Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Berikut ini disajikan hasil pengamatan, analisis serta pembahasan jaringan
penyusun daun dengan sayatan melintang dan membujur daun dari tumbuhan
monokotil (tumbuhan rumput teki, dan tumbuhan adam hawa) dan tumbuhan dikotil
(tumbuhan Vernonia dan tumbuhan bunga sepatu).
1. Tumbuhan Monokotil
a) Tumbuhan Rumput Teki ( Cyperus rotundus L.)
1) Anatomi daun rumput teki (Cyperus rotundus L.) sayatan melintang.

Gambar 3. Sayatan melintang rumput teki perbesaran 100 kali.


Analisis :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada daun rumput
dengan sayatan melintang dan perbesaran 10 x 10, telah ditemukan
jaringan mesofil, kloroplas, sel kipas, berkas pembuluh (Xilem dan Floem)
dan epidermis abaksial (bawah).
2) Anatomi daun rumput teki (Cyperus rotundus L.) sayatan membujur.

Gambar 4. Sayatan membujur permukaan bawah rumput teki perbesaran


40 kali.
Analisis :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada daun rumput
dengan sayatan membujur pada permukaan bawah dan perbesaran 4 X 10,
telah ditemukan trikoma, stomata yang bertipe anomositik, kloroplas, sel
penutup dan sel penjaga.
b) Tumbuhan Adam Hawa (Rhoeo discolor)
(1) Anatomi daun adam hawa (Rhoeo discolor) sayatan melintang.

Jaringan Epidermis
Atas

Dinding sel

Jaringan Pembuluh

Jaringan Dasar

Jaringan
Epidermis Bawah

Gambar 5. Preparat sayatan melintang daun Rhoeo discolor


perbesaran 10 kali.

Analisis :
Sayatan melintang daun Rhoeo discolor dengan perbesaran 10 kali
menunjukkan 3 sistem jaringan yang jelas, yaitu jaringan dermal (jaringan
epidermis), jaringan dasar (mesofil daun), dan jaringan pembuluh. Sel-sel
penyusun jaringan epidermis atas maupun bawah berbentuk segienam
tidak beraturan atau pipih memanjang, tersusun rapat atau hampir tidak
ada ruang antarsel, dan transparant. Jaringan dasar (mesofil daun) Rhoeo
discolor berwarna hijau yang menandakan adanya kloroplas. Jaringan
pembuluh atau berkas pembuluh pada sayatan melintang daun Rhoeo
discolor tidak terlihat jelas.
(2) Anatomi daun adam hawa (Rhoeo discolor) sayatan membujur.

Pigmen
antosianin

Dinding sel

Stomata

Gambar 6. Sayatan membujur permukaan bawah daun


Rhoeo discolor perbesaran 10 kali.

Analisis :
Sayatan membujur daun Rheo discolor menunjukkan jaringan
epidermis, pigmen antosianin yang menghasilkan warna merah dan
stomata. Stomata pada permukaan bawah daun Rhoeo discolor memiliki
jumlah yang banyak dan terletak menyebar.

Celah Stomata

Sel Penutup

Sel Tetangga
Gambar 7. Stomata pada permukaan bawah daun Rhoeo discolor
perbesaran 10 kali.
Analisis :
Berdasarkan bentuk dan letak penebalan dinding sel penutup serta arah
membukanya stomata menurut Haberlandt, tipe stomata pada daun Rhoeo
discolor adalah tipe amarylidaceae.
Dinding sel

Gambar 8. Sayatan membujur permukaan atas


daun Rhoeo discolor perbesaran 10 kali
Analisis :
Sayatan melintang daun Rhoeo discolor dengan perbesaran 10 kali
menunjukkan jaringan epidermis yang sel-sel penyusunnya rapat atau
hampir tidak ada ruang antar sel dan transparent.
2. Tumbuhan Dikotil
a) Tumbuhan Bunga sepatu
1) Anatomi daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) sayatan
melintang.

