A. Arteri
Jantung mendapat vaskularisasi dari arterie coronaria dextra dan sinistra, yang
berasal dari aorta ascendens tepat diatas valva aortae. Arteri coronaria dan
percabangannya, utama terdapat dipermukaan jantung terletak di dalam jaringan
ikat subepicardial.
1) Arteri coronaria dextra
Berasal dari sinus anterior aorta dan berjalan ke depan di antara trunkus
pulmonalis dan auricula dextra
C. Persarafan
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom
melalui plexus cardiacus yang terletak di bawah arkus aorta.
Saraf simpatis berasal dari bagian cervicale dan thoracale bagian atas truncus
symphaticus. Serabut serabut post ganglionik simpatis berakhir di nodus
sinusatrial dan nodus atrioventrikular, serabut seerabut otot jantung dan arteria
coronaria.
a. Arteri besar
Arteri besar contohnya yaitu arteri pulmoner dan aorta, brachiocephalica,
arteri subclavia, arteri carotis communis, dan iliaca communis. Arteri besar
memiliki dinding dengan banyak lapis elastin berfenestra (bertingkap) pada
tunica medianya. Dindingnya tampak kuning dalam keadaan segar akibat
banyanya elastin. Pembuluh konduksi utama ini direnggangkan selama
jantung berkontraksi (sistol), dan penguncupan akibat kelenturan
dindingnya selama diastol berfungsi sebagai pompa tambahan untuk
mempertahankan aliran agar tetap meskipun jantung berhenti berdenyut
sesaat. Dindingnya sangat kuat, tetapi kalau dibandingkan dengan besarnya
relatif lebih tipis dari arteri sedang.
a) Tunica intima
Pada orang dewasa tebalnya sekitar 127 mikron. Tunica intima ini
terdiri atas endotel yang berbentuk polygonal, dengan panjang 25-50
mm dan lebar 10-15 mm, sumbu panjangnya terorientasi memanjang.
Di bawah sel-sel endotel ini terdapat anyaman serabut-serabut kolagen
dengan sel-sel otot polos berbentuk kumparan. Lebih ke dalam,
terdapat banyak serabut-serabut elastis yang bercabang saling
berhubungan. Di antaranya terdapat beberapa serabut kolagen,
fibroblas, dan berkas-berkas kecil otot polos.
b) Tunica media
Terdiri atas banyak serabut elastin konsentris dengan fenestra yang
berselang-seling dengan lapis tipis terdiri atas sel-sel otot polos
terorientasi melingkar, dan serat-serat kolagen elastin dalam
proteoglikan matriks ekstrasel. Ketebalannya sekitar 2-5m. Karena
banyaknya elastin dalam arteri besar, maka otot polos relatif sedikit
pada tunica media.
c) Tunica adventitia
Relatif tipis dan terdiri atas fibroblas, berkas memanjang serat
kolagen, dan anyaman longgar serat elastin halus. Dinding arteri besar
terlalu tebal sehingga memiliki microvaskulator sendiri yang disebut
vasa vasorum, untuk mendapat nutrisi dari lumen. Vasa vasorum
tersebar di permukaan pembuluh membentuk anyaman dalam tunica
adventitia dari mana kapiler-kapiler menerobos sampai ke dalam
tunica media. Untuk lapisan dalam yang tidak tercakup oleh kapiler
tersebut, nutrisi diterima langsung secara difusi dari lumen. Akibat
kondisi-kondisi tersebut maka dinding arteri lebih mudah mengalami
degenerasi dibandingkan jaringan lain dalam tubuh.
b. Arteri Sedang
Arteri sedang ini merupakan arteri yang paling banyak dari sistem arteri.
Mencakup arteri branchial, arteri femoral, arteri radial, dan arteri poplitea
dan cabang-cabangnya. Ukuran cabangnya sampai sekecil 0,5 mm. Bersifat
kurang elastin dan lebih banyak otot polosnya.
a) Tunica intima
Tunica intimanya lebih tipis daripada arteri besar namun sama
susunannya. Umumnya dikatakan endotel menempel langsung pada
membrana elastica interna. Pada percabangan arteri coronaria terdapat
penebalan tunica intima yang disebut musculo elastic cushion.
