Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi petunjuk
dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, Trend & Issu Keperawatan Keselamatan
Kesehatan Kerja Penyakit Akibat Kerja ini dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,
bimbingan dan arahan kepada penyusun.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala
saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu bentuk upaya
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencearan lingkungan,
sehingga dapat mengurangi danatau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dan dapat berdampak meningkatkan efisien dari produktivitas kerja. Kecelakaan
kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan dan dapat berdampak terhadap masyarakat luas.
Diera globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan belaku tahun
2020 mendatang, keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi pedagang barang dan jasa antar
negara yang harus dipenuhi oleh seluru negara anggota termasuk indonesia.
Menurut UU NO 36 tahun 2009 mengemukakan tentang kesehatan dinyatakan
bahwa upaya K3 harus diselenggarakan disemua tempat kerja khususnya tempat kerja
yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit/mempunyai
karyawan paling sedikit 10 orang jenis, tidak terkecuali rumah sakit. Bahaya-bahaya
potensial dirumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologis (virus, bakteri, jamur,
dll), faktor kimia (antiseptik, gas anatesi, dll), faktor ergonomis, faktor fisik (suhu,
cahaya, bising listrik, radiasi, getaran, dll), faktor risiko sosial dapat mengakibatkan
penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
Faktor penyebab yang sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampialn pekeja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun
sudah tersedia, serat kurangnya motivasi kerja dan tigginya stress kerja yang dialami
oleh pekerja dirumah sakit.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebaban oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: golongan fisik, kimiawi,biologis atau
psikologis ditempat kerja. Faktor tersebut didalam lingkungan kerja merupakan
penyebab yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain
seperti kerentangan individual juga berperan dalam perkembangan penyakit diantara
pekerja yang terpajan(Lisa salawati,2015).
Penyakit akibat kerja merupakan salah satu bagian dari masalah kesehatan
yang berkaitan dengan pekerjaaan seseorang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
disekitarnya. Menurut Labor Force Survey (LFS) diingris pada tahun 2015/16
disebutkan sekitar 1,3 juta jiwa yang menderita PAK dan 30, 4 juta waktu kerja hilang
akibat PAK dan cedera, berakibat pada 14,1 miliyar Poundsterling biaya dikeluarkan
untuk mengatasinya(Armedy Ronny Hasugian, 2017).
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang artifisual atau made diaseas. Sejalan dengan hal
tersebut terdapat pendapat lain menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah
gganguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun
diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan (
Hebbie Ilma Adzim, 2013).
Pada symposium internasional mengenai penyakit akibat hubungna pekerjaan
yang diselenggarakan oleh ILO (Internasional Labor Organization) di Linz,
Australia, dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai berikut
1. Penyakit akibat kerja Occupational Diaseas adalah penyakit yang
mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang
diakui.
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan Work Related
Diaseas adalah penyakit yang mempunyai agen penyebab, dimana faktor
pekerjaan mememang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnnyasalam perkembangannya penyakit yang mempunyai etiologi
kompleks
3. Penyakit yang mengenal populasi kerja Diaseas Of Fecting Working
Population adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa
adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh
kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
5
1. Golongan fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaraan
Sampai dengan Non-induced hearing loss.
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan
kulit.
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps,
atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu rendah dapat mengakibatkan
frostbite trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tingi dapat mengakibatkan caison diaseas.
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatan pneumokoniosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan.
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
3. Golongan infeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS
4. Golongan fisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan konstruksi, mesin, sikap badan yang
kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat
mengakibtakan kelelahan fisik bahkan lamabat laun menyebabkan
perubahan fisik pada tubuh pekerja.
5. Golongan mental
Dapat disebbakan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan
pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.
6
Perilaku kerja yang baik
Olahraga
Gizi
c. Pencegahan Tersier
Pemeriksaan kesehataan pra-kerja
Pemeriksaan kesehataan berkala
Pemeriksaan lingkungan secara berkala
Surveilans
Pengobataan segera bila ditemukan gangguan pasa pekerja
Pengendaliaan segera ditempat kerja
Dalam pengendalian penyakit akibat kerja, salah satu upaya yang wajib
dilakukan adalah deteksi dini, sehingga pengobatan bisa dilakukan secepat mungkin.
Dengan demikian, penyakit bisa pulih tanpa meimbulkan kecacatan. Sekurang-
kurangnya, tidak menimbulkan kecacatan lebih lanjut.
Selain itu terdapat pula pencegahaan lain yang dapat ditempuh yaitu
pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini meliputi :
a. Pemeriksaan sebelum penempataan
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum seseorang diperkerjakan atau
ditempatkan pada pos pekerjaan tertentu dengan ancaman terhadap
kesehtan yang mungkin terjadi.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pekerjaan, apapun jenis
pekerjaan selalu dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari
pekerjaan berisiko rendah hingga berisiko tinggi. Disamping itu pemahaman dan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih kurang diperhatikan oleh
pekerja formal maupun informal. Padahal faktor K3 sangat penting dan harus
diperhatikan oleh pekerja dan hal ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya
kerja sama antara pemerintah, perusahaan dan pekerja agar terhindar dari penyakit
akibat kerja (Lisa salawati,2015).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan
kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari
akibat kecelakaan kerja ( Azza Ivana dkk, 2014). Penegakan diagnosis spesifik dan
sistem pelaporan penyakit akibat kerja penting dilakukan agar dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang padaakhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja(Lisa salawati,2015).
B. SARAN
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit
dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola
secara maksimal bukan saja oleh kesehatan tetapi seluruh masyarakat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Hasugian, Ronny Armedy. 2017. Perilaku Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Tenaga Kerja
Indonesia Di Kansashi, Zambia: Analisa Kuantitatif. Media Litbungkes. Vol 27(2): PP 111-
124
Ivana, A., Widjasena, B. dan Jayani, S. 2014. Analisa Komitmen Manajemen Rumah Sakit
RS Terhadap Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada RS Prima Medika Pemalang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 2(1):PP 35-41
Salawati, L. 2015. Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. Jurnal Kedokteraan Syiah Kuala.
Vol 15(2):PP 91-95
Salmawati, L., DW, Sumarni. Dan Soebijanto.2015. Hubungan Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Motivasi Kerja Dan Stress Kerja Pada Perawat Di
Rumah Sakit Umum Anuta Purapalu. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan . Vol
18(1):PP 4-6