Modul 2
Modul 2
I. Definisi:
Kista adalah:suatu ruangan patologis yang berkapsul jaringan ikat berisi cairan
kental,semiliquid atau darah dan dapat berada dalam jaringan lunakatau keras.
Gambaran Radiologi.
Terlihat sebagai daerah radiolusen yang kecil,bundar atau ovoid.
Kebanyakan berbatas tegas dengan tepi sclerosis yang nyata seperti yang biasa diperkirakan
dari lesi yang membesar perlahan-lahan,tetapi sebahagian tepinya mungkin diffuse.
Kista primordial bisa timbul pada regio periapikal gigi yang masih vital yang menggambarkan
kista radikular.
Kista dapat menghalangi erupsi gigiyang berhubungan dan secara radiologist ia menyebabkan
gambaran dentigerous.(forcell1980)mengobservasi hubungan antara kista ini dengan mahkota
gigi dalam 41v persen kasus.hubungan lebih sering terjadi pada maksila. Tetapi (melvor 1972)
memperlihatkan hubungan ini pada mandibula . lesi ini sering disalah diagnosis sebagai kisata
dentigerous.
Pengobatan
Bramley (1971,1974), menekankan bahwa usaha usaha serius harus dilakukan untuk mencapai
pengobatan yang baik,terutama pada operasi pertama. Hal ini tergantung pada pencapaian
kista yang baik pada pembedahan. Biasanya lesi tunggal kecil dengan garis luar sferis teratur
bisa dienukleasi sempurna bila cara mencapai kistanya baik.
B. KISTA DENTIGEROUS
Kista dentigerous merupakan salah satu kista yang menutupi mahkota gigi yang belum erupsi
dan melekat pada leher gigi.
Gambaran klinis
1. Terjadi banyak pada usia dewasa yakni usia 30 tahun pada laki-laki dan 10-20 tahun pada
wanita
2. Banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
3. Banyak melibatkan molar tiga mandibula,caninus tetap maksila premolar mandibula dan
molar tiga maksila.
4. Pembengkakan yang terjadi secara perlahan-lahan nyeri jika terjadi infeksi.
Gambaran radiografi
Daerah radiolusen unilokular yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi. Kista
ini mempunyai tepi sklerotik yang berbatas tegas jika tidak terjadi infeksi. Gigi yang tidak
erupsi dapat terimpaksi akibat ruangan pada lengkung gigi yang tidak cukup atau sebagai
akibat malposisi sedemikian rupa karena molar tiga mandibula terimpaksi secara horizontal.
Gigi yang supernumerary dapat menyebabkan kista dentigerous.
Patogenesa
Kista dentigerous timbul di sekeliling gigi yang tidak erupsi yang menyebabkan kegagalan
erupsi nantinya. Kista dentigerous bisa berasal dari ekstra folikullar ataupun intra follicular
dengan akumulasi diantara epitel enamel yang berkurang dari enamel ataupun di dalam organ
enamel itu sendiri.
Patologi
Kadang-kadang kista terangkat utuh ,tetapi lepih sering dinding tipis itu robek selama tindakan
bedah. Kista yang mengelilingi gigi benar-benar merupakan folikel yang berdilatasi dan terlihat
pada sambungan amelo-sementum. Pada kista dentigerous yang meradang dapat terjadi
penebalan pada dinding kista.
C.KISTA ERUPSI
Merupakan kista dentigerous yang terjadi pada jaringan lunak.Tapi kista dentigerous yang
terjadi biasanya pada sekeliling gigi yang erupsidanterletak di dalam jaringan lumak yang
terjadi di atas tulang
Gambaran klinis
1.kista erupsi menyebabkan pembengkakan yang licin di atas gigi yang sedang erupsi,yang bisa
mempunyai warna gingival yang normal,ataupun biru.
2. biasanya tanpa nyeri kecuali jika terinfeksi.
3. lunak dan berfluktuasi
4.kadang-kadang terdapat lebih dari satu kista .
Gambaran radiologi
Kista bisa membuat bayangan lunak,tetapi biasanya tidak melibatkan tulang ,kecuali kripta
terbuka yang terdilatasi yang bisa terlihat pada radiograf.
Patogenesa
Patogenesa kista erupsi mungkin sangat serupa dengan kista dentigerous. Perbedaanya bahwa
gigi pada kasus kista erupsi lebih terpendam di jaringan kunak gingival ketimbang di dalam
tulang. Belum diketahui faktor-faktor yang sebenarnya menghalangi erupsi ke dalam jaringan
lunak ini,tetapi adanya jaringan fibrosa yang sangat padat dapat bertanggung jawab.
Patologi
Pada daerah yang tidak meradang,dinding epitel kista khas berasal dari epitel enamel yang
berkurang, yang terutama terdiri dari2-3 lapisan sel epitel gepeng dengan beberapa fokus,
tempat ia mungkin sedikit lebih tebal.
Pengobatan
Kista erupsi diobati dengan marsupialisasi. Kubah kista di eksisi ,yang memaparkan mahkota
gigi sehingga memungkinkan gigi tersebut erupsi.
D.KISTA GLOBULOMAKSILARIS
Kista Globulomaksilaris dilukiskan sebagai kista fisural yang ditemukan di dalam tulang antara
incicivus kedua dan caninus maksila.
Radiologi
Kista ini radiolusen berbatas tegas , yang sering menyebabkan akar gigi berdekatan divergen.
Kista globulomaksilaris sebenarnya merupakan suatu kista odontogenik serta penampakan
klinis dan radiologinya bisa memenuhi diagnosa kista periodontalis lateralis,kista dentigerous
lateralis dan kista primordial.
Gambaran klinis
1.Banyak kasus terjadi pada dasawarsa ketiga.
2.Dapat terjadi pada seluruh rahang yang mempunyai gigi
3.Fluktuasi ada jika kista telah mengerosi tulang secara sempurna.
4.Adanya rasa nyeri dan infeksi .
Gambaran radiologi
Lesi berukuran antara 10-14 mm.
Kista ini berupa rdiolusen bulat atau ovoid yang dikelilingi oleh tepiradiopak sempit yang
meluas dari lamina dura gigiyang terlibat.
Patogenesa
Dibagi dalam 3 fase yaitu:
1. Fase pemulai
2. Fase pembentukan kista
3. Fase pembesaran
Lapisan epitel kista tersebut berasal dai sisa sisa sel epitel Malassez pada ligamentum
periodontal. Sel-sel ini bisa berproliferasi.
Gambaran patologi
Sediaan makroskopis bisa berupa massa kistik sferis atau ovoid yang utuh, tetapi sering tidak
tertur dan kolaps.
Dindingnya bervariasi dari yang tipis hingga tebalnya sekisar 5 mm.
Permukaan dalam bisa licin atau berombak.
Nodulus kolesterol bisa menonjol ke dalam rongga.
Biasanya isi cairan berwarna coklat karena pemecahan darah dan bila terdapat kristal
kolesterol maka mereka bisa memberikan waena emas berkilauanataupun jerami.
Hampir semua kista radikular semuanya dilapisi oleh epitel berlapis gepeng.
Pengobatan
Dengan marsupialisasi dan enukleasi
Laman Baru
Kista di definisikan sebagai kavitas pathologis dari epithelium line. Kista pada maksila,
mandibula dan regio perioral sangat mencolok dalam ragam histogenesis, cara terbentuknya,
I. Kista odontogenik
Kista periapikal (radikular atau periodontal apikal) merupakan kista yang paling sering terjadi
di rahang. Inflamasi kista berasal dari ephitelial lining yang mengalami poliferasi akibat adanya
sedikit residu (sisa) epitel odontogenik (rest malassez) di dalam periodontal ligament.