Dalam tunica intima terdapat monosit yang dapat berubah menjadi
fibroblas atau makrofag.
b) Tunica media
Membrana elastica interna tampak berkelok-kelok karena
kontraksinya otot-otot polos di tunica media sebelum pembuatan
sediaan. Terdiri atas lapisan otot polos yang tersusun konsentris. Di
sebelah luar terdapat membrana elastica eksterna yang lebih tipis dari
membrana elastica interna.
c) Tunica adventitia
Terkadang lebih tebal dari tunica media dan mengandung fibroblas,
berkas-berkas kolagen yang tersusun memanjang.
c. Arteri kecil
Arteri kecil atau arteriol merupakan segmen sirkulasi yang secara fisiologis
penting karena merupakan unsur utama tahanan perifer terhadap aliran yang
mengatur tekanan darah. Mempunyai diameter antara 200 mm sampai 40
mm.
a) Tunica intima
Terdiri atas endotel utuh yang menempel langsung pada membrana
elastica interna dan lapis subendotel ysng sangat tipis terdiri atas serat
retikuler dan elastin.
b) Tunica media
Terdiri atas susunan sel-sel otot polos yang konsentris. Pada arteriol
yang besar kadang- kadang terdapat membrana elastica eksterna tipis.
c) Tunica adventitia
Merupakan lapisan yang sangat tipis. Tersusun dari serat kolagen dan
sedikit fibroblas. Pada pembuluh daerah peralihan antara arteriol dan
kapiler disebut metarteriol, otot polos tidak membentuk lapis utuh,
namun sel-sel otot polos, yang melingkari tabung endotel seluruhnya,
terpisah satu dari lainnya.
B. Vena
Setelah melalui anyaman kapiler, darah akan menuju jantung melalui vena.
Semakin mendekati jantung, pembuluhnya akan semakin membesar. Dinding
vena lebih tipis dan kurang elastis dari pada arteri yang didampinginya sehingga
pada sediaan selalu terdapat kolaps atau memipih. Berdasarkan ukurannya, vena
dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Vena besar
Golongan vena ini adalah : v. cava inferior, v. linealis, v. portae, v.
messentrica superior, v. Iliaca externa, v. Renalis, dan v. azygos.
a) Tunica Intima
Seperti pembuluh darah lainnya, pada sebelah dalamnya dilapisi oleh
sel-sel endotel. Dalam tunica intima terdapat jaringan pengikat dengan
serabut-serabut elastis. Di bagian luar serabut-serabut elastis tersebut
membentuk anyaman.
b) Tunica media
Biasanya sangat tipis, kadang tidak ada sama sekali. Kalau ada terdiri
atas serabut-serabut otot polos sirkuler yang dipisahkan oleh serabut
kolagen yang memanjang.
c) Tunica adventitia
Merupakan jaringan utama dari dinding vena dan tebalnya beberapa
kali lipat dari tunica medianya. Terdiri atas berkas serabut-serabut otot
polos yang memanjang dengan anyaman serabut elastis. Selain itu
juga mengandung jaringan pengikat dengan serabut-serabut kolagen
dan elastis yang memanjang.
b. Vena sedang
Pada umumnya vena ini berukuran 2 9 mm. Yang termasuk vena ini
misalnya : v. subcutanea, v. visceralis, dan sebagainya.
a) Tunica intima
Sangat tipis, kalau ada strukturnya sama dengan vena besar Dengan
tunica media dibatasi oleh anyaman serabut elastis.
b) Tunica media
Lebih tipis dibandingkan arteri yang didampinginya. Terdiri atas
serabut otot polos sirkuler yang dipisahkan oleh serabut kolagen yang
memanjang dan beberapa fibroblas.
c) Tunica adventitia
Lebih tebal dari tunica medianya dan merupakan jaringan pengikat
longgar dengan berkas-berkas serabut kolagen dan anyaman serabut
elastis. Kadang terdapat serabut otot polos yang longitudinal pada
perbatasan dengan tunica medianya.
c. Venula
Beberapa kapiler yang bermuara dalam sebuah pembuluh dengan ukuran 15
20 mikron yang disebut venula. Dindingnya terdiri atas selapis sel endotil
yang diperkuat oleh anyaman serabut retikuler dan fibroblas. Venula juga
berperan dalam pertukaran zat.