Gambar 9. Anatomi Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)


melintang.
Analisis :
Struktur anatomi daun pada tumbuhan kembang sepatu (Hbiscus
sinensis L.) sayatan melintang terdiri atas jaringan parenkim, xilem dan
floem, stomata, kolenkim dan epidermis atas serta epidermis bawah.
Jaringan parenkim termasuk jaringan dasar karena pada jaringan tersebut
terdapat vakuola yang besar , struktur bentuk dan fungsinya bervariasi
(jaringan parenkim spons dan jaringan parenkim palisade), dinding sel
tipis dan terdapat kloroplas. Xilem terletak di dalam dan floem terletak di
luar, stomata terletak pada epidermis yang dibatsi oleh sel penutup.
Kolenkim yang terdapat pada daun kembang sepatu jika diperbesar terlihat
bentuknya memanjang dan dindingnya memiliki ketebalan yang tidak
teratur dan isinya mengandung kloroplas.
2) Anatomi daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) sayatan
membujur.

Gambar 10. Anatomi daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)


permukaan atas (Adaksial).
Gambar 11. Anatomi daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)
permukaan bawah (Abaksial).
Analsis :
Struktur anatomi daun pada tanaman kembang sepatu (Hibiscus
rosa- sinensis L.) sayatan membujur menghasilkan permukaan atas dan
permukaan bawah yang susunan anatominya terdiri atas epidermis,
sklerenkim, klorofil, celah stomata pada daun ini setiap sel penutupnya
diiringi oleh sel tetangga dengan sumbu panjang yang sejajar dengan
sumbu sel penutup celah.
b) Tumbuhan Vernonia
1) Anatomi daun tumbuhan Vernonia (Hibiscus rosa sinensis L.) sayatan
melintang.

Gambar 12. Sayatan melintang daun Vernonia perbesaran 100 kali.

Analisis :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada daun
Vernonia dengan sayatan melintang dan perbesaran 100 kali, telah
ditemukan epidermis abaksial (atas), jaringan mesofil, berkas pembuluh,
epidermis adaksial (bawah) dan trikoma.

2) Anatomi daun Vernonia sayatan membujur permukaan bawah.

Stomata

Jaringan Epidermis Bawah

Klorofil

Gambar 13. Sayatan membujur permukaan bawah daun Vernonia


perbesaran 10 kali.
Analisis :
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada preparat
sayatan membujur permukaan bawah daun tumbuhan Vernonia,
menunjukkan adanya stomata, jaringan epidermis bawah, dan klorofil.
stomata pada daun Vernonia terletak menyebar. Sel-sel penyusun jaringan
epidermis permukaan bawah daun Vernonia tersusun rapat, hampir tidak
ada ruang antar sel.

A. Pembahasan
1. Tumbuhan monokotil
a) Tumbuhan rumput teki (Cyperus Rotundus L.)
1) Anatomi daun rumput teki (Cyperus Rotundus L.) sayatan melintang.

