Pembuatan Sirup Glukosa Dari Inti Biji Buah Mangga PDF
Pembuatan Sirup Glukosa Dari Inti Biji Buah Mangga PDF
SKRIPSI
SOFHIL WIDAD
G1C006054
MATARAM, 2011
i
SKRIPSI
SOFHIL WIDAD
G1C006054
MATARAM, 2011
i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
SOFHIL WIDAD
G1C006054
Pembimbing I,
(Erin Ryantin Gunawan, Ph.D) (...)
NIP. 19680218 199603 2 001
Pembimbing II,
(Hj.Emmy Yuanita, S.Si., M.Si) ()
NIP. 19810524 200801 2 013
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SOFHIL WIDAD
G1C006054
Tim Penguji:
(Erin Ryantin Gunawan, Ph.D) (Ketua) .
NIP. 19680218 199603 2 001
Mengetahui:
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, bimbingan, taufik
Glukosa Dari Inti Biji Buah Mangga (Mangifera indica) Melalui Reaksi
Enzimatik dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini
dibuat sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program S1 di
Universitas Mataram.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
1. Bapak Prof. Ir. I Made Sudarma, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas MIPA
Universitas Mataram.
2. Ibu Erin Ryantin Gunawan, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Kimia FMIPA
iv
v
3. Ibu Emmy Yuanita, S.Si., M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah
skripsi ini.
4. Bapak Ir. Surya Hadi, M.Sc., Ph,D selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan arahan serta koreksi yang sangat begitu berharga bagi penulis.
5. Bapak Dedy Suhendra, Ph.D, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
6. Bapak Sukib, M.Si, Ibu Dra. Mutiah, M.Si, Ibu Maria Ulfa, S.Si., M.Si, Ibu
Sri Seno Handayani, ST., MT., Ibu Lely Kurniawati, M.Si, Ibu Dina
Asnawati, Ibu Raodatul Kamali, Ibu Murniati, Bapak Dhony dan seluruh
7. Bapak Yusuf, Pak Oji, Pak Kus, Ibu Ela, Ibu Luluk, Bapak Haji Idris dan
8. Yang tercinta kedua orang tua, kakak dan adikku serta semua keluarga
9. Semua pihak yang telah membantu dengan tulus dalam penelitian dan
penulisan skripsi ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah
Sofhil Widad
v
vi
SOFHIL WIDAD
ABSTRAK
Kata kunci: inti biji mangga, sirup glukosa, hidrolisis pati, reaksi enzimatik.
vi
vii
SOFHIL WIDAD
ABSTRACT
Keyword: mango seed core, glucose syrup, starch hydrolysis, enzymatic reaction.
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 5
viii
ix
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 47
5.2 Saran................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 48
LAMPIRAN ................................................................................................... 52
ix
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik Amilosa dan Amilopektin........... ..................................10
Tabel 2.2 Beberapa jenis pemanis dan tingkat kemanisannya ........................... 14
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penentuan Kadar Glukosa Pada Berbagai
Kombinasi Variabel ..........................................................................29
Tabel 4.1 Persentase Pati Inti Biji Mangga ....................................................... 32
Tabel 4.2 Hasil Penetapan Kadar Gula Reduksi Sirup ...................................... 38
x
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Buah Mangga (Mangifera indica). .................................................7
Gambar 2.2. Inti Biji yang dikeluarkan dari Kulit Biji Mangga. .........................8
Gambar 2.3. Rantai Amilosa ...............................................................................9
Gambar 2.4 Rantai Amilopektin........................................................................10
Gambar 2.5. Reaksi Kimia Hidrolisis Pati ..........................................................12
Gambar 2.6. Enzim alfa-amilase ........................................................................20
Gambar 2.7. Susunan Alat Spektrofotometri UV-VIS ........................................25
Gambar 4.1. Biji Mangga dan Inti Biji Mangga..................................................34
Gambar 4.2. Bubuk Pati .....................................................................................36
Gambar 4.3. Reaksi Kerja Enzim Alfa-Amilase. ................................................38
Gambar 4.4. Mekanisme Kerja Enzim Alfa-amilase Memutus Ikatan Glikosidik
-1,4..............................................................................................40
Gambar 4.5. Reaksi Pembentukan Amilosa-Triiodin..........................................40
Gambar 4.6. Mekanisme Kerja Enzim Glukoamilase Memutus Ikatan Glikosidik
-1,6..............................................................................................41
Gambar 4.7. Sirup Glukosa dari Inti Biji Mangga ..............................................42
Gambar 4.8. Reaksi Terbentuknya Gula Reduksi ...............................................43
Gambar 4.9. Kurva absorbansi larutan glukosa standar pada =700 nm..............44
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan
1.1 Perhitungan Kadar Pati ...................................................................52
1.2 Perhitungan Absorbansi Maksimum Pada Panjang Gelombang 500-
740 nm............................................................................................53
1.3 Perhitungan absorbansi larutan glukosa standar pada panjang
gelombang 700 nm menggunakan UV-Vis .....................................55
1.4 Perhitungan kadar gula reduksi berdasarkan absorbansi glukosa hasil
hidrolisis pati inti biji mangga .........................................................55
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Penelitian.....58
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian........................................................ .62
Lampiran 4. Diagram Alir............................................................................. .63
xii
xiii
RINGKASAN
Kata kunci: biji mangga, sirup glukosa, hidrolisa pati, reaksi enzimatik
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
manusia. Untuk dapat membuat makanan menarik baik dari segi tampilan maupun
rasa, maka digunakan zat tambahan (zat aditif) pada makanan. Zat aditif ini dapat
berfungsi sebagai pemanis, pewarna, penguat rasa atau pengawet. Zat aditif yang
banyak digunakan adalah zat aditif sintetik yang sangat berbahaya bagi konsumen.
