Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DERMATITIS

DISUSUN OLEH:

Kelompok 12

PASKALIA IMASDING NIM 1511114043480

RAHEL KONDO LEBANG NIM 1511114043486

DOSEN PEMBIMBING:

BONIFASIUS HAT, S.Kep,. MSN

AKADEMI KEPERAWATAN DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN

2017

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DERMATITIS

DISUSUN OLEH:

Kelompok 12

PASKALIA IMASDING NIM 1511114043480

RAHEL KONDO LEBANG NIM 1511114043486

DOSEN PEMBIMBING:

BONIFASIUS HAT, S.Kep,. MSN

AKADEMI KEPERAWATAN DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN

2017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelasaikan makalah
KMB II.

Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang


Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Dermatitis. Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun
masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang harus kami perbaiki.
Oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami mengharapkan saran
dari teman-teman semua.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak


Bonifasius Hat, S.Kep., MSN yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan kepada kelompok kami untuk menyampaikan materi ini.

Samarinda, Oktober 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

3
KATA PENGAN TAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Tujua Umum ......................................................................................... 2
C. Tujuan Khusus ...................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN ....................... 3

A. Konsep Dasar Keperawatan

1. Review Anatomi Fisiologi ............................................................... 3


2. Pengertian Dermatitis .................................................................... 6
3. Epidemiologi .................................................................................. 7
4. Klasifikasi ...................................................................................... 7
5. Penyebab Dermatitis ...................................................................... 8
6. Tanda dan Gejala .......................................................................... 9
7. Patofisiologi ................................................................................... 10
8. Pemeriksaan Diagnosis ................................................................ 13
9. Penalaksanaan .............................................................................. 14
10. Pencegahan ................................................................................... 14
11. Pengobatan ................................................................................... 15
12. Komplikasi ..................................................................................... 16

B. Asuhan Keperawatn
1. Pengkajian ..................................................................................... 17
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 21
3. Intervensi Keprawatan ................................................................... 22
4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 33
5. Evaluasi ......................................................................................... 33

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 34

A. Kesimpulan ........................................................................................... 34
B. Saran .................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus
otot-otot dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari
trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri.
Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi
pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-
organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui
mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba,
tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang
saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan:
pidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari
kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan
stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah pidermis, dan terdiri
dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam
dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-
pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada
epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan
leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda
asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang
merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh
dan tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni
Dermatitis yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena

5
bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak
nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa
jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis
yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada berbeda.

B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti seminar tentang Dermatitis mahasiswa mampu
memahami konsep penyakit dermatitis dan mampu memberikan
asuhan keperawatan dermatitis.

C. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep penyakit Dermatitis.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kepada penderita
Dermatitis.
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan penyakit
Dermatitis.
4. Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan penyakit
Dermatitis.
5. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan
penyakit Dermatitis.
6. Mahasiswa mampu melakukan evalusi penyakit Dermatitis.
7. Mahasiswa melakukan dokumentasi penyakit Dermatitis.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Keperawatan

1. Review Anatomi Fisiologi


Organ Limfatik
Kulit tubuh terbentuk atas dua lapisan, yaitu: Kulit luar (Epidermis) dan
kulit dalam (Dermis). Di bawah dermis terdapat satu lapisan yang
tersusun atas jaringan lemak atau jaringan adiposa.
a. Kulit Luar atau Epidermis
Lapisan ini tersusun atas jaringan epietel berlapis dan dapat dibagi
menjadi dua lapisan, yaitu:
1) Lapisan tanduk atau lapisan horny: Lapisan ini terdapat dibagian
paling luar dan sel-sel di bagian ini berbentuk pipih dan tertekan
serta kehilangan sifat bentuknya. Sel-sel dibagian lapisan ini
merupakan sel-sel yang sudah mati dan jika sudah aus atau
terkikis, sel tersebut diganti oleh sel yang baru dari lapisan sel-
sel hidup.
2) Lapisan germinalis: Sel-sel dibagian ini berbentuk bulat dan
memiliki nukleus. Sel pada lapisan germinalis senantiasa
membelah dan membentuk sel baru untuk mengganti sel yang
hilang karena terkikis lapisan tanduk di depan kulit luar. Kulit luar

