Anda di halaman 1dari 1

Kekurangan dari penelitian :

Morbiditas preoperative seperti hipertensi, diabetes tidak di masukkan kedalam evaluasi dari hasil akhir.

a) Komplikasi operatif dan pre-operatif tidak di teliti dalam disertasi/penelitian ini.


b) Pasien yang imunokompromise seperti mengidap penyakit HIV, dan lymphoma tidak juga di teliti
secara terpisah/khusus dalam penelitian ini.
Pasien dengan obstruksi jaundice malignant biasanya datang terlambat dan hal ini merupakan faktor
yang dianggap membuat tingginya insidensi mortalitas dari pasien pasien ini.
Penelitian di atas menyebutkan bahwa parameter klinik dan laboratorik di dalam kasus
obstruktif jaundice malignant dapat membantu dalam memprediksi prognosis dan terapi bedah maupun
non-bedah pada pasien.

KESIMPULAN :
Obstruktif jaundice adalah masalah bedah yang sering di jumpai ketika kita terjun di klinis dan
merupakan tantangan dalam mendiagnostik juga dalam masalah terapi. Prevalensi malignansi lebih
sering pada laki laki dan pada orang tua. Kebanyakan dari pasien dengan obstruktif jaundice malignant
datang terlambat sehingga penyakit sudah dalam tahap yang lebih lanjut. USG, ERCP, dan CT Scan
merupakan alat diagnostic penting untuk mengevaluasi pasien dengan obstruktif jaundice. ERCP bahkan
memiliki keuntungan tambahan untuk terapi. Bedah paliatif merupakan satu- satunya treatment pada
pasien ini. Hasil dari penelitian ini merekomendasikan bahwa diagnosis dini dan treatment memegang
peranan penting/vital bagi prognosis kedepannya pada pasien dengan obstruktif jaundice.

Anda mungkin juga menyukai