Salah satu zat aditif yang digunakan pada makanan adalah pemanis.
buatan. Pemanis buatan adalah bahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada
makanan. Bahan ini hampir atau sama sekali tidak memiliki nilai gizi (Anonim1,
2009). Beberapa jenis pemanis makanan sintetis yang beredar di pasaran adalah
menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada
1
2
siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem
ester). Aspartam merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam amino
yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanin. Aspartam
dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal, Nutrasweet dan Canderel
dan telah digunakan di hampir 6.000 produk makanan dan minuman di seluruh
Aspartam adalah bahan kimia beracun yang dapat merubah kimiawi pada
otak dan sungguh mematikan bagi orang yang menderita parkinson. Bagi
banyak efek negatif yang mungkin ditimbulkannya seperti sakit kepala, tumor
adanya alternatif pemanis yang aman dikonsumsi dan dapat diaplikasikan pada
makanan sebagai pengganti pemanis sintetik. Salah satu alternatif pemanis yang
aman yaitu sirup glukosa. Sirup glukosa didefinisikan sebagai cairan jernih dan
3
kental yang komponen utamanya adalah glukosa yang diperoleh dari hidrolisa
sumber karbohidrat seperti ubi kayu, ubi jalar (Purba, 2009), sagu (Wulansari,
2004), ganyong (Wulansari, 2004), gadung (Rindit dalam Purba et al, 1998),
Selain bahan baku yang disebutkan di atas, sirup glukosa dapat dibuat dari
bahan-bahan yang tidak termanfaatkan seperti inti biji mangga, yaitu dengan
Kandungan karbohidrat total inti biji mangga cukup besar, sekitar 38,68%
pemanis sintetik. Disamping itu, sirup glukosa juga tidak berbahaya bagi
kesehatan karena berasal dari bahan alami. Dengan memanfaatkan inti biji
mangga sebagai bahan pembuatan sirup glukosa, kita juga dapat meningkatkan
nilai ekonomis inti biji buah mangga tersebut yang sebelumnya tidak
termanfaatkan secara optimal, bahkan merupakan bahan yang dibuang begitu saja.
Selain itu, membuat sirup glukosa juga merupakan salah satu cara membantu
penyediaan gula yang makin lama makin menipis karena kebutuhan yang
judul Pembuatan Sirup Glukosa Dari Inti Biji Buah Mangga (Mangifera
adalah:
a) Apakah biji buah mangga dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan sirup
enzimatis?
suhu?
c) Berapakah kadar gula reduksi dari sirup glukosa yang diperoleh dari inti
a) Untuk menghasilkan bahan pemanis yang aman berupa sirup glukosa yang
reaksi enzimatis.
c) Untuk mengetahui kadar gula reduksi dari sirup glukosa yang diperoleh
inti biji buah mangga sebagai bahan pemanis alternatif pengganti pemanis
sintetis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.000 IU/100 g bobot segar dan 20 mg/100 g bobot segar (Bradley dalam Sistrunk
Ordo : Anacardiales
Genus : Mangifera
Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari
negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk
6
7
lebih dan umurnya dapat mencapai puluhan tahun. Batangnya tumbuh tegak, kokoh,
berkayu dan berkulit agak eabal yang warnanya abu-abu kecoklat-coklatan, pecah-pecah
segala arah dan tampak rimbun. Daun tumbuh tunggal pada ranting, letaknya berselang-
seling, dan bertangkai panjang. Bentuk daun panjang-lonjong dengan bagian ujung
meruncing. Permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan
sebelah bawah berwarna hijau muda. Bunga mangga tersusun dalam rangkaian bunga
(malai). Tiap malai terdapat bunga dalam jumlah yang sangat banyak, yakni sekitar
1.000 6.000 kuntum, namun bunga yang berkembang menjadi buah sangat sedikit 1%
(Rukmana, 1997).
dilakukan satu periode dalam satu tahun. Dalam satu pohon, buah tidak akan masak
bersamaan sehingga dilakukan beberapa kali panen. Perkiraan produksi untuk pohon
buah pada umur 10 tahun, 1.000 buah pada umur 15 tahun dan 2.000 buah pada
Inti biji letaknya di dalam kulit biji yang keras, besarnya bervariasi. Inti biji
(38.68%), lemak (9.85%), serat kasar (4.79%), protein (3.08%) dan abu total (2.23%).
Kandungan antinutrien seperti sianogen glikosida dan tanin dalam kernel ini didapati
Gambar 2. 2 Inti biji (kanan) yang dikeluarkan dari kulit biji mangga (kiri)
2.3 Pati
bentuk aslinya, secara alami pati merupakan butiran kecil yang sering disebut granula.
Bentuk dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati (Suprapti, 2003).
Granula pati dapat menyerap air dan mengembang. Dalam air dingin, granula pati
9
terdispersi dan membentuk larutan berviskositas rendah. Viskositas larutan pati akan
meningkat drastis bila mengalami pemanasan disertai pengadukan hingga mencapai suhu
sekitar 80oC. Suhu dimana larutan pati mulai mengental disebut suhu gelatinisasi. Suhu
gelatinisasi pati berbeda-beda tergantung jenis pati. Gelatinisasi pati merupakan proses
endoterm yang terjadi karena adanya air. Pada saat gelatinisasi terjadi pemisahan susunan
Di dalam pati tersusun atas dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin
(struktur bangun dapat dilihat pada gambar), dalam komposisi yang berbeda-beda. Dua
fraksi ini dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi
tidak terlarut disebut amilopektin. Secara struktur amilosa mempunyai struktur lurus,
sedang amilopektin bercabang (Widianta dan Deva, 2008). Rasio antara amilosa dan
amilopektin berbeda antar pati, tetapi untuk pati yang normal terdiri dari 25% amilosa
dan 75% amilopektin (Elliasson and Gudmudsson, 1996 dalam Suprapti, 2003). Menurut
Bailey (1986), semakin banyak kandungan amilopektin maka pati tersebut akan mudah
larut dalam air. Dengan demikian akan mudah untuk memutus polisakarida tersebut
menjadi glukosa.