7
tidak dilengkapi dengan pembuluh darah, kulit ini menerima zat
makanan melalui cairan limfa yang mengalir di antara sel-sel di
lapisan bagian bawah. Ketebalan kulit luar berbeda-beda
mengikuti tempatnya dibagian tubuh. Kulit yang paling tebal
adalah kulit dibagian telapak kaki. Pigmen yang dikenal dengan
melanin yang terdapat di dalam kulit tubuh menentukan warna
kulit manusia.
b. Kulit dalam atau dermis
Dermis merupakan kulit yang sebenarnya dan tersusun atas
jaringan ikat, terutama jaringan fibrosa dan elastis. Dalam kulit ini
terdapat struktur sebagai berikut:
1) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat adalah kelenjar kecil yang sangat penting.
Kelenjar ini sebagian besar terdapat ditelapak atangan, telapak
kaki, dahi dan ketiak. Menurut ahli sitologi, setiap 6,5 cm kulit
ditelapak tangan terdapat sekitar 3.000 kelenjar keringat.
Kelenjar keringat tersusun atas saluran berbentuk melingkar
dan mengandung banyak pembuluh darah. Dari kelenjar ini,
saluran tersebut naik ke atas kemudian menembus kulit, dan
tempat saluran ini menembus kulit disebut liang keringat atau
liang roma. Keringat berasal dari darah dan mengandung air
serta natrium klorida. Keringat merupakan suatu limbah tubuh
yang membantu menyejukkan tubuh dan membantu pengaturan
suhu tubuh serta keseimbangan air dan elektrolit tubuh. Produksi
keringat dikendalikan oleh sistem saraf autonom baiagn
simpatetik. Keringat senantiasa dihasilkan oleh kelenjar keringat,
tetapi pada saat beristirahat, keringat menguap dengan cepat
dan tidak begitu terlihat. Hal ini disebut pengeluaran keringat
secara tidak sadar. Jika keringat dihasilkan secara berlebihan
atau jika penguapannya terganggu, keringat menjadi terlihat
jelas, hal ini dikenal sebagai pengeluaran keringat secara nyata

8
2) Kelenjar sebaseus atau kelenjar minyak
Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh bagian tubuh dan
paling banyak terdapat di bagian muka, kepala, dan bagian kulit
yang berambut. Setiap kelenjar sebaseus tersusun atas
kantung-kantung yang memiliki jaringan epitel di sekelilingnya.
Saluran dari kantung ini menuju ke kulit luar, sering kali melalui
liang roma. Minyak yang dihasilkan oleh kelenjar ini membasahi
dan melembutkan kulit serta mencegah rambut menjdai kering
dan rapuh. Kelenjar sebaseus yang khusus juga terdapat di
lubang telinga (Yaitu kelenjar serumen atau kelenjar lilin) dan di
kelopak mata (Yaitu kelenjar meibom).
3) Ujung saraf
Serabut atau urat saraf yang terdapat didalam kulit, terutama
adalah serabut saraf indra atau sensorik. Ujung serabut saraf ini
berakhir di dalam kulit tubuh sebagai ujung saraf yang bebas
atau sebagai kumpulan khusus ujung saraf. Sensasi yang
menstimulasi kulit tubuh:
a) Sensasi suhu, yaitu panas dan dingin
b) Sensasi sentuhan, yaitu sentuhan ringan dan tekanan
c) Sensasi sakit, Di dalam kulit tubuh juga terdapat serabut
saraf motorik dan serabut ini mempersyarafi pembuluh darah
dan berasal dari sistem saraf autonom, bagian simpatetik.
Saraf pengucup saluran mengontraksi pembuluh-pembuluh
darah sedangkan saraf pengembung saluran,
mengembangkan saluran itu.
4) Rambut
Rambut dan bulu kulit terdapat di seluruh permukaan kulit,
kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Bahan-bahan yang
menyusun rambut mirip dengan bahan yang menyusun lapisan
tanduk dikulit luar. Warna rambut tergantung pada pigmen
melanin yang terdapat di dalam kulit.

