Anda di halaman 1dari 10

JUDUL ESAI

SMART (Safe Milker Antibacterial Technology) Peran Saintist Muda Bangsa Melalui
Inovasi Pemerah Susu untuk Meningkatkan Kualitas Susu di Indonesia agar Tercipta
Masyarakat yang SUTERA (Sehat, Uggul, dan Sejahtera)

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti


Lomba National Essay Competition 2017
Menuju Untuk Indonesia Mandiri

Disusunoleh:
(Nurwarrohman Andre Sasongko)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
Industri susu ternak di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang
strategis dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Susu adalah salah satu
produk peternakan yang banyak dibutuhkan masyarakat Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Selain berpeluang meningkatkan gizi masyarakat, pengembangan
industri susu ternak juga dapat meningkatkan kesejahteraan karena pada hakikatnya
industri susu ternak membangun ekonomi kerakyatan di tingkat desa dalam rangka
menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, dan kesejahteraan keluarga
peternak dan pelaku industry melalui peningkatan produktifitas, nilai tambah dan daya
saing pengolahan hasil peternakan. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan pada tahun 2013 jumlah konsumsi susu nasional mengalami
peningkatan yaitu pada tahun 2011, 2012 berturut turut adalah 2.964,00 ton, dan
3.120,00 ton. Namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan susu masyarakat
dan susu yang dihasilkan oleh peternakan di Indonesia masih berkualitas buruk hal ini
menyebabkan Indonesia masih mengimpor sebanyak 144.285 ton susu olahan
(kemenperin, 2012). Kualitas susu yang buruk disebabkan oleh banyaknya bakteri yang
ada di dalam susu, seperti Streptococcus lactis, Aerobacter aerogenes, Eschericia coli,
Lactobacillus casei dan Lactobacillus acidophilus (Rio, 2009). Selain itu susu cepat
membusuk dan proteinya cepat rusak jika tidak segera diolah.
Saat ini, teknologi yang ada di Indonesia untuk menangani kualitas susu yang
buruk karena adanya bakteri adalah tekik pasteurisasi. Pasteurisasi susu adalah salah
satu cara mengawetkan susu melalui pemanasan pada suhu tertentu di bawah titik didih
susu, yang kemudian diikuti oleh proses pendinginan sesegera mungkin. Tujuan
pasteurisasi selain untuk membunuh bakteri patogen dan non patogen (Hobbs dan
Robert, 1987), untuk memperpanjang masa simpan susu serta meningkatkan mutu susu.
Namun, teknologi pasteurisasi memiliki kelemahan yaitu tidak dapat bertahan lama dan
cepat mengalami kerusakan apabila disimpan pada suhu ruang, hanya mampu
menghambat pertumbuhan spora bakteri, tidak dapat mematikan spora, apabila suhu
yang digunakan tidak tepat, dapat mengakibatkan loss nutrition, yaitu hilangnya nutrisi-
nutrisi penting yang terkandung dalam susu, penanganan suhu yang salah juga dapat
mengakibatkan bakteri patogen yang tetap hidup didalam susu, sehingga mengakibatkan
ketahanan susu menjadi berkurang. Selalu harus diikuti dengan cara pengawetan lain,
misalnya penyimpanan pada suhu rendah.