CH2OH
H O H
H
OH H
n O
H OH
sampai lunak
sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa dan glukosa (Rindit dalam purba et al,
1998). Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi
hidrolisis pati bertujuan untuk memotong suatu ikatan polimer sakarida dalam pati
dengan bantuan suatu senyawa tertentu sebagai katalis, dalam hal ini adalah enzim -
amylase. Hidrolisis bisa jadi merupakan reaksi yang reversible. Namun jika kondisi
operasinya diatur, reaksi hidrolisis bisa berlangsung secara irreversible (Griffin dan
Brooks, 1989).
Pemutusan rantai polimer pati dapat dilakukan dengan berbagai metode misalnya
memiliki perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara asam dalam hal spesifitas
pemutusan rantai polimer pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan memutuskan
rantai secara acak sedangkan hidrolisis enzimatis akan memutuskan rantai polimer pati
partikel, temperatur, pH, waktu hidrolisis, perbandingan cairan terhadap bahan baku
(volume substrat), dan pengadukan (Purba, 2009). Pada reaksi hidrolisa pati dengan
air, air akan menyerang pati pada ikatan -1,4 glukosida menghasilkan dekstrin, sirup
atau glukosa tergantung pada derajat pemecahan rantai polisakarida dalam pati.
Reaksinya merupakan reaksi orde satu jika digunakan air yang berlebih, sehingga
perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi antara air dan pati ini berlangsung sangat
Katalisator ini bisa berupa asam maupun enzim. Untuk mengubah pati menjadi gula
-amylase
2 (C6H10O5)n + H2O C12H22O11 (1)
Secara garis besar, tahap hidrolisis pati adalah gelatinisasi, likuifikasi dan
a) Gelatinisasi
yang viscous. Gelatinisasi, yaitu memecah pati yang berbentuk granular menjadi
suspensi yang viscous. Granular pati dibuat membengkak akibat peningkatan volume
oleh air dan tidak dapat kembali lagi ke kondisi semula. Perubahan inilah yang
disebut gelatinisasi. Suhu pada saat granular pecah disebut suhu gelatiniasi yang
b) Likuifikasi
dekstrin oleh enzim pada suhu diatas suhu gelatinisasi dan pH optimum aktivitas
enzim, selama waktu yang telah ditentukan untuk setiap jenis enzim. Proses
likuifikasi selesai ditandai dengan parameter dimana larutan menjadi lebih encer
seperti sup.
13
c) Sakarifikasi
sederhana dengan penambahan enzim glukoamilase. Pada tahap ini dekstrin diubah
menjadi glukosa. Untuk memurnikan sirup glukosa yang dihasilkan dapat dengan
Zat pemanis sintetik merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau
kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula. Umumnya zat pemanis
Penetapan jenis pemanis yang diijinkan dan batas ADI di Indonesia lebih
mengacu peraturan yang dikeluarkan oleh US Food and Drug Administration (FDA)
digunakan dalam produk makanan, antara lain nilai kalori, tingkat kemanisan, sifat
toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah, dan organ tubuh manusia
(Ambarsari, 2009). Beberapa ragam pemanis buatan yang beredar dipasaran yaitu,
Mengenai tingkat kemanisan beberapa jenis pemanis tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Sukrosa 1 Alami
Glycyrrhizin 50 Alami
dibanding pemanis alami, namun banyak hasil studi melaporkan bahwa pemanis
sintesis dapat mengakibatkan efek yang tidak baik terhadap kesehatan orang yang
menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak bahan makanan
itu sendiri, bahkan berbahaya untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika
digunakan secara berlebih pada umunya bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia
tambahan makanan yang disebut ADI atau Acceptable Daily Intake. ADI menentukan
seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang dapat diterima
dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan (Lutfi, 2004).
Siklamat dan sakarin dapat menyebabkan kanker kandung kemih dan migrain.
migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma,
hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, dan
Pemanis sintetis dipasarkan sebagai satu produk diet, tapi ini sama sekali
bukanlah produk untuk diet. Kenyataannya, ini dapat menyebabkan berat tubuh
bertambah hanyalah sebuah hal kecil yang dapat dilakukan oleh pemanis sintetis.
Pemanis sintetis adalah bahan kimia beracun yang dapat merubah kimiawi pada otak
dan sangat mematikan bagi orang yang menderita parkinson (Izzatinkemala, 2008).
2.6 Enzim
Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011kali lebih cepat
daripada apabila reksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi
sebagai katalis yang sangat efisien dan mempunyai derajat kehasan yang tinggi
(Poedjiadi, 2007). Kerja enzim sangat spesifik, karena strukturnya hanya dapat
mengkatalisis satu tipe reaksi kimia saja dari suatu substrat, seperti hidrolisis,
reaktan sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah
daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan transisi tanpa
produk beribu kali lebih tinggi; (2) bekerja pada pH yang relative netral dan suhu
yang relatif rendah; dan (3) bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu.
(Azmi, 2006).
(redoks).
fungsional ke air).
d) Liase, enzim yang membantu dalam reaksi penambahan gugus pada ikatan
e) Isomerase, enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan gugus dalam molekul ,
f) Ligase, enzim yg membantu dalam reaksi pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O
dan C-N oleh reaksi kondensasi yang berkaitan dngan penguraian ATP.
(Lehninger, 1997).