C. Persarafan
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis
a. Saraf simpatis
b. Saraf parasimpatis
Berasal dari nervus vagus (X) menuju plexus cardiacus. Mempengaruhi SA
node,atrio-ventrikular,ventrikel kiri dan serabut-serabut otot atrium. Saraf
parasimpatis mengakibatkan berkurangnya denyut dan daya kontraksi
jantung dan konstriksi arteria koronaria
Serangan jantung akan terjadi bila plak menutupi sebagian besar dinding pembuluh
darah arteri sehingga jantung benar-benar kurang mendapatkan darah yang kaya
akan oksigen. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel otot
jantung yang bersifat permanen. Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri
koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang mematikan.
Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika sedang
beristirahat.
2.2.Mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi sindrom koroner akut
Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia
tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan
berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar
2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit
jantung coroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang
(0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memliki jumlah penderita paling sedikit,
yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah
penderita penyakit jantung coroner terbanyak terdapat di Jawa Timur sebanyak
375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita paling sedikit ditemukan di
Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2%).
2.3.Mampu memahami dan menjelaskan faktor risiko sindrom koroner akut
Faktor-faktor risiko mayor-independen PJK terdiri dari. Kebiasaan, merokok,
Hipertensi, tingginya kadar kolesterol total dan kolesterol-LDL serum, rendahnya
kadar kolesterol- HDL serum, diabetes-melitus dan umur tua. Berbagai penelitian
tersebut menunjukkan bahwa factor-faktor itu bersifat aditif. Jadi jumlah risiko total
seseorang ditemukan oleh factor risiko keseluruhan (global) yang dipunyainya.
Faktor risiko kondisional berhubungan dengan peningkatan risiko PJK, walaupun
kontribusinya tehadap risiko PJK belum jeas dibuktikan. Faktor risiko pencetus
adalah factor-faktor yang jelas memperburuk pengaruh factor risiko mayor-
independen. Dua diantaranya, yaitu obesitas sentral dan aktifitas fisik yang rendah.
(Santoso, dkk, 2009)
a. Hiperkolesterolemia.
Hiperkolesteromia merupakan faktor risiko untuk PJK. Hubungan erat antara
hiperkolesterolemia dan atherosclerosis sudah diketahui dengan baik. Penelitian
terhadap binatang yang diberikan makan kolesterol menunjukkan bahwa
vasodilatasi endothelium-dependent berkurang baik pada pembuluh darah
sedang maupun pembuluh darah resisten setelah histology yang terjadi terbukti
sebagai lesi atherosclerosis. Mirip dengan relaksasi vascular endhotelial-
dependent yang akan menurun pada pasien hiperkolesterolemia, baik ada
maupun tidak adanya factor risiko koroner yang lain. Disfungsi endotel
(menurunnya efek vascular NO) akan mempercepat onset atherosclerosis
koroner yang terjadi lebih dini sebagai factor predisposisi terjadinya vasospasme
pada arteri koroner. (Sargowo, 2003)
a) Kolesterol Total
Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl) bila > 200 mg/dl
berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat.
1) Normal <200 mg /dl
2) Agak tinggi 2-239 mg / dl
3) Tinggi >240 mg / dl
b) LDL Kolesterol.
LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol yang
bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol): karena kadar LDL yang
meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar
LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK
dari pada kolesterol total.
1) Normal < 130 mg /dl
2) Agak tinggi 130 - 159 mg / dl
3) Tinggi > 160 mg / dl
c) HDL Koleserol : HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan
jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) :
karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk
di buang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau
mencegah terjadinya proses arterosklerosis.
1) Normal < 45 mg /dl
2) Agak tinggi 35 - 45 mg / dl
3) Tinggi > 35 mg / dl
Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan
terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi
berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.
d) Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol Rasio kolesterol total:
HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada laki-laki dan 4.0 pada perempuan).
makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol makin meningkat resiko
PJK.
e) Kadar Trigliserida. Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu
Lemak jenuh, Lemak tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar
triglisarid yang tinggi merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK.