9
Setiap helai rambut tumbuh dari folikel rambut, folikel rambut
tertanam di dalam lapisan demis dan dilengkapi dengan
pembuluh darah. Dengan pembentukan sel-sel baru di bagian
akar, rambut itu tumbuh dan menjadi batang rambut. Batang ini
tumbuh menjadi lebih panjang jika sel-sel yang baru itu
mendorong sel-sel yang lama ke atas. Seperti lapisan tanduk
epidermis, rambut juga tersusun atas sel-sel yang sudah mati.
Pada liang-liang rambut melekat otot polos kecil yang disebut
erektor pilorus atau Penegak rambut. Jika otot-otot ini
berkontraksi, rambut-rambut itu berdiri tegak misalnya pada
saat merasa ketakutan dan kedinginan. Keadaan kulit semacam
ini dikenal dengan nama merinding.
5) Kuku
Kuku jari tersusun atas sel-sel jaringan epidermis yang mati.
Suatu bahan yang disebut keratin mengeras untuk membentuk
kuku. Uku itu tumbuh dari sel-sel epitel khusus dari folikelnya.
Folikel kuku adalah bagian kuku yang diselaputi oleh kulit tubuh
dan badannya adalah bagian yang terpapar.
c. Subcutan
Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama
berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan
kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan
dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam
pengaturan suhu tubuh.

2. Pengertian Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (Epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis (Djuanda Adhi, 2010).

10
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang
disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik
(Brunner dan Suddart, 2000).
Dermatitis adalah epidermo yang berupa gejala subjektif pruritus
dan objektif tampak inflamasi eritema (Arief masjoer, 1998)
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena
bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian,
penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat
mengganggu. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi)
tertentu seperti racun yang terdapat pada dermatitis berbeda.

3. Epidemiologi
Dermatitis kontak uiritan dapat diderita semua orang dari berbagai
golongan umur, ras dan kelamin. Jumlah penderita kontak iritan
diperkirakan cukup banyak, namun angkanya secara tepat sulit
diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita
dengan kelainan ringan tidak datang berobat. Bila dibandingkan
dengan dermatitis kontak iritan jumlah penderita dermatitis kontak
alergik leih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya
sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai
prevalensi dermatitis ini dimasyarakat. (Djuanda, 2010).

4. Klasifikasi
a. Contact Dermatitis adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansu yang menempel pada kulit (Adhi Djuanda, 2005).

11
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang
berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis
kontak alergik.
1) Dermaitis Kontak Iritan: Kulit berkontak dengan zat iritan dalam
waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas.
Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan
kulit menebal disebut skin hardering.
2) Dermatitis Kontak Alergik : Batas tak tegas. Proses yang
mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah
terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu
seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen.
b. Neurodermatitis adalah Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip,
ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau
gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
c. Seborrheic Dermatitis adalah gangguan yang biasa terjadi pada kulit
kepala sehingga menyebabkan kulit kepala menjadi bersisik, gatal,
memerah dan memunculkan ketombe yang membandel atau susah
dihilangkan.
d. Statis dermatitis Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi
kronik vena (atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi
Djuanda,2005)
e. Atopic dermatitis Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan
resitif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi
dan anak-anaka, sering berhubungan dengan peningkatan kadar
IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit

12
berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005).

5. Penyebab Dermatitis
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia,
bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan
dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. ( Arief
Mansjoer,1998).
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam,
basa), fisik (sinar matahari, suhu), mikroorganisme
(mikroorganisme, jamur).
b. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

6. Tanda dan gejala


Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki
indikasi dan gejala berbeda:
a. Contact Dermatitis

Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu


seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen.
Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun

13
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa
berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
b. Neurodermatitis

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud


kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25
cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita
untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang
dari leher.
c. Seborrheic Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung


antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas.
Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan munjul saat
kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita
penyakit saraf seperti parkinson.