Etiologi dan phatogenisis. Kista periapikal berkembang dari perluasan periapikal granuloma,
yang mana merupakan pusat dari inflamasi kronis jaringan granulasi yang berlokasi pada
tulang di bagian apeks dari gigi non-vital. Granuloma periapikal terjadi dan terbentuk oleh
degradasi produksi dari jaringan pulpa yang nekrose. Stimulasi dari epitelial rest malassez
terjadi akibat respon pembentukan inflamasi. Pembentukan kista terjadi akibat adanya
poliferasi epithelial, yang akan membantu untuk pemisahan stimulus inflamasi (nekrotik
pulpa) dari tulang di sekitarnya.
Pemisahan debris sel dari lumen kista akan meningkatkan konsentrasi protein, memproduksi
peningkatan tekanan osmotik. Hasilnya adalah cairan berjalan melewati epitel lining menuju
lumen dari sisi conective tissue. Cairan berhubungan langsung dengan pertumbuhan dari kista.
Dengan adanya resorbsi tulang osteoclastic, terjadi perluasan kista. Faktor resobsi tulang yang
lainnya, seperti prostaglandins, interleukins, dan proteinase, dari sel inflamasi dan sel
peripheral pada lesi akan menyebabkan pertambahan luas kista.
Gambaran klinis. Kista periapikal merupakan kista rahang yang terjadi sebanyak setengah
atau tiga perempat dari semua kista rahang yang ada. Distribusi usia terjadi pada dekade ke
tiga hingga ke enam. Jarang sekali di temukan kista periapikal pada dekade pertama, walaupun
munculnya karies dan gigi non-vital sering terjadi pada usia ini. Kebanyakan kista terjadi pada
rahang atas, terutama pada regio anterior, lalu pada regio posterior rahang atas kemudian gigi
posterior rahang bawah, terakhir pada regio anterior rahang bawah.
Kista periapikal biasanya asimptomatik dan sering ditemukan saat pemeriksaan dental rutin
dengan radiografi. Kista ini menyebabkan resorbsi tulang namun tidak menyebabkan ekspansi
tulang. Dengan pengertian, gigi non-vital biasanya berhubungan dengan diagnosa dari kista
periapikal.
Secara radiografi, kista periapikal tidak dapat di bedakan dengan granuloma periapikal.
Radiolusen berbentuk ovoid dan memiliki batas berwarna putih yang berhubungan dengan
lamina dura dari gigi yang bersangkutan. Komponen peripheral yang berwarna radioopaque
mungkin tidak akan nampak jikka telah terjadi perluasan kista yang cepat. Diameter kista
memiliki range beberapa milimeter hingga menjadi beberapa sentimeter, walaupun biasanya
tidak kurang dari 1,5 cm. Pada kista yang terjadi dalam jangka panjang, mungkin akan terlihat
adanya resorpsi akar dari gigi yang besangkutan juga pada gigi yang berdekatan.
Pada presentasi kista periapikal yang lebih kecil (dan kista dentigerous), mungkin juga dapat
ditemui hyaline atau yang juga biasa di sebut dengan Rusthon bodies. Yang mana di pada
epitel lining di tandai dengan karateristik hairpin kurva atau kurva yang tipis, konsentrasi
lamina dan mineralisasi dari basiphil. Adanya hal ini dipercaya menunjukan hubungan dengan
hemorhage yang terjadi sebelumnya. Dimana tidak terdapat data klinis yang signifikan.
Perawatan dan prognosa. Lesi periapikal (kista /granuloma) akan dapat diangkat dengan baik
dengan ekstraksi gigi penyebab yang nonvital dan diikuti dengan kuretase pada bagian apikal
tersebut. Alternatif lain adalah dilakukan pengisian saluran akar yang diikuti dengan
apicoectomy (direct kuretase dari lesi). Yang ketiga, dan yan paling sering digunakan, adalah
menggunakan pengisian saluran akar saja, karena biasanya pada banyak lesi periapikal
granuloma akan hilang setelah pengangkatan daerah yang menyebabkan infeksi (nekrotik
pulpa). Bedah (apicoectomy dan curetage) adalah untuk menghilangkan lesi yang persistent
(menetap), indikasi untuk kista yang ada pada perawatan saluran akar yang gagal.
Ketika gigi yang nekrotik di angkat namun kista tidak terangkat seluruhnya, maka mungkin
akan terjadi residual cyst pada waktu beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian setelah
dilakuakan ekstirpasi awal. Jika kista residual atau lesi kista periapikal awal tidak dirawat,
perkembangan akan terus belanjut dan menyebabkan resorpsi tulang yang signifikan dan
kemudian akan melemahkan mandibula atau maksila. Perbaikan tulang secara sempurna
biasanya akan tampak setelah dilakukan perawatan pada kista periapikal atau residual.
Kista periodontal lateral merupakan perkembangan kista non-keratin yang terjadi pada
perlekatan atau bagian lateral dari akar gigi. Kista ini sama dengan kista gingival pada dewasa
akibat histogenetikal dan patologi dan akan di bahas di sini.
Etiologi dan patogenesis. Kista ini dipercaya berhubungan dengan proliferasi dari rest (sisa)
dental lamina. Kista periodontal lateral menjadi patogen berhubungan dengan kista gingival
pada orang dewasa; pembentukannya dipercaya dari lamina gigi yang tersisa didalam tulang,
dan pada gingival kista lamina tertinggal pada jaringan lunak diantara epitelium dan
periosteum (restofserres). Hubungan keduanya adalah distribusi yang sama pada kandungan
konsentrasi lamina dental, dan keduanya identik secara histologi. Bedanya, kista periapikal
biasanya ditemukan pada daerah apikal, dimana yang ditemukan adalah sisa sel malasses yang
banyak.
Gambaran klinis. Kista periodontal lateral dan kista gingival pada dewasa banyak di temui
pada gigi premolar mandibula dan regio cuspid dan juga pada daerah ini. Pada maksila, lesi
biasanya ditemukan pada regio insisif. Kista Periodontal lateral biasanya lebih cenderung
menyerang laki laki dengan distribusi 2 hinga 1. Kista Gingival pada dewasa tidak menunjukan
kecenderungan kelamin. Median usia untuk kedua tipe ini adalah diantara dekade ke-lima dan
ke-enam, yaitu berkisar antara 20-85 tahun untuk kista periodonta lateral dan 40-75 tahun
untung kista gingiva pada dewasa.
Secara klinis, kista gingiva menunjukan adanya pembengkakan kecil pada jaringan lunak di
dalam atau pada bagian inferior dari interdental papil. Dimana akan tampak diskolorisasi yang
berwarna kebiru biruan ketika sedikit membesar. Kebanyakan diameter kista berukuran
kurang dari 1 cm. Dan tidak ada gambaran radiografik yang terlihat.
Kista periodontal lateral bersifat asimptomatik, mudah di gambarkan, berbentuk bundar atau
unilocular teardrop (seperti tetesan air mata) (dan biasanya multilocular), radiolusen dengan
batas opaq di sepanjang permukaan lateral dari akar gigi yang vital. Jarang nampak adanya
perubahan bentuk akar. Pada lesi yang multilocular sering juga di sebut kista botryoid
odontegenic.
Histopatologis. Baik pada kista periodontal lateral dan kista gingival pada dewasa ditandai
dengan garis epitelium nonkeratin yang tipis. Kaya akan kandungan glikogen, sel epitel
mungkin akan ditemukan nampak jelas pada garis kista yang tebal.
Diferensial diagnosa. Kista periodontal lateral harus dibedakan dengan kista yang di sebabkan
oleh infeksi yang diakibatkan lateral akar gigi yang nonvital (kista radikular lateral),
odontogenik keratosis pada permukaan lateral akar, dan tumor odontogenik yang radiolusen.