1) Normal < 150 mg/dl
2) Agak tinggi (sedang) 150-250 mg/dl
3) Tinggi 250 500 mg/dl
4) Sangat sedang >500 mg/dl
Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sbb : Bila kadar kolesterol
total > 200 mg/dl, PJK, ada keluarga yang menderita PJK < 55 tahun, ada
riwayat keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM &
pankreas. (Djohan, 2004)
b. Merokok
Di Amerika Serikat,merokok berhubungan erat bagi sekitar 325.000 kematian
premature atau dini setiap tahunnya. Setiap jumlah kematian tersebut terdapat
kematian akibat pjk dan lebih dari satu kematian pjk itu karena merokok,
merokok sigaret tinggi nikotin menyebabkan peningkatan frekuensi denyut
jantung istirahat serta meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolic
sehingga meningkatkan kebutuhan kebutuhan oksigen myokardium.
Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat pjk pada laki-
laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok pada perempuan
perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan perokok. Apabila berhenti merokok
penurunan risiko pjk akan berkurang 50% pada akhir tahun pertama setelah
berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah berhenti
merokok 10 tahun.(Yanti, 2009)
c. Obesitas
Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan risiko peningkatan PJK,
Hipertensi, angina, stroke, diabetes dan merupakan beban penting pada
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Data dari Framingham menunjukkan
bahwa apabila setiap individu mempunyai berat badan optimal, akan terjadi
penurunan insiden PJK sebanyak 25 % dan stroke/cerebro vascular accident
(CVA) sebanyak 3,5 %. Penurunan berat badan diharapkan dapat menurunkan
tekanan darah, memperbaiki sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan
menurunkan dislipidemia. Hal tersebut ditempuh dengan cara mengurangi
asupan kalori dan menambah aktifitas fisik. Disamping pemberian daftar
komposisi makanan , pasien juga diharapkan untuk berkonsultasi dengan pakar
gizi secara teratur.
d. Hipertensi Sistemik
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalalembang dan Alfrienti dengan
judulFaktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Penyakit Jantung
Koroner di RSUKanujoso Djatiwibowo Balikpapan menyimpulkan bahwa 4
(empat) faktor risiko yangmempunyai pengaruh bermakna (p < 0,05) adalah
tekanan darah (Hipertensi), umur,riwayat PJK pada orang tua dan olah raga.
e. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan
perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat
sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause ( 45-0 tahun ) lebih
rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar
kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.
f. Jenis kelamin.
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5
laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko
PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.
g. Geografis
Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang paling
rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat padta orang
jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia . Hal ini menunjukkan
faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada genetik.
h. Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun
bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika serikat
perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia ( tidak
termasuk Negro) didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira separuhnya.
i. Diet.
Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam
susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika ratarata
mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol
cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-
sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan
didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika. Beberapa
peetunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :
1) Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak jenuh
tinggi.
2) Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak jenuh.
3) Makanan harus mengandung rendah kolesterol.
4) Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan berserat
5) Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan diturunkan padta
obesitas dan memperbanyak exercise.
j. Diabetes
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi
penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM
resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada
perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.
k. Exercise
Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolaterol
koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat karena :
1) Memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miokard
2) Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang
bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol.
3) Membantu menurunkan tekanan darah
4) Meningkatkan kesegaran jasmani.
l. Perilaku dan Kebiasaan lainnya
Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu : Tipe A
dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar berkompetisi,
agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dan tidak
sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu . Resiko PJK pada
tipe A lebih besar daripada tipe B.
m. Perubahan Keadaan Sosial Dan stress
Perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan Wallas. Korban
serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak mendapat
stress. (Djohan, 2004)
Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI menunjukkan orang yang stress
1 1/2 X lebih besar mendapatkan resiko PJK stress disamping dapat menaikkan
tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.