14
d. Statis dermatitis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau


hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005) Yang muncul
dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang
kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan
gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab.
e. Atopic dermatitis

Dengan tanda dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan
pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut.
Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada
keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma.
Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau
berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

15
7. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen
ataupun zat iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian
menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa
inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen
adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang
berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang
masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis
adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat
dan luas daerah yang terkena dan adanya penyakit kulit lain.

16
SKEMA DERMATITIS

Eksogen dan endogen

Kerusakan sel Dikonsumsi atau kontak langsung Ag

Kelainan kulit Iritan kontak dg Ag Sel Penyampai Ag

Oleh sel plasma dan basofil Sel T


Lapisan tanduk rusak
membentuk Ab IgE

Denatursi Keratin HMC


Memicu proses degranulasi

Menyingkirkan Pelepasan Limfokim


lemak lap. tanduk Pelepasan mediator kimia
berlebihan
Lepas makrofag

Mengubah daya ikat


Reaksi peradangan
air kulit
Kerusakan jaringan

Merusak lapisan Gatal dan rubor


Kelembapan kulit
epidermis
menurun
Reaksi menggaruk berlebih
MK: Gangguan
Kulit mengering
Integritas Kulit
MK: Gangguan rasa nyaman

Nyeri Perubahan warna


Lapisan epidermis
kulit
terbuka invasi
bakteri

MK:Gangguan citra
Pelepasan toksik bakteri tubuh

MK: Risiko infeksi

www.scribd.com
17
8. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
dermatitis yaitu :
a. Biopsi kulit: Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara
mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit
digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi
yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas: Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui
adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah
untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada
obat-obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur
adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus:
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus
sesuai kasus. Factor pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji temple: Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita
alergi. Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya
dengan factor imunologis. Untuk mengidentifikasi respon alergi Uji
ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit,
selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.
e. Laboratorium
1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein
total, albumin, globulin
2) Urin : pemerikasaan histopatologi
f. Penunjang : pemeriksaan histopatologi.

18
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi
yaitu :
a. Terapi sitemik
Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi
antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit-SRS-A dan pada
kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b. Terapi topical
Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak
kocok bila kronik diberi saleb.
c. Diet
Tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) Contoh : daging, susu, ikan,
kacang- kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.
Mandi 2 kali sehari dengan air dingin, gunakan sabun yang
mengandung pelembab. Setelah mandi dan dikeringkan segera
oleskan obat topikal 2 kali sehari pada kelainan kulitnya.
d. Supaya kulit tak menjadi kering, oleskan pelembab 2 kali sehari
sehabis mandi. Walaupun kulit sudah sembuh, pemakaian
pelembab tetap dianjurkan untuk mengatasi kekeringan pada kulit.
e. Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan
mengendalikan rasa gatal.
f. Antihistamin (difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa
gatal, terutama dengan efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan
kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari.

10. Pencegahan
a. Hindari kontak dengan iritan atau allergen. Jika anda alergi maka
hindarilah faktor pencetus alergi, seperti debu,bulu binatang.
b. Jika gatal, jangan menggaruk karena dapat terjadi luka, radang dan
bernanah.
c. Hindari stres dan menjalankan pola hidup yang sehat.

19
d. Jaga kebersihan diri dan lingkungan.
e. Jaga kelembaban kult dengan cara menghndari perubahan suhu.
f. Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
g. Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras.