DD untuk kista gingival untuk dewasa yaitu termasuk gingival mukokel, Fordyces granular,
parulis, dan juga tumor odontogenik.
Kista pada bayi juga di kenal dengan kista dental lamina pada bayi atau Borns nodule. Kista ini
menunjukan nodul yang multipel sepanjang alveolarnya pada neonatal. Dipercaya bahwa
fragmen pada dental lamina tertinggal pada mukosa alveolar ridge setelah pembentukan gigi
proliferal, sehingga menyebabkan terbentuknya kista keratin ini. Pada kebanyakan kasus kista
ini akan beregenerasi dan luruh atau terpecah di dalam rongga mulut.
Secara histopatologi, kista ini di batasi oleh epitelium squamous yang lunak. Tidak perlu
dilakukan perawatan karena akan terpecah dan luruh secara spontan sebelum usia pasien
mencapai usia 3 tahun.
Kista epitelial inklusi yang sama mungkin dapat terjadi pada daerah midline dan palatal (kista
palatinus pada bayi atau Epsteins pearls). Yaitu kista yang berkembang dan terjadi dari
epitelium yang ada pada fusion line diantara palatal shelve dan prosesus nasal. Tidak
diperlukan perawatan, karena akan bergabung dengan epitelium oral dan luruh secara
spontan
4. Kista dentigerous
Kista dentigerous atau kista folikular adalah tipe kedua dari kista odontodenik yang paling
sering di temui, dan merupakan kista yang paling sering sekali ada di rahang. Dari definisinya,
kista ini melekat pada cervix gigi (enamel-cemento junction) dan berdekatan dengan mahkota
gigi yang unerupsi.
Etiologi dan patologi. Kista dentigerous berkembang dari proliferasi enamel yang tersisa atau
pembentukan epitelium enamel. Sama seperti kista tipe lain, ekspansi dari kista tipe ini
berhubungan dengan proliferasi epitel, menghilangkan tulang- faktor resorbsi, dan
meningkatnya cairan osmolalitas kista.
Gambaran klinis. Kista dentigerous merupakan kista yang paling sering berhubungan dengan
gigi molar ketiga dan kaninus maksila, yang mana merupakan dua gigi yang paling sering
mengalami impacted. Paling banyak ditemukan pada usia dekade kedua dan ketiga, lebih
banyak pada pria, dengan rasio 1.6 hingga 1.
Biasanya asimptomatik, namun terdapat penundaan erupsi yang merupakan indikasi yang
paling sering dari adanya pembentukan kista dentigerous. Kista ini memiliki kemampuan untuk
mencapai ukuran yang signifikan, biasanya berhubungan dengan perluasan tulang kortikal
namun jarang membesar pada pasien dengan predisposisi hingga menyebabkan fraktur
pathologi.
Kista dentigorous yang berdasarkan pembentukan bifurkasi gigi molar dibagi menjadi kista
paradental atau kista buccal bifurkasi. Awalnya Kista ini berada di sepanjang permukaan akar
bagian bukal dai gigi molar tiga yang mengalami partial erupted (erupsi sebagian). Namun
kemudian biasanya akan meluas hingga ke gigi molar lainnya di ahang bawah. Pada keadaan
ini biasanya molar tersebut telah erupsi sempurna. Secara radiografi, kista paradental
mengalami gambaran radiolusen pada regio bifurkasi bukal. Seringnya baru terlihat keadaan
molar yang tipping pada gambaran radiographi oklusal. Secara histopatologi, tampak adanya
dinding kista dentigerous diikuti dengan second inflamasi atau tidak sama sekali.
Histopatologi. fibrosa jaringan pendukung pada kista ini biasanya menunjukan adanya epitel
Squamos yang strafikasi. Pada kista dentigerous yang tidak terinflamasi memiliki epitel lining
yang tidak berkeratin dan memiliki sel layers sebanyak empat hingga enam ketebalannya.
Kemudian, mungkin ditemukan sel mukosa, sel siliasi, dan terkadang sel sebaceous pada
epitelium lining. Epitelium ini perlekatan jaringan konektiv biasanya berbentuk datar,
walaupun pada kasus dengan second inflamasi, nampak adanya bercak bercak.
Perawatan. Pengangkatan gigi penyebab dan enukleasi dari jaringan lunak merupakan terapi
yang paling sering di gunakan. Pada kasus dimana kista mengenai mandibula secara signifikan,
perawatan awal termasuk exterriorisasi atau marsupialisasi dari kista dapat dilakukan untuk
menekan dan penyusutan dari lesi, dengan demikian menghasilkan penundaan tindakan
bedah.
Kemungkinan komplikasi dari kista dentigerous yang tidak dirawat termasuk adanya
transformasi dari epitel lining hingga menjadi ameloblastoma dan mungkin (walau jarang)
bertransformasi menjadi carcinomatous. Pada kasus dimana terdapat keberadaan sel mukous,
perkembangan menjadi intraosseous mucoepidermoid carcinoma mungkin dapat terjadi.
5. Kista erupsi
Kista glandular odontogenik, atau bisa di sebut juga dengan kista sialoodontogenik, yang mana
pertama kali di jabarkan pada tahun 1987 dan memiliki gambaran histologis yang menunjukan
produksi mukus tumor glandula saliva.
Gambaran klinis. Yang paling banyak berada pada mandibula (80%), terutama pada regio
anterior rahang bawah. Lesi maksila biasa terjadi pada bagian anterior. Ekspansi rahang jarang
terjadi, biasanya berhubungan dengan lesi mandibular. Rasio gender kira kira 1 banding 1.
Mean usia 50 tahun, dengan perluasan usia pada dekade ke-dua hingga ke-sembilan.
Perawatan dan prognosa. Lesi dapat menjadi agresif; maka dari itu rencana pembedahan
harus memperhatikan perluasan penyakit melalui gambaran klinis dan radiograpis. Dimana
tulang yang kuat disisakan dari perluasan lesi cystic, mungkin dapat digunakan kuretase bagian
peripheral atau eksisi dari margin. Perawatan jangka panjang mungkin harus diberikan pada
penyakit yang agresif atau rekuren.
7. Odontogenik keratocyst
Kerusakan gen yang berhubungan dengan NBCCS pertama kali di identifikasi pada kromosom
9p22.3 dan di temukan menjadi homologous menjadi Drosophilia (fruit fly) patched (PTCH)
gen. Protein hasil dari PTCH gen (gen tumor supresor) merupakan komponen tanda hedgehog
pathway dan berhubungan dengan perkembangan selama masa embriogenesis dan tanda sel
pada orang dewasa. Produksi PTCH gen normalnya meningkatkan aktivitas dari sonic
hedgehog protein dan juga sinyal protein, seperti smoothened protein. Jika gen PTCH tidak
berfungsi, sehingga terjadi overekspresi dari sonic hedgehog dan/atau moothened protein,
yang kemudian akan menyebabkan peningkatan proliferasi sel.
Mutasi dari gen PTCH mempengaruhi dalam perkembangan carsinoma sindroma sel basal dan
juga membentuk carsinoma aporadic sel basal (sama seperti moduloblastoma), menyediakn
kesempatan untuk PTCH sebagai tumor supresor pada keratinosis manusia. Mutasi PTCH juga
ditemukan pada OKCs pada pasien NBCCS dan juga beberapa OKCs yang terjadi secara
sporadikal. Mutasi dari SUFU gen yang mengkode komponen dari sonic hedgehog pathway
telah teridentifikasi sebagai pengantian genetik kedua yang dapat terjadi pada NBCCS dan
moduloblastoma.