1
Nanoteknologi di dunia saat ini berkembang dengan pesat. Dalam beberapa
tahun terakhir, pemanfaatan membran kitosan dari kulit udang di bidang industri
sedang ramai di kaji dan di eksplorasi terutama membran nano kitosan. Salah satu
tujuannya adalah untuk meningkatkan sifat antibakteri dan ultrafiltrasi pada minuman.
Kitosan merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsional amina (NH2) yang
bermuatan positif yang sangat reaktif, sehingga mampu berikatan dengan dinding sel
bakteri yang bermuatan negatif. Selain itu kitosan memiliki struktur yang menyerupai
dengan peptidoglikan yang merupakan struktur penyusun 90% dinding sel bakteri gram
positif (Hafdani, 2011). Bentuk kitosan dalam ukuran nanopartikel mampu menambah
aktivitas antibakteri. Membran merupakan suatu lapisan semipermeabel antara dua fasa
fluida yaitu fasa umpan (feed) dan fasa hasil pemisahan (permeat). Kitosan yang di
dopping dengan PVA dapat menjadikan membran ultrafiltrasi. Membran ultrafiltrasi
adalah membran yang spektrum filtrasinya terletak antara nanofiltrasi dan mikrofiltrasi
dan memisahkan konstituen yang berukuran 1 100 nanometer. Sehingga membran
ultrafilrasi dapat mengontrol mikroorganisme pathogen kecil seperti virus dengan
sangat efektif dan mengurangi kekeruhan air (Ingmar, 2004 dan Guigui, 2002).
Metode yang digunakan dalam pembuatan membran ini adalah metode inversi
fasa. Metode inversi fasa adalah teknik presipitasi terendam. Membran inversi fasa
dapat dibuat dari berbagai macam polimer dengan syarat polimer yang digunakan harus
larut pada pelarut yang sesuai atau campuran pelarut.kelebihan dari metode ini adalah
hasil pori membran lebih kecil sehingga menciptakan membran ultrafiltrasi dan lebih
mudah metodenya.
Dari permasalahan dan potensi yang ada maka dapat diciptakan sebuah inovasi
untuk menghilangkan bakteri dalam susu tanpa merusak kandungan nutrisi yang ada
dalam susu tersebut. Inovasi yang diciptakan yaitu alat pemerah susu dilengkapi filter
membran nano kitosan atau disingkat PS MANOK ( Pemerah Susu Membran Nano
Khitosan). Prinsip kerja alat ini adalah penyaringan susu dengan filter berbahan
kitosan terdopping PVA. Kitosan memiliki gugus fungsional amina (-NH2) yang
bermuatan positif dan sangat reaktif sehingga mampu berikatan dengan sel dinding
bakteri yang bermuatan negatif. Adanya pendopingan dengan polivinil alkohol (PVA)
dapat memperkecil ukuran membran menjadi 10 nm-150 nm lebih kecil dari ukuran

2
bakteri sekitar 0.5-5m sehingga bakteri dapat terjerap dan tidak dapat menembus
permukaan membrane.
Mekanisme kerja zat antimikroba secara umum adalah dengan merusak struktur-
struktur utama dari sel mikroba seperti dinding sel, sitoplasma, ribosom, dan membran
sitoplasma. Muatan positif dari gugus (-NH2) pada kitosan dapat berinteraksi dengan
muatan negatif pada permukaan sel bakteri (Helander et al, 2001). Adanya kerusakan
pada dinding sel mengakibatkan pelemahan kekuatan dinding sel, bentuk dinding sel
menjadi abnormal, dan pori- pori dinding sel membesar. Hal tersebut mengakibatkan
dinding sel tidak mampu mengatur pertukaran zat-zat dari dan ke dalam sel, kemudian
membran sel menjadi rusak dan mengalami lisis sehingga aktifitas metabolisme akan
terhambat dan pada akhirnya akan mengalami kematian. Dengan sifat tersebut kitosan
dapat menghambat pertumbuhan bakteri susu .
Kitosan memiliki gugus hidroksil dan amina yang dapat membentuk jembatan
hidrogen secara intermolekuler atau intramolekuler, sedangkan PVA juga memilki
gugus (OH), sehingga antara PVA dan kitosan dapat terjadi ikatan hidrogen. PVA
merupakan suatu polimer linear. Antar polimer dapat mengalami suatu tautan/ikatan.
Kitosan juga merupakan polimer. Jika kedua polimer tersebut terlibat dalam suatu
sistem, kitosan dan PVA dapat saling berikatan. Apabila rantai-rantai polimer
digabungkan oleh ikatan kimia maka polimer tersebut dikatakan telah mengalami proses
cross-link. Lebih penting lagi, cross-linking bias mengubah polimer dalam bentuk
cairan kebentuk solid dimana hal ini suatu proses yangsering digunakan pada setting
bahan cetak(Nisa, 2005).
Uji SEM pertujuan untuk mengetahui morfologi dari membran kitosan/PVA dan
untuk mengetahi pori dari membran sehingga dapat dipilih membran dengan morfologi
dan pori pori terbaik yang diaplikasikan pada alat pemerah susu. Berdasarkan hasil uji
SEM pori membran dengan perbadingan kitosan:PVA, 100%:0% berkisar antara antara
0,05-0,18 m, pada membran dengan perbandingan 75%:25% pori yang dihasilkan
berkisar antara 0,01-0,15 m, dan pada membran dengan perbandingan 50%:50% pori
yang dihasilkan berkisar antara 0,03-0,07 m.
Pada hasil uji SEM telah terbukti bahwa ukuran pori pada membran dengan
perbandingan 75%:25% lebih rapat daripada membran dengan perbandingan 100%:0%