2.4.Mampu memahami dan menjelaskan etiologi sindrom koroner akut
Umumnya karena aterosklerosis:
a. Kurangnya aliran darah menuju arteri koroner
1) Proses aterosklerosis
2) Insufisiensi & stenosis aorta
3) Pemendekan fase diastolik (takikardi, emosi, aktivitas fisik yang berat)
4) Hipertrofi ventrikel
b. Berkurangnya suplai oksigen miokardium
1) Anemia
2) Viskositas darah >> (polisitemia vera: perfusi <<)
3) Daerah dengan tekanan udara rendah (dataran tinggi: < O2)
c. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
1) Peningkatan tekanan miokardium (krisis hipertensi, stenosis aorta)
2.5.Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi sindrom koroner akut
Kepentingan teori patogenesis respons-terhadap-cedera adalah cedera endotel kronis
yang menyebabkan respons inflamasi kronis dinding arteri dan timbulnya
aterosklerosis. Berbagai kadar stress yang berkaitan dengan turbulensi sirkulasi
normal dan menguatnya hipertensi diyakini menyebabkan daerah fokal disfungsi
endotel.
Hal penting mengenai endotel adalah :
1) Mengadung reseptor untuk LDL-C dan bekerja sebagai sawar dengan
permeabilitas yang sangat selektif
2) Memberikan permukaan nontrombogenik oleh lapisan heparin dan oleh sekresi
PGI2 (vasodilator kuat dan inhibitor agregasi trombosit), dan oleh sekresi
plasminogen
3) Mensekresi oksida nitrat (vasodilator kuat)
4) Berinteraksi dengan trombosit, monosit, makrofag, limfosit T, dan sel-sel otot
polos melalui berbagai sitokin dan factor pertumbuhan.
Pada aterosklerosis, terjadi gangguan integritas lapisan media dan intima, sehingga
menyebabkan terbentuknya ateroma. Hipotesis respon terhadap cedera
memperkirakan bahwa langkah awal dalam aterogenesis adalah cedera yang
kemudian menyebabkan disfungsi endotel arteri dengan meningkatnya permeabilitas
terhadap monosit dan lipid darah.
A. Patofisiologi Iskemia
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah
yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia miokardium lokal.
Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada
tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium.
Angina pektoris adalah manifestasi klinis yang paling umum iskemia miokard.
Hal ini disebabkan oleh stimulasi kimia dan mekanik ujung saraf sensorik aferen
pada pembuluh koroner dan miokardium. Reseptor nyeri ini termasuk ke jalur
saraf afferent, yang membawa banyak saraf dari C7 hingga T4. Nyeri yang
menyebar pada angina pectoris diperkirakan timbul karena jalur saraf afferent ini
juga membawa saraf nyeri dari region lain (lengan, leher, dan pundak).
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan
ireversibel serta nekrosis atau kematian otot. Bagian miokardium yang
mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen.
Jelas bahwa letak infark berkaitan dengan penyakit pada daerah tertentu dalam
sirkulasi koroner, misalnya, infark dinding anterior yang disebabkan oleh lesi
pada ramus desendens anterior arteria koronaria sinistra.
b. Kualitas
Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti di
peras atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak
di dada karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika
pendidikan pasien kurang.
d. Lamanya serangan
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang perasaan
tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada
berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark
miokard akut dan bukan angina pektoris biasa.
Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan lelah,
kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin.
a. Grafik EKG dibentuk oleh gelombang listrik yang mengalir melalui serabut
syaraf khusus yang ada pada jantung.
b. Listrik tersebut dibentuk oleh Nodus Sinuatria sebagai sumber primer dan nodus
atrio-ventrikular sebagai cadangan listrik sekunder. tetapi listrik jantung ini dapat
pula dibentuk oleh bagian lain dari jantung.
c. Gelombang P dibentuk oleh aliran listrik yang berasal dari nodus SA di atrium
sedangkan kompleks QRS terbentuk oleh aliran listrik di ventrikel. sedangkan
PR interval terbentuk ketika aliran listrik tersebut melewati bundle His.
gelombang T terbentuk ketika terjadi repolarisasi jantung.
d. Arah aliran listrik ini mengarah ke apex jantung dan sejajar sumbu jantung.
e. Setiap lead memandang aliran listrik jantung dari sudut pandang yang berbeda.