Gambaran klinis. OKCs merupakan kista yang sering terjadi di rahang. OKCs dapat terjadi pada
semua usia dan mencapai puncak pada dekade ke-dua dan ke-tiga. Lesi yang ditemukan pada
anak anak seringnya merupakan refleksi dari OKCs multipel sebagai komponen dari NBCCS.
OKCs memiliki presentase 5% hingga 15% dari seluruh kista odontogenik. Sekitar 5% pasien
dengan OKCs memiliki multipel kista dan yang 5% lainnya merupakan NBCCS.
OKCs yang ditemukan di mandibula memilki rasio sekitar 2 hingga 1. Daerah posterior rahang
bawah dan ramus merupakan daerah yang paling sering terkena, sedangkan pada maksila
daerah molar ketiga merupakan daerah yang paling banyak terkena.
Secara radiografis, karakteristik OKC menunjukan batas radiolusen yang baik dengan margin
yang berwarna radioopaq tipis. Multilokular lebih sring terlihat pada lesi yang besar.
Kebanyakan dari lesi, bagaimanapun, unilokular, dengan tanda perlekatan pada mahkota
sebanyak 40% pada gigi yang tidak erupsi (presentasi kista dentigerous). Sekitar 30% dari lesi
maksila dan 50% pada lesi mandibular mengalami bukal ekspansi. Juga terdapat kemungkinan
adanya mandibular lingual enlargmen.
Histopathologi. Epitel lining yang terbentuk memiliki ketebalan yang sama, biasanya berkisar
dari 8 atau 10 lapisan tebal. Basal layer menunjukan karateristik pola palisaded dengan
polarisasi dan memiliki diameter nukleus yang sama. Sel epitel merupakan parakeratinisasi
dan memproduksi bentuk yang tidak biasa atau yang seperti ombak. Fokal zone dari
Kista odontogenik orthokeratin telah dijelaskan dan ada sekitar satu banding 20 sama seperti
OKC. Perbedaan histologi antara parakertin dan orthokeratin tebentuk karena lesi
orthokeratin merupakan kista yang kurang agresif, memiliki data rekuren yang rendah, dan
tidak berhubungan dengan sindrome. Pada kista odontegen orthogenetik yang sangat
mencolok adalah adanya granular layer yang ditemukan di bawah permukaan yang flat bukan
yang berombak. Sel basal layer tidak terlalu mencolok, dengan lebih banyak bentuk flat atau
squamosa jika di bandingkan dengan parakeratotik.
Diferensial diagnosa. Ketika kista di duga berhubungan dengan gigi, maka beberapa penyakit
mungkin dapat dipertimbangkan, seperti kista dentigerous, ameloblastoma,odontogenik
myxoma, adenomatois odontogenik tumor, dan ameloblastik fibroma. Kemudian, tumor
nonodontogenik, seperi granuloma sel giant sentral, kista traumatik tulang, dan kista tulang
aneurysmal, mungkin dapat dimasukan sebagai diferensial diagnosa jika penyakit menyerang
pasien usia muda.
Perawatan dan prognosa. Bedah eksisi dengan kuretase peripheral osseous atau ostectomy
merupakan metode yang dapat dilakukan. Tindakan yang agresif ini dapat benarkan karena
rekurensi yang tinggi yang berhubungan dengan OKCs. Beberapa juga menganjurkan
penggunaan chemical kauterisasi pada kista dengan menggunakan solusi Carnoys (biologic
fixative). Pada beberapa kasus dengan OKCs yang besar, dapat dilakukan marsipulisasi untuk
mendapatkan penyusutan dari kista, yang kemudian diikuti dengan enukleasi.
Rata rata data rekuren menunjukan angka 10% hingga 30% yang berhubungan dengan
beberapa faktor fisik. Dinding jaringan kista yang rapuh mungkin akan menyebabkan
pengangkatan yang tidak sempurna. Sisa dental lamina atau kista pada perlekatan tulang ke
lesi awal dapat menyebabkan rekurensi. Juga, proliferasi kista dari layer sel basal pada oral,
jika tidak dihilangkan pada saat pengangkatan kista, dapat menimbulkan rekuren. Kualitas
biologi yang aktual dari epitelium kista, seperti peningkatan indeks mitotic dan faktor produksi
dari resorbsi tulang, sangat berkaitan dengan keadaan rekuren.
Pemeriksaan lebih lanjut penting untuk dilakukan. Pasien harus di evaluasi untuk meyakinkan
apakah eksisi telah sempurna, keratocit baru, dan NBCCS. Kebanyakan rekuren baru akan
terlihat secara klinis dalam jangka waktu 5 tahun setelah perawatan. Namun pada kasus
rekuren, jarang di temukan komplikasi transformasi ameloblastik. Pasien dengan multipel
keratosit memiliki kemungkinan rekuren yang tinggi dibanding mereka yang memiliki single
keratosit ; yakni 30% dan 10%.
Kalsifikasi kista odontogenik (COCs) lesi odontogenik yang berkembang dan memiliki
kemungkinan rekuren. Variasi yang lebih padat disebut dengan odontogenik ghost cell tumor
yang di percaya memiliki sifat klinis lebih agresif.
Etiologi dan pathogenesis. COCs dipercaya berasal dari sisa epitelial odontogenik di dalam
gingiva atau di dalam mandibula atau maksila. gosht cell kaeratin memiliki karakteristik
gambaran mikroskopis yang menyerupai kista ini, dan juga mengambarkan lesi cutaneous yang
disebut dengan kalsifikasi epithelioma dari Malherby atau pilomatrixoma. Pada rahang, ghost
sel juga terlihat pada beberapa tumor odontogenik lainnya, seperti odontoma,
ameloblastoma, adenomatoid odontogenik tumor, ameloblastik fibroodontoma, dan
ameloblasik fibroma.
Gambaran klinis. Pada kista ini terdapat range usia yang luas, dengan puncak kasus terjadi
pada usia dekade ke-dua. Biasanya terjadi pada individu di bawah usia 40 tahun dan lebih
banyak menyerang perempuan. Lebih dari 70% COCs menyerang maksila. COCs juga dapat
berada di intraosseous masses dari gingiva, walaupun hal ini jarang terjadi kista yang biasanya
terjadi pada lokasi ekstraosseous atau peripheral biasanya menyerang pasien usia 50 tahun
dan biasanya terletak pada anterior hingga regio molar pertama.
Secara radiografi, COCs menunjukan radiolusen yang unilocular atau multilocular dengan
memiliki ciri ciri margin yang memiliki garis yang jelas. Gambaran radiolusen mungkin
tampak berserakan, ukuran kalsifikasi tidak selalu sama. Beberapa bagian opaq akan
menunjukan pola salt and paper (garam dan lada, dengan distribusi yang sama dan difuse.
Pada beberapa kasus mungkin akan terjadi mineralisasi sehinga ada perluasan margin lesi yang
bila dilihat secara radiographisnya akan lebih sulit untuk ditentukan.
Histopatologis. Kebanyakan dari COCs menunjukan poliferasi kista yang memiliki gambaran
yang bagus dengan adanya fibrosa jaringan yang di garis oleh epitelium odontogenik.
Proliferasi intraluminal epitelium biasanya memburamkan lumen kista, dengan demikian
menyebabkan tekanan pada tumor yang padat. Garis epitelial memiliki ketebalan yang
beragam. Epitelium basal merupakan bagian yang mencolok, dengan pola hipercromatik
nukleus dan cuboidal columnar. Basallayer lebih bersifat bebas dalam menyusun sel epitel,
kadang meniru stelate reticulum dari organ enamel. Yang paling menonjol dan unik dari
Deferensial diagnosa. Pada tahap awal pembentukan, COCs hanya memiliki sedikit
mineralisasi atau bahkan tidak memilikinya sama sekali maka akan yampak berwarna
radiolusen. DD untuk tahapan ini termasuk kista dentigerous, OKC, dan ameloblastoma. Pada
tahap selanjutnya ketika gambaran menunjukan adanya pencampuran radiolusen dan
radioopaq, DD yang memungkinkan adalah adenomatoid odontogenik tumor, mineralisasi
odontoma sebagian, kalsifikasi epitel odontogenik tumor, dan ameloblastic fibroodontoma.