3
dan 50%:50%. Pori-pori yang terbentuk dipengaruhi oleh konsentrasi polimer penyusun
membran tersebut.
Pada membran dengan perbandingan kitosan dan PVA 75%:25% ini telah
menghasilkan pori-pori 10nm-150nm. Dengan ukuran pori tersebut maka, bakteri yang
ukuranya 500-5000 nm dapat terfilter. Pori-pori yang terbentuk dipengaruhi oleh
konsentrasi polimer penyusun membran tersebut. Membran kitosan-PVA dengan
perbandingan 75%:25% dihasilkan berupa lembaran tipis, secara kasat mata terlihat
memiliki permukaan yang rata dan memiliki perbedaan pada kedua permukaannya,
permukaan atas yang lebih kasar dan permukaan bawah yang menempel pada cetakan
memiliki permukaan yang lebih halus.
Pengukuran sifat mekanik perludilakukan untuk mengetahui kekuatan membran
jika dikenai kekuatan yang dapat merusak membran. Uji kekuatan membran dilakukan
pada suhu kamar dengan menggunakan alat Autograph yang nantinya akan dihasilkan
nilai Load yaitu nilai kuat tegang membran pada saat putus dan Stroke yaitu kekuatan
regangan pada saat putus yang dimiliki oleh membran.
Dari hasil pengujian kekuatan membran terbesar terdapat pada membran dengan
perbandingan kitosan-PVA 75%:25%. Hal tersebut disebabkan pada membran ini
memiliki komposisi kitosan yang tinggi dan didalamnya juga terdapat PVA yang
berfungsi sebagai penguat pada struktur membran. Pada membran dengan komposisi
100%:0% memiliki nilai modulus young yang lebih rendah, hal tersebut karena pada
komposisi ini tidak mengandung PVA meskipun konsentrasi kitosan tinggi
dibandingkan komposisi yang lain. Sedangkan pada komposisi 50%:50% memiliki
modulus young yang rendah karena membran pada komposisi ini telah didominasi
perilaku plastik yang tinggi sehingga kekuatan tarik yang dihasilkan rendah dan
kekuatan regangnya sangat tinggi
Uji ketahanan pH berfungsi untuk mengetahui ketahanan membran pada segala
kondisi baik asam, netral, maupun basa. Uji pH ini dilakukan pada variasi pH 5,6,7.
Langkah pertama membran di timbang untuk mengetahui massa awalnya. Kemudian
membran di rendam pada berbagai variasi pH selama 1 hari. Setelah satu hari membran
dikeringkan dan ditimbang kembali untuk mengetahui jumlah degradasi masa. Susu
memiliki pH berkisar antara 6-7. Pada hasil percobaan di pH 6-7 membran terjadi
degradasi massa antara 0,0015-0,00005. Degradasi massa ini sangat kecil atau bisa

4
disebut 0 dengan kata lain tidak terjadi degradasi massa pada membran sehingga
membran aman untuk digunakan. Selain itu membran ini terbuat dari kitosan dan PVA
yang bersifat biokompatibel pada tubuh manusia.
Uji kandungan bakteri dilakukan untuk mengetahui aktivitas kerja membran
sebagai anti bakteri. Membran yang sudah dipakai pada alat pemerah susu di uji
menggunakan Scanning Electron Microscope. Pada hasil uji ini terdapat bakteri
menempel pada membran. terbukti bahwa membran kitosan yang memiliki gugus amin
(-NH2) yang reaktif pada dinding bakteri mampu mengikat bakteri dan dijerap pad
membran. Hal ini membuktikan bahwa membran nano kitosan/PVA bekerja sebagai
anti bakteri dn cocok diaplikasikan pada pemerah susu sehingga tidak perlu dilakukan
pasteurisasi yang dapat menyebabkan protein terdenaturasi.
Desain yang digunakan adalah mengikuti modul spiral, yang mana modul ini
banyak digunakan terutama pada reverse osmosis. Membran yang dihasilkan adalah
mirip dengan lembaran persegi yang digulung berlapis dengan feed channel space
sebagai batas antar membrane.
Feed channel space berfungsi sebagai batas atau pemisah antara membran satu
dan yang agar tidak menyatu, maka ada ruangan untuk transportasi air. Lapisan
membran akan menjerap dan membunuh bakteri yang ikut dalam susu, sehingga susu
steril akan melewati membran dan masuk ke dalam pipa dan masuk kedalam
penampungan susu. Membran kitosan merupakan suatu membran yang dapat digunakan
dalam penyaringan cairan baik itu air, susu maupun materi cair lainnya. Dalam
penyaringan susu, susu disaring secara fisika melalui pori-pori dan secara kimia yaitu
dengan daya adsorb kitosan. Membran Kitosan mengandung enzim lisosim dan gugus
amino polisakarida yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Kitosan juga
memiliki polikation bermuatan positif yang mampu menekan pertumbuhan bakteri dan
kapang. Molekul kitosan memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan senyawa pada
permukaan sel bakteri kemudian teradsorbi membentuk semacam layer (lapisan) yang
menghambat saluran transportasi sel sehingga sel mengalami kekurangan substansi
untuk berkembang dan mengakibatkan matinya sel (Goosen, 1997). Adanya
pendopingan dengan polivinil alkohol menyebabkan pori-pori membran berukuran 10
nm-150 nm lebih kecil dari ukuran bakteri sekitar 0.5-5m sehingga bakteri dapat
terjerap dan tidak dapat menembus permukaan membrane sedangkan susu dan

