks, penyebaran naik ke
endometrium dan tuba falopi dapat menyebabkan penyakit peradangan pelvik
dan infertilitas. Bayi yang lahir dari ibu penderita servisitis sering mengalami
inklusi konjungtivitis dan pneumonitis. Pertumbuhan lambat bakteri ini pada
lingkungan intraselulernya menghasilkan penyakit klinik yang lambat
perkembangannya sehingga pada beberapa kasus tidak diobati.
berat dapat mencapai 15-20 L per hari. Cairan encer, tidak berbau, dan tanpa
mikroba enterik. Shock hipovolemik dan asidosis metabolik disebabkan
kehilangan cairan. Mata dan leher pasien terlihat cekung, tekanan tugor kulit
berkurang. Kasus kematian mencapai 60% pada pasien yang tidak diobati
Gambar 2.7: Shigella berbentuk batang gram negatif berukuran 2-3 x 0,6
m
Sumber: www.infectioncontroltoday.com
8. Salmonella
Salmonella adalah enterobacteriaceae yang terdistribusi secara luas di dalam
lingkungan, dan meliputi lebih dari 2000 stereotipe. Salmonella merupakan
bakteria patogen yang paling utama yang terdapat di dalam air limbah, yang dapat
menyebabkan demam tipus dan paratipus, dan gastroenteristis (radang
lambung/perut). Salmonella termasuk Enterobacteriaceae, merupakan bakteri
berbentuk batang gram-negatif berukuran 2-3 x 0,6 mtidak membentuk-spora
seperti yang terlihat pada gambar 2.8. Salmonella merupakan organisme
kompleks yang menghasilkan berbagai faktor virulensi, termasuk antigen
permukaan, invasif, endotoksin, sitotoksin, dan enterotoksin. Peran masing-
masing faktor virulensi menyebabkan Salmonella mampu menimbulkan berbagai
sindrom dalam tubuh inang yang berbeda. Pada kenyataannya, beberapa serotipe
beradaptasi dengan inang yang spesifik. Sebagai contoh, S. typhimurium
menyebabkan sindrom yang sama dengan demam tifoid pada inang alaminya,
pada mencit, tetapi pada manusia hanya terbatas pada gastroenteritis. Contoh yang
sama, terjadi pada S. typhimurium yang terbatas pada manusia dan tidak
menyebabkan penyakit pada hewan ketika diberikan per oral. Perbedaan
responinang kemungkinan terletak pada kemampuan berbagai organisme untuk
hidup dalam sel fagosit inang. Hal ini menyebabkan Salmonella dapat tumbuh
dalam lingkungan ekstraseluler, dan beberapa peneliti menggunakan istilah
14
bakteri yang dapat merugikan, perlu di lakukan tindakan yang tepat. Tindakah
tersebut dapat berupa tindakan pencegahan (preventif) maupun tindakan
pengobatan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi, sterilisasi,
dan pasteurisasi, dan pengawetan bahan makanan (Pelczar, 1986).
1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pencegahan penyakit dengan pemberian vaksin, bakteri
yang sudah dilemahkan, sehingga tubuh menerima dapat terhadap bakteri
penyebab penyakit tertentu. Beberapa contoh vaksin untuk pencegahan penyakit
yang disebabkan oleh bakteri adalah vaksin kolera untuk mencegah penyakit
kolera, vaksin tifus untuk mencegah penyakit tifus, vaksin BCG (Bacile Calmette
Guerin) untuk mencegah penyakit TBC, vaksin DTP (Dipteria Tetanus Pertusis
vaccines) untuk mencegah penyakit difterie, pertusis (batuk rejan), dan tetanus),
dan vaksin TCD (Typus Chorela Disentry) untuk mencegah penyakit typus,
kholera, dan desentri (Pelczar, 1986).
2. Sterilisasi
Sterilisasi adalah pemusnahan bakteri misalnya dalam pengawetan
makanan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi steril (suci hama),
metodenya disebut aseptis. Sterilisasi dapat dilakukan melalui pemanasan dengan
menggunakan udara panas atau uap air panas bertekanan tinggi. Sterilisasi dengan
udara panas menggunakan oven dengan temperatur 170 180C. Cara ini
digunakan untuk mensterilisasikan peralatan di laboratorium. Sterilisasi dengan
uap air panas bertekanan tinggi dilakukan denganmenggunakan alat yang disebut
autoklaf, pada temperatur 115 134C. Autoklaf digunakan untuk sterilisasi
bahan dan peralatan. Sterilisasi pada umumnya digunakan pada industri makanan
atau minuman kaleng, penelitian bidang mikrobiologi, dan untuk memperoleh
biakan murni suatu jenis bakteri (Pelczar, 1986).
3. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu 63 72 C selama 15 - 30
menit. Pasteurisasi dilakukan pada bahan makanan yang tidak tahan pemanasan
dalam suhu tinggi, misalnya susu. Sehingga untuk mematikan bakteri patogen
(Salmonella dan Mycobacterium) dari susu dilakukan pasteurisasi. Dengan
pasteurisasi, rasa dan aroma khas susu dapat dipertahankan. Teknik sterilisasi
18
dengan suhu rendah ini ditemukan oleh Louis Pasteur (1822-1895), seorang
ilmuwan Perancis. Selain dengan sterilisasi dan pasteurisasi, pengawetan makanan
juga bisa dilakukan secara tradisional. Kalian mungkin pernah melihat proses
pengasinan ikan, pemanisan buah-buahan, pengasapan daging, atau pengeringan
makanan (Pelczar, 1986).
D. Uji Daya Antibakteri Terhadap Antiseptik
Adanya zona bening menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri terhambat
oleh zat aktif tertentu pada antibiotic. Bagian yang dirusak atau dihambat dari
mikroba oleh antibiotic tertentu. Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Penghambatan pertumbuhan oleh analog
Dalam kelompok ini termasuk sulfonamida. Pada umumnya bakteri
memerlukan para-aminobensoat (PABA) untuk sintesis asam folat yang
diperlukan dalam sintesis purin. Sulfonamida memiliki struktur seperti PABA,
sehingga penggunaan sulfonamida menghasilkan asam folat yang tidak berfungsi
(Jawetz et al., 2005).
2. Penghambatan sintesis dinding sel
Perbedaan struktur sel antara bakteri dan eukariot menguntungkan bagi
penggunaan bahan antimikrobial (Jawetz et al., 2005).
3. Penghambatan fungsi membran sel
Membran sel bakteri dan fungi dapat dirusak oleh beberapa bahan tertentu
tanpa merusak sel inang. Polymxin berdaya kerja terhadap bakteri Gram-negatif,
sedangkan antibiotik polyene terhadap fungi. Namun demikian penggunaan
keduan antibiotik ini tidak dapat ditukar balik. Ini berarti bahwa polymixin tidak
berdaya kerja terhadap fungi. Hal ini disebabkan karena membran sel bakteri pada
umumnya tidak mengandung sterol, sedangkan pada fungi ditemukan sterol.
Polyene harus bereaksi dengan sterol dalam membran sel fungi sebelum
mempunyai kemampuan merusak membran (Jawetz et al., 2005).
4. Penghambatan Sintesis protein
Kebanyakan antibiotic ditemukan pada pelaksanaan "program penapisan ".
program demikian yang dimulai dengan pengapungan dalam cuplikan tanah
melalui tahap sampai percobaan hewan. Pada uji deretan pengenceran, antibiotik
19
diencerkan dengan larutan biak yang telah ditanami dengan kuman uji menurut
tahap pengenceran (Jawetz et al., 2005)
E. Uji Antagonisme Antar Mikroba
Dalam suatu lingkungan yang kompleks yang berisi berbagai macam
organisme. Aktivitas metabolisme suatu organisme akan berpengaruh terhadap
lingkungannya. Mikroorganisme seperti halnya organisme lain yang berada dalam
lingkungan yang kompleks senantiasa berhubungan baik dengan pengaruh faktor
biotik dan faktor abiotik. Sedikit sekali suatu mikroorganisme yang hidup di alam
mampu hidup secara individual. Hubungan mikroorganisme dapat terjadi baik
dengan sesama mikroorganisme, hewan ataupun dengan tumbuhan. Hubungan ini
membentuk suatu pola interaksi yang spesifik yang dikenal dengan simbiosis
(Kusnadi, 2003).
Interaksi antar mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama
akan memberikan pengaruh positif atau saling menguntungkan dan pengaruh
negative atau saling merugikan dan juga netral, tidak ada pengaruh yang berarti
(Kusnadi, 2003). Beberapa macam hubungan antar spesies bakteri di alam antara
lain komensalisme, mutualisme serta antagonisme atau amensalisme.