Perawatan dan prognosa. Karena lesi ini memiliki sifat biologi yang tidak dapat di duga,
perawatan yang di gunakan biasanya lebih agresif dari sekedar kuretase sederhana. Pasien
harus terus di awasi selama perawatan karena rekuren dapat terjadi. Penanganan untuk tipe
ekstraosseous dan peripheral adalah tindakan konservatif karena tidak menunjukan adanya
karakteristik rekurensi
1. Definisi
Definisi ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti kuman) adalah
tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau bagian luar, pada gigi selama
pengembangan) jauh lebih sering muncul di rahang bawah dari rahang atas. Ini diakui pada
tahun 1827 oleh Cusack. Jenis neoplasma odontogenik ditunjuk sebagai adamantinoma pada
1885.
Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian lain dari
tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang parah
dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah infiltrat dan
menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan untuk mengobati
gangguan ini.
Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel sel embrional dan terbentuk dari sel
sel berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh dengan lambat,
secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi lebih sering
pada badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak
berkapsul.(1,3,4,5)
2. Etiologi
Pada saat ini kebanyakan para ahli mempertimbangkan ameloblastoma dengan asal yang
bervariasi, walaupun stimulus yang menimbulkan proses tersebutbelum diketahui.
Stankey dan Diehl (1965) yang mengulas 641 kasus ameloblastoma, menemukan bahwa108
kasus dari tumor-tumor inidihubungkan dengan gigi impaksi dan suatu kista folikular (
dentigerous). (6,7,8,9)
3. Gambaran Klinis
Ameloblastoma merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif secara lokal,
dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun sebelum gejala-
gejalanya berkembang. Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana paling umum terjadi
pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahundan hampir dua pertiga pasien
berusia lebih muda dari 40 tahun. Hampir sebagian besar kasus-kasus yang dilaporkan
menunjukkan bahwa ameloblastoma jauh lebih sering dijumpai pada mandibula dibanding
pada maksila. Kira-kira 80% terjadi dimandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan
ramus, Ameloblastoma maksila juga paling umum dijumpai pada regio molar.(3,4,6,7,8,9)
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala). Ameloblastoma
tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai dilakukan
pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang keras dan mukosa diatasnya
berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi seluruhnya
tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki gambaran berlobul
pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut dapat mengekspansi tulang
kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi
menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga
dapat mengalami perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada
kista odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi memar dan
mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada rasa sakit
didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang bahkan tanggal.(3,4,6)
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang penting. Sisi
asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat. Perkembangan
tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau terjadi komplikasi
infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma bertahan selama beberapa
tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi dapat menimbulkan ulkus
namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut,
ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan gangguan penguyahan dan
penelanan.(4,6,9)
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan perkembangan
ameloblastoma. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali diawali oleh
4. Gambaran Histopatologis
Sejumlah pola histologis digambarkan dalam ameloblastoma. Beberapa diantaranya
memperlihatkan tipe histologis tunggal, yang lainnya dapat menunjukkan beberapa pola
histologis didalam lesi yang sama. Yang umum untuk semua tipe ini adalah polarisasi sel-sel
sekitar dibentuk seperti sarang yang berproliferasi kedalam pola yang serupa dengan
ameloblas dari organ enamel. Secara kasar, ameloblas terdiri dari jaringan kaku yang berwarna
keabu-abuan yang memperlihatkan daerah kistik yang mengandung cairan kuning yang
bening.(10)
Amelobalstoma secar dekat menyerupai organ enamel, walaupun kasus-kasus yang berbeda
dapat dibedakan dari kemiripan mereka untuk tahap-tahap odontogenesisyang berbeda.
Karena pola-pola histologis ameloblastoma sangat bervariasi, maka sejumlah tipe yang
berbeda secara umum dijelaskan(9) :
4.1 Folikular
Ameloblastoma folikular terdiri dari pulau-pulau epitel dengan dua komponen berbeda.
Bagian sentral dari pulau epitel mengandung suatu jalinan sel-sel yang rumit dan longgar yang
menyerupai stelate retikulum dari organ enamel. Disekeliling sel-sel ini adalah lapisan sel-sel
kolumnar tinggi dan tunggal dengan nukleusnya berpolarisai jauh dari membran dasar.
Degenerasi kistik umumnya terjadi dibagian sentral pulau-pulau epitel, meninggalkan ruang
yang jelas dan dibatasi oleh sel-sel stelate padat. Kelompok sel-sel epitel dipisahkan oleh
sejumlah steoma jaringan fibrosa.(7,8,9)
4.2 Pleksiform
Pada ameloblastoma pleksiform, sel-sel tumor yang menyerupai ameloblas tersusun dalam
massa yang tidak teratur atau lebih sering sebagai suatu jaringan dari untaian sel-sel yang
berhubungan. Masing-masing massa atau untaian ini dibatasi oleh lapisan sel-sel kolumnar
dan diantara lapisan ini kemungkinan dijumpai sel-sel yang menyerupai stalate retikulum.
Namun demikian, jaringan yang menyerupai stalate retikulum terlihat kurang menonjolpada
tipe ameloblastoma pleksiform dibanding pada ameloblastoma tipe folikuler dan ketika
dijumpai secara keseluruhan tersusun pada bagian perifer daerah degenerasi kistik.(7,8,9)
4.3 Akantomatosa
Dalam ameloblastoma akantomatosa, sel-sel yang menempati posisi stalate retikulum
mengalami metaplasia squamous, terkadang dengan pembentukan keratinpada bagian sentral
dari pualu-pulau tumor. Terkadang, epitel pearls atau keratin pearls dapat dijumpai.(9,11)
4.4 Granular
Pada ameloblastoma sel granular, ada ciri-ciri transformasi sitoplasma, biasanya sel-sel yang
menyerupai stelate retikulum sehingga mengalami bentuk eosinofil, granular yang sangat
5. Gambaran Radiografi
Pada radiografi ameloblastoma secara klasik digambarkan sebagai suatu lesi yang menyerupai
kistamultilokular pada rahang. Tulang yang terlibat digantikan oleh berbagai daerah radiolusen
yang berbatas jelas yang member lesi suatu bentuk seperti sarang lebah atau gelembung
sabun. Kemungkinan juga ada radiolusen berbatas jelas yang menunjukkan suatu ruang
tunggal. Suatu ameloblastoma menghasilkan lebih luas resobsiakar gigi yang berkontak
dengan lesi.
Ada dua tipe ameloblastoma yang menunjukkan gambaran yang khas secara rontgenografi
yaitu:
1. Ameloblastoma monokistik
Terlihat sebagai suatu rongga kista tunggal yang menyerupai kista radikular atau folikular yang
garis luarnya tidak halus, bulat tetapi irregular dan berlobul serta bagian perifernya seringkali
bergerigi. Tipe ini jarang dijumpai.
2. Ameloblastoma multikistik
Tipe ini menghasilakn suatu gambaran yang khas secara rontgenografi. Ada pembentukan
kista multipel yang biasanya berbentuk silinder dan terpisah satu sama lain oleh trabekula
tulang. Kista yang bulat ini bervariasi ukuran serta jumlahnya.