Pada pengamatan yang telah dilakukan terhadap jaringan daun


rumput dengan sayatan melintang dan perbesaran 10 x 10, diketahui
bahwa rumput termasuk ke dalam kelompok tumbuhan monokotil dan
daunnya bertipe isobilateral yang secara morfologi sama di kedua sisinya.
Pada jaringan daun tersebut telah ditemukan struktur jaringan penyusun
daun yaitu jaringan mesofil, kloroplas, sel kipas, berkas pembuluh (Xilem
dan Floem) dan epidermis abaksial (bawah).
Selain itu, terdapat epidermis adaksial dan abaksial yang terletak di
permukaan luar baik atas maupun di bawah fungsi dari epidermis ini
adalah sebagai pelindung lapisan di dalamnya, mngurangi penguapan air,
pelindung hilangnya zat-zat makanan dan terhadap kerusakan mekanik.
Namun pada bagian epidermis adaksial (atas) telah mengalami
modifikasi bentuk menjadi sel kipas yang merupakan derivat dari
epidermis yang biasanya terdapat pada Graminae dan monokotil lainnya.
Sel nya berukuran lebih besar dari pada ukuran sel epidermis biasanya,
berdinding tipis, dan vakuola besar. Pada bagian tengah tampak seperti
kipas dengan sel terbesar di tengahnya. Selnya berisi banyak air dan tidak
berisi kloroplas. Dinding selnya terbuat dari selulosa dan pektin.
Sedangkan pada dinding luar terdiri dari kutin dan ditutupi kutikula.
Fungsi sel kipas adalah untuk menyimpan air. Pada saat terjadi penguapan,
sel kipas akan mengempis dan menyebabkan daun menggulung untuk
mengurangi penguapan.
Di bagian epidermis abaksial terdiri atas selapis sel yang berukuran
kecil, teratur dan rapat, sehingga tidak ditemukan adanya ruang antar sel.
Epidermis abaksial terletak di bagian permukaan bawah daun yang
strukturnya sama dengan epidermis adaksial. Namun terdapat perbedaan
pada epidermis abaksial dinding sel lebih tipis dan lapisan kutikula lebih
sedikit.
Juga ditemukan jaringan mesofil yang terletak diantara jaringan
epidermis baik abaksial maupun adaksial. Pada tumbuhan monokotil,
terutama dibagian daun untuk jaringan mesofil memiliki struktur yang
berbeda dengan tumbuhan monokotil. Di daun rumput, jaringan
mesofilnya sukar untuk dibedakan antara mesofil palisade dengan mesofil
spons. Sebab jaringan keduanya ditutupi oleh kloroplas yang berisi pigmen
klorofil. Dan ada yang menyebutkan juga bahwa mesofil tidak mengalami
diferensiasi menjadi dua bagian jaringan mesofil yang telah disebutkan
sebelumnya. Hal itu didukung dengan pernyatan bahwa pada tumbuhan
dari kelas monokotil, tidak ada perbedaan yang tegas antara palisade
dengan sponsa (Ningsih, 2015).
Dibagian jaringan mesofil pada rumput, ditemukan adanya jaringan
berkas pembuluh. Pada jaringan tersebut antara floem dan xilem sulit
untuk dibedakan karena perbesaran mikroskop yang terlalu kecil. Biasanya
floem letaknya berada disebelah luar dari xilem. Dan untuk ukurannya
xilem lebih besar bila dibandingkan dengan floem. Fungsi dari floem yang
merupakan pembuluh tapis adalah sebagai pengangkut hasil
fotosintesisyang diedarkan dari daun ke seluruh tubuh, sedangkan pada
xilem yang merupakan pembuluh kayu berfungsi sebagai pengangkut air
dan garam-garam mineral dari akar ke daun.
2) Anatomi daun rumput teki (Cyperus Rotundus L.) sayatan
membujur.

