Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR


(HMKB 541)

Disusun Oleh:

1. NAMA : REZKY AULIA NIM: H1F107002


2. NAMA : MISBACHUDIN NIM: H1F107006
3. NAMA : RENNA AGUNG M S NIM: H1F107009
4. NAMA : M.FITRIADI NIM: H1F107023
5. NAMA : M.SAIRAJI NIM: H1F107028
6. NAMA : HARRY YANUAR NIM: H1F107032
7. NAMA : ADLIN NIM: H1F107035
8. NAMA : KABUL KUN BUDI M NIM: H1F107207

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
BANJARBARU
2009
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR
(HMKB 514)

DISUSUN OLEH:

1. NAMA : REZKY AULIA NIM: H1F107002


2. NAMA : MISBACHUDIN NIM: H1F107006
3. NAMA : RENNA AGUNG M S NIM: H1F107009
4. NAMA : M.FITRIADI NIM: H1F107023
5. NAMA : M.SAIRAJI NIM: H1F107028
6. NAMA : HARRY YANUAR NIM: H1F107032
7. NAMA : ADLIN NIM: H1F107035
8. NAMA : KABUL KUN BUDI M NIM: H1F107207

Telah disetujui : tanggal2009

Pembimbing Praktikum : Koordinator Praktikum


Proses Manufaktur

Gusti Noor Hidayat, ST Abdul Ghofur, MT


NIP. 19700717 199802 1 001
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

LEMBAR KONSULTASI PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Disusun Oleh:
1. NAMA : REZKY AULIA NIM: H1F107002
2. NAMA : MISBACHUDIN NIM: H1F107006
3. NAMA : RENNA AGUNG M S NIM: H1F107009
4. NAMA : M.FITRIADI NIM: H1F107023
5. NAMA : M.SAIRAJI NIM: H1F107028
6. NAMA : HARRY YANUAR NIM: H1F107032
7. NAMA : ADLIN NIM: H1F107035
8. NAMA : KABUL KUN BUDI M NIM: H1F107207

NO TANGGAL KEGIATAN KONSULTASI TTD

Banjarbaru, Desember 2009


Dosen Pembimbing,

Gusti Noor Hidayat, ST


KATA PENGANTAR

Sesuai dengan kurikulum yang berlaku di Jurusan Teknik Mesin Universitas


Lambung Mangkurat, maka setiap mahasiswa wajib menyelesaikan praktikum
Proses Manufaktur untuk memenuhi prasyarat penyelesaian mata kuliah Proses
Manufaktur.
Dengan segala keterbatasan dan kemampuan serta pengalaman penyusun,
maka masih terdapat banyak kekurangan dalam laporan praktikum ini. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan adanya saran dan masukan guna
penyempurnaan laporan praktikum ini.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
- Bapak Mastiadi Tamjidillah, M.T. selaku kaprodi Teknik Mesin dan juga
sebagai dosen pembimbing laporan praktikum Proses Manufaktur.
- Bapak Abdul Ghofur, MT, Bapak Rudi Siswanto, M.eng, Bapak Maruf,
MT, Bapak Rachmat Subagyo, MT, dan Bapak Gusti Noor Hidayat.
- Rekan-rekan mahasiswa teknik mesin yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Akhir kata penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat
banyak kekurangan dalam penyusunannya. Kiranya tugas ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
.

Banjarbaru, Desember 2009

Penyusun
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mata kuliah Proses Manufaktur adalah mata kuliah yang wajib diambil
mahasiswa karena mata kuliah ini menyangkut tentang profesi sebagai tenaga
mekanik yang handal dari seorang sarjana teknik mesin. Untuk itulah diperlukan
adanya suatu kegiatan lapangan atau bisa juga disebut praktikum. Praktikum
merupakan bagian dari proses belajar di Perguruan Tinggi, kegiatan praktikum
yang dilakukan di laboratorium sangat menunjang proses belajar yang di lakukan
dikampus. Praktikum Proses Manufaktur ditunjang oleh teori dalam mata kuliah
Pengetahuan Bahan Teknik, Proses Manufaktur I, Proses Manufaktur II dan
Proses Manufaktur III. Praktikum disamping sebagai tempat kerja bengkel juga
dapat di pergunakan sebagai tempat penelitian yang berguna untuk menunjang
ilmu pengetahuan dan pengembangan pembelajaran.
Saat ini pada jurusan Teknik Mesin Unlam, Standar Prosedur Operasional
untuk Praktikum Proses Manufaktur belum disusun dengan baik. Agar praktikum
berjalan dengan baik, maka diperlukan suatu Standar Prosedur Operasional
Praktikum Proses Manufaktur. Mahasiswa dan pihak yang berkepentingan dengan
praktikum Proses Manufaktur diwajibkan untuk melaksanakan dan mentaati
segala ketentuan yang ada dalam Standar Prosedur Operasional Praktikum.