Walaupun berbagai jenis gambaran radiografidari ameloblastoma memungkinkan, namun
kebanyakan memiliki gambaran yang khas dimana sejumlah loculation dijumpai. Jika
ameloblastoma menempati suatu rongga tunggal atau monokistik, maka diagnosa radiografi
menjadi bertambah sulit karena kemiripannya terhadap kista dentigerous danterhadap kista
residual berbatas epitel pada rahang. Pada suatu kista yang berbatas epitel, maka jaringan
tersebut lebih radiopak dibanding cairan tersebut, tetapi pada banyak hal perbedaan tersebut
Diagnosa
a. Pemeriksaan klinis
Pada tahap yang sangat awal, riwayat pasien asimtomatis. Tumor tumbuh secara perlahan
selama bertahun-tahun dan ditemukan pada rontgen foto. Pada tahap berikutnya, tulang
menipis dan ketika teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan.
Degan pembesarannya, maka tumior tersebut dapat mengekspansi tulang kortikal yang luas
dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari
adanya pembengkakan, biasanya pada bagian bukal mandibula dan dapat mengalami
perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik.
Sisi yang paling sering dikenai adalah sudut mandibula dengan pertumbuhan yang meluas
karamus dan kedalam badan mandibula. Secara ekstra oral dapat terlihat adanya
pembengkakan wajah dan asimetri wajah. Sisi asimetri tergantungpada tulang-tulang yang
terlibat. Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan pada saraf
atau terjadi komplikasi infeksi sekunder. Ukuran tumor yang bertambah besar dapat
menyebabkan gangguan pengunyahan dan penelanan.
b. Pemeriksaan radiologis
Tampak radiolusen unilokular atau multilokular dengan tepi berbatas tegas. Tumor ini juga
dapat memperlihatkan tepi kortikal yang berlekuk, suatu gambaran multilokular dan resobsi
akar gigi yang berkontak dengan lesi tanpa pergeseran gigi yang parah dibanding pada kista.
Tulang yang terlibat digantikan oleh berbagai daerah radiolusen yang berbatas jelas dan
member lesi suatu bentuk seperti sarang lebah atau gelembung sabun. Kemungkinan juga ada
radiolusen berbatas jelas yang menunjukkan suatu ruang tunggal.
Penatalaksanaan
Ameloblastoma mempunyai reputasi untuk mengalami kekambuhan kembali setelah
dsingkirkan.Hal ini disebabkan sifat lesi tersebut menginvasi secara llokal pada penyingkiran
yang tidak adekuat.
1. Enukleasi
Enukleasi merupakan penyingkiran tumor dengan mengikisnya dari jaringan
normal yang ada disekelilingnya.Lesi unikistik, khususnya yang lebih kecil
hanya memerlukan enukleasi dan seharusnya tidak dirawat secara
berlebihan.
2. Eksisi Blok
Kebanyakan ameloblastoma seharusnya dieksisi daripada enukleasi.eksisi
dalam suatu blok tulang didalam kontunuitas rahang dianjurkan jika
ameloblastoma tersebut kecil.Apabila perlu dikorbankan mandibula yang
cukup besar yang terlibat ameloblastoma dan bila tidak menimbulkan
perforasi mukosa oral, maka suatu eksisi blok kemungkinan dengan cangkok
tulang segera.
3. Osteotomi Periperal
Osteotomi peripheral merupakan suatu prosedur yang mengeksisi tumor
yang komplit tetapi pada waktu yang sama suatu jarak tulang dipertahankan
untuk memelihara kontuinuitas rahang sehingga kelainan bentuk, kecacatan
dan kebutuhan untuk pembedahan kosmetik sekundser dan resorasi
prostetik dapat dihindari. Prosedur tersebut didasari pada observasi yang
mana batas inferior kortikal dari badan horizontal, batas posterior dari
ramus asenden dan kondilus tidak secara keseluruhan di invasi oleh proses
tumor. Daerah ini tahan dan kuat karena terdiri dari tulang kortikal yang
padat. Regenerasi tulang akan dimulai dari daerah tersebut meskipun hanya
suatu rim tipis dan tulang yang tersisa.
4. Reseksi Tumor
Reseksi tumor sendiri dari reseksi total dan reseksi segmental termasuk
Kista : Rongga patologis dalam jaringan keras/lunak berisi cairan/semi cairan dikelilingi
membrane epithel (epithelial lining)
PATOGENESIS
Sel-sel epithelial proliferasi sel-sel tengah makin jauh dari tepi (sumber makanan) degenerasi
mencair kista kecil Proliferasi kista besar.
Jaringan Granulasi ( mengandung sel-sel peradangan) proliferasi Aksi enzim larut kista kecil
bersatu kista besar
Abses Menahun sel-sel Epithel Melekat pada tepi abses kista.
Etiologi
1. Proses radang/infeksi.
2. Trauma.
3. Gangguan Pertumbuhan.
4. Obstruksi/retensi kelenjar liur.
DIAGNOSA
1. History (riwayat penyakit)
2. Pemeriksaan klinis
3. Punksi (aspirasi biopsi)
4. X-ray (rontgen foto)
5. Pemeriksaan histopatologi (hpa)
PERAWATAN
1. Enukleasi (in toto) dinding diangkat .
2. Marsupialisasi (operasi partsch) buat jendela menghubungkan kantong kista dengan dunia luar
3. Kombinasi marsupialisasi disusul enukleasi.
Komplikasi :
Pembengkakan.
Infeksi
Perdarahan
Fraktur tulang
KISTA ODONTOGEN
Disebabkan OK. Degenerasi daripada organ organ pebentukan gigi atau sisa sisa epithelium
pembentukan gigi.
Akar terlibat langsung, Gigi non vital, Resorbsi banyak
DEVELOPMENT CYST
ASAL :
Sisa sisa Ektodermal
Selubung dari hertwig yang membatasi akar gigi
Reduced enamel epithelium yang menghubungkan calon gigi dan epithel RM
Tanda-tanda Klinis
1.Besar : Pembengkakan muka Kecil : Terlihat pada Rontgen
2.Jaringan lunak : mudah teraba lunak Rahang : Pingpong Sensation
3.Pada batas pembengkakan : palpasi ada bagian yang rusak karena tekan/ekspansi Krepitasi
DENTIGERUOS CYST
Ruangan tertutup berdinding epithelium
Terbentuk disekitar anonali gigi/ sekitar crown dari gigi yang belum erupsi.
Asal : Pemecahan Stellate retikulum dari enamel organ setelah crown terbentuk sempurna,
Tetapi >> adalah perubahan degeneratif pada reduced enamel epitelium
Potensi berubah menjadi ameloblastoma
HP : Perlekatan epitel dari cyste lining pada gigi di CEJ
Klinis : Besar terjadi facial deformitas/perubahan pada processus alveolaris dan palatum.
Rontgen :
Radiolucensi unikuler yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi.
Tepi sklerotik yang berbats jelas kecuali terinfeksi (batas Buruk)
Kadang bisa ada trabekulasi.
ERUPTION CYST
Letak superficial dan spesifik pada gigi yang akan erupsi
Tonjolan yang menutup mukosa.
Lunak, warna kebiruan, licin, berfluktuasi
Mukosa bisa pecah spontan sehingga sebagian crown gigi kelihatan.
Terapi :
Tu/ : mengeluarkan lapisan Epitel yang merupakan dinding kista yang menghalangi erupsi gigi
prinsip hampir sama dengan Marsupialisasi
Merupakan Kista Dentigerous yang terjadi pada jaringan lunak.
Tanpa rasa nyeri, kecuali terinfeksi
Patogenesis: Jaringan Fibrosa yang sangat padat.
Transluminasi : Dapat membantu bedakan dengan Hematoma Erupsi.