Pada pengamatan yang telah dilakukan terhadap daun rumput


dengan sayatan membujur dan perbesaran 4 x 10, diketahui bahwa rumput
termasuk ke dalam kelompok tumbuhan monokotil dan daunnya bertipe
isobilateral yang secara morfologi sama di kedua sisinya. Dengan sayatan
membujur telah ditemukan trikoma, stomata yang bertipe anomositik,
kloroplas, sel penutup dan sel penjaga.
Trikoma atau yang biasanya dikenal dengan rambut epidermis
pada daun rumput teki merupakan derivat dari epidermis, yang berbentuk
tonjolan dengan bentuk 1 macam yaitu trikoma glanduler yang ditemukan
pada epidermis bawah (abaksial). Jenis trikoma itu terdapat kelenjar yang
berisi cairan sekresi yang dapat menyebabkan gatal apabila disentuh dan
pecah. Hal itulah salah satu fungsi dari trikoma yaitu sebagai proteksi,
penguat, sebagai kelenjar, dan lain-lain.
Dibagian epidermis abaksial juga ditemukan adanya stomata dalam
jumlah yang banyak dan bertipe anomositik. Stomata terlihat tidak begitu
banyak yang dikarenakan perbesaran pada mikroskop yang digunakan
terlalu kecil.Tipe anomositik pada stomata yang terdapat pada daun
rumput teki adalah Jumlah sel tetangga 3 atau lebih, satu sama lain sukar
dibedakan. Bentuk sel tetangga sama dengan sel epidermis sekitar,
sehingga ada yang mengatakan tidak punya sel tetangga. Stomata dibagian
ini dikelilingi sel penjaga dan terdapat sel penutup yang terdiri atas
sepasang atau dua buah yang letaknya dekat dengan celah stomata.
Stomata dapat tersebar merata di seluruh permukaan daun, tersusun
menurut alur-alur tertentu, atau terdapat pada bangunan khusus yang
menonjol dari permukaan daun. Stomata yang ditemukan bewarna hijau,
sebab terdapat kloroplas atau klorofil pada sel penutup. Fungsi dari
stomata adalah untuk mengatur keluar masuknya gas dan air.

b) Tumbuhan Adam Hawa (Rhoeo discolor)


Tumbuhan Adam Hawa (Rhoeo discolor L.) merupakan salah satu
tumbuhan yang tergolong dalam tanaman monokotil. Tumbuhan adam hawa
mempunyai dua warna daun, yaitu warna hijau pada permukaan atas dan
warna merah atau ungu pada permukaan bawah. Pada sayatan melintang daun
Rhoeo discolor menunjukkan adanya 3 sistem jaringan, yaitu jaringan
epidermis, jaringan mesofil, dan jaringan pembuluh.
Sel-sel penyusun jaringan epidermis tersusun rapat karena memiliki
fungsi sebagai pelindung hilangnya air karena adanya penguapan, pelindung
terhadap kerusakan mekanik, pelindung agar tidak dapat ditembus air dari
luar, kecuali pada akar yang muda. Jaringan epidermis daun tumbuhan adam
hawa tersusun atas 2-3 sel,. Jaringan epidermis pada daun Rhoeo discolor juga
mempunyai kutikula. Kutikula adalah lapisan pelindung berupa lilin pada sisi
permukaan atas daun yang berfungsi untuk membantu tanaman menahan air.
sel penyusun jaringan epidermis transparant yang menandakan tidak
terdapatnya klorofil sehingga pada jaringan epidermis ini tidak terjadi proses
fotosintesis.
Jaringan mesofil daun atau jaringan dasar pada daun Rhoeo discolor
terdapat jaringan parenkim palisade. Jaringan ini susunan selnya rapat
membentuk tiang atau pagar sehingga disebut jaringan pagar atau tiang.
Jaringan parnkim palisade pada daun Rhoeo discolor berwarna hijau yang
menandakan mengandung klorofil. di dalam klorofil terdapat kloroplas yang
berfungsi untuk fotosintesis. Jaringan epidermis permukaan bawah daun
memiliki lapisan lebih tipis jika dibandingkan dengan episdermis pada
permukaan atas daun.Jaringan pembuluh pada sayatan melintang daun Rhoeo
discolor tidak terlihat begitu jelas. Tidak jelasnya hasil pengamatan tersebut
dikarenakan sayatan melintang daun yang terlalu tebal di bagian tengahnya.
Pada permukaan bawah daun, terdapat stomata dengan tipe
amarylidaceae. Tipe stomata ini memiliki bentuk sel penutup seperti ginjal,
arah membuka sel penutup sejajar dengan permukaan epidermis, dan
penebalan dinding sel pada perut dan punggung lebih tipis daripada dinding
luar dan dalam. Berdasarkan hasil pengamatan pada sayatan membujur
permukaan atas dan bawah daun Rhoeo discolor menunjukkan bahwa daun
Rhoeo discolor mempunyai banyak stomata pada permukaan bawah daun.
Letak stomata pada daun monokotil terletak sejajar dengan susunan
epidermisnya. Hal ini diduga ada kaitannya dengan sifta genetis dan
morfologis pada tanaman monokotil dan dikotil (lovelees, 1987). Pada
umumnya daun-daun monokotil mempunyai tulang daun sejajar atau
melengkung (Tjitrosoepomo, 1978). Ukuran stomata pada daun Rhoeo
discolor relative lebih kecil. Pada sel penutup stomata terdapat warna hijau
yang menandakan adanya klorofil, sehingga dimungkinkan terjadinya proses
fotosintesis pada bagian tersebut.
Salah satu zat warna yang ditemukan pada semua tumbuhan adalah
pigmen Flavonoid. Senyawa ini mudah larut dalam air dan cairan sel.
Kelompok flavonoid meliputi antosianin yang berwarna merah, biru atau
ungu. Pigmen antosianin yang menghasilkan warna merah dan ungu terdapat
pada buah dan sayuran. Antosianin dapat larut dalam air sehingga dapat
dijumpai pada vakuola sel. Namun sering pula dijumpai pada sel epidermis.
Epidermis mempunyai vakuola yang besar sehingga satu sel terlihat memiliki
warna merah. Antosianin menghasilkan warna-warna yang kuat sehingga
dapat menutupi warna dari klorofil.

