Dokumen - Tips - Insensible Water Loss
Dokumen - Tips - Insensible Water Loss
Jawaban :
IWL
Insensible water loss merupakan hilangnya cairan melalui proses difusi melalui
kulit dan proses evaporasi melalui cairan pernapasan. Kehilangan cairan melalui proses
ini tidak dapat dirasakan mekanismenya. Kehilangan cairan melalui kulit yang rata-rata
berkisar 350 ml/hari terjadi oleh karena berdifusinya molekul air melalui sel-sel kulit.
Berdifusinya cairan melalui kulit dibatasi oleh adanya lapisan epithel bertanduk yang
mengandung kolestrol. Pada penderita luka bakar yang luas, lapisan ini mengalami
kerusakan, sehingg proses difusi akan meningkat, dan kehilangan cairan akan meningkat
jumlahnya, sampai dapat mencapai 3-5 liter/hari. Jumlah cairan yang hilang melalui
evaporasi (penguuapan) rata-rata 350ml/hairi. Oleh karena tekanan atmosfir akan
berkurang dengan berkurangnya suhu, maka kehilangan cairan akan lebih besar pada
suhu yang sangat dingin dan lebih kecil pada suhu yang hangat. Hal ini dapat dirasakan
dengan adanya perasaan kering pada saluran nafas pada suhu dingin. Pada suhu yang
sangat panas, kehilangan cairan melalui keringat akan meningkat 1,5 sampai 2 liter/jam,
sehingga dapat menyebabkan berkurangnya cairan tubuh dengan cepat. Pengeluaran
cairan melalui keringat ini berfungsi untuk melepaskan panas dari tubuh
Karena berdasarkan Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O
Asnil 1998), Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK
UI (1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada
anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
Jadi agar kebutuhan cairan sama dengan cairan yang keluar maka dosis oralit
yang diberikan idealnya adalah 75mg/kgBB serta juga untuk memenuhi kebutuhan cairan
perhari yang dibutukan oleh tubuh manusia seperti yang tertera dalam table berikut :
Kebutuhan
Umur Berat Badan Total/24 jam Cairan/Kg BB/24
jam
Karena Cairan Ringer laktat adalah cairan infus yang sifatnya isotonis, dimana
jenis cairan infus isotonis osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.dan
tidak mempengaruhi konsentrasi elektrolit darah, cairan Ringer laktat mengandung
konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi
bikarbonat,
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau intravena Pemberian secara oral
dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak (100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat
hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka
dapat dilakukan rehidrasi intravena walaupun sebenarnya rehidrasi intravena dilakukan
hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi, AAP merekomendasikan cairan
rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L
dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L, pemberian
oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena
sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat
minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan
1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah, Hasil penelitian ini meyarankan cairan
rehidrasi oral menjadi terapi pertama pada anak diare di bawah 3 tahun dengan dehidrasi
sedang
2.Alergi susu
Ketika antigen makanan dicerna, makanan diproses dalam usus dimana terdapat
banyak mekanisme fisik yang kompleks (lendir, asam, sel epitel dan asam) dan proteksi
imunologis. Hilangnya pelindung seperti keadaan netralisasi pH lambung dapat membuat
alergi. Serupa seperti pada bayi dimana pelindung-pelindung usus (aktivitas enzim dan
produksi IgA) masih belum matang sehingga meningkatkan prevalensi alergi makanan
pada masa bayi.
Antigen presenting cells (APC), khususnya sel epitel usus dan sel dendritik, dan
sel T memiliki peran utama pada daya tahan oral melalui ekspresi IL-10 dan IL-4. Bakteri
komensal usus juga mempengaruhi respon imun mukosa. Daya tahan dibentuk dalam 24
jam pertama setelah lahir dan memproduksi molekul imunomudulator yang memiliki efek
bermanfaat dalam pembentukan imun respon. Studi saat ini telah menunjukan bahwa
ketidakseimbangan komposisi dari bakteri mikrobiota menjadi faktor utama terjadinya
alergi, asma atau inflammatory bowel disease.
Proses alergi yang dibentuk tanpa dimediasi oleh IgE kurang begitu dimengerti
namun fase pengenalan antigen awal kemungkinan adalah sama, dan merangsang reaksi
inflamasi utama melalui mediasi sel T dan eosinofil, meliputi aktivasi sitokin-sitokin
yang berbeda seperti IL-5.
Hubungan yang terbentuk dari sejumlah sel mast/antibodi IgE yang berikatan
dengan basophil yang cukup oleh alergen merangsang proses intra-seluler, hal ini
menyebabkan degranulasi sel, dengan pelepasan histamin dan mediator peradangan
lainnya.
Di samping melepaskan bahan-bahan mediator, reaksi imunologik yang terjadi
dapat pula menyebabkan kerusakan (peradangan) pada mukosa usus yang disebut dengan
proktitis, enterokolitis dengan gejala diare yang dapat bercampur darah.