PERIODONTAL CYST
Kantong yang tertutup berdinding epithelium
Terbentuk di periodontal membran sekitarnya
Biasa di apeks gigi, tetapi bisa disepanjang sisi akar gigi
Asal : selubung hertwig/dental lamina dan dirangsang oleh proses radang/ faktor sejenis yang mengawali
radang .
>maksila, > anterior.
Rontgen dan histologis :
Dinding epitelium squamosa kompleks dengan kapsul jaringan ikat
KISTA RADIKULAR
Timbul dari sisa-sisa epitel pada ligamentum periodontal sebagai awal keradangan
Umur 20-30 tahun
Laki-laki >> perempuan *Abaikan Gigi, * Trauma
Max >> Mand. >> gigi anterior
Klinis
Tanpa gejala temu saat rontgen foto
Ada nyeri walau tanpa infeksi
Rontgen : radiolucent bulat/ovoid dikelilingi oleh tepi radiopak sempit yang meluas dari lamina dura
gigi.
Patogenesis : Fase pemulai Fase pembentukan kista Fase pembesaran.
MUKOKEL
Tempat : bibir bawah 90%
Klinis : Pbengkak tanpa nyeri, sering kambuh
Terjadi beberapa hari, bulan bahkan tahun
Pbengkak bulat/ovoid & licin
Superficial , warna biru , berfluktuasi
Dalam, warna normal, > kenyal
Patogenesis :
Obstruksi ductus gland. Saliva me/kan dilatasi di proksimal obstruksi, dengan pembentukan suatu kista
retensi yang dilap epitel.
Terapi : eksisi bedah
Klinis : bisa juga : mukosa bukal dan permukaan ventral lidah Rentan terhadap trauma , bisa pecah
spontan.
RANULA
Mgbr mukokel yang timbul didasar mulut biasa unilateral
Me/kan pbengkakan biru translusen mirip perut kodok RANULA
Klasifikasi :
Superfisial/Plunging
retensi/extravasasi yang mserta trauma pada satu sisi /> ekskretorius gland. Saliva sub lingualis
Tdk punya lapisan epitel
Tx/ : bedah
Kista Sublingualis Kongenital Sbg tempat atresia orificium ductus submandibula
Klinis :
- Pbengkakan bfluktuasi didasar mulut
- Tdk nyeri
- Dpt me/kan deviasi lidah saat m besar
Terapi :
- Eksisi bedah dan marsupialisasi
- Rekurensi/ukuran sangat besar mengharuskan pembuangan kelenjar sub lingual secara bedah.
Causes Where does a mucocele come from? It centers on a small salivary gland, which
makes saliva in your mouth.
Your saliva moves from a salivary gland through tiny tubes (ducts) into your mouth. One of
these ducts can become damaged or blocked. This most often happens if you repeatedly bite
or suck on your lower lip or cheek.
Getting hit in the face could also disrupt the duct. Remember that "head-on collision" in your
pick-up game of basketball last month? Maybe that was the original culprit.
What happens once the duct damage is done? Mucus seeps out, pools, becomes walled off,
and causes a cyst-like swelling. A similar buildup happens when the duct has become blocked.
Symptoms
Mucoceles often show up on the inside of your lower lips, your gums, the roof of your mouth,
or under your tongue. Those on the floor of the mouth are called ranulas. These are rare, but
because they are larger, they can cause more problems with speech, chewing, and swallowing.
Treatment
Mucoceles often go away without treatment. But sometimes they enlarge. Don't try to open
them or treat them yourself. See your doctor, your child's pediatrician, or your dentist for
expert advice.
These are the two types of treatment a doctor or dentist most commonly uses:
Removing the gland. The dentist or doctor may use a scalpel or laser to remove the salivary
gland. Local anesthesia numbs the pain.
Helping a new duct to form. Called marsupialization, this technique helps a new duct form
and helps saliva leave the salivary gland.
Classification
Both mucous retention and extravasation phenomena are classified as salivary gland
disorders.
Locations
The most common location to find a mucocele is the inner surface of the lower lip. It can also
be found on the inner side of the cheek (known as the buccal mucosa), on the anterior ventral
tongue, and the floor of the mouth. When found on the floor of the mouth, the mucocele is
referred to as a ranula. They are rarely found on the upper lip. As their name suggests they are
basically mucus lined cysts and they can also occur in the Paranasal sinuses most commonly
the frontal sinuses, the frontoethomidal region and also in the maxillary sinus. Sphenoid sinus
involvement is extremely rare. When the lumen of the vermiform appendix gets blocked due
to any factor, again a mucocele can form. A ranula is an oral mucocele found on the frenulum
on the tongue.
Characteristics
The size of oral mucoceles vary from 1 mm to several centimeters and they usually are slightly
transparent with a blue tinge. On palpation, mucoceles may appear fluctuant but can also be
firm. Their duration lasts from days to years, and may have recurrent swelling with occasional
rupturing of its contents.
Variations
A variant of a mucocele is found on the palate, retromolar pad, and posterior buccal mucosa.
Known as a "superficial mucocele", this type presents as single or multiple vesicles and bursts
into an ulcer. Despite healing after a few days, superficial mucoceles recur often in the same
location. Other causes of bumps inside lips are, aphthous Ulcer, Lipoma, benign tumors of
salivary glands, submucous abscess and haemangiomas.
Histology
Histopathologic image of extravasation type mucocele of the lower lip. H & E stain.
Background
Collectively, the mucocele, the oral ranula, and the cervical, or plunging, ranula are clinical
terms for a pseudocyst that is associated with mucus extravasation into the surrounding soft
tissues. These lesions occur as the result of trauma or obstruction to the salivary gland
excretory duct and spillage of mucin into the surrounding soft tissues.
Mucoceles, which are of minor salivary gland origin, are also referred to as mucus retention
phenomenon and mucus escape reaction. The superficial mucocele, a special variant, has
features that resemble a mucocutaneous disease. At times, the mucus retention cyst, also
referred to as the sialocyst or the salivary duct cyst, is included in this group of lesions but
appears to represent a separate entity on the basis of its clinical and histopathologic features.
Although the mucus retention cyst is discussed in this article, its features are differentiated
from the features of the pseudocysts. The lesions of the sinus, such as sinus mucoceles, antral
pseudocysts, and retention cysts, are not included in this discussion.
Ranulas are mucoceles that occur in the floor of the mouth and usually involve the major
salivary glands. Specifically, the ranula originates in the body of the sublingual gland, in the
ducts of Rivini of the sublingual gland, and, infrequently from the minor salivary glands at this
location. These lesions are divided into 2 types: oral ranulas and cervical or plunging ranulas.
Oral ranulas are secondary to mucus extravasation that pools superior to the mylohyoid
muscle, whereas cervical ranulas are associated with mucus extravasation along the fascial
planes of the neck. Rarely, the mucocele arises within the submandibular gland and presents
as a plunging ranula.