Maka untuk mengatahui letak kelainan, perlu diperhatikan lead mana yang
mengalami kelainan dan dari sudut pandang mana lead tersebut melihat jantung.
lead dada melihat jantung dari sudut pandang horizontal, hal ini bisa dilihat dari
tabel di bawah ini :
Sadapan dada Sudut pandang
V3, V4 Septum
Lead ekstremitas melihat jantung secara vertikal. Hal ini bisa dijelaskan sebagai
berikut:
Sebagai contoh: lead II melihat/mengintip jantung dari sudut pandang apex jantung.
a. Setiap aliran listrik tersebut menuju ke arah sudut pandang tempat melihat EKG,
maka pada lead tersebut harus positif. Sebagai contoh adalah lead II yang melihat
jantung dari sudut pandang di sekitar apex. Maka normalnya lead ini harus
positif.
b. Karena otot jantung kiri lebih besar dari otot jantung kanan, maka yang terekam
dominan pada EKG adalah bagian jantung kiri.
Contoh: Irama sinus,reguler, HR:93 x/menit, Axis ke kiri, Gelombang P normal,
PR interval < 0,2 detik, QRS kompleks < 0,12 s, ST-T change (-), R di V5/6 + S di
V1 < 35, R/S di V1 < 1.
Kesan: Normal EKG
1. Lihat apakah EKG tersebut berirama sinus atau tidak. Irama sinus memiliki ciri
sebagai berikut:
a. Berasal dari SA node.
b. Karena adanya gel P tapi belum tentu berasal dari SA node. Jadi anda harus
bandingkan di dalam satu lead harus mempunyai bentuk gel P yang sama.
c. Selalu ada satu gelombang P yang diikuti oleh satu komplek QRS dan satu
gelombang T.
2. Lihat irama yang terbentuk. Apakah reguler atau aritmia/disritmia. Caranya
adalah memper-hatikan gelombang R. Jarak antar gelombang R atau R-R harus
sama. Atau jarak gelombang P/P-P harus sama untuk sebuah EKG yang normal.
3. Lihat HR.
4. Lihat Axis.
5. Lihat gelombang P, adakah kelainan dari gelombang P. Lihat pula bentuknya
apakah P mitral atau P pulmonal.
6. Hitung PR interval. Normalnya PR interval bernilai kurang dari 0,2 second. Jika
PR interval memanjang curiga sebagai suatu block jantung.
7. Hitung dan lihat bentuk QRS kompleks. Adanya kelainan kompleks QRS
menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel (bisa suatu block saraf jantung atau
kelainan lainnya) karena komplek ini dibentuk oleh aliran listrik jantung di
daerah ventrikel.
8. Lihat apakah ada perubahan pada segmen ST dan gelombang T.
9. Hitung jumlah kotak R di V5 atau V6 kemudian tambahkan dengan jumlah kotak
S yang ada di V1. Normalnya akan bernilai dibawah 35. Jika > 35 maka bisa
dianggap suatu LVH. Hati-hati, terkadang voltase tidak mencapai 10mV. Maka
harus dikonversi dulu ke 10 mV (contoh: pada EKG tertulis 5 mV maka, untuk
menjadi 10 mV, kotak tersebut harus dikalikan 2).
10. Hitung jumlah kotak gelombang R di V5 atau V6 kemudian dibagi dengan
jumlah kotak S di V5 atau V6 tersebut. (untuk yang ini tidak diperlukan
konversi). Normalnya kurang dari 1. Jika lebih, maka dicurigai suatu RVH.
Beberapa kejadian khusus yang perlu diketahui yaitu :
a. Gelombang P, normalnya:
a) Tinggi tidak lebih dari 3 kotak kecil
b) Lebar tidak lebih dari 3 kotak kecil
c) Positif kecuali di aVR
d) Gelombang simetris
Kelainan Gelombang P :
a) Pulmonal / Runcing: RAH (Right Atrium Hyperthropie)
b) Mitral / berlekuk lebar: LAH
b. PR interval normalnya 0,12-0,2 second. Jika memanjang berarti ada block
jantung karena interval ini terbentuk saat aliran listrik jantung melewati berkas
HIS.
c. Gelombang Q, normal:
a) Lebar kurang dari 0,04 second
b) Tinggi < 0,1 second
Patologis:
a) Panjang gelombang Q > 1/3 R
b) Ada QS pattern dengan gelombang R tidak ada.