2. Tumbuhan dikotil
a) Tumbuhan Bunga Sepatu
1) Anatomi daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) sayatan
melintang.
Hasil pengamatan pada anatomi daun kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L) sayatan melintang terlihat adanya jaringan parenkim.
Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar karena terdapat pada semua
jenis tumbuhan yang terletak di anatara epidermis atas dan epidermis
bawah, pada jaringan parenkim terdapat vakuola yang besar dan
didalamnya berisi air atau lendir dan berdasarkan bentuk strukturnya
jaringan parenkim dibagi menjadi dua. Yaitu parenkim palisade dan
parenkim spons. Parenkim palisade merupakan penyusun mesofil daun
dengan bentuk yang lonjong atau memanjang berjajar seperti tiang atau
pagar, sehingga disebut juga jaringan parenkim pagar dan tepat di bawah
epidermis karena banyak terdapat sel klorofil sedangkan pada jaringan
spons bentuknya tidak beraturan, banyak terdapat rongga udara dan berada
di bawah jaringan parenkim palisade serta jumlah klorofilnya lebih sedikit
daripada parenkim palisade. Adapun fungsi dari kedua jaringan parenkim
adalah tergantung jenisnya, pada jaringan parenkim palisade fungsinya
adalah tempat fotosintesis yang utama sedangkan jaringan parenkim spons
fungsinya adalah tempat fotosintesi namun tidak utama.
Jaringan pengangkut pada daun kembang sepatu terdiri dari xilem
dan floem. Jaringan pengangkut merupakan jaringan yang terletak pada
jaringan spons dan merupakan kelanjutan dari jaringan pengangkut pada
batang. Jaringan pengangkut xilem (kayu) terdiri dari sel mati dan hidup
berfungsi untuk mengangkut air dan mineral yang diserap oleh akar dari
tanah menuju daun sedangkan jaringan pengangkut floem terdiri dari
beberapa jenis sel, yaitu pembuluh tapis, parenkim dan serabut floem.
Selnya berbentuk tabung dan bagian ujungnya berlubang (Kimball, 1991)
berfungsi untuk mengedarkan zat-zat hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh tumbuhan.
Tumbuhan kembang sepatu merupakan tumbuhan dikotil karena
secara morfologi dapat diketahui melalui bentuk daunnya yaitu menyirip.
Gembong, 1978 menyatakan bahwa pada umumnya daun dikotil
mempunyai helaian daun menjari atau menyirip sedangkan daun
monokotil umumnya sejajar atau melengkung. Selain itu, secara anatomi
dapat dipastikan melalui letak stomata yang tersebar. Hal ini diduga ada
kaitannya dengan sifat genetis dan morfologis pada tanaman dikotil dan
monokotil (Lovelles, 1987). Hal ini menyebabkan perkembangan
distribusi stomatanya juga mengikuti kaidah tersebut. Keberadaan stomata
memiliki fungsi yaitu sebagai jalan keluar masuknya udara.
Jaringan penyokong yang terdapat pada daun kembang sepatu
adalah jaringan kolenkim, terlihat dari susunan dindingnya yang tebal
teruama pada sudut-sudutnya. Adapun fungsi dari jaringan tersebut adalah
menyokong tanaman agar dapat berdiri dengan kokoh dan kuat.
2) Anatomi Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
permukaan bawah (abaksial).
Jaringan epidermis pada daun kembang sepatu terdiri dari dua
epidermis, yaitu epidermis atas dan epidermis bawah. Jaringan epidermis
atas (adaksial) terlihat berbentuk persegi panjang yang diselingi lendir dan
dindingnya terlihat tebal. Jaringan epidermis bawah (abaksial) terlihat
