Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Asuhan persalinan
Cara Menyusui yang Benar dan Masalah dalam Pembarian ASI
Dosen pengampuh :
- Rosida Hi. Saraha, S.ST
- Sulima H. Gay, S. ST, M. Kes
- Sitti Hubaya Matjino, S.ST, M. Kes

Oleh :

Kelompok 9 dan 10
Nama :
- Rusmini Hi. Abu - Siti Nuriska Yusuf
- Darmawati Sero Sero - Aksari Djamrud
- Rafika Rauf - Masni F. Adam
- Rabiatul Adawiya Pinang - Saona Hadi
- Novita Alwan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN


KESEHATAN TERNATE
D-III KEBIDANAN
2016-2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan kami
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menjalankan aktivitas sebagaimana biasanya.
Taklupa salawat serta salam kita junjungkan kepada baginda nabi tercinta yakni, nabi Muhammad
SAW., beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang telah memperjuangkan agama yang di ridahi
Allah SWT., yakni agama Islam.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah ASUHAN KEBIDANA NIFAS DAN MENYUSUI (ASKEB
3) yani ibu Rosida Hi. Saraha, S.ST, ibu Sulima H. Gay, S. ST, M. Kes dan ibu Sitti Hubaya Matjino,
S.ST, M. Kes, yang telah memberikan kami tugas kelompok yang berjudul Cara Menyusui yang
Benar dan Masalah dalam Pembarian ASI. Dengan tugas ini kami bisa memperoleh tambahan ilmu.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah transplantasi yang
sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan keamanan dalam membantu kita untuk
selalu memantau keadaan anak balita dan pemberi imunisasi campak untuk menghindari
terjadinya penyakit campak di dalam masyarakat dan sekaligus melakukan apa yang menjadi
tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami akan berharap mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu kamimengucapkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya yang dapat kami sampaikan.
Maklah ini di susun sesuai dengan kemampuan tim, insya Allah makah ini dapat di terima
dengan baik, dan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu

Ternate, 04 Oktober 2016

Kelompok 9 dan 10

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ....................................................................................................................................... 3
2. Rumusan masalah ................................................................................................................................ 3
3. Tujuan ........................................................................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Pengertian ASI ........................................................................................................................................ 4
2. Cara Menyusui yang Benar ............................................................................................................... 4
3. Masalah Menyusui Pada Ibu ............................................................................................................. 8
4. Masalah Menyusui Pada Bayi ....................................................................................................... 14
5. Ibu Menyusui dengan Penyakit .................................................................................................... 17
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ........................................................................................................................................... 19
2. Saran ....................................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................ 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik pada teknik pemberian ibu dan
anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk menghisap dan anatomi orofaringeal
anak. Seringkali ketidakcukupan jumlah susu sering dinilai sebagai suatu masalah, sehingga
terjadi pemberhentian pemberian ASI. Seringkali juga wanita mengeluh karena luka pada
puting susu, dimana hal ini terjadi karena posisi dan perlekatan anak yang salah ketika
menyusui. Dalam keadaan normal, wanita secara fisiologis mampu untuk memproduksi susu
yang cukup.Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui
menyebabkan ibu ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula).
Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu
yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya.
Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya
kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun
demikian, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-
masalah yang sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana
mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah masalah-masalah yang terjadi pada ibu saat pembererian ASI?
2. Apakah masalah yang terjadi pada bayi saat pemberian ASI?

3. TUJUAN
1. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada ibu.
2. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada bayi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama
dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun
2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI
eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian,
ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
2. Cara Menyusui yang Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005)
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai

2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

4
3) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.
4) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan
lengan bayi.
6) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan
lengan ibu.
b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005)
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara)

2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh
puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.

3) Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang
bayi bukan bagian belakang kepala.
5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan dengan hidung
bayi.
6) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi.

5
7) Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga puting
susu berada diantarapertemuan langit- langit yang keras (palatum durum) dan langit-
langit lunak (palatum molle).
8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah
sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang
payudara.
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.

10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi
telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi
12) Cara Menyendawakan Bayi
a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan diusap
punggung belakang sampai bersendawa.
b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan
keluar dengan sendirinya.
c. Langkah langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)
1) Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
2) Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung kursi
dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung
3) Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya
4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan bokong
bayi terletak pada lengan
5) Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi
dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara

6
6) Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
7) Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah
serta tidak menekan puting susu atau areola.
8) Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui
9) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
10) Ibu menatap bayi saat menyusui
11) Pasca Menyusui
a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah.
b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya.
12) Menyendawakan bayi dengan :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan, atau
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahan-
lahan.
13) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on
demand)
d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004)
1) Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan
setiap saat bayi membutuhkan.
2) Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3) Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama 5-7 menit.
e. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005)
1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3) Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara bagian
bawah).
4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6) Sebagian besar areola tidak tampak
7) Bayi menghisap dalam dan perlahan
8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu

7
9) Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
3. Masalah Menyusui Pada Ibu
3.1. Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa
lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara
bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal
ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri
lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut
justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus
berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada
puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak
dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara
dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih
menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila
keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah
mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan
antara lain sebagai berikut :
a. menyusui bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan.
b. Menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi).
c. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
d. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.
e. Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara
untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh
darah dan pembuluh getah bening dalam payudar
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara
bengkakadalah sebagai berikut :
a. Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudarah dengan lap bersih atu
dengan daun pepaya basah
b. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga
puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.

8
c. Bila bayi belum dapat menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan
berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
d. Tetap mengeluarkan asi sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
e. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, dankompres
hangat untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.
f. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
g. Lakukan pemijatan pada daerah payudarah yang bengkak, bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran asi.
h. Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks
i. Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbanyak
minum.
j. Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti : pilek, usahakan tetap
memberikan asi dengan meutup mulut dn hidung dengan masker.
3.2. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian,
kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi
untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke
dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang
disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.

a. Puting Susu Datar


Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting,
puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika
menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting
berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit
ditangkap/diisap oleh mulut bayi.

9
b. Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam
areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik
puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting
tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga
dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah
payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu
diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara
tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan
manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan
sendok/pipet/gelas.
3.3. Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab
sebagai berikut:
a. Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut
bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja.
Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan
rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b. Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting
susu
c. Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi
sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
d. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik
menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi
menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di
antara gusi atas dan bawah.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-
obat yang dapat mengiritasi.
b. Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi
atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.

10
c. Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta
menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi
menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari
sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan
terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
3.4. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi
sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu
menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena
komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam
saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini
pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada
perabaannya.

Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada


beberapa hal yang dianjurkan, antara lain.
a. Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur
agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang
payudara (mastitis).
b. Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.

11
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi
radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara
dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui
dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
3.5. Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik
(seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan
dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan
puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain
kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol
(merongkol).

Keadaan ini disebabkan kurangnya asi diisap/dikeluarkan atau dikeluarkan


penghisapan yang tidak efektif, dapat juga karena kebiasaan menekan payudarah dengan
jari atau karena tekanan baju atau bra, serta pengeluaran asi yang kurang baik pada
payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
Ada 2 jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi milk statis disebut non infective
mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri : infective mastitis. Lecet pada kulit yang
mengundang infeksi bakteri.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui
bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya
abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan
analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi
sistemik (demam). Bila mana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam
menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut

12
bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar
peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang
berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.
3.6. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini
disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu
tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras
seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi
cairan. Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya
mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi
untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan analgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui
sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali.
Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka
bayi).
3.7. Air Susu Kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI
untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan
tambahan sangat besar.
Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis/bayi menolak menyusu, tinja
bayi keras kering atau berwarna hijau, payudara tidak membesar selama kehamilan atau
asi tidak keluar pasca kelahiran, berat bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram
perbulan, berat badan bayi dalam waktu 2 minggu belum kembali, mengompol rata-rata
kurang dari 6 kali dalam 24 jam cairan urine pekat bau berwarna kuning. pada ibunya
dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama
dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui
benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa
menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi
kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Hal ini dapat dilihat dari KMS
(Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak
terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya biasanya hal ini disebabkan

13
oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang
lain.
4. Masalah Menyusui Pada Bayi
Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan
kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan
lidah pendek(lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
4.1. Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati.
Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena
kurang ASI.
Beberapa penyebab bayi menangis antara lain sebagai berikut :
Bayi merasa tidak aman
Bayi merasa sakit
Bayi basah (seperti mengompol)
Bayi kurang gizi
Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu antara lain : ibu tidak boleh cemas karen
akanmengganggu proses laktasi, perbaiki posisimenyusui, periksa pakai bayi( apakah
basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama).
4.2. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting(Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu
formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting
susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu padabotol. Menyusu pada ibu
memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu
pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau
tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayibingung puting antara lain:
a. Bayi menolak menyusu.
b. Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
c. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.
4.3. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil
mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu,
harus segera dilatih untuk menyusu.

14
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh
dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
Pada bayi prematur susui dengan sering walau pendek-pendek, rangsang dengan
sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat menghisap berikan
dengan pipa nasogastrik, tangan dan sendok.
Uraian sesuai dengan umur bayi adalah sebagai berikut :
1. bayi umur kehamilan <30 minggu : BBL <1250 gr. Biasanya diberi cairan infus
selama 24-28 jam lalu diberikan asi menggunakan pipa nasogastrik.
2. Usia 30-32 minggu : BBL 1250-1500 gr. Dapat menerima asi dari sendok 2 kali
sehari, namun masih menerima makanan lewat pipa, namu lama kelamaan makanan
pipa makin berkurang dan asi ditingkatkan.
3. Usia 32-34 minggu : BBL 1500-1800 gr bayi mulai menyusui langsung dari payudara
namun perlu kesabaran.
4. Usia kurang >34 minggu : BBL > 1800 gr mendapatkan semua kebutuhn dari
payudara.
4.4. Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik
dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh
kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
a. Segeralah menyusuibayi setelah lahir.
b. Menyusuibayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan
mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium,bilirubin dap
at dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
4.5. Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayidengan bibir
sumbingpallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras),
dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan.
Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena
dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Memperbaiki
perkembangan bicara mengurangi resiko terjadinya otitis media.
Anjuran menyusuiuntuk bayi palatoskisis pada keadaan ini dengan cara:

15
a. Posisi bayiduduk
b. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
c. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
d. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan
langit-langit).
Sedangkan bayi yang mengalami labiopalatoskisis diberikan asi dengan sendok,
pipet, dan dot panjang.
4.6. Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusuibayi kembar adalah dengan posisi
memegang bola (football position). Susuilah bayi sesering mungkin Pada
saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian dan kemampuan
mengisap mungkin berbeda. Yakin kan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi
semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit,
berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat
maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk
mengasuh bayi Anda.
4.7. Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan mendapatkanmakanan per
oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan
ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit denganmuntah-
muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah,
antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan.
Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk
mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
4.8. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah
dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi
gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk mengurut puting dengan
optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup memegang puting dan areola dengan baik,
maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat
membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap

16
putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar
tidak berubah-ubah.
4.9. Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu,
sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka
ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu
diperhatikan, agar tidak mudah basi.
5. Ibu Menyusui dengan Penyakit
5.1. Ibu dengan Penyakit HIV
Padatahun 2001, PersatuanKesehatanDunia (the World Health Assembly)
mengeluarkanrekomendasibahwabayiharusdiberikan ASI secaraeksklusifselama 6
bulanpertamadalamkehidupannyauntukmendapatkantingkatpertumbuhan,
perkembangansertakesehatan yang optimal. Setelahitu,
bayijugaharusmendapatkanmakananpendamping yang bergizidanjugaamanselain ASI
yang diberikansampaiusia 24 bulan (WHO, 2007).
pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan bayi dikaitkan
dengan risiko penularan HIV yang justru tiga hingga empat kali lipat lebih rendah
dibandingkan bayi yang mendapat ASI namun juga mengasup susu lain atau makanan
lain.
Ibu dengan HIV positif dihadapkan pada dua pilihan sulit, menyusui belum
mengerti tehnik menyusuinya sehingga ternjadi MTCT (Mother-to-Child Transmission),
tidak menyusui dan tidak AFASS sehingga bayi menjadi kurang gizi, diare, atau
pneumonia. Konseling pemberian makan bayi pada ibu HIV dapat membantu ibu HIV
menentukan pilihan yang terbaik untuk bayinya.
Tabel Perkiraan angka mutlak MTCT HIV dengan waktu transmisi, tanpa
intervensi
Tingkat penularan HIV (%)
waktu penularan
TidakMenyusui Menyusui 6 bulan menyusui 18-24 bln
HIV
Selama kehamilan 50 10 5 10 5 - 10
Selama persalinan 10 15 10 15 10 - 15
Selama menyusui 0 5 10 15 20
Keseluruhan 15 25 20 35 30 45

17
5.2. Ibu dengan Penyakit Hepatitis B
Bayi dengan ibu hepatitis B boleh diberikan ASI. Hal ini berdasarkan penelitian
yang dilakukan dengan membagi dua kelompok yaitu kelompok pertama ibu pembawa
virus hepatitis B memberikan ASI sedangkan kelompok kedua memberikan susu
formula. Hasilnya adalah ASI tidak terbukti dalam meningkatkan resiko penularan
hepatitis B.
Mencegah penularan dari ibu yang mengidap hepatitis B ke bayi dan juga
penularan disarankan untuk memberikan vaksinasi yaitu vaksin hepatitis B yang
pertama kalinya setelah lahir setelah itu dilanjutkan dengan pemberian yang ke dua dan
yang ke tiga sesuai dengan jadwal.
Ibu penderita hepatitis B tetap memberikan ASI kepada bayinya dengan ketentuan
mengikuti program Nasional yaitu memberikan vaksinasi hepatitis B kepada bayinya
segera setelah lahir sebelum berusia 24 jam.
5.3. Bayi dengan Ibu Penyakit Tuberculosis (TBC)
Menurut WHO, TBC tidak termasuk dalam penghalang ibu untuk menyusui. Ibu
justru disarankan melanjutkan pengobatan hingga sembuh, sehingga tidak menulari
bayinya, kata konselor ASI, Danar Kusumawardhani dari Asosiasi Ibu Menyusui
Indonesia (AIMI) pada seminar tentang persiapan menyusui bersama New Parent
Academy, Minggu (23/3/2014).
Pengobatan secara teratur bisa menekan terjadinya infeksi bakteri penyebab TBC.
Pengobatan dengan rifampisin dan isoniazid selama dua minggu akan menyebabkan
pasien noninfeksius sehingga tidak menularkan bakteri pada lingkungan sekitar,
termasuk anaknya yang masih menyusu.
Ibu dengan TBC tidak perlu khawatir pada kualitas ASI yang dihasilkan. Pasalnya,
konsentrasi obat TBC yang masuk ke dalam ASI sangat sedikit sehingga tidak
menimbulkan efek keracunan pada bayi. Ibu yang menyusui biasanya mendapat
pengobatan isoniazid dan suplementasi pyridoxine (vitamin B6), sebanyak 10-25
miligram per hari.
Bakteri penyebab TBC tidak menular melalui ASI, sama halnya dengan obat untuk
pemulihannya. Dengan ini maka ibu dengan TBC tidak perlu khawatir melanjutkan
pemberian ASI eksklusif maupun hingga dua tahun.

18
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
PemberianAsi merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya.
Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan
anak.Dalampelaksanaannya proses menyusuitidakselalulancarkarenaterdapatmasalah-
masalahdalampemberian ASI baikdariibumaupunbayi.
Masalah Menyusui Pada Ibu yaitu Payudara Bengkak (Engorgement), Kelainan Puting
Susu, Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple), Saluran Susu
Tersumbat (Obstructive Duct), Radang Payudara (Mastitis), Abses Payudara, Air Susu Kurang.
Masalah Menyusui Pada Bayi yaitu Bayi Sering Menangis, Bayi Bingung Puting (Nipple
Confusion),Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur, Bayi dengan Ikterus, Bayi dengan Bibir
Sumbing, Bayi Kembar, Bayi Sakit, Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum), Bayi yang
Memerlukan Perawatan.

2. SARAN
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui masalah-masalah yang
terjadi dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi. Karena dengan demikian kita dapat
memberikan asuhan yang tepat pada ibu agar ibu dapat mengatasi masalahnya lebih dini dan
dapat dilakukannya sendiri maupun dengan bantuan dari keluarga.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://abnusclassb.blogspot.co.id/2014/12/kelompok-10-masalah-dalam-pemberian-asi.html

20

Anda mungkin juga menyukai