11. Pengobatan
Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal
untuk mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering
dan gatal, lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk membuat
kulit menjadi lebih lembab. Tindakan ini biasanya dilakukan saat kulit
masih sedikit basah, seperti saat habis mandi sehingga lotion yang
dioleskan akan mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin
juga diduga dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.
a. Krim atau salep kortikosteroid seperti hydrokortison bisa
mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal. Krim
kortikosteroid yang dioleskan pada daerah yang luas atau dipakai
dalam jangka panjang bisa menyebabkan masalah kesehatan yang
serius, karena obat ini diserap ke dalam aliran darah. Untuk kasus
kasus yang berat, dokter akan memberikan tablet kortikosteroid
dan apabila pada daerah eksim telah terinfeksi maka bisa diberikan
antibiotika untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.
Mengoleskan jeli minyak atau minyak sayur bisa membantu
menjaga kehalusan dan kelembaban kulit.
b. Pada beberapa penderita, ruam semakin memburuk setelah
mereka mandi, bahkan sabun dan air menyebabkan kulit menjadi
kering dan penggosokan dengan handuk bisa menyebabkan iritasi.
Karena itu dianjurkan untuk lebih jarang mandi, tidak terlau kuat
mengusap-usap kulit dengan handuk dan mengoleskan minyak
atau pelumas yang tidak berbau (misalnya krim pelembab kulit).
c. Antihistamin (difenhidramin, hidroksizin) bisa mengendalikan rasa
gatal, terutama dengan efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan

20
kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari. Kuku
jari tangan sebaiknya tetap pendek untuk mengurangi kerusakan
kulit akibat garukan dan mengurangi kemungkinan terjadinya
infeksi dan cyclosporin untuk penderita yang tidak berespon
terhadap semua jenis pengobatan yang diberikan.
d. Penderita sebaiknya belajar mengenali tanda-tanda dari infeksi kulit
pada dermatitis atopik (yaitu kulit bertambah merah,
pembengkakan, terdapat gurat-gurat merah dan demam). Jika
terjadi infeksi, berikan antibiotik.

12. Komplikasi
a. Dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri. Gejalanya berupa
bintik-bintik yang mengeluarkan nanah. Pembengkakan kelenjar
getah bening sehingga penderita mengalami demam dan lesu.
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Infeksi sekunder
d. Komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan dermatitis atopi
yaitu alergi saluran napas dan infeksi kulit oleh kuman
sthapylococcus aureus dan virus Herpes Simplex.
e. Infeksi saluran nafas atas
f. Bronkitis
g. Infeksi kulit

21
B. ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang : Tanyakan sejak kapan pasien
merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
2) Riwayat Penyakit Dahulu : Apakah pasien dulu pernah
menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat Psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan
yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang
berkepanjangan.
5) Riwayat Pemakaian Obat : Apakah pasien pernah
menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
d. Pola Fungsi Gordon
1) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
a) Persepsi terhadap penyakit :
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan
dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan
atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu
aktivitas pasien
b) Penggunaan :
(1) Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu
(misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin,
inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan
antispasmotik dan obat anti-parkinson

22
(2) Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau
untuk mengetahui gaya hidup klien.
2) Pola Nutrisi/Metabolisme
a) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari
klien ( pagi, siang dan malam )
b) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual
muntah, pantangan atau alergi
c) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam
menelan
d) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan
dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
3) Pola Eliminasi
a) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
b) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan
defekasi
c) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi
4) Pola Aktivitas/Olahraga
a) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pada kulit
b) Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
c) Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5) Pola Istirahat/Tidur
a) Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur
pasien
b) Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada
kulit

23
c) Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah
merasa segar atau tidak?
6) Pola Kognitif/Persepsi
a) Kaji status mental klien
b) Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien
dalam memahami sesuatu
c) Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah,
nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
d) Kaji penglihatan dan pendengaran klien
e) Kaji apakah klien mengalami vertigo
f) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak
merah pada kulit.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan
dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien
mengubah gambaran dirinya
b) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah
merasa cemas, depresi atau takut
c) Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8) Pola Peran Hubungan
a) Tanyakan apa pekerjaan pasien
b) Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan
klien seperti: pasangan, teman, dll.
c) Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien
9) Pola Seksualitas/Reproduksi
a) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
b) Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah
kesehatan terkait dengan menopause

