FRAKTUR COLLES
Oleh :
KELOMPOK 2
1. St. Aisyah Wahyuni Parawansa C 111 12 903
2. Tri Kartini Putri C 111 12 518
3. Musdalifah C 111 13 545
4. Marina Ariesta Chuwiarco C 111 13 580
5. Zulaikha Nur Binti Ahmad Azhar C 111 13 810
6. Sitti Fatimah C 111 13 050
Pembimbing :
dr. Tatok Rudiharto
Konsulen :
dr. Dario Nelwan, Sp.Rad
Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PRESENTASI KASUS
1.2. ANAMNESIS
A. Keluhan utama: Nyeri pada pergelangan tangan kanan
B. Anamnesis terpimpin :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pergelangan
tangan kanan, 1 hari setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pada saat
kecelakaan pasien dibonceng dengan menghadap ke pengendara motor
yang memboncengnya. Saat pasien ditabrak oleh mobil, pasien terjatuh
ke arah kanan dan ia berusaha menahan tubuhnya agar tidak membentur
aspal dengan menggunakan tangan kanan dalam posisi terbuka. Tidak
ditemukan riwayat pingsan, mual muntah, dan BAB serta BAK normal.
4
D. Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat hipertensi tidak ada
Diabetes mellitus tidak ada
Riwayat penyakit jantung tidak ada
5
Batas paru belakang kiri vertebra thorakal XI
- Auskultasi : Bunyi nafas bronchovesikuler, ronkhi tidak ada,
wheezing tidak ada
Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Thrill tidak teraba
- Perkusi : Pekak, Batas jantung normal
- Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular, bising tidak ada
c. Abdomen
- Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
- Auskultasi : Bunyi peristaltik ada kesan normal
- Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan,
tidak teraba massa
- Perkusi : Timpani, tidak ada asites
d. Extremitas
Right Forearm Regio
Look : Deformitas ada, hematom tidak ada, edema tidak ada, luka
tidak ada.
Move : Gerak aktif dan pasif dari elbow joint kanan tidak dapat
dievaluasi karena nyeri, gerak aktif dan pasif dari wrist
joint dalam batas normal.
6
RBC 5.14 4.00 6.00 10^6/uL
7
1.5. PEMERIKSAAN RADIOLOGI (29/05/2017)
Foto Antebrachii Dextra AP/Lateral
Hasil Pemeriksaan :
- Alignment pembentuk antebrachii dextra berubah
- Tampak fraktur pada 1/3 distal os radius dextra
- Mineralisasi tulang baik
- Celah sendi yang tervisualisasi baik
- Jaringan lunak sekitar kesan swelling
8
1.6. Diagnosis
Fraktur tertutup 1/3 distal radius dextra (Fraktur Colles tipe I, klasifikasi
Frykman)
1.7. Penatalaksanaan
- Infus ringer laktat 20 tetes/menit/intravena
- Injeksi ketorolac 30 mg/8jam/intravena
- Reduksi tertutup dan imobilisasi
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pergelangan tangan
kanan, 1 hari setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pada saat kecelakaan
pasien dibonceng dengan menghadap ke pengendara motor yang
memboncengnya. Saat pasien ditabrak oleh mobil, pasien terjatuh ke arah kanan
dan ia berusaha menahan tubuhnya agar tidak membentur aspal dengan
menggunakan tangan kanan dalam posisi terbuka. Tidak ditemukan riwayat
pingsan, mual muntah, dan BAB serta BAK normal. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisis pada right forearm region didapatkan deformitas ada, nyeri
tekan ada. Pada pemeriksaan radiologi foto antebrachii dextra AP/lateral
didapatkan fraktur 1/3 distal os radius dextra. Penatalaksanaan yang diberikan
pada pasien ini adalah Infus ringer laktat 20 tetes/menit/intravena, injeksi
ketorolac 30 mg/8jam/intravena dan reduksi tertutup dan imobilisasi.