1.2. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum Proses Manufaktur adalah:
1. Mahasiswa dapat berperan serta di masyarakat menjadi tenaga mekanik
yang handal & berpengalaman.
2. Mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang proses manufacturing alat
perkakas.
3. Mahasiswa mempunyai pengalaman dalam pengelasan sehingga dapat
memudahkan dalam dunia kerja.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengelasan
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam
kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan,
pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk
reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las
pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macammacam
reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya
merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena
itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan
memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta
kegunaan disekitarnya.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya
didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya
memerlukan bermacam-macam penngetahuan. Karena itu didalam pengelasan,
pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek, secara lebih terperinci dapat
dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan
las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini yaitu
pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi
dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan
termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang
disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang
disambungkan. Klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih
lanjut.
Pada saat sekarang pengelasan dan pemotongan merupakan pengerjaan yang
sangat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam, dari pertama
perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan.
Sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las
dengan cara-cara yang ada pada sekarang ini.

2.2. Klasifikasi Cara-Cara Pengelasan dan Pemotongan


Sampai sekarang ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang
digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan
dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasian tersebut
pada waktu sekarang dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan
kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.
Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las
patri dan lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya
kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila
diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi
tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak
sekali.
Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara
kerja lebih banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan
dalam bab ini juga berdasarkan cara kerja. Berdasarkan klasifikasi ini pengelasan
dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan
pematrian.
1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas
yang terbakar.
2. Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan
dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan
dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.

Pemotongan yang dibahas adalah cara memotong logam yang didasarkan


atas mencairkan logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan dalam
pengelasan adalah pemotongan dengan gas oksigen dan pemotongan dengan busur
listrik.
Pengelasan yang paling banyak digunakan pada waktu ini adalah pengelasan
cair dengan busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik dan las
gas akan dibahas secara terpisah. Sedangkan cara-cara pengelasan yang lain akan
dikelompokkan dalam satu pokok bahasan. Sedangkan pemotongan, karena
merupakan masalah tersendiri maka pembahasannya juga dilakukan secara
terpisah.

2.3. Las Busur Listrik


Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu
proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber
panas. Jadi surnber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik,
antara elektroda las dan benda kerja.
Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las.
Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api arus
listrik. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan
elektroda yang mencair. Setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar
dipisahkan. Jenis sambungan dengan las listrik ini merupakan sambungan tetap.
Penggolongan macam proses las istrik antara lain, ialah
1. Las listrik dengan Elektroda Karbon, misalnya:
a. Las listrik dengan elektroda karbon tunggal
b. Las listrik dengan elektroda karbon ganda
Pada las listrik dengan elektroda karbon, maka busur listrik yang terjadi
diantara ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung
elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas.
Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda
yang berselaput fliksi.
2. Las Listrik dengan Elektroda Logam, misalnya :
a. Las listrik dengan elektroda berselaput,
b. Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas),
c. Las listrik submerged.
Las listrik dengan elektroda berselaput
Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan tambahan.

2.4. Peralatan Dalam Pengelasan


1. Shielded Metal Arc Welding (Mesin Las Listrik)
SMAW adalah sebuah proses pengelasan dengan menggunakan busur listrik
dimana penggabungan metal dihasilkan oleh panas dari sebuah busur listrik yang
digerakkan antara ujung elektroda terselubung dengan permukaan metal pada
sambungan yang akan dilas. Elektrode terselubung SMAW memiliki beberapa
fungsi, antara lain : menghasilkan gas untuk melindungi busur dan mencegah
kontaminasi udara bebas terhadap filler metal yang sedang mencair, memberikan
elemen paduan pada base metal, untuk perbaikan sifat-sifat mekanis, ketahanan
korosi dll.

Gambar 2.1 Las Busur Listrik


SMAW bisa dioperasikan dengan sumber tegangan arus searah (DC),
dengan elektroda positif maupun negatif, maupun arus bolak-balik (AC).
Pemilihan arus yang digunakan bergantung pada desain coating (selubung
elektrode yang digunakan). Keuntungan dari SMAW adalah simpel, portabel, dan
membutuhkan peralatan yang tidak mahal power supply, pemegang elektroda dan
kabel).

Gambar 2.2 Mesin Las Listrik

Gambar 2.3 Ground Klamp dan Kabel Elektroda

Gambar 2.4 Penjepit Elektroda


Tabel 2.1 Hubungan Antara Besarnya Arus dan Tegangan

2. Elektroda
Elektroda las busur adalah elektroda batangan yang tergolong elektroda
terumpan. Ada dua unsur dalam satu elektroda yaitu kawat dan fluks.
Kawat berfungsi sebagai bahan tambah sedangkan fluks berfungsi sebagai
pemantap busur, pelindung deposit logam dari pengaruh udara luar, pengatur
penggunaan dan sebagai sumber paduan.
Dalam penggunaan jenis elektroda disesuaikan dengan keperluan, berikut
tabel pengelompokkan elektroda :
Tabel 2.2 Spesifikasi Penggunaan Elektroda

Gambar 2.5 Las Busur

Menurut AWS
E7018
E, menunjukan jenis elektroda terbungkus
70, kekuatan (psi)
1, posisi pengelasan
8, jenis flux
Menurut JIS
D4318
D, menunjukan jenis elektroda terbungkus
43, kekuatan (kg/mm)
1 dan 8 sama dengan atas

3. Kabel
Kabel, jenis kabel yang digunakan harus memiliki kualitas tinggi, tahan
lama, tahan panas dan tidak mudah terbakar.

4. Ground Klamp
Ground klam yang berfungsi menghubungkan mesin dengan benda kerja
dimana diseting dengan pegas agar dapat menjepit dengan mudah dan kuat.

5. Holder elektroda
Holder, adalah tempat untuk menjepit elektroda dimana dipasang bahan
yang tahan panas untuk melindungi tangan pengelas.

6. Palu terak
Palu terak digunakan untuk membersihkan terak dari jalur pengelasan
setelah selesai mengelas.

7. Sikat baja
Sikat baja digunakan untuk membersihkan hasil pengelasan agar tampak
mengkilap dan dapat menjangkau bagian sambungan las yang paling sempit.

8. Tang jepit
Tang jepit digunakan untuk menjepit/mengarahkan benda kerja sesuai
dengan posisi yang dikehendaki.
Gambar 2.6 Perlengkapan Las

Gambar 2.7 Alat Pelindung Diri

2.5. Sambungan Las

Gambar 2.8 Macam-Macam Sambungan Las


2.6. Proses Penyalaan Busur

Gambar 2.9 Proses Penyalaan Busur

Gambar 2.10 Posisi Penyalaan Busur

Gambar 2.13 Posisi Pengelasan yang Benar


BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. ALAT DAN BAHAN


1. Peralatan Las Listrik:
1) Peralatan Utama
a. Mesin Las listrik
b. Elektroda
c. Kabel
d. Ground klamp
e. Holder elektroda
2) Peralatan Bantu
a. Palu terak
b. Sikat baja
c. Tang jepit
d. Plat besi sebagai alas
e. Meja las
f. Ragum
g. Kunci F
3) Peralatan Keselamatan Kerja
a. Baju/Wearpack
b. Helmet/topeng las
c. Sarung tangan kulit
d. Sepatu pengaman
2. Bahan-Bahan:
1) Beton niser 6 mm : Panjang 270 mm
2) Beton niser 8 mm : Panjang 187 mm
3.2. PROSEDUR PENGELASAN
A. Persiapan Bahan
1. Meratakan semua bagian sisi pada plat besi dengan mengunakan
kikir
2. Memotong beton niser diameter 8 mm sepanjang 8 cm sebanyak 2
buah.
3. Memotong beton niser diameter 8 mm sepanjang 3 cm sebanyak 12
buah.
4. Memotong beton niser diameter 6 mm sepanjang 45 cm sebanyak 6
buah.

B. Persiapan Alat
1. Mempersiapkan peralatan pada mesin las listrik seperti elektroda,
kabel ground klamp, dan holder elektroda.
2. Menyalakan mesin las dan mengatur arus dengan besar arus sekitar
80A-115A untuk menyesuaikan bahan dan elektroda yang
digunakan.
3. Menghubunkan ground klamp ke plat besi yang digunakan sebagai
alas pengelasan.
4. Jepitkan elektroda ke holder elektroda