Adanya gelombang Q patologis ini menunjukkan adanya Old Miocard infark
(OMI). Bila gelombang ini belum ada (tetapi sudah ada ST depresi) berarti
iskemik belum lama terjadi (< 12 jam), masih ada kemungkinan diselamtkan.
d. Kompleks QRS :
a) Lebar jika aliran listrik berasal dari ventrikel atau terjadi blok cabang
berkas
b) Normal R/S =1 di lead V3 dan V4
c) Rotasi menurut arah jarum jam menunjukkan penyakit paru kronik. Artinya
gelombang QRS menjadi berbalik. Yang tadinya harus positif di V5 + V6
dan negatif di V1 dan V2 maka sekarang terjadi sebaliknya.
e. Segmen ST, normalnya:
a) Isoelektrik
b) Di V1-V6 bisa naik 2 kotak kecil atau turun 0,05 kotak kecil.
Patologis:
a) Elevasi: AMI atau pericarditis
b) Depresi: Iskemia atau terjadi setelah pemakaian digoksin
f. Gelombang T
Normal sama dengan gelombang P. Dapat positif di lead I, II, V3-V6 dan negatif
di VR
Patologis :
a) Runcing: Hiperkalemia
b) Tinggi lebih dari 2/3 R dan datar: Hipokalemia
c) Inversi: bisa normal (di lead III, VR, V1, V2 dan V3 (pada orang kulit
hitam) atau iskemia, infark, RVH dan LVH, emboli paru, Sindrom WPW,
dan Block cabang berkas.
g. Blok jantung:
1. Derajat 1: satu gel P: satu Kompleks QRS interval PR > 0,2 Second.
2. Derajat 2:
a. Weckenbach: PR interval awalnya noramal dan makin lama makin
panjang lalu tidak ada gelombang P, kemudian siklus berlanjut lagi.
b. Mobitz 2: P timbul kadang-kadang
c. Derajat 3 (total): QRS lebar, Frekuensi QRS < 50 kali/menit. P dan
QRS tidak berhubungan.
d. RBBB: QRS > 0,12 second, pola RSR. R dominan di V1.
e. LBBB: QRS > 0,12 second, Pola M di lead V6
f. Bifascular: Hemiblok anterior kiri (Axis kiri dengan S dalam pada
sadapan II dan III) ditambah RBBB
Terkadang ketika merekam EKG terlihat gambaran gelombang P yang tidak
jelas. Untuk membedakan ini dengan Fibrilasi Atrium dapat dilihat iramanya.
Pada fibrilasi atrium irama sangat tidak teratur. Dan berbeda dengan Atrial
Flutter atau atrial takikardi, pada Atrial Fibrilasi dijumpai garis dasar yang rata
(Nopriansyah, 2012).
Beberapa gambaran di bawah ini sangat khas pada kelainan irama. Contohnya
adalah sebagai berikut:
a. Ventrikular takikardi
b. b. ventricular ekstrasistole
c. Atrial flutter
2.11.Mampu memahami dan menjelaskan terapi pendahuluan pada sindrom koroner akut
Terapi awal adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis kerja
kemungkinan SKA atau SKA atas dasar keluhan angina khas iskemik di ruang gawat
darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG dan/atau marka jantung.Terapi awal
yang dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin (disingkat MONA), yang
tidak harus diberikan semua atau bersamaan. Sehingga pasien di IGD akan diberikan
:
1) Tirah baring
2) Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri
<95% atau yang mengalami distress respirasi
3) Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam
pertama,tanpa mempertimbangkan saturasi O2 arteri.
4) Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak diketahui
intoleransinya terhadap aspirin. Aspirin tidak bersalut lebih terpilih mengingat
absorpsi sublingual ( di bawah lidah ) yang lebih cepat.
5) Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
a. Dosis awal ticagrlor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan 2x90 mg/hari kecuali pada pasien STEMI yang
direncanakan untuk reperfusi menggunakan agen fibrinolitik.
Atau
b. Dosis awal clopidogrel adalh 300mg dilanjutkan dengan dosis pemelihaaan
75 mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk terapi perfusi
menggunakan agen fibrinolitik, penghambat reseptor ADP yang dianjurkan
adalah clopidogrel)
6) Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang
masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat. Jika nyeri dada tidak hilang
dengan satu kali pemberian, dapat diulang setiap lima menit sampai maksimal
tiga kali. Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang tidak responsive
dengan terapi tiga dosis NTG sublingual. Dalam keadaan tidak tersedian NTG,
isosorbid dinitrat (ISDN) dapat dipakai sebgai pengganti.
7) Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien
yang tidak responsive dengan terapi tiga dosis NTG sublingual.
2.12.Mampu memahami dan menjelaskan tatalaksana sindrom koroner akut
b. Diet
Diet, seimbang rendah lemak yang baik tidak hanya untuk orang dengan
kolesterol tinggi tetapi untuk semua orang.
a) American Heart Association merekomendasikan bahwa kalori dari
lemak maksimum kurang dari 30% dari total kalori dalam makanan
apapun.
b) Setiap hari, cobalah untuk makan 6-8 porsi roti, sereal, atau padi; 2-
4 porsi buah segar; 3-5 porsi sayuran segar atau beku, 2-3 porsi susu
tanpa lemak, yogurt, atau keju; dan 2-3 porsi daging, unggas, ikan,
atau kacang kering.
c) Gunakan minyak zaitun atau canola untuk memasak. Minyak ini
mengandung lemak tak jenuh tunggal yang dikenal untuk
menurunkan kolesterol.
d) Makan 2 porsi ikan setiap minggu. Makan ikan seperti salmon,
makarel, trout danau, herring, sardin, dan tuna albacore. Semua ikan
ini tinggi asam lemak omega-3 yang menurunkan kadar lemak
tertentu dalam darah dan membantu mencegah detak jantung tidak
teratur dan pembekuan darah yang menyebabkan serangan jantung.
e) Penelitian menunjukkan bahwa alkohol dapat membantu melindungi
terhadap penyakit jantung koroner, namun membatasi asupan Anda
untuk 1-2 minuman per hari. jumlah yang lebih tinggi dapat
meningkatkan tekanan darah, menyebabkan gangguan irama
jantung (aritmia), dan kerusakan otot jantung dan hati secara
langsung.
f) Menghindari makanan cepat saji mungkin tidak menyenangkan atau
nyaman, tapi mungkin memberikan manfaat yang signifikan dalam
jangka panjang.
c. Merokok
Berhenti merokok adalah perubahan terbaik yang dapat dibuat. Perokok
pasif (menghirup asap tembakau), cerutu merokok, atau mengunyah
tembakau sama-sama berbahaya bagi kesehatan.
d. Diabetes
Diabetes menyebabkan penyumbatan dan pengerasan (aterosklerosis)
pembuluh darah di mana-mana dalam tubuh, termasuk arteri
koroner. Mengontrol diabetes secara signifikan mengurangi risiko
koroner.
f. Kegemukan
a) Kelebihan berat menempatkan tekanan ekstra pada jantung dan
pembuluh darah dengan tekanan darah meningkat, ditambah sering
dikaitkan dengan diabetes, kolesterol tinggi dan trigliserida, dan HDL
rendah.
b) Sebuah, diet rendah lemak serat-tinggi dan olahraga teratur dapat
membantu menurunkan berat badan dan mempertahankannya.
c) Carilah penyedia layanan kesehatan nasihat Anda sebelum
memulai penurunan berat badan program.
d) Jangan mengandalkan obat untuk menurunkan berat badan. obat-
obatan tertentu yang digunakan untuk berat badan
g. Ketidakaktifan Fisik
Latihan membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan tingkat
kolesterol baik (HDL), dan mengendalikan berat badan Anda.
a) Cobalah untuk menyelesaikan latihan ketahanan minimal 30 menit,
3-5 kali seminggu. Tapi jalan cepat saja akan meningkatkan
kelangsungan hidup kardiovaskular.
b) Latihan dapat mencakup berjalan, berenang, bersepeda, atau
aerobik.
h. Stres emosional
Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan stres emosional
b. Klasifikasi Forrester
Berdasarkan monitoring hemodinamik indeks jantung dan Pulmonary Capillary
Wedge Pressure (PCWP)
Indeks Kardiak
Klas PCWP (mmHg) Mortalitas (%)
(L/menit/m2)
I >2,2 <18 3
II >2,2 >18 9
IV <2,2 >18 51