9
BAB II
DISKUSI
PENDAHULUAN
10
latihan range of motion (ROM). Range of motion adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot. Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa
sesegera mungkin. Hal tersebut perlu dilakukan sedini mungkin pada klien post
operasi untuk mengembalikan kelainan fungsi klien seoptimal mungkin atau
melatih klien dan menggunakan fungsi yang masih tertinggal seoptimal mungkin.2
Fraktur bisa mengenai berbagai bagian tubuh, salah satunya dapat terjadi
fraktur di daerah lengan bawah seperti fraktur Galeazzi, fraktur distal radius yang
terbagi lagi menjadi fraktur Colles, fraktur Smith, dan fraktur Barton. Khusus
untuk fraktur Colles, fraktur jenis ini termasuk fraktur yang juga cukup sering
terjadi terutama mengenai dewasa dengan 8-15% kasus dari seluruh fraktur. Dan
seperti telah apa yang dituturkan sebelumnya, untuk menegakkan suatu diagnosis
diperlukan juga suatu tahap pemeriksaan radiologis. Maka dari itu, pada referat ini
akan dibahas mengenai fraktur Colles yang disertai pemeriksaan radiologis.3
11
TINJAUAN PUSTAKA
Sendi radioulnar distal adalah sendi antara cavum sigmoid radius (yang
terletak pada bagian radius) dengan ulna. Pada permukaan sendi ini terdapat
fibrocartilage triangular dengan basis melekat pada permukaan inferior radius
dan puncaknya pada prosesus styloideus ulna. Sendi ini membantu gerakan
pronasi dan supinasi lengan bawah, dimana dalam keadaan normal gerakan ini
membutuhkan kedudukan sumbun radioulnar proksimal dan distal dalam keadaan
coaxial.4
Adapun nilai maksimal rata-rata lingkup sendi dari pronasi dan supinasi
sebagai berikut :
a. Pronasi = 80-90o
b. Supinasi = 80-90o
12
Gambar 1 Gerakan supinasi pronasi pergelangan tangan4
13
Gambar 3a.Sudut normal sendi radiokarpal Gambar 3b. Sudut normal yang dibentuk
di bagian ventral (tampak lateral)4 oleh ulna terhadap sendi radiokarpal4
14
Gambar 4. Sendi radioulnar dextra posisi supinasi, T:Triquetrum; H:Hamatum; L:Lunatum;
S:Scaphoid; U:Ulna; UCL : Ulnocapitate ligament 5
2.2 Definisi
15
[deformitas garpu perak (silver fork deformity)], dislokasi fragmen distal ke
arah dorsal, dan disertai pemendekan radius. Fraktur colles dapat dengan atau
tanpa disertai fraktur styloideus ulna.6
Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur
radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur
Colles. Cedera yang digambarkan oleh Abraham Colles pada tahun 1814
adalah fraktur melintang pada radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan
pergeseran dorsal fragmen distal. Sejak saat itu fraktur jenis ini diberi nama
sebagai fraktur Colles sesuai dengan nama Abraham Colles. Biasanya
penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam
posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius
distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal dimana garis patah
berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan.6
2.3 Epidemiologi
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada
wanita, danjarang ditemui sebelum umur 50 tahun. Secara umum
insidennyakira-kira 8 15% dari seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat
darurat. Dari suatu surveyepidemiologi yang dilakukan di Swedia, didapatkan
angka 74,5% dari seluruh fraktur padalengan bawah merupakan fraktur distal
radius. Umur di atas 50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5. 3
Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama
dimana fraktur Colles lebih kurang 60% dari seluruh fraktur radius. Sisi
kananlebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%.
Usia terbanyak dikenaiadalah antara umur 50 59 tahun.3
2.4 Patofisiologi
16
menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping
menyerupai garpu, seperti yang terjadi pada fraktur Colles.7
Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan berusaha untuk menahan badan
dalam posisi terbuka dan pronasi. Lalu dengan terjadinya benturan yang kuat,
gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal dan mungkin akan
menyebabkan patah radius 1/3 distaldimana garis patah berjarak 2 cm dari
permukaan persendian pergelangan tangan sehingga tulang yang
kemungkinan mengalami fraktur pada posisi tersebut adalah radius distal.7
17
Gambar 7. Posisi tangan saat jatuh pada fraktur radius distal8
Dengan posisi tangan pada saat jatuh seperti gambar di atas, maka gaya
yang kuat akan berlawanan arah ke daerah pergelangan tangan. Dan seperti
yang telah disebutkan sebelumnya bahwa yang mungkin mengalami fraktur
adalah distal radius sebab dilihat dari struktur jaringannya saja tulang daerah
tersebut memang rawan patah.8
18
pronasi, dan gerakan aktif pada pergelangan tangan tidak dapat dilakukan.
Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan
pembengkakan di daerah yang terkena, nyeri bila pergelangan tangan
digerakkan.7
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari
radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi
oleh Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan
menjadi:9
Type Fracture
19
Gambar 9. Klasifikasi dari Fraktur Colles9
Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dibuat 2 foto
tulang yang bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto antero-posterior (AP) dan
lateral. Bila kedua proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang
tidak mengizinkan, maka dibuat 2 proyeksi tegak lurus satu sama lain. Perlu
diingat bahwa bila hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada kemungkinan fraktur
tidak dapat dilihat. Proyeksi tambahan oblik biasanya juga dibutuhkan untuk
menilai trauma pada persendian. Pada fraktur ekstremitas, daerah yang difoto
harus cukup luas dengan mencakup setidaknya satu persendian. Namun,
pemeriksaan radiologis tulang yang berada di antara dua sendi sebaiknya
20
mencakup keseluruhan panjang tulang mulai dari persendian proksimal
hingga persendian distal tulang tersebut. Untuk melihat fraktur pada tulang
radius bagian distal, khususnya fraktur Colles, dibuat foto proyeksi AP dan
lateral.10
21
2. Jenis tulang (anak/ dewasa)
3. Alignment: Simetris/tidak
4. Bone : Ada fraktur/ tidak
Jika ada:
o Jenisnya
o lokasi fraktur
o kedudukan fraktur
o ada callus atau tidak
o ada komplikasi atau tidak
o ada reaksi periosteal atau tidak
o keadaan struktur tulang (korteks dan
medulla)
5. Cartilago:
o Apakah ada dislokasi/tidak
o Destruksi
o Bagaimana celah sendinya
6. Soft Tissue: apakah ada swelling atau tidak
22
Gambar 11. Pemeriksaan radiologi standar pada wrist joint, posteroanterior, lateral dan oblique10
Pemeriksaan CT Scan
23
Gambar 13. Computed tomography images of a wrist joint 11
MRI digunakan jika ingin melihat lebih jelas jaringan lunak khusunya
adanya cedera ligamen dan triangular fibrocartilage complex ( TFCC) atau
dapat juga digunakan jika curiga terdapat fraktur yang tidak dapat
diperlihatkan pada radiografi konvensional. 11
MRI tidak rutin digunakan pada evaluasi awal fraktur radius distal akut
pada trauma tangan. Namun bagaimanapun, pencitraan ini berguna untuk
24
melilai kelainan tulang, ligamen, dan jaringan lunak yang berkaitan dengan
fraktur radius distal. MRI rutin digunakan untuk menilai integritas
ligamentum intercarpal, kompleks rawan fibroid triangularis, dan nervus
medianus pada carpal tunnel.11
1) Fraktur Smith
Fraktur Smith adalah fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau
dislokasi fragmen distal ke voler. Fraktur Smith dikenal sebagai
kebalikan dari fraktur Colles. Jika fraktur Colles terjadi karena jatuh
pada permukaan tangan pada bagian volar, maka fraktur Smith terjadi
karena seseorang jatuh pada permukaan tangan bagian dorsal,
sehingga terjadi dislokasi fragmen distal ke arah volar. Gambaran
klinisnya dikenal sebagai garden spade deformity.8
25
2) Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi adalah fraktur sepertiga distal radius dengan
dislokasi ulna bagian distal. Terjadinya fraktur ini biasanya akibat
trauma langsung sisi lateral ketika jatuh.12
3) Fraktur Barton
Fraktur Barton adalah fraktur oblik dari tulang radius distal
intraartikuler, dengan patahan distal radius terdislokasi ke arah volar
(fraktur Barton volar) atau ke arah dorsal (fraktur Barton dorsal).
Fraktur Barton merupakan dislokasi sendi radiocarpal.8
26
Jenis Fraktur Definisi Manifestasi Klinis
27
dalam posisi pronasi waktu
menahan berat badan yang
memberi gaya supinasi.
Fraktur Fraktur oblik dari tulang radius Tangan ini akibat terjatuh
Barton distal intraartikuler, dengan dengan tangan terlentang
patahan distal terdislokasi ke arah
volar atau ke arah dorsal. Fraktur
Barton merupakan dislokasi sendi
radiocarpal
2.9 Penatalaksanaan13
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat
dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan
pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.
Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang
dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang
dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen
distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada
dorsum sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi
ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi
memuaskan, dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku
sampai leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini
dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar
yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah. Lengan
tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari segera
dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami
sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran
ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,
sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur
28
menyatu dalam 6 minggu dan sekalipun tak ada bukti penyatuan secara
radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain
krep sementara.
Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan
dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen
proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi
dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga.
Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap
menyebabkan komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles
tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD.
Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada ahli
orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui,
sebagai berikut :
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka
beberapa hal berikut dapat dilakukan :
29
menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka
beban dapat diturunkan.
7. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam
untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya
dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan
dua minggu pasca trauma. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6
minggu, sedangkan untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12
minggu.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Paulo Medical School, Hospital das Clnicas, and Musculoskeletal
Investigation Laboratory;2009:p12
12. Kivanc, et al. Galeazzi Fracture. American Academy of Orthopedic Surgeon;
2011:19:p623-33.
13. Anderson, LD, Sish TD, Tooms RE, Park WI. Fractures of The Radius and
Ulna. J Bone Joint Surg 57-A;2010:p137-8.
32