adanya satu sel yang serupa dengan jaringan epidermis atas. Fungsi dari
jaringan epidermis adalah melindungi jaringan yang ada di dalamnya.
Jaringan epidermis pada daun kembang sepatu permukaan bawah
terlihat susunannya rapat dengan suatu lapisan yang kompak dan ruang
tanpa interseluler sehingga terbentuk selapis epidermis saja. Jaringan
penguat yang terdapat pada daun kembang sepatu permukaan bawah
(abaksial) adalah sklerenkim dengan dinding sekunder yang nampak tebal
karena mengandung zat lignin. Serabut sklerenkim terlihat dalam bentuk
untaian lingkaran. Adapun fungsi dari jaringan sklerenkim ini adalah
sebagai penguat bagian tumbuhan yang sudah dewasa dan sebagai
pelindung bagian organ yang lunak di dalamnya.
Stomata merupakan modifikasi jaringan epidermis yang
terspesialisasi menjadi sebuah organ yang berperan untuk mengatur masuk
keluarnya udara dan air pada daun. Stomata pada daun kembang sepatu
banyak terdapat pada epidermis bagian bawah (abaksial) yang dikelilingi
oleh sel-sel yang berbentuk sama atau tidak berbeda dengan epidermis
lainnya, yaitu sel tetangga. Sel ini mempunyai peran penting yakni
mengatur lebar celah dalam perubahan osmotik sehingga air masuk dari sel
tetangga ke dalam sel penutup. Namun did alam sel tetangga tersebut tidak
terdapat klorofil. Sedangkan pada sel penutup stomata terdapat klorofil.
Adanya sel penutup menyebabkan adanya hubungan bagian dalam tubuh
tumbuhan dengan bagian luar bagian tubuh tumbuhan, selain itu sel
penutup juga mengadakan kloroplas sehingga dapat dilangsungkannya
proses fotosintesis dan membuka serta menutup sesuai dengan kebutuhan
tanaman dalam proses respirasi dan transpirasinya. Proses transpirasi ini
sangat dipengaruhi oleh cahaya, sel penutup mengandung amilum
sehingga konsentrasinya lebih tinggi pada malam hari dibanding dengan
siang hari, karena telah terjadi glukosa. Adanya cahaya tersebut
mendukung terjadinya proses fotosintesis. Sel penutup ini berbentuk ginjal
karena daun kembang sepatu merupakan tanaman dikotil. Karena
tumbuhan kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan
tumbuhan mesofit, maka tipe stomata daunnya adalah parasitik
(Rubiaceous), yakni setiap sel penutup diiringi dengan sel tetangga atau
lebih dengan sumbu panjang sel tetangga yang sejajar dengan sumbu sel
penutup celah.
b) Tumbuhan Vernonia
1) Anatomi daun Vernonia sayatan melintang.
Pada pengamatan yang dilakukan pada jaringan penyusun daun
Vernonia dengan sayatan melintang dan perbesaran 10 X 10, diketahui
bahwa Vernonia termasuk ke dalam kelompok tumbuhan monokotil dan
daunnya bertipe isobilateral yang secara morfologi sama di kedua sisinya.
Dengan sayatan membujur telah ditemukan epidermis abaksial (atas),
jaringan mesofil, berkas pembuluh, epidermis adaksial (bawah) dan
trikoma.
Pada jaringan daun Vernonia telah ditemukan adanya jaringan
epidermis yang terdiri atas epidermis abaksial (atas) dan epidermis
adaksial (bawah) yang terdiri atas satu lapis dengan sel yang rapat, teratur,
tidak ada ruang antar sel yang terletak di permukaan luar daun yang
biasanya terdapat kutikula. Fungsi dari epidermis adalah pelindung
jaringan di dalamnya, pelindung kerusakan mekanik dan hilangnya