5
kandunganya dalam bentuk koloid memiliki ukuran Amstrong. polivinil alkohol
merupakan bahan yang tidak berbahaya bagi tubuh. Sehingga, kehigienisan susu yang
melewati membran tetap aman. (Indah, dkk., 2012). Oleh karena hal tersebut, maka
kandungan bakteri pada susu dapat menurun secara signifikan. Melalui penjelasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa susu yang telah diolah menggunakan membran kitosan
menjadi steril dan terbebas dari bakteri.
Membran nano kitosan/PVA diletakan diantara teat milk dan tabung penyimpan
susu. Terdapat sekat yang menutupi sela- sela tabung dan membran. Sekat tersebut
berfungsi untuk menahan susu agar mengalir memasuki membran. Sehingga semua susu
yang diperah dapat masuk kedalam membran secara maksimal. Pada bagian ujung alat
terdapat dua buah selang yang dihubungkan ke mesin vakum dan yang satu
dihubungkan ke tabung penampungan susu. Vakum berfungsi untuk memberikan
tekanan untuk memerah susu dari hewan. Perbedaan tekanan antara atmosfer dan pompa
vakum mengakibatkan terjadinya beda tekanan yang tinggi, sehingga susu dapat melalui
membran nano kitosan-PVA. Vakum yang digunakan pada pemeras susu ini adalah
vakum dengan spesifikasi 91 kPa. Susu yang terpompa akan di filter melalui membran.
Kemudian susu yang telah steril akan dialirkan menuju tabung penampungan melalu
selang yang terpasang di ujung alat tersebut. Susu yang ditampung merupakan susu
yang sudah terbebas dari bakteri.Sehingga, susu sudah bisa langsung diminum dengan
kandungan nutrisi yang optimal, dengan syarat SNI.
Alat pemerah susu automatis dilengkapi dengan ultrafiltrasi membran nano
kitosan/PVA ini memiliki keunggulan dapat membunuh bakteri tanpa mengurangi
kandungan gizi pada susu. Alat pemerah ini sangat mudah digunakan dan dapat dibawa
kemana mana sesuka kita. Dengan menggunakan alat pemerah susu ini kita tidak perlu
merebus susu lagi yang membutuhkan proses dan biaya yang mahal. dengan alat
pemerah susu ini tinggal menghidupakan mesinya dan langsung bisa meminum susu
hasil perahan. Selain itu membran dari alat pemerah susu ini dibuat dari kitosan hasil
sintesis dari limbah kulit udang yang ada diindonesia sehingga dapat mengurangi
limbah kulit udang.
Pemerah susu berpotensi untuk dikembangkan dalam bisnis terutama pada
bidang agrobisnis, agrowisata, dan pendidikan. Pemerah susu ini dapat memudahkan
masyarakat peternak susu sapi perah dalam mengolah susu sehingga tidak

6
menggunakan metode konvensional yang lama dan kualitas rendah. Dengan adanya alat
pemerah susu ini pendapatan peternak susu sapi perah akan meningkat dan rakyat
sejahtera yang menyebabkan desa berkembang pesat. Jika masing masing desa ini
berkembang pesat maka indonesia akan maju. Alat pemerah susu yang effisien ini akan
menghasilkan 10 kali lebih cepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi susu
yang terus meningkat di indonesia. Sehingga indonesia tidak perlu impor lagi susu dari
luar negeri. Kualitas susu yang meningkat akibat pemerah susu ini dibandingakan
dengan pemerahan konvensional dapat mengatasi krisis pangan dan gizi yang ada di
indonesia. Mengingat masih banyak masyarakat yang membutuhkan nutrisi yang tinggi
dalam kehidupan sehari hari khususnya balita, wanita hamil, dan orang tua. Dengan
adanya inovasi ini diharapkan indonesia dapat memaksimalkan SDA dalam negeri,
meningkatkan perekonomian masyarakat, dan mendukung program pemerintah yaitu
pembangunan berkelanjutan sehingga indonesia dapat mencapai SDGs pada tahun
2030.

7
Lampiran

1
2

Anda mungkin juga menyukai