Rodwell (1988), faktor utama yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah suhu, pH,
a) Pengaruh suhu
Enzim mempercepat terjadinya reaksi kimia pada suatu sel hidup. Dalam
batas-batas suhu tertentu, kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim akan naik bila
suhunya naik. Reaksi yang paling cepat terjadi pada suhu optimum
(Rodwell,1988). Karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu
denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian
18
konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan
b) Pengaruh pH
konstanta disosiasi pada gugus asam maupun gugus basanya, terutama pada
pada kisaran pH yang disebut pH optimum. Suasana yang terlalu asam atau alkali
akan mengakibatkan denaturasi protein dan hilangnya secara total aktivitas enzim.
pH optimum untuk beberapa enzim pada umumnya terletak diantara netral atau
yang berbeda.
(Martin, 1983). Semakin tinggi konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan
meningkat. Peningkatan kecepatan reaksi ini akan semakin kecil hingga tercapai
suatu titik batas yang pada akhirnya penambahan konsentrasi subtract hanya akan
semua molekul enzim telah membentuk ikatan kompleks dengan substrat yang
adalah senyawa atau ion yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis
(Martoharsono, 1984). Aktivator pada umumnya ialah ion-ion logam yang dapat
terikat atau mudah terlepat dari enzim. Contoh aktivator logam ialah K+, Mn2+,
Mg2+, Cu2+ atau Zn2+ (Poedjiadi, 2007). Selain dipengaruhi oleh adanya adanya
senyawa atau ion yang dapat menghambat aktivitas enzim (Lehninger, 1997).
kehidupan. Enzim ini dapat diproduksi dari berbagai sumber, antara lain dari kelenjar
Salah satu enzim yang berperan dalam menghidrolisis pati menjadi glukosa
bekerja menghidrolisis ikatan -1,4 secara acak di bagian dalam molekul baik pada
campuran antara glukosa, maltosa, maltotriosa, dan ikatan lain yang lebih panjang
yang larut dalam air serta mempunyai berat molekul rendah yaitu glukosa. Enzim ini
banyak digunakan pada industri minuman misalnya pembuatan High Fructose Syrup
(HFS) maupun pada industri tekstil (Melliawati, R et al. ,2006 dalam Saidin, 2008).
Sisi aktif
enzim
glikogen. Molekul pati yang merupakan polimer dari -Dglikopiranosa akan dipecah
oleh enzim pada ikatan -1, 4 dan -1, 6 glikosida. Secara umum, amilase dibedakan
menjadi tiga berdasarkan hasil pemecahan dan letak ikatan yang dipecah, yaitu -
-1,6 seperti halnya ikatan -1,4 dalam likuifikasi pada pati yang dicairkan atau
Produk yang dibentuk adalah glukosa dengan memisahkan atau memecah substrat
pati dari ujung non-pereduksi. Maltotriosa dan khususnya maltosa adalah hasil
hidrolisis pada tahapan yang lebih rendah dari sakarifikasi, pada sakarifikasi ikatan
-1,6 dipecah lebih pelan-pelan dibanding ikatan1,4. Dengan cepat, suatu konversi
pati menjadi dalam glukosa diperoleh. Karena itu AMG dikenal sebagai saccarifying
menjadi alkohol setelah beberapa waktu lamanya (Retno, 2009). Proses fermentasi
pangan yang dikatalis oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba atau telah ada
Sirup glukosa didefinisikan sebagai cairan jernih dan kental yang komponen
utamanya adalah glukosa yang diperoleh dari hidrolisa pati. Bahan baku yang dapat
digunakan untuk pembuatan sirup glukosa adalah tapioka, pati umbi-umbian, sagu,
jagung, dan serat. Sirup glukosa dapat dibuat dengan cara hidrolisis asam atau secara
menggunakan sirup glukosa. Hal ini didasari oleh beberapa kelebihan sirup glukosa
Sirup glukosa telah dimanfaatkan oleh industri permen, minuman ringan (soft
drink), biskuit, dan sebagainya. Pada pembuatan produk es krim, glukosa dapat
meningkatkan kehalusan tekstur dan menekan titik beku dan untuk kue dapat menjaga
23
kue tetap segar dalam waktu lama dan mengurangi keretakan. Untuk permen, glukosa
Sirup glukosa adalah salah satu produk bahan pemanis makanan dan minuman
yang berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak berwarna tetapi memiliki rasa manis
yang tinggi (Hidayat, 2006). Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair dibuat
melalui proses hidrolisis pati. Perbedaannya dengan gula pasir yaitu, gula pasir
terdiri atas satu monomer yaitu glukosa. Sirup glukosa dapat dibuat dengan cara
hidrolisis asam atau dengan cara enzimatis. Dari kedua cara tersebut, pembuatan sirup
menggunakan bahan kimia sehingga aman dan tidak mencemari lingkungan. Enzim
Sirup glukosa adalah larutan yang terbuat dari pati yang dihidrolisa tidak
dengan 3 cara, yaitu hidrolisa dengan katalis asam, kombinasi asam dengan enzim,
dan kombinasi enzim dengan enzim. Hidolisa pati dengan menggunakan katalis
kombinasi enzim dengan enzim menghasilkan sirup dengan ekivalen dekstrose sangat
Pada hidrolisis pati dengan enzim, pati diuraikan secara bertahap menjadi
fragmen yang makin lama makin kecil dan akhirnya menjadi glukosa (dekstrosa) murni.
yang didefinisikan sebagai jumlah gula reduksi total dinyatakan sebagai dekstrosa dan
Somyogi untuk mengukur kadar gula reduksi dengan menggunakan pereaksi tembaga
dengan larutan standar, konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi
warna yang terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan
didasarkan pada pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak yang diserap oleh
suatu senyawa kimia / bahan kimia (cuplikan). Sinar UV mempunyai 200-400 nm,
sedangkan sinar tampak memilki panjang gelombang berkisar antara 400-750 nm.
berikut :
25
Sumber
monokromator Kuvet Detektor
Sinar
Rekorder
d) Detektor; sistem peralatan yang mengubah sinar menjadi energi listrik, karena
sinar yang diserap oleh sampel atau yang diloloskan harus diubah menjadi isyarat
listrik sehingga dapat menggerakkan alat rekorder/jarum pada alat ukur. Detektor
yang biasa digunakan adalah detektor fotolistrik fotosel, tabung foton hampa dan
e) Rekorder; alat yang digunakan untuk pembacaan isyarat dari detektor. Alat ini
yang dapat digunakan sebagai pembacaan isyarat dari detektor (Khopkar, 2007).
26
sampel yang berupa larutan. Sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa
a) Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada
Umumnya pelarut yang dipakai dalam analisis Spektrofotometri UV-Vis adalah air,
etanol, sikloheksan, isopropanol. Dalam pemilihan pelarut, polaritas pelarut yang dipakai
harus diperhatikan karena akan sangat mempengaruhi pergeseran spektrum molekul yang
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011.
inti biji buah mangga (Mangifera Indica) dengan menggunakan enzim alfa-
pemanis buatan.
alat Refluks, blender, beaker glass 2 liter (3 buah), baskom, pengaduk, aluminium
foil, cawan porselin, saringan, corong, neraca analitik, pisau/silet, pipet tetes,
27
28
mangga, air suling, aquades, karbon aktif, enzim -amilase, enzim glukoamilase,
indikator pH, HCl 0,5 N, NaOH 0,5 N, iodin, pereaksi Nelson, larutan
Sampel biji mangga yang digunakan untuk membuat sirup glukosa pada
penelitian adalah sampel biji mangga dari berbagai varietas diambil dalam
Sampel biji mangga yang sudah dibersihkan kemudian dikupas kulit biji
mangga hingga terkuak daging inti bijinya. Selanjutnya dikumpulkan keping inti
inti biji mangga basah dihancurkan dengan blender kemudian masukkan ke dalam
tepung inti biji mangga secara berulang-ulang hingga berwarna putih. Tepung
dalam oven dikeringkan hingga kering dan berwarna putih bersih. Tepung pati
Tepung (pati) inti biji mangga dilarutkan dalam air sehingga membentuk
larutan pati 30%, pati ini memiliki pH awal 4,0-4,2. Suspensi pati kemudian diatur
pH-nya (pH 5 dan 6) dengan cara menambahkan NaOH. Suspensi yang telah
95C untuk kondisi optimum enzim alfa-amilase selama 60 menit. Selama proses
sirup dianalisis kadar amilosanya dengan uji iod. Bia iod berwarna coklat berarti
selesai.
turun menjadi 60C. pH larutan tersebut setelah likuifikasi berkisar antara 5,0-6,0.
Larutan deksrin selanjutnya diatur pH-nya antara 4,0-4,5 untuk kondisi optimum
proses sakarifikasi yaitu dengan cara menjaga suhunya tetap 60C selama 48 jam
yang dilakukan dengan mengunakan water bath shaker. Larutan sirup glukosa
sebanyak 2% berat kering pati untuk dilakukan proses purifikasi yaitu dengan cara
memanaskan larutan sirup ini pada suhu 80C selama 10 menit. Setelah dilakukan
dilakukan uji kadar gula pereduksi dengan metode Nelson-Somyogi. Setelah itu
diinginkan.
100 ml (larutan glukosa 0,2 mg/ml). Dipipet 25 ml larutan lalu diencerkan dengan
pereaksi Nelson lalu ditutup dengan kapas dan dipanaskan pada waterbath sampai
akuades lalu dikocok hingga homogen. Diukur serapan panjang gelombang pada
anhidrat/100 ml, dari larutan standar tersebut dibuat seri kadar dengan konsentrasi
0,02 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,06 mg/ml, 0,08 mg/ml dan 0,1 mg/ml. Sebanyak 1 ml
larutan glukosa standart tersebut dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berbeda
arsenomolibdat. Tabung digojog sampai semua endapan Cu2O yang ada larut
pada panjang gelombang maksimum (nm) sehingga dapat dihitung kadar gula
reduksinya.
kombinasi variabel
o
pHLiquefaction Tsakarifikasi ( C)
Sampel Gula Reduksi (%)
(A) (B)
A 5 60 DE1
B 5 55 DE2
C 6 60 DE3
D 6 55 DE4
33
BAB IV
sampel, pembuatan tepung pati, hidrolisis pati, penyiapan kurva standar dan
Biji buah mangga yang digunakan pada penelitian ini diambil langsung
dari Rumah Makan Taruna Jaya di Ampenan Kabupaten Lombok Barat. Sampel
biji mangga yang telah diambil dari lokasi sampling dibersihkan kemudian
dikupas kulit biji mangga hingga terkuak daging inti bijinya. Inti biji mangga
sebelum diproses menjadi tepung pati terlebih dahulu dicuci dengan air untuk
hingga air rendaman jernih untuk menghilangkan getah yang ada pada sampel
yang dikhawatirkan akan dapat menggangu proses hidrolisis. Inti biji mangga
yang diperoleh kemudian dikumpulkan sampai menjadi cukup banyak. Sampel ini
yang akan dilanjutkan ke proses pembuatan pati. Dari penelitian ini diperoleh inti
33
34
a b
granula. Granula pati banyak tersimpan pada bagian batang, akar, umbi, biji dan
atau buah (Swinkles, 1985). Pembuatan tepung pati dimulai dari tahap
penghancuran inti biji mangga basah, di mana hal ini bertujuan untuk merusak sel
sehingga granula pati yang berada di dalamnya mudah keluar pada proses
pengotor lainnya.
penyaringan. Penyaringan dilakukan untuk mengeluarkan granula pati dari sel dan
memisahkan dari komponen-komponen lain yang tidak larut dalam air. Larutan
dibiarkan selama 5-8 jam untuk memisahkan pati murni dari bagian lain seperti
ampas. Menurut Lingga (1992), kecepatan endapan sangat ditentukan oleh besarnya
butiran pati, keasaman air rendaman, kandungan protein yang ikut, ditambah zat
jam dan akan menghasilkan tebal endapan sekitar 30 cm. Untuk menghindari bau
Pengeringan dilakukan
kan untuk menguapkan kandungan air sehingga dapat
stabilitas saat penyimpanan. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan pati
pat yang
terbentuk kurang stabil sehingga pati rusak. Pati kering ini kemudian dihaluskan
menggunakan mortar dan langsung diayak untuk mendapatkan bubuk pati yang
nantinya.
Gambar 4.2. Hasil dari proses pembuatan pati disajikan pada Tabel 4.1
Persentase
Pengulangan Berat Inti Biji
Berat Pati (g) Pati
ke Mangga (g)
(%)
1 699,22 80,45 11,51 %
2 490,88 35,71 7,27 %
3 750 79,58 10,61 %
Dari hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.1, persentase pati dari inti biji
enzim lebih teratur dan spesifik dibandingkan dengan hasil pemotongan rantai pati
oleh asam (Trifosa, 2007). Selain itu, hidrolisis secara asam lebih mudah
hidrolisis enzimatis yaitu timbulnya warna dan rasa yang tidak diinginkan,
sehingga dapat menurunkan mutu produk (Chaplin dan Buckle, 1990). Sedangkan
ditekan seminim mungkin (Jariyah, 2002). Enzim yang dapat digunakan dalam
Pada proses hidrolisis pati, terdapat dua tahapan dalam mengkonversi pati
yaitu tahap likuifikasi dan sakarifikasi. Likuifikasi merupakan proses hidrolisis pati
37
merupakan proses lebih lanjut dari hidrolisis untuk menghasilkan glukosa (Chaplin
dan Buckle, 1990). Tujuan proses likuifikasi ini adalah untuk melarutkan pati secara
kerja enzim alfa-amilase untuk menghidrolisa pati (Judoamidjojo et al, 1992). Proses
likuifikasi pati dilakukan dengan kombinasi dua proses, yaitu gelatinisasi dan
lebih lanjut (Alan dalam Schenck, 1992), dengan diikuti penambahkan enzim alfa-
amilase.
likuifikasi ini adalah pati dari inti biji mangga dengan suspensi 30% dari berat pati
dengan cara pati inti biji mangga dilarutkan dengan aquades dengan melakukan
pengadukan agar pati larut ke dalam aquades sehingga membentuk suspensi pati.
pati yang telah mengalami hidrolis pendahuluan dengan enzim -amilase yang
optimum adalah sekitar 30-35 % berat bahan. Bila larutan pati terlalu pekat maka
akan sulit tersuspensi dengan baik sehingga selama proses gelatinisasi terjadi
Suspensi pati ini yang kemudian diatur pH nya 5-6 dengan menambahkan
larutan NaOH 0,5 N dan HCl 0,5 N. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
mempercepat reaksi hidrolisis. Enzim ini akan memecah polisakarida pati inti biji
hasil hidrolisis tahap awal yang maksimal. Pemilihan suhu ini dipilih karena
merupakan suhu optimum dari kerja enzim alfa-amilase. Di mana, suhu likuifikasi
al., 1992). Hal ini sesuai dengan pernyataan Lineback dan Inglett (1982), bahwa
untuk proses likuifikasi, hal yang perlu diperhatikan adalah konsentrasi substrat,
penggunaan enzim yang stabil pada suhu tinggi, pengaturan suhu, pengaturan pH
pemanasan pada suhu hingga 85oC atau terjadi proses gelatinisasi, kemudian pada
pembengkakan granula pati. Karena jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati
sangat besar, maka kemampuan menyerap air sangat besar. Pemanasan pati
39
dengan air mengakibatkan putusnya ikatan hidrogen yang terdapat pada rantai
polimer pati sehingga berefek melemahnya ikatan rantai polimer pati pada granula
pati. Ketika ikatan polimer pada granula pati mulai melemah, granula akan
menyerap air dan terjadi pengembungan pada granula pati, dan pada saat itulah
enzim alfa-amilase bekerja sebagai katalis untuk memutus ikatan glikosidik -1,4
amilase memutus ikatan glikosidik -1,4 saat terjadi pembengkakan granula pati.
keluarnya cairan dari suatu gel dari pati yang menjadikan kekentalan suspensi
amilosa
-1,4
Lalu tahapan likuifikasi berakhir dengan dilakukan uji iodin pada suspensi
tadi untuk mengetahui masih ada tidaknya amilosa dalam tahapan ini, yang
ditandai timbul warna merah kecoklatan atau warna biru kemerahan menghilang
apabila sedikit larutan ditetesi dengan sedikit iodin. Berikut adalah reaksi yang
terjadi,
40
glukosa lebih banyak dihasilkan, karena glukoamilase dapat memutus ikatan pada
pati yang belum terputus oleh penambahan enzim alfa-amilase. Produk hidrolisis
dengan menambahkan NaOH 0,5 N. Suspensi yang telah ditambahkan enzim ini
kemudian dihidrolisis dengan waterbath shaker selama 48 jam dengan suhu 550-
optimum aktivitas dan stabilitas enzim glukoamilase adalah pada pH 4, suhu 40-
CH 2 OH CH 2 CH 2 OH
H O H H O H H O H
H H H
OH H OH H OH H
n o o O n
H OH H OH H OH OH
amilopektin
-1,6
dengan kekentalan saat mulai proses ini dan warna sirup glukosa yang didapat
tersisa pada sirup. Penambahan karbon aktif juga bertujuan untuk menghentikan
aktifitas kerja enzim. Setelah itu, sirup kemudian disaring untuk memisahkan
adsorben dan sisa-sisa pati yang tidak dihidrolisa dengan sirup. Residu yang
tersaring pada kertas saring berupa gel-gel yang berwarna kecoklatan yang diduga
merupakan zat-zat mineral dan residu pengotor lainnya dalam proses hidrolisis.
keruh. Berikut adalah gambar sirup glukosa yang didapat dari hasil hidrolisis pati
Gambar 4.7
4. Sirup Glukosa dari Inti Biji Mangga
standar dengan nilai absorban. Besarnya nilai absorban akan dipengaruhi oleh
dan nilai C adalah konsentrasi larutan. Grafik hubungan antara konsentrasi dan
(Gunanjar, 1980).
Pada penentukan
enentukan kadar gula yang tereduksi dibutuhkan kurva kalibrasi
larutan
n gula standar pada gelombang 70
700 nm. Hasil ini didapat dari pembacaan
nm. Dari kurva kalibrasi akan diperoleh persamaan kurva kalibrasi yang
merupakan hubungan antara absorbansi versus kadar yang berupa garis lurus dan
digunakan untuk menentukan kadar gula reduksi dari sampel. Grafik hubungan
antara konsentrasi dan absorban suatu larutan akan membentuk suatu persamaan
garis lurus/linier. Kurva kalibrasi larutan standar dibuat dengan tujuan untuk
konsentrasi glukosa standar 0,02 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,06 mg/ml, 0,08 mg/ml dan
Reagensia Nelson mengandung ion Cu+ yang akan bereaksi dengan gula reduksi
sehingga menghasilkan endapan berwarna merah bata pada dasar tabung reaksi.
O
CHO
C OH
H C OH
H C OH
2+
HO C H + Cu + Cu2O
HO C H
H C OH merah bata
H C OH
H C OH
H C OH
CH2OH
CH2OH
terkandung dalam sirup glukosa hasil hidrolisis. Sifat mereduksi ini disebabkan
44
oleh adanya gugus aldehid atau keton bebas yang terdapat dalam karbohidrat.
Setelah penambahan reagen, larutan dipanaskan pada air mendidih kurang lebih
akhir pemanasan akan terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata di
melarutkan kembali endapan tadi sehingga larutan akan berubah warna dari biru
muda menjadi biru kehijauan. Semakin banyak gula reduksi yang terkandung
dalam campuran, semakin pekat warna hijaunya. Perbedaan warna inilah yang
dapat dihitung kadar gula reduksi yang terkandung dalam campuran tersebut.
Kurva standar dari larutan standar glukosa dapat dilihat pada Gambar 4.9.
0.2
0.15
Absorbansi
0.05
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsetrasi Glukosa mg/ml
Persamaan ini yang nantinya akan digunakan untuk menentukan kadar gula
dinyatakan sebagai dekstrosa dan dihitung sebagai persentase dari bahan (Deman,
1997). Kadar gula reduksi diperoleh dengan memasukkan nilai absorbansi pada
persamaan y = 1,635 x + 0,014. Hasil dari penetapan nilai gula reduksi dari
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar gula reduksi tertinggi
diperoleh pada sampel C dengan pH 6 pada saat likuifikasi dan suhu 60oC pada
saat sakarifikasi yakni sebesar 17,58 %. Hal ini disebabkan adanya aktivitas enzim
yang bertambah dengan naiknya suhu sampai pada aktivitas optimumnya dicapai
serta pengruh pH yang digunakan. Sedangkan kadar gula reduksi untuk sampel A
dengan pH 5 dan suhu 60OC sebesar 10,73%, sampel B dengan pH 5 dan suhu
55OC sebesar 9,57% dan sampel D dengan pH 6 dan suhu 55OC sebesar 13,04%.
Perhitungan kadar gula reduksi ini dapat dianalogikan sebagai banyaknya glukosa
yang terkandung dalam sirup. Hal ini menunjukkan bahwa pati dari inti biji
mangga dapat dijadikan alternatif sebagai bahan baku pembuatan sirup glukosa.
46
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
maka hal-hal yang dapat disimpulkan pada lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. Inti biji buah mangga dapat digunakan sebagai sumber sirup glukosa
2. Kondisi reaksi yang tepat untuk menghasilkan sirup glukosa dengan kadar
sakarifikasi 60o C.
3. Kadar gula reduksi dari sirup glukosa yang diperoleh dari inti biji mangga
5 dan suhu 55oC; 17,58% untuk pH 6 dan suhu 60oC; dan 13,04% untuk
5.2. Saran
pati dari biji mangga sehingga didapatkan ekstrak pati yang maksimal dari biji
mangga sehingga tidak terdapat pengotor yang dapat menghambat proses hidolisis
enzimatil. Selain itu, dapat pula dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari, I., Qanytah dan Sarjana. Penggunaan Standar Pemanis Buatan Pada
Produk Pangan. http://www.scribd.com. [5 September 2009]
Deman. J.M. 1997. Kimia Makanan. Alih Bahasa: Padmawinata, K. Penerbit ITB:
Bandung.
47
48
Jariyah, 2002. Analisis Komponen Gula Pada Sirup Maltosa Hasil Hidrolisis Pati
Garut Secara Enzimatis. Tesis.Program Pascasarjana. Unibraw Malang:
Malang.
Kearsley, M.W and Dziedzic, S.Z. 1995. Handbook Of Starch Hydrolysis Product
And Their Derivatives First Edition. Great Britain by University Press:
Cambridge.
48
49
Martin, D.W., D.A. Mayes., and V.W. Rodwell. 1983. Harpers Review of
Biochemistry. Lange Singapore: Medical Publication.
Muchtadi, D., Palupi, D., Astawan, N.S. 1992. Enzim Dalam Industri Pangan. Bogor:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi PAU IPB.
Nazarudin, H., A. R., Sri dan C. C., Era. 1991. Pengaruh Jenis Ragi dan Lama
Fermentasi Santan Terhadap Mutu Minyak Kelapa. Fakultas Pertanian
Unram: Mataram.
Poedjiadi, A., dan T., Supriyanti. 2007. Dasar-dasar Biokimia. UI Press : Jakarta.
49
50
Retno, E. 2009. Bioetanol Fuel Grade Dari Tepung Talas (Colocasia Esculenta).
Saidin, M. 2008. Isolasi Jamur Penghasil Enzim Amilase Dari Substrat Ubi Jalar
(Ipomoea batatas). Universitas Ahmad Dahlan: Yogyakarta.
Satuhu, S dan A. Supriyadi 1999. Pisang, Budi Daya, Pengolahan dan Prospek
Pasar. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. 1995. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta, 34-35.
50
51
Suprapti, L. 2003. Studi Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Tepung Beberapa
varietas Ubi jalar (Ipomea batatas L.). Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian F.T Unibraw: Malang.
Swinkles, J. J. 1985. Source of Starch. Its Chemistry and Physics. Dalam Van
Beynum, G. M. M. dan J. A. Roles (eds.). Starch Conversion Technology.
Marcell Dekker. New York.
Tjokroadikoesoema, S., 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu lainnya. Penerbit PT.
Gramedia: Jakarta.
Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. PAU Pangan
dan Gizi. UGM Press: Yogyakarta.
Trifosa, D. 2007. Konversi Pati Jagung Menjadi Bioetanol. Skripsi Program Studi
Kimia FMIPA ITB. Bandung.
Whistler, R., Bemiller, J.N., Paschall, E., 1984, Starch: Chemistry and
Technology, 2nd , Academic Press Inc, London: 88, 516, 524
Widianta, A. dan Deva, W.P. 2008. Ubi Kayu (Mannihot Esculenta) Sebagai
Bahan Alternatif Pengganti Bensin (Bioetanol) Yang Ramah Lingkungan.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Winarno, F.G. 1986. Enzim Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
51
52
LAMPIRAN
Lampiran 1
Perhitungan
Rumus :
= 100%
= 100%
80,45
= 100%
699,22
= 11,51 %
= 100%
35,71
= 100%
490,88
= 7,27 % %
= 100%
79,58
= 100%
750
= 10,61 %
52
53
Tabel 1.1 Data Hasil Perhitungan Kadar Pati (Amilum) Inti Biji Mangga
nm
0.12
0.1
0.08
Absorbansi
0.06
0.04
0.02
0
500 550 600 650 700 750 800
0,02 0.053
0,04 0.072
0,06 0.111
0,08 0.147
0,10 0.179
Pengulangan ke-
Sampel
1 2 3
A 0,064 0,071 0,065
B 0,059 0,063 0,061
C 0,096 0,104 0,101
D 0,077 0,080 0,076
56
Table 1.5 Rata-Rata Kadar Gula Reduksi dari Masing-Masing Sampel dari Tiap
Pengulangan
Rumus :
.
= %
Di mana,
Jadi,
- Untuk sampel A
0,014
=
1,635
0,064 0,014
=
1,635
= 0,0306
57
X. V
Kadar Gula Reduksi = x 100%
S
(0,0306)(10.000)
= 100%
3000
= 10,2 %
- Untuk sampel B
0,014
=
1,635
0,059 0,014
=
1,635
= 0,0275
X. V
Kadar Gula Reduksi = x 100%
S
(0,0275)(10.000)
= 100%
3000
= 9,17 %
- Untuk sampel C
0,014
=
1,635
0,096 0,014
=
1,635
= 0,0501
X. V
Kadar Gula Reduksi = x 100%
S
(0,0501)(10.000)
= 100%
3000
= 16,7 %
58
- Untuk sampel D
0,014
=
1,635
0,077 0,014
=
1,635
= 0,0385
X. V
Kadar Gula Reduksi = x 100%
S
(0,0385)(10.000)
= 100%
3000
= 12,83 %
Tabel 1.6 Kadar Gula Reduksi Yang Diperoleh Dari Masing-Masing Sampel Dari
Tiap Pengulangan
A 5 60 10,73
B 5 55 9,57
C 6 60 17,58
D 6 55 13,04
59
Lampiran 2
Penghancuran sampel
Waterbath shaker
62
Lampiran 3
Persiapan
Pengumpulan bahan
Proses penelitian
Pengumpulan data
Penyusunan laporan
akhir
64
Lampiran 4
Diagram alir
a. Pembuatan pati
Diblender
+ air, diperas dan disaring
Diendapkan,
dikeringkan
Tepung (pati)
kering inti biji
mangga
Gambar 4.1 Diagram alir pembuatan tepung pati dari inti biji
mangga
65
b. Hidrlisis Pati
Larutan pati 30 %
Sirup (Dekstrin)
Pemucatan:
+ karbon aktif 1 %
Disaring
Penguapan
ampas
Sirup glukosa
Gambar 4.2 Diagram alir pembuatan sirup glukosa dari tepung inti
biji mangga.
66
+ 1 ml pereaksi Nelson
+ 1 ml larutan arsenomolibdat
Diaduk hingga endapan larut
+ 7 ml aquades
Diaduk hingga homogen
Diukur absorbansinya pada = 700 nm
Hasil