24
c) Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan
dalam pemenuhan kebutuhan seks
10) Pola Koping-Toleransi Stres
a) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS (
financial atau perawatan diri )
b) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ).
Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau
klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang
terdekat.
11) Pola Keyakinan-Nilai
a) Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-
pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien
menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada
Tuhannya lebih berfikiran positif.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Subjektif : Gatal
2) Objektif :
a) Skuama kering, basah atau kasar
b) Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi (
Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah
nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal,
ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum )
c) Kerontokan rambut

25
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan reaksi inflamasi
b. Nyeri akut b/d lesi kulit
c. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d gejala terkait penyakit
d. Gangguan citra tubuh b/d perasaan malu terhadap penampakan
diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan
e. Resiko infeksi b/d lesi, bercak-bercak merah pada kulit

26
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/ Diagnosa Rencana Keperawatan Rasional
Tanggal Keperawatan
Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : 3660, Hal : 373
integritas kulit 3X24 jam. Label NOC outcome : integritas 1. Perawatn luka
b/d lesi dan Jaringan : kulit dan membran mukosa. a. Cukur rambut disekitar daerah
reaksi inflamasi Dengan skala target outcome banyak yang terkena, sesui kebutuhan .
terganggu (2) s/d tidak terganggu (5).(NOC: b. Monitor karakteristik luka,
1101, Hal : 107) termasuk drainase, warna,
Indikator : ukuran, dan bau.
No indikator skala keterangan c. Ukur luas luka, yang sesuai.
1. Suhu kulit 2-5 Banyak d. Berikan perawtan ulkus pada
terganggu- kulit, yang diperlukan.
tidak e. Oleskan salep yang sesuai
terganggu dengan kulit/lesi.
2. Sensasi 2-5 Banyak f. Reposisi pasien setidaknya setia
terganggu- 2 jam, dengan tepat.
g. Anjurkan pasien atau anggota

27
tidak kelluarga pada prosedur
terganggu perawatan luka.
3. Hidrasi 2-5 Banyak h. Anjurkan pasien dan keluarga
terganggu- untuk mengenal tanda dan
tidak gejala infeksi.
terganggu i. Dokumentasikan lokasi luka,
4. Perfusi 2-5 Banyak ukuran, dan tampilan.
jaringan terganggu-
tidak .
terganggu NOC: 2380 Hal: 199
5. Integritas 2-5 Banyak 2. Manajemen Pengobatan
kulit terganggu- a. Tentukan obat apa yang
tidak diperlukan, dan kelola
terganggu menurut resep dan /atau
protokol.
b. tentukan kemampuan
pasien untuk mengobati diri
sendiri dengan cara yang
tepat.

28
c. Monitor efektifitas cara
pemberian obat yang
sesuai.
d. Monitor pasien mengenai
efek trapeutik obat.
e. Monitor efek samping obat .
f. Monitor intereaksi obat yang
non terapeutik.
g. Kaji ulanng pasien dan /
atau keluarga secara
berkala mengenai jenis dan
jumlah obat yang
dikonsumsi.
h. Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat.
i. Konsultasi dengan
profesional perawatan
kesehatan lainnya untuk

29
meminimalkan jumlah dan
frekuensi obat yang
dibutuhkan agar didapatkan
efek terapeutik.

2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: 1400, Hal: 198
lesi kulit 3X24 jam. Label NOC outcome : tingkat 1. Manajemen Nyeri
nyeri. Dengan skala target outcome sedang a. Lakukan pengkajian nyeri
(3) s/d tidak ada (5).(NOC: 2102, Hal : 577) komperhensif yang meliputi
Indikator : lokasi, karakteristik, onset/durasi,
No indikator skala keterangan frekuensi, kualitas, intensitas atau
1. Nyeri yang 3-5 Sedang s/d beratnya nyeri dan faktor
dilaporkan tidak ada pencetus.
2. Panjang 3-5 Sedang s/d b. Gunakan strategi komunikasi
episode tidak ada terapeutik untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri dan sampaikan
3. Menggosok 3-5 Sedang s/d penerimaan pasien terhadap
nyeri.