makanan. Dinding sel epidermis daun mengalami penebalan yang tidak
merata. Biasanya pada epidermis adaksial ditemukan trikoma dan stomata
yang sesuai dengan trikoma yang ditemukan di epidermis adaksial pada
daun Vernonia. Namun untuk stomata tidak ditemukan pada sayatan
melintang.
Trikoma yang ditemukan termasuk trikoma glanduler yang
didalamnya terdapat kelenjar sekresi, apabila bagian itu rusak dan pecah
maka akan menyebabkan rasa gatal pada kulit. Memang trikoma pada
dasarnya berfungsi sebagai proteksi dan pelindung terutama pada hewan
herbivora. Selain itu juga ditemukan jaringan mesofil yang terletak
diantara epidermis abaksial dan epidermis adaksial. Jaringan mesofil pada
daun monokotil tidak mengalami diferensiasi menjadi mesofil palisade dan
mesofil spons dan tetap menjadi mesofil itu sendiri. Di bagian jaringan
tersebut terdapat kloroplas (klorofil) yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya proses fotosintesis. Dan dari proses tersebut, hasil dari
fotosintesis akan diangkut dari daun keseluruh tubuh tubuhan. Sehingga
daun merupakan bagian terpenting yang mampu melangsungkan
kehidupan pada suatu tumbuhan.
Selain itu di jaringan mesofil juga terdapat jaringan berkas
pembuluh. Namun pada jaringan tersebut sulit dibedakan mana yang floem
dan xilem, karena sayatan yang kurang semputna dan perbesaran
mikroskop yang terlalu kecil. Floem letaknya selalu berdampingan dengan
xilem. Xilem biasanya lebih ke arah adaksial dan floem ke arah abaksial.
Xilem berfungsi sebagai pengangkut air dan garam-garam mineral dari
akar ke daun dan Floem berfungsi sebagai pengangkut hasil fotosintesis
dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan.
2) Anatomi Daun Vernonia sayatan membujur permukaan bawah.
Tumbuhan Vernonia merupakan salah satu tumbuhan yang
tergolong dalam tumbuhan dikotil. Pada sayatan membujur permukaan
bawah pada daun Vernonia menunjukkan adanya jaringan epidermis,
stomata dan klorofil. Sel-sel penyusun jaringan epidermis tersusun rapat
karena memiliki fungsi sebagai pelindung hilangnya air karena adanya
penguapan, pelindung terhadap kerusakan mekanik, pelindung agar tidak
dapat ditembus air dari luar, kecuali pada akar yang muda. sel penyusun
jaringan epidermis transparant yang menandakan tidak terdapatnya klorofil
sehingga pada jaringan epidermis ini tidak terjadi proses fotosintesis.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sayatan membujur permukaan
bawah daun Vernonia menunjukkan bahwa daun Vernonia mempunyai
banyak stomata pada permukaan bawah daun. Letak stomata pada daun
tumbuhan dikotil sebagia besar terletak tersebar. Hal ini diduga ada
kaitannya dengan sifta genetis dan morfologis pada tanaman monokotil
dan dikotil (lovelees, 1987). Pada umumnya daun-daun tumbuhan dikotil
mempunyai helaian daun menjari atau menyirip (Tjitrosoepomo, 1978).
Ukuran stomata pada daun Vernonia relative lebih basar karena
merupakan tumbuhan dikotil. Pada sel penutup stomata terdapat warna
hijau yang menandakan adanya klorofil, sehingga dimungkinkan
terjadinya proses fotosintesis pada bagian tersebut.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa. agar
dapat mengidentifikasi jaringan maka kita harus mengetahui ciri-ciri dari bentuk dan