STEP 1
1. Ping pong phenomena : pada saat palpasi , jika benjolan bergerak . benjolannya yang
disebut dengan ping pong phenomena ; pada saat palpasi , suatu massa yang menonjol itu ikut
bergerak semua
2. Kista : suatu rongga dalam jaringan yang abnormal yang dibatasi oleh epitel dan cairannya
mengandung kolesterin ; suatu rongga patologis yang berisi cairan yang seringkali dibatasi oleh
lapisan epitel dan diluarnya dibatasi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah
STEP 2
1. Kista odontogenik dan penanganannya
2. Penatalaksanaan kista odontogenik
STEP 3
KISTA ODONTOGENIK
1. Definisi
- Kista yang berasal dari epitel pembentukan gigi ( epitelnya berasal dari : benih gigi , epitel
enamel mahkota gigi, epitel malassez, sisa dental lamina )
Kista odontogenik
1. Kista gingiva pada anak
2. Dentigerous
3. Kista erupsi
4. Kista peridontal lateral
5. Kista botroid odontogenik
6. Kista odontogenik glandula
7. Kista gingiva pada dewasa
8. Kista primordial
Kista Erupsi
Merupakan kista superfisial yang terjadi pada jaringan gingiva, berhubungan dengan
gigi yang sedang erupsi terutama gigi molar sulung
Tanda dan gejala : tidak ada rasa sakit kecuali bila terinfeksi , gusi membengkak,
dapat ditemukan rasa sakit bila ditemukan gigi lawannya, tampak sebagai
pembengkakan gusi yang bewarna biru, biasanya terjadi pembengkakan lunak dan
fluktuasi
Pemeriksaan Ro : dipastikan gigi yang tidak erupsi dan disertai folikel yang besar
Kista odontogenik keratosis
Etiologi : perkembangan dari sisa dental lamina yang mengalami proliferasi dan
berhubungan dengan lifoid basal sel karsinoma
GK : dapat terjadi di maksila dan mandibula gingiva pada bayi
Lateral periodontal kista
terbentuk dari proliferasi dental lamina
GK : tampak pembengkakakn kecil di dalam atau dibawah papila interdental ;
diamter < 1 cm ; mayoritas terjadi pada orang dewasa ; terjadi pada cusp P dan C RA
atau RB
Calsifying odontogenic cyst
etio : sebuah kista odontogenik dengan karakteristik pola mikroskopik ; adanya sisa
epitel odontogenik di dalam gusi RA dan RB
Karakteristik adanya ghost cell keratinization ( gambaran PA nya ) ; biasanya
menyerang orang berusia < 40 thn baik pria dan wanita
Gamb Ro : unilokuler atau multilokuler ; batasnya tegas ; menyebar
DD : osifying fibroma Perawatan : enukleasi
Kista glandular odontogenik
Kista inflammatory ( dri peradangan )
Kista periapikal = kista radikular
Kista yang berhubungan karena adanya gigi yang non vital / fragmen akar gigi yang
disebabkan karena adanya keberadaan nekrosis yg diawali dengan invasi bakteri
Penanganannya : kalo diameternya 1 cm -> enukleasi dg pembukaan tulang alveolar
PERTANYAAN SKENARIO
1. Jenis rontgen dan gambaran radiologis kista
a. Jenis rontgen secara umum Panoramik, Periapical
b. Jenis rontgen untuk melihat kista Panoramik
c. Gambaran Ro kista
- Berbatas tegas
- Tepi skelrotik jika ada infeksi
2. Pasien sudah berobat sampai 3x tetapi tidak sembuh . why ? Karena tidak
dilakukan enukleasi dan marsupialisasi, Penyebabnya tidak dihilangkan, Dx belum
tepat
3. Kenapakah bisa ada ping pong phenomena ?
------------
4. Dalam skenario termasuk jenis odontogenik apa ?
Kista dentigerous ( soalnya dari gigi 35 tidak tumbuh ), Dari usia pasien
5. Dx dan DD nya ?
DD : ameoblastoma ( tumor jinak ) ; odontogenic keratocyst
6. Sejak kapan bisa timbul ping pong phenomena ?
-------------
7. Apakah kista odontogenik selalu diikutin / ciri khas dengan ping pong phenomena ?
--------------
8. Gigi 35 tidak tumbuh , why ? adakah pengaruhnya dengan kista odontogenik ?
Ada pengaruhnya , karena ....... ???
----------------
9. Pasien sudah mengalami asimetris tetapi pasien tidak merasakan sakit , berbeda
dengan kasus impaksi. Why ? Karena tidak ada infeksi, Pembengkakan terjadi secara
perlahan sehingga tidak merasakan sakit
10. Mengapa ada fluktuasi + dan ping pong phenomena + ?
--------------------
KISTA ODONTOGENIK
1. Definisi
- Kista odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epithelium pembentuk gigi
(epithelium odontogenik). Kista odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang
berasal dari developmental dan inflammatory. Kista developmental adalah kista yang
tidak diketahui penyebabnya, dan tidak terlihat sebagai hasil dari reaksi inflamasi.
Sedangkan inflammatory merupakan kista yang terjadi karena adanya inflanmasi.
A. Enukleasi
Pembedahan dengan metode ini meliputi pengeluaran kantong kista secara
keseluruhan dan penyembuhan luka menjadi tujuan utama. Metode ini merupakan
pengangkatan kista yang paling memuaskan dan diindikasikan pada semua kasus tanpa
merusak gigi dan struktur anatomi lainnya yang berdekatan. ( Alexandridis, C, 2007)
Prosedur pembedahan dengan metode enukleasi terdiri dari beberapa langkah yaitu :
1. Landmark sesuai dengan lokasi kista
2. Refleksi flapmukoperiosteal dan daerah operasi terekspose
3. Pengeluaran tulang dan bagian-bagian yang terpapar kista
4. Buat osseous window untuk mengekspos bagian kista
5. Angkat kantong kista dari rongga tulang dngan hemostat dan kuret
6. Daerah kantong setelah kantong kista dibuang
7. Penutupan dan penjahitan luka
B. Marsupialisasi
Metode ini biasanya dilakukan untuk mengeluarkan kista yang besar dan
mengeluarkan kista yang besar dan memerlukan pembukaan surgical window pada tempat
yang sesuai diatas lesi.
Laporan Kasus
Nama : Tn. Jumardin
Umur : 30 tahun
Alamat : PT Antam (Kolaka)
Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri pada langit-langit jika ditekan dengan lidah dialami 2 tahun yang lalu,
kemudian disusul munculnya benjolan pada langit-langit, 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit benjolan tersebut pecah dan keluar cairan dari palatum durum dan juga dari hidung,
warna kecoklatan, tidak berbau.
Obstruksi nasi kanan dan kiri dialami 5 tahun yang lalu, 2 bulan yang lalu keluar cairan dari
hidung dan palatum ( kista pecah), obstruksi nasi berkurang, sakit kepala (+).
Riwayat aspirasi cairan (+) tapi benjolan muncul kembali.
Pemeriksaan fisis :
T: 130 / 80 mmHg N : 64 kali/menit
P : 20 kali/ menit S: 36,8 0C
a. Inspeksi dan Palpasi
b. Pada pemeriksaan intra oral tampak pembengkakan pada palatum durum, ukuran
diameter 3 cm konsistensi lunak, warna sedikit agak pucat, tidak nyeri tekan, terdapat
sisa akar gigi pada molar 1, molar 3 dan sisa akar pada molar 2 kanan atas. Pada region
kiri atas sisa akar pada molar 3 dan impaksi pada premolar 1, dengan kebersihan
mulut kurang
c. Otoskopi : membran timpani D/S intak, refleks cahaya D/S (+), MAE kesan normal
d. Rinoskopi anterior : Massa tumor (+), lunak, tidak mudah berdarah, warna agak pucat,
tidak nyeri
e. Faringoskopi : Tonsil T1/T1 tenang, mukosa dinding faring normal
Tidak ada pembesaran kelenjar pada leher
Tahapan Operasi
A. Elevasi mukoperikondrium setelah insisi mukokutaneus junction
B. Elevasi mukoperikondrium dilanjutkan mukoperiostieum di atas dinding kista
C. Lakukakan swinging dor pada osseoperikondrium
D. Tulang yang deviasi dilepaskan
E. Ekspose dinding superior kista
F. Dinding superior kista sudah dilepaskan
G/I. Kista setelah dinding superior, lateral, medial, dan lantai dari kista dilepaskan
H. Jahit (sandwich)luka insisi
I. Pemeriksaan endoskopi 8 hari pasca operasi
Follow up :