30
area yang tidak ada c. Gali bersama pasien faktor-faktor
terkena yang dapat menurunkan atau
dampak memperberat nyeri.
4. Ekspresi 3-5 Sedang s/d d. Bantu keluarga dalam mencari
nyeri wajah tidak ada dan menyiapkan dukungan.
5. Tidak bisa 3-5 Sedang s/d e. Kendalikan lingkungan yang
istirahat tidak ada dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya,
suhu ruangan, pencahayaan,
suara bising).
f. Dorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyerinya
dengan tepat.
g. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
h. Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasi atau jika keluhan pasien

31
saat ini berubah signifikan dari
pengalaman nyeri sebelumnya.

NIC: 2210, Hal: 247


2. Pemberian Analgesik
a. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien.
b. Cek printah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang
diresepkan.
c. Cek adanya riwayat alergi
obat.
d. Pilih analgesik atau kombinasi
analgesik yang sesuai ketika
lebih dari satu yang diberikan.
e. Berikan kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat

32
membantu relaksasi untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri.
f. Kolabotasikan dengan doter
apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan
interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesik.
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: 5820, Hal: 319
aman dan 3X24 jam. Label NOC outcome : status 1. Pengurangan Kecemasan
nyaman b/d kenyamanan fisik. Dengan skala target a. Gunakan pendekatan
gejala terkait outcome banyak terganggu (2) s/d tidak yang tenang dan
penyakit terganggu (5).(NOC: 2010, Hal : 529) meyakinkan.
Indikator : b. Jelaskan semua prosedur
No indikator skala Keterangan termasuk sensasi yang
1. Kontrol 2-5 Banyak akan dirasakan yang
terhadap terganggu mungkin akan dialami

33
gejala s/d tidak klien selama prosedur
terganggu (dilkukan).
2. Kesejahteraan 2-5 Banyak c. Dorong keluarga untuk
fisik terganggu mendampingin klien
s/d tidak dengan cara yang tepat.
terganggu d. Dengarkan klien.
3. Kepuasan 2-5 Banyak e. Kontrol stimulus untuk
dengan fungsi terganggu kebutuhan klien secara
tubuh s/d tidak tepat.
terganggu f. Pertimbangkan
4. Posisi yang 2-5 Banyak kemampuan klien dalam
nyaman terganggu mengambil keputusan.
s/d tidak g. Kaji untuk tanda verbal
terganggu dan non verbal
5. Perawatn 2-5 Banyak kecemasan.
pribadi dan terganggu
kebersihan s/d tidak NIC: 5880, Hal: 431
terganggu 2. Teknik Menenangkan
a. Pertahankan sikap yang

34
tenang dan hati-hati.
b. Pertahannkan kontak
mata.
c. Yakinkan keselamatan
dan keamanan klien.
d. Identifikasi orang-orang
terdekat klien yang bia
membantu klien.
e. Tawarkan mandi air
hangat.
f. Instruksikan klien untuk
menggunakan metode
mengurangi kecemasan
(misalnya, teknik nafas
dalam, distraksi,
visualisasi, meditasi,
relaksasi otot progressif,
mendengar musik musik
lembut), jika diperlukan.