letak dari masing-masing jaringan. Misal pada jaringan mesofil letaknya adalah di
antara epidermis atas dan epidermis bawah serta berdasarkan bentuknya, jaringan
mesofil terbagi menjadi dua yaitu jaringan palisade (tiang/pagar) dan spons (bunga
karang). Pada jaringan palisade bentuk pada sel-selnya adalah memanjang dan
tersusun rapat serta terdapat klorofil sedangkan pada jaringan spons (bunga karang)
sel-selnya tidak tersusun rapat dan tidak banyak terdapat klorofil.
Adapun pada anatomi daun dapat dibedakan antara tumbuhan monokotil dan
dikotil dengan melihat dari segi dapat atau tidaknya jaringan mesofil pada daun itu
dibedakan, yaitu antara jaringan parenkim palisade (tiang) dengan jaringan parenkim
spons (bunga karang). Jika tumbuhan yang diteliti adalah tumbuhan monokotil maka
jaringan mesofil tidak dapat dibedakan menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga
karang. Namun jika tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan monokotil maka
jaringan mesofil dapat dibedakan antara jaringan tiang dan jaringan bunga karang.
Selain dapat dibedakan melalui jaringan mesofil juga dapat dibedakan melalui letak
stomata, yaitu jika tumbuhan tersebut monokotil maka letaknya berderet-deret sejajar
sesuai dengan susunan epidermisnya, namun jika tumbuha tersebut merupakan
tumbuhan dikotil maka letak stomatanya tersebar. Hal ini diduga ada kaitannya sifat
genetis dan morfologis pada tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil (Loveless,
1987) dan diperkuat dengan pernyataan dari Gembong, 1978 bahwa pada umumnya
helaian daun tanaman dikotil bentuknya adalah menjari atau menyirip sedangkan pada
helaian daun tanaman monokotil bentuknya adalah sejajar atau melengkung. Hal ini
menyebabkan perkembangan distrbusi stomatanya juga mengikuti kaidah tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa simpulan yang diambil berdasarkan hipotesis adalah
dengan menolak Ho atau menerima Ha yaitu ada perbedaan macam jaringan
penyusun pada daun monokotil dan dikotil dengan menggunakan spesimen daun
Vernonia, Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), Rhoediscolor dan Rumput Teki
(Cyperus rotundus L.).

B. Saran
Sebaiknya praktikan memilki pengetahuan dan memiliki referensi mengenai
anatomi daun sehingga akan terasa mudah ketika melakukan identifikasi. Selain itu
strategi pembagian tugas pada masing- masing anggota merupakan salah satu faktor
agar waktu yang digunakan efisien. Dan pengamatan terhadap bagian-bagian
tumbuhan yang di amati hendaknya lebih cermat dalam menentukan bagian-
bagiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fried, G.H, and G.J. Hademenos. 2009. Schaum Outline Biologi. Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama

Hidayat, EB. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB Press.

Kimball, JW., 1983. Biologi. IPB, Jakarta : Erlangga.

Lovelees, R. A. (1987). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. Jakarta: PT


Gramedia.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : PT Kanisius.

Ningsih, Indah Yuliana. 2015. Anatomi dan Morfologi Daun. Jember : UNJ Press.

Sumardi, Issirep dan Pudjoarinto, Agus. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, G. (1978). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai