Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Batu adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak
15 km sebelah barat Kota Malang, berada di jalur Malang-Kediri dan Malang-Jombang.
Kota Batu berbatasan langsung dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di
sebelah utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat.
Wilayah kota ini berada di ketinggian 680-1.200 meter dari permukaan laut dengan suhu
udara rata-rata 15-19 derajat Celsius.
Kota Batu memiliki peluang untuk lebih dikembangkan sebagai daerah wisata
yang lebih menarik, hal ini didasarkan pada kondisi alam dan letak geografis yang sangat
mendukung. Atraksi wisata di Kota Batu dibuat berbeda antara satu dengan lainya
sehingga tidak terjadi persaingan yang cukup berarti. Sumber daya wisata yang dimiliki
oleh Kota Batu cukup beragam dan dapat dengan mudah ditemui karena lokasinya yang
relatif berdekatan. Hal ini semakin diperkuat setelah pemerintah kota Batu dengan
gencar.
Coban ini berada di ketinggian sekitar 1025 m dpl di lereng Gunung
Panderman. Dulunya coban ini bernama Coban Sabrangan yang berarti jika hendak ke
coban ini harus menyebrang 14 sungai .Coban Rais Adalah jalan bertanah dengan
diselingi rerumputan di kanan atau kiri jalan yang menyambut kami ketika berjalan kaki.
Areal parkir yang cukup luas "dihiasi" dengan para pedagang kaki lima yang sedang
berjualan di sekitarnya. Mulai cilok, bakso, es rujak manis ada di sana. Coban Rais
memiliki ketinggian terjunan sekitar 20 m dan merupakan salah satu obyek wisata air
terjun di kota Batu

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Kota Batu lebih banyak dikunjungi wisatawan dibandingkan Kota Kota Lain
di Kabupaten Malang ?
2. Destinasi wisata apa saja yang ada di Kota Batu Kabupaten Malang ?
3. Bagaimana pemerintah Kota Batu dalam mengembangkan potensi Kota Batu ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari sejarah Kota Batu Kabupaten Malang dengan
potensi nya yang sekarang semakin besar.

i1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kota Batu Malang

Sejarah kota batu adalah Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal
sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena wilayah adalah
daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh keindahan
pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan.

Pada waktu pemerintahan Raja Sindok , seorang petinggi Kerajaan bernama Mpu
Supo diperintah Raja Sendok untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan
di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Dengan upaya yang keras, akhirnya
Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan
Wisata Songgoriti.

Atas persetujuan Raja, Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti mandraguna itu
mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan
serta dibangunnya sebuah candi yang diberi nama Candi Supo.

Ditempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang mengalir dingin dan
sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan. Mata air dingin tersebut sering
digunakan mencuci keris-keris yang bertuah sebagai benda pusaka dari kerajaan Sendok.
Oleh karena sumber mata air yang sering digunakan untuk mencuci benda-benda
kerajaan yang bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural (Magic) yang maha dasyat,
akhirnya sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk akhirnya berubah menjadi
sumber air panas. Dan sumberair panas itupun sampai saat ini menjadi sumber abadi di
kawasan Wisata Songgoriti.

Wilayah Kota Batu yang terletak di dataran tinggi di kaki Gunung Panderman
dengan ketinggian 700 sampai 1100 meter di atas permukaan laut, berdasarkan kisah-
kisah orang tua maupun dokumen yang ada maupun yang dilacak keberadaannya, sampai
saat ini belum diketahui kepastiannya tentang kapan nama "B A T U" mulai disebut
untuk menamai kawasan peristirahatan tersebut.

i
Dari beberapa pemuka masyarakat setempat memang pernah mengisahkan bahwa
sebutan Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang
bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin yang selanjutnya
masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu. Dari kebiasaan
kultur Jawa yang sering memperpendek dan mempersingkat mengenai sebutan nama
seseorang yang dirasa terlalu panjang, juga agar lebih singkat penyebutannya serta lebih
cepat bila memanggil seseorang, akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil
Mbah Tu menjadi Mbatu atau batu sebagai sebutan yang digunakan untuk Kota Dingin di
Jawa Timur.

Sedikit menengok ke belakang tentang sejarah keberadaan Abu Ghonaim sebagai


cikal bakal serta orang yang dikenal sebagai pemuka masyarakat yang memulai babat
alas dan dipakai sebagai inspirasi dari sebutan wilayah Batu, sebenarnya Abu Ghonaim
sendiri adalah berasal dari JawaTengah. Abu Ghonaim sebagai pengikut Pangeran
Diponegoro yang setia, dengan sengaja meninggalkan daerah asalnya Jawa Tengah dan
hijrah dikaki Gunung Panderman untuk menghindari pengejaran dan penangkapan dari
serdadu Belanda (Kompeni)

Abu Ghonaim atau Mbah Wastu yang memulai kehidupan barunya bersama dengan
masyarakat yang ada sebelumnya serta ikut berbagi rasa, pengetahuan dan ajaran yang
diperolehnya semasa menjadi pengikut Pangeran Diponegoro. Akhirnya banyak
penduduk dan sekitarnya dan masyarakat yang lain berdatangan dan menetap untuk
berguru, menuntut ilmu serta belajar agama kepada Mbah Wastu. Bermula mereka hidup
dalam kelompok (komunitas) di daerah Bumiaji, Sisir dan Temas akhirnya lambat laun
komunitasnya semakin besar dan banyak serta menjadi suatu masyarakat yang ramai.

Sebagai layaknya Wilayah Pegunungan yang wilayahnya subur, Batu dan sekitarnya
juga memiliki Panorama Alam yang indah dan berudara sejuk, tentunya hal ini akan
menarik minat masyarakat lain untuk mengunjungi dan menikmati Batu sebagai kawasan
pegunungan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk itulah di awal abad 19 Batu
berkembang menjadi daerah tujuan wisata, khususnya orang-orang Belanda, sehingga
orang-orang Belanda itupun membangun tempat-tempat Peristirahatan (Villa) bahkan
bermukim di Batu.

i
Situs dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda atau semasa Pemerintahan
Hindia Belanda itupun masih berbekas bahkan menjadi aset dan kunjungan Wisata
hingga saat ini. Begitu kagumnya Bangsa Belanda atas keindahan dan keelokan Batu,
sehingga bangsa Belanda mensejajarkan wilayah Batu dengan sebuah negara di Eropa
yaitu Switzerland dan memberikan predikat sebagai De Klein Switzerland atau Swiss
kecil di Pulau Jawa.Peninggalan arsitektur dengan nuansa dan corak Eropa pada
penjajahan Belanda dalam bentuk sebuah bangunan yang ada saat ini serta panorama
alam yang indah di kawasan Batu sempat membuat Bapak Proklamator sebagai The
Father Foundation of Indonesia yaitu Bung Karno dan Bung Hatta setelah Perang
Kemerdekaan untuk mengunjungi dan beristirahat di kawasan Selecta Batu

Batu juga dikenal sebagai kawasan agropolitan, sehingga mendapat julukan Kota
Agropolitan. Seperti halnya kawasan Malang Raya dan sekitarnya, Batu banyak
menghasilkan apel, sayur mayur, dan bawang putih. Batu juga dikenal sebagai kota
seniman. Ada banyak sanggar lukis dan galeri seni di kota ini. Yang terbaru Batu Night
Spectaculer, merupakan taman hiburan remaja dengan beberapa wahana mirip di Dunia
Fantasi Ancol Jakarta.

Tidak kalah menarik dari BNS / Batu Night Spectaculer, ada juga tempat Pariwisata
pelajar dan Keluarga yaitu Museum Satwa. Museum yang Bertaraf Internasional dan
bergaya Yunani ini adalah museum dimana replika Satwa di Dunia yang belum punah
dan yang sudah punah ada di sini. Kita juga bisa melihat replika kerangka hewan purba.
Di Museum Satwa ini juga pernah menjadi tempat pengambilan Video Clip lagu dari The
Virgin dengan lagunya Belahan Jiwa. Berbagai sarana kegiatan luar ruang banyak
tersedia, yang paling lengkap adalah BEJI outbound yang terletak di Desa Beji.

B. Geografis Kota Batu Malang

Wilayah Kota Batu terletak di kaki dan lereng pegunungan dan berada pada
ketinggian rata-rata 700-1.700 m di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata
mencapai 12-19 derajat Celsius. Batu dikelilingi beberapa gunung, di antaranya adalah:

Gunung Anjasmoro (2.277 m)


Gunung Arjuno (3.339 m)
Gunung Banyak (1.306 m)

i
Gunung Kawi (2.551 m)
Gunung Panderman (2.045 m)
Gunung Semeru (3.676 m)
Gunung Welirang (3.156 m)
Gunung Wukir (335 m)

Dengan luas wilayah sekitar 202,30 km, sebagian besar keadaan topografi kota Batu
didominasi kawasan dataran tinggi dan perbukitan yang berlembah-lembah yang terletak
di lereng dua pegunungan besar, yaitu Arjuno-Welirang dan Butak-Kawi-Panderman. Di
wilayah kota Batu, yang terletak di sebelah utara pusat kota terdapat sebuah hutan lebat
yang merupakan kawasan hutan lindung, yakni Taman Hutan Raya Raden Soerjo. Jenis
tanah yang berada di kota Batu sebagian besar merupakan andosol, selanjutnya secara
berurutan adalah kambisol, latosol dan aluvial. Tanahnya berupa tanah mekanis yang
banyak mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi. Sifat tanah
semacam ini mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi.

Sebagai layaknya wilayah pegunungan yang subur, Batu dan sekitarnya juga
memiliki panorama alam yang indah dan berudara sejuk, tentunya hal ini akan menarik
minat masyarakat lain untuk mengunjungi dan menikmati Batu sebagai kawasan
pegunungan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk itulah di awal abad ke-19 Batu
berkembang menjadi daerah tujuan wisata, khususnya orang-orang Belanda, sehingga
orang-orang Belanda itu ikut membangun tempat-tempat peristirahatan (villa) bahkan
bermukim di Batu. Situs dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda atau semasa
pemerintahan Hindia Belanda itu masih berbekas bahkan menjadi aset dan kunjungan
wisata hingga saat ini.

Keindahan alam Batu yang memadukan antara nuansa arsitektur Eropa dan
pegunungan yang indah memukau Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad
Hatta, sehingga setelah Perang Kemerdekaan, Soekarno-Hatta sempat berkunjung dan
beristirahat di kawasan Selecta, Batu.

C. Wisata Kota Batu Malang

Pariwisata kota Batu merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Jumlah
kunjungan wisatawan ke kota ini merupakan salah satu yang terbesar bersama dengan

i
Bali dan Yogyakarta. Objek wisata kota Batu sangat beragam, dari sejarah, retail,
pendidikan, hingga kawasan alam. Di objek wisata Songgoriti terdapat Candi Songgoriti
peninggalan Kerajaan Medang dan arca Ganesha peninggalan Kerajaan Singhasari serta
tempat peristirahatan yang dibangun sejak zaman Belanda. Pariwisata Kota Batu antara
lain adalah

Wisata gua
Air terjun
Coban Rais
Coban Talun
Coban Putri
Pemandian
Songgoriti (pemandian air panas)
Selecta (pemandian air panas)
Cangar (pemandian air panas mengandung
Agrowisata
Arboretum Sumber Brantas (mata air Sungai Brantas)
Kusuma Agrowisata (perkebunan apel, stroberi, jambu, dan jeruk, serta tempat
outbound)

D. Budaya Kota Batu Malang

Budaya batu adalah Irama instrumen musik Jaran Kepang sayup-sayup terdengar
dari Masjid An Nur Kota Batu, Maklum, masjid kebanggaan masyarakat Batu itu berada
persis di depan alun-alun Kota Batu yang tengah menggelar pesta kesenian rakyat.
Masyarakat pun menyemut memenuhi alun-alun. Sebuah pemandangan yang tidak umum
mengingat Jaran Kepang merupakan seni tradisional yang mulai ditinggalkan.Terang
saja, pentas Jaran Kepang itu merupakan bagian dari gebyar peresmian alun-alun Batu
yang digelar tujuh hari non stop awal Mei lalu. Gebyar itu mementaskan delapan belas
kesenian, baik tradisional maupun kontemporer, dalam sepekan.

Dimulai dengan giring seribu bola dan minum susu seribu botol pada Senin (2/5),
acara itu berlanjut dengan ludruk humor, reog show, parade band, jaran kepang, gebyar
campur sari, musik alternatif dan wayang kulit. Diikuti dengan selamatan, pawai tumpeng
dan jajanan pasar, tari sembromo masal, pesta kembang api, jalan sehat dan lomba foto

i
gedung kesenian. Sangat memuaskan publik asli Batu yang haus akan hiburan meski
tinggal di Kota Wisata. Terbukti dari padatnya alun-alun tersebut dalam sepekan hingga
arus menuju pusat kota Batu dialihkan.

Sikap pemerintah layak diapresiasi dalam pelibatan setidaknya tujuh pementasan


seni tradisional dalam gebyar tersebut di tengah sepinya hiruk-pikuk kesenian Batu.
Didik Sumintardjo, sekretaris jenderal Dewan Kesenian Kota Batu, mengaku kesenian
Batu memang tengah mati suri. Artinya, eksistensi seni tradisional Batu bersifat
individual, misal seni rupa mampu bertahan karena mampu menghidupi diri sendiri.
Kesimpulan Didik itu menjawab eksistensi seni tradisional bila dibanding dengan yang
bersifat group atau kelompok. Seni rupa memungkinkan eksis selama dia mempunyai
jaringan kerja.

Batu Kaya akan Seni TariPadahal, terang Didik, masyarakat Batu sangat memiliki
jiwa seni. Terbukti dari adanya kelompok Seni Tari Bantengan, Jaran Kepang
(sentherewe dan pegon), Reog Ponorogo, Wayangan, Tayuban dan Seni Pencak.
Kesenian pencak tradisional yang dulu hanya berpusat di Kelurahan Sisir dan Junrejo,
sekarang setiap desa bahkan sudah ada perkumpulan pencak, ungkap Didik saat ditemui
Newsletter SimpulDemokrasi, Minggu (8/5) di rumahnya Desa Bumiaji.

Dalam seni kontemporer, masyarakat Batu aktif bergiat dalam Seni Dansa Modern,
Terbang Jidor, Orkes Dangdut, Organ Tunggal dan Banjari. Jiwa seni masyarakat Batu
juga melekat dalam bidang seni rupa. Kata Didik, Batu sendiri merupakan gudangnya
seni lukis. Banyak pelukis papan atas seperti Kubu Surawan, Badri, dan Slamet
Hendricus. Selain itu, seni landscaping (menyetel pertamanan) dan handycraft juga ikut
mewarnai seni di Kota Batu.

Bahkan, imbuh Didik, Pemkot Batu seharusnya bangga dengan mengkampanyekan


Tari Sembromo ke luar daerah karena merupakan seni asli masyarakat Batu. Soal Tari
Sembromo, Pemkot Batu terfokus sebagai sajian pelengkap dalam pentas menyambut
tamu penting dari pusat.

Didik mendorong agar masyarakat Batu mengenal lebih dalam Tari Sembromo
tersebut. Meski, ada tari-tari lain yang tak kalah orisinil dibanding Tari Sembromo. Yakni
Tari Pring Lurik dan Mban Endrek yang merupakan improvisasi atas seni yang telah ada.

i
Artinya, Tari Pring Lurik dan Mban Endrek merupakan hasil pengembangan dan
modifikasi para pecinta seni setempat.

Namun, menurut Didik, peran aktif pemerintah untuk mendongkrak popularitas


Tari Sembromo masih kurang. Terbukti dari even perlombaan yang hampir tidak pernah
menyentuh Tari Sembromo. Praktis, tidak ada perubahan sama sekali. Kondisi itu
berbeda dengan Tari Dolalak (tarian khas daerah Purworejo) yang sering dipentaskan
sehingga menjadi icon sebuah daerah. Jadi, sebuah tarian itu sebaiknya difestivalkan
biar fashion dan fun-nya dapat. Barangkali itu yang perlu kita kembangkan bersama di
Kota Batu ini, ujar Didik.

E. Pengembangan Potensi Kota Batu oleh Pemerintah

Sistem pengelolaan pariwisata di Kota Batu, Prov. Jawa Timur, saat ini boleh
disebut sebagai salah satu di antara yang terbaik di Indonesia. Selama sekira 14 tahun
sejak Kecamatan Batu yang termasuk Kab. Malang, dimekarkan menjadi kota
administratif dan kini disebut Kota Batu, kawasan perbukitan yang awalnya merupakan
pedesaan dengan daerah pertanian kini berubah menjadi kiblat tujuan wisata idaman
banyak orang.

Sebelum 17 Oktober 2001 yang dicatat dalam sejarah sebagai hari jadi Kota Batu,
kota yang terletak 18 kilometer dari Kota Malang atau 100 kilometer dari Surabaya,
popularitasnya kalah dari nama Selecta, sebuah bekas tempat peristirahan orang-orang
Belanda semasa penjajahan di Kab. Malang. Tapi kini, Selecta yang berada di wilayah
Kec. Batu Utara, Kota Batu, tenggelam oleh nama besar "Jatim Park", "Museum
Angkut", "Batu Night Spectacular" atau atraksi wisata petik buah apel.

Kepala Seksi (Kasi) Bimbingan dan Pelatihan bidang Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Dinas Pariwisata, Kota Batu, Mulya Aji, mengungkapkan, dewasa ini Kota
Batu memiliki 30 destinasi yang tak pernah sepi pengunjung. Potensi wisata di kota baru
itu, meliputi obyek wisata alam, wisata budaya, minat khusus dan wisata buatan, dengan
mayoritas adalah obyek wisata buatan. "Di Kota Batu, 80 persen penduduk adalah petani.
Dalam waktu 14 tahun, sejak wali kota pertama mencanangkan Kota Batu sebagai kota
wisata religi dan wali kota ketiga menetapkan Batu Kota Wisata, pola pikir pertanian itu
berubah dan kini sebagai pelaku usaha jawa wisata dan pemilik obyek wisata. Kami
belajar dari Yogyakarta untuk mengubah pola pikir masyarakat petani," ujarnya kepada

i
wartawan Solo, saat mengadakan media trip bersama Bagian Humas dan Protokol,
Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta, Kamis (12/11/2015).

Dari sektor andalan pariwisata tersebut, Pemkot Batu pada 2015 mampu mengisi
kas daerah melalui APBD sebesar Rp 725 miliar dan Rp 580 miliar di antaranya berasal
dari pajak industri pariwisata. Pada APBD 2016, Pemkot Batu memasang target
pendapatan Rp 1 triliun yang 75 - 80% berasal dari sektor pariwisata. "Pariwisata yang
menjadi andalan Kota Batu dapat menyerap banyak tenaga kerja, terutama yang masuk ke
destinasi baru. Dari usaha jasa pariwisata sendiri, seperti destinasi Jatim Park, dapat
memberikan beasiswa bagi anak-anak keluarga tidak mampu dan destinasi petik buah
apel diarahkan untuk mengembangkan pertanian berbasis organik. Pemkot Batu sendiri
mempertahankan nilai tradisional melalui festival dan karnaval tahunan, sehingga dalam
setahun ada 3 juta wisatawan masuk Batu," ujar Mulya Aji lagi.

Di depan peserta media trip peningkatan kapasitas kehumasan terkait penanganan


terpadu sektor kepariwisataan yang dipimpin Kabag Humas dan Protokol, Heri Purwoko
tersebut, terungkap peran besar sektor swasta dalam pengembangan pariwisata. Pemkot
Batu dalam memberi kemudahan kepada investor, tidak banyak menangani obyek wisata.
Meskipun demikian, dana yang masuk ke kas Pemkot Batu luar biasa besar dan angka
pengangguran dapat ditekan

i
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang, yang kemudian
ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993. Pada tanggal 17 Oktober 2001, Batu
ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang.

Batu dikenal sebagai salah satu kota wisata terkemuka di Indonesia karena potensi
keindahan alam yang luar biasa. Kekaguman bangsa Belanda terhadap keindahan dan
keelokan alam Batu membuat wilayah kota Batu disejajarkan dengan sebuah negara di Eropa
yaitu Swiss dan dijuluki sebagai De Kleine Zwitserland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa
Bersama dengan Kota Malang dan Kabupaten Malang, Kota Batu merupakan bagian dari
kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang)

i
DAFTAR PUSTAKA

"Buku Induk Kode Data Wilayah 2013 (Permendagri No.18-2013)". 6 Februari 2013. Diakses
tanggal 17 Nopember 2017.

Zaenuddin H.M., Asal usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe. Cetakan I: Oktober 2013.
ISBN 978-602-11-3930-1. hal. 63-68 Diakses tanggal 17 Nopember 2017

"Hari Libur, DPRD Malang Raya Tetap Dilantik". Agustus 8, 2014. http://www.malang-
post.com/kota-malang/90349-hari-libur-dprd-malang-raya-tetap-dilantik Diakses tanggal 17
Nopember 2017

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................2

A. Sejarah Kota Batu Malang ........................................................................................... 2


B. Geografis Kota Batu Malang ........................................................................................4
C. Wisata Kota Batu Malang ............................................................................................ 5
D. Budaya Kota Batu Malang ........................................................................................... 6
E. Pengembangan Potensi Kota Batu oleh Pemerintah ....................................................8

BAB III PENUTUP .............................................................................................................10

A. Kesimpulan ...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulisan panjatkan kehadirat Allah SWT,atas


berkat,rahmat dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesikan makalah ini.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah pancasila.

Dalam makalah ini, penulisan menyadari bahwa hasil yang dicapi mansih
jauh dari sempurna, terdapat banyak kekurangan, baik dari segi penyajian meteri
maupun tata bahasa penulisan. Oleh karna itu penuli sangat berterima kasih atas
keritik dan saran yang bersifat membangun dalam perbaikan serta koreksi bagi
penulis.

Akhir kata penulis persembahkan makalah ini agar dapat bermamfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan

i
i

Anda mungkin juga menyukai