35
4. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan
tubuh b/d 3X24 jam. Label NOC outcome : citra NIC: 5220, Hal: 324
perasaan malu tubuh. Dengan skala target outcome 1. Peningkatan Citra Tubuh
terhadap kadang-kadang positif (3) s/d konsisten a. Tentukan harapan citra diri
penampakan positif (5).(NOC: 1200, Hal : 79) paien didasarkan pada tahap
diri dan Indikator : perkembangan.
persepsi diri No indikator skala Keterangan b. Bantu pasien mendiskusikan
tentang 1. Gambaran 3-5 Kadang- perubahan-perubahan (bagian
ketidakbersihan internal diri kadang positif tubuh) disebabkan adanya
s/d konsisten penyakit atau pembedahan,
positif dengan cara yang tepat.
2. Kepuasan 3-5 Kadang- c. Tentukan perubahan fisik saat
dengan kadang positif ini apakah berkontribusi pada
penampilan s/d konsisten citra diri pasien.
tubuh positif d. Bantu pasien mendiskusikan
3. Kepuasan 3-5 Kadang- sterssor yang mempengaruhi
dengan kadang positif citra diri terakait dengan kondisi
kongenital, cedera, penyakit,

36
fungsi tubuh s/d konsisten atau pembedahan.
positif e. Monitor frekuensi dari
4. Penyusuaian 3-5 Kadang- pernyataan mengkritisi diri.
terhadap kadang positif f. Tentukan apakah perubahan
perubahan s/d konsisten citra tubuh berkontribusi pada
tampilan fisik positif peningkatan isolasi sosial.
g. Bantu pasien mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang akan
meningkatkan penampilan.
Indentifikasi kelompok
pendukung yyang tersedia bgi
pasien.
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: 6550, Hal: 398
b/d lesi, 3X24 jam. Label NOC outcome : keparahan 1. Perlindungan Infeksi
bercak-bercak infeksi. Dengan skala target outcome a. Monitor adanya tanda dan gejal
merah pada sedang (3) s/d tidak ada (5).(NOC: 0703, infeksi sistemik dan lokal.
kulit Hal : 145) b. Moniter kerentanan terhadap
Indikator : infeksi.
No indikator skala Keterangan c. Batasi jumlah pengunjung, yang

37
1. Kemerahan 3-5 Sedang s/d sesuai.
tidak ada d. Pertahankan asepsis terhdap
2. Cairan 3-5 Sedang s/d pasien yang beresiko.
(luka) yang tidak ada e. Tingkatkan asupan nutrisi yang
berbau cukup.
busuk f. Annjurkan asupan cairan
3. Demam 3-5 Sedang s/d dengan tepat.
tidak ada g. Anjurkan istirahat.
4. nyeri 3-5 Sedang s/d h. Instruksikan pasien untuk minum
tidak ada antibiotik yang diresepkan.
i. Jaga penggunaan antibiotik
dengan bijaksana.
j. Anjurkan pasien dan
keluarganya mengenai
perbedaan-perbedaan antara
infeksi-infeksi virus dan bakteri.
k. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus

38
melaporkannya ke pemberi
layanan kesehatan.

39
4. IMLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah
masalah masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang
berlawanan dengan masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien

40
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam
perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan
pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal.
Secara umum penyebab dari dermatitis yaitu : respon kulit terhadap agen-agen
yang beraneka ragam, mis: zat kimia, protein, bakteri adanya respon alergi.
Secara umum manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subyektif ada tanda
tanda radang akut terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat
pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan
gangguan fungsi kulit (function laisa). Sedangkan secara Obyektif, biasanya batas
kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak
atau beturut-turut.
Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan
akut, gangguan ginjal, Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai
terutamastaphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.

B. SARAN
Kepada pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini
sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit dermatitis pada seseorang
maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak
berlanjut ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang tua agar
menjaga/menghindarkan anak-anak dari bahan-bahan yang dapat menyelbabkan
dermatitis.

41
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda Adhi. 2010. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 6. Jakarta:FKUI.

Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta : EGC

NANDA .2012. Diagnosis keperawatan NANADA: Definisi dan klasifikasi.

Nurjannah, Intansari, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi

Keenam. Elsevier Inc.

Nurjannah, Intansari, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Keenam.

Elsevier Inc.

Saputra Lyndon, Evi Luvina Dwisang (Ed). 2010. Anatomi dan fisiologi untuk perawat

dan paramedis. Tangerang: Binarupa aksara.

42

Anda mungkin juga menyukai