C. Proses Pelaksanaan Pengelasan


1. Setelah persiapan bahan pada langkah 1, kemudian bagian 4cm
sebelum ujung dari beton niser tersebut dibengkokkan secara
simetris dengan bentuk lengkungan 90 sebagai kaki-kaki
penyangga, kemudian setelah itu hitung 51 cm dari lekungan dibuat
lagi lengkungan 90 hitung lagi 4cm setelah itu dibuat lekuakan
90 kemudian ukur 13 cm sebagai pegangan tempat piring
kemudian dilekuan lagi simetris sama dengan yang sudah
dilakukan seperti pada gambar.
4cm 13cm

51 cm

4 cm

2. Kemudian dari persiapan bahan no. 2 dibuat lekukan atau


dibengkokkan seperti gambar berikut

4 cm

4 cm

3. Dari persiapan bahan no. 3 disambung dengan persiapan bahan


yang pertama tadi dengan menggunakan las dengan jarak 8 cm
sperti pada gambar :

8 cm
4. Dari persiapan bahan no.4 dibentuk lingkaran dan bagian yang
terputus disambung dengan menggunakan las. Kemudian disatukan
dengan langkah yang ketiga seperti pada gambar.

5. Tambahkan pada bagian bawah dari proses kerja no 2 tadi dengan


las sebagai penyangga sehingga membentuk 4 kaki.

6. Kemudian setelah itu dites dengan cara diberi piring dan di pukul
untuk melihat kekuatan lasan, tidak ada bagian yang telepas artinya
lasan sudah bisa dikatakan kuat. Kemudian tempat piring tersebut
dibersihkan dari kerak dengan cara disikat dan diamplas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengelasan tersebut dapat kami hasilkan tempat piring dengan 6
buah penyangga.
Tempat piring tersebut juga kami lakukan pengujian impact untuk
mengetahui kekuatan dari sambungan las.
Setelah dilakukan pengujian tersebut tidak terjadi kerusakan berupa
lepasnya sambungan las, dengan demikian sambungan tersebut sudah cukup kuat.
Kemudian tempat piring tersebut kami coba untuk menaruh piring kaca,
hasilnya tempat piring tersebut tahan terhadap beban piring kaca yang diberikan.
Dan keseimbangannya pun masih terjaga.
Dari pembuat pengelasan tersebut didapatkan kendala lain, diantaranya
hasil dari pembentukan bahan-bahan tidak terlalu rapi, seperti pada pembuatan
lingkaran yang dibuat hanya dibantu dengan ragum dan kunci f yang dibuat
sendiri secara manual.
Kendala-kendala yang terjadi pada waktu pengelasan, bahan mudah
meleleh karena terkadang busur listrik yang terlalu besar arusnya. Selain itu pada
pelaksanaan sering terganggu karena adanya gangguan listrik, seperti pemadaman
listrik dan juga kurang terampil dari mahasiswa sehingga membuat bentuk dari
tempat piring tersebut kurang maksimal.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Untuk hasil pengelasan didapatkan berupa tempat piring dengan buah 6
penyangga. Semakin besar arus lisrik yang digunakan maka hasil pengelasan akan
berlubang sebaliknya apabila arus listrik yang digunakan terlalu kecil hasil
pengelasan tidak akan sempurna busurnya. Jika busur lasnya terlalu dekat maka
busur las akan menempel pada plat yang akan dilas dan apabila dibiarkan secara
terus-menerus maka akan terjadi konsleting listrik.
Proses pembuatan material adalah dengan kerja bangku seperti mengikir,
menjepitkan dengan ragum agar plat yang akan disambung menjadi rata, sehingga
lebih mudah dan rapi dalam proses penyambungannya dan menggunakan sikat
kawat untuk menghaluskan permukaan

5.2. Saran
Pada waktu pengelasan busur las jangan terlalu dekat dengan plat yang akan
dilas. Pada waktu pengelasan harus memakai pelindung yang sesuai dengan yang
disarankan antara lain kacamata las, sarung tangan, baju kerja dan sepatu
pengaman.
Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus mempersiapkan alat-alat
praktikum dan harus mengenakan baju, kaca mata las, sarung tangan dan
perlengkapan lainnya untuk menjaga keselamatan saat proses pengelasan.
Sebelum melakukan praktikum praktikan juga harus mempelajari buku panduan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Tim prodi mesin unlam.2009.Panduan Praktikum Proses Manufaktur.


Banjarbaru:Prodi Mesin Unlam
Crossfiled,Inc.1999. Teknologi Pengelasan Pipa Untuk Proses smaw &
gtaw.Surabaya: PT.Crossfiled Indonesia
Lampiran 1. Gambar Besi Beton Niser

Lampiran 2. Gambar Tempat Piring yang Dibuat dari Besi Beton Niser
B

Anda mungkin juga menyukai