Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
Disusun Oleh:
DISUSUN OLEH:
Disusun Oleh:
1. NAMA : REZKY AULIA NIM: H1F107002
2. NAMA : MISBACHUDIN NIM: H1F107006
3. NAMA : RENNA AGUNG M S NIM: H1F107009
4. NAMA : M.FITRIADI NIM: H1F107023
5. NAMA : M.SAIRAJI NIM: H1F107028
6. NAMA : HARRY YANUAR NIM: H1F107032
7. NAMA : ADLIN NIM: H1F107035
8. NAMA : KABUL KUN BUDI M NIM: H1F107207
Penyusun
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Pengelasan
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam
kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan,
pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk
reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las
pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macammacam
reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya
merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena
itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan
memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta
kegunaan disekitarnya.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya
didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya
memerlukan bermacam-macam penngetahuan. Karena itu didalam pengelasan,
pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek, secara lebih terperinci dapat
dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan
las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini yaitu
pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi
dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan
termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang
disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang
disambungkan. Klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih
lanjut.
Pada saat sekarang pengelasan dan pemotongan merupakan pengerjaan yang
sangat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam, dari pertama
perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan.
Sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las
dengan cara-cara yang ada pada sekarang ini.
2. Elektroda
Elektroda las busur adalah elektroda batangan yang tergolong elektroda
terumpan. Ada dua unsur dalam satu elektroda yaitu kawat dan fluks.
Kawat berfungsi sebagai bahan tambah sedangkan fluks berfungsi sebagai
pemantap busur, pelindung deposit logam dari pengaruh udara luar, pengatur
penggunaan dan sebagai sumber paduan.
Dalam penggunaan jenis elektroda disesuaikan dengan keperluan, berikut
tabel pengelompokkan elektroda :
Tabel 2.2 Spesifikasi Penggunaan Elektroda
Menurut AWS
E7018
E, menunjukan jenis elektroda terbungkus
70, kekuatan (psi)
1, posisi pengelasan
8, jenis flux
Menurut JIS
D4318
D, menunjukan jenis elektroda terbungkus
43, kekuatan (kg/mm)
1 dan 8 sama dengan atas
3. Kabel
Kabel, jenis kabel yang digunakan harus memiliki kualitas tinggi, tahan
lama, tahan panas dan tidak mudah terbakar.
4. Ground Klamp
Ground klam yang berfungsi menghubungkan mesin dengan benda kerja
dimana diseting dengan pegas agar dapat menjepit dengan mudah dan kuat.
5. Holder elektroda
Holder, adalah tempat untuk menjepit elektroda dimana dipasang bahan
yang tahan panas untuk melindungi tangan pengelas.
6. Palu terak
Palu terak digunakan untuk membersihkan terak dari jalur pengelasan
setelah selesai mengelas.
7. Sikat baja
Sikat baja digunakan untuk membersihkan hasil pengelasan agar tampak
mengkilap dan dapat menjangkau bagian sambungan las yang paling sempit.
8. Tang jepit
Tang jepit digunakan untuk menjepit/mengarahkan benda kerja sesuai
dengan posisi yang dikehendaki.
Gambar 2.6 Perlengkapan Las
B. Persiapan Alat
1. Mempersiapkan peralatan pada mesin las listrik seperti elektroda,
kabel ground klamp, dan holder elektroda.
2. Menyalakan mesin las dan mengatur arus dengan besar arus sekitar
80A-115A untuk menyesuaikan bahan dan elektroda yang
digunakan.
3. Menghubunkan ground klamp ke plat besi yang digunakan sebagai
alas pengelasan.
4. Jepitkan elektroda ke holder elektroda
51 cm
4 cm
4 cm
4 cm
8 cm
4. Dari persiapan bahan no.4 dibentuk lingkaran dan bagian yang
terputus disambung dengan menggunakan las. Kemudian disatukan
dengan langkah yang ketiga seperti pada gambar.
6. Kemudian setelah itu dites dengan cara diberi piring dan di pukul
untuk melihat kekuatan lasan, tidak ada bagian yang telepas artinya
lasan sudah bisa dikatakan kuat. Kemudian tempat piring tersebut
dibersihkan dari kerak dengan cara disikat dan diamplas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengelasan tersebut dapat kami hasilkan tempat piring dengan 6
buah penyangga.
Tempat piring tersebut juga kami lakukan pengujian impact untuk
mengetahui kekuatan dari sambungan las.
Setelah dilakukan pengujian tersebut tidak terjadi kerusakan berupa
lepasnya sambungan las, dengan demikian sambungan tersebut sudah cukup kuat.
Kemudian tempat piring tersebut kami coba untuk menaruh piring kaca,
hasilnya tempat piring tersebut tahan terhadap beban piring kaca yang diberikan.
Dan keseimbangannya pun masih terjaga.
Dari pembuat pengelasan tersebut didapatkan kendala lain, diantaranya
hasil dari pembentukan bahan-bahan tidak terlalu rapi, seperti pada pembuatan
lingkaran yang dibuat hanya dibantu dengan ragum dan kunci f yang dibuat
sendiri secara manual.
Kendala-kendala yang terjadi pada waktu pengelasan, bahan mudah
meleleh karena terkadang busur listrik yang terlalu besar arusnya. Selain itu pada
pelaksanaan sering terganggu karena adanya gangguan listrik, seperti pemadaman
listrik dan juga kurang terampil dari mahasiswa sehingga membuat bentuk dari
tempat piring tersebut kurang maksimal.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Untuk hasil pengelasan didapatkan berupa tempat piring dengan buah 6
penyangga. Semakin besar arus lisrik yang digunakan maka hasil pengelasan akan
berlubang sebaliknya apabila arus listrik yang digunakan terlalu kecil hasil
pengelasan tidak akan sempurna busurnya. Jika busur lasnya terlalu dekat maka
busur las akan menempel pada plat yang akan dilas dan apabila dibiarkan secara
terus-menerus maka akan terjadi konsleting listrik.
Proses pembuatan material adalah dengan kerja bangku seperti mengikir,
menjepitkan dengan ragum agar plat yang akan disambung menjadi rata, sehingga
lebih mudah dan rapi dalam proses penyambungannya dan menggunakan sikat
kawat untuk menghaluskan permukaan
5.2. Saran
Pada waktu pengelasan busur las jangan terlalu dekat dengan plat yang akan
dilas. Pada waktu pengelasan harus memakai pelindung yang sesuai dengan yang
disarankan antara lain kacamata las, sarung tangan, baju kerja dan sepatu
pengaman.
Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus mempersiapkan alat-alat
praktikum dan harus mengenakan baju, kaca mata las, sarung tangan dan
perlengkapan lainnya untuk menjaga keselamatan saat proses pengelasan.
Sebelum melakukan praktikum praktikan juga harus mempelajari buku panduan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 2. Gambar Tempat Piring yang Dibuat dari Besi Beton Niser
B