Hubungan mikroorganisme dengan organisme lain yang saling menekan
pertumbuhannya disebut antagonisme.Antagonisme menyatakan hubungan yang
berlawanan, dapat dikatakan sebagai hubungan yang asosial. Spesies yang satu
menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehingga pertumbuhan
spesies yang terakhir sangat terganggu. Zat yang dihasiIkan oleh spesies yang
pertama mungkin berupa suatu ekskret, sisa makanan dan yang jelas bahwa zat itu
"menentang" kehidupan yang lain. Zat penentang tersebut dinamakan antibiotika
(Lasriantoni, 2010). Mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik yang dapat
menekan, menghambat dan memusnahkan mikroba lainnya. Mikroba antagonis
ini dapat berupa bakteri, jamur atau cendawan, actinomycetes atau virus (Suryadi,
2009).
Dwidjoseputro (2009) menggunakan istilah amensalisme untuk hubungan
antagonisme tersebut. Spesies yang terhambat pertumbuhannya disebut amensal,
sedang spesies yang menghambat pertumbuhan disebut antagonis. Ada tiga
mekanisme yang digunakan oleh bakteri antagonis untuk mencegah bakteri
20
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan kajian teori, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Beberapa macam mikroba yang meyebabkan penyakit antara lain:
Staphylococcus aureus, Corynebacterium diphtheria, Haemophilus
influenzae, Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Vibrio cholera,
Shigella, dan Salmonella.
2. Organisme patogen dapat berpindah dari reservoir ke dalam inang atau host
melalui berbagai rute, yaitu antara lain: Perpindahan dari orang ke orang
(person to person transmission), Perpindahan melalui air (waterborne
transmission), Perpindahan melalui makanan (Foodborne Transmission),
Perpindahan melalui udara (airborne transmission), dan Perpindahan
melalui vektor (Vektor- borne Transmission)
3. Tindakan pencegahan mikroba penyebab penyakit dapat dilakukan dengan
vaksinasi, sterilisasi, dan pasteurisasi, dan pengawetan bahan makanan
4. Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat digolongkan sebagai berikut:
Penghambatan pertumbuhan oleh analog, Penghambatan sintesis dinding
sel, Penghambatan fungsi membran sel, dan Penghambatan Sintesis protein
5. Antagonisme menyatakan hubungan yang berlawanan, dapat dikatakan
sebagai hubungan yang asosial antar mikroba. Spesies mikroba yang satu
menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies mikroba yang lain, sehingga
pertumbuhan spesies mikroba yang terakhir sangat terganggu. Zat yang
dihasiIkan oleh spesies mikroba yang pertama mungkin berupa suatu
ekskresi, sisa makanan yang bersifat "menentang" kehidupan spesies
mikroba yang lain
B. Saran
Untuk mencegah terjadinya penularan mikroba penyebab penyakit akibat
adanya mikroba yang bersifat patogen, maka dapat dilakukan beberapa hal, antara
lain:
21
22
DAFTAR RUJUKAN
Craun, G.F., Ed. 1986. Waterborne Disease in The United State. CRC Press,
Boca Raton
Dwidjoseputro, D. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Elek S. 1956.Experimental staphylococcal infectionsin the skin of man. Ann NY
Acad Sci 65: 85-90
Howard BJ, Klass J II, Rubin SJ, Weissfeld AS, Tilton RC, eds.1987.
Staphylococci. Clinical and Pathogenic Microbiology. Mosby,Washington
D.C. pp 231-244
Jawetz, E., Joseph M., Edward A.1996. Mikrobiologi Kedokteran. Nugrogo, E.,
Maulany, R. F., alih bahasa; Setiawan, I., editor. Jakarta : Penerbit EGC:
188-190.
Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA
L.G. Harris, S.J. Foster & R.G. Richards. 2002. An Introduction Tostaphylococcus
Aureus, and Techniques for Identifying and Quantifying S. Aureusadhesins
in Relation to Adhesion to Biomaterials: Review. European Cell and
Materials Vol 4 : University of Sheffield.
Lasriantoni, Redho. 2010. Hubungan Antar Spesies. (Online).
(http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2081945-hubungan-antar-
spesies/), diakses pada 10 April 2016 pukul 14.00 WIB).
Pelczar, Michael, dkk. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Projan SJ, Novick RP. 1997. The molecular basis of pathogenicity. In: Crossley
KB, Archer GL, eds. The Sta-phylococci in Human Diseases. Churchill
Livingston,London. pp 55-81
Said, N. I., & Marsidi R. 2005. Mikroorganisme Patogen dan Parasit di Dalam
Air Limbah Domestik Serta Alternatif Teknologi Pengolahan. JAI Vol 1
No 1.
Shockman GD, Barrett JF. 1983. Structure, Function,and Assembly of Cell Walls
of Gram-Positive Bacteria. AnnuRev Microbiol 37: 501-527.
23
24