Anda di halaman 1dari 9

Nama : Deri Ruli Ediana

NPM : 4002160148
RESUME

SURVEILANS MALARIA

Pengertian

Kata malaria sendiri berasal dari bahasa Itali “mal’aria” yang ketika itu
orang beranggapan hal itu terjadi karena udara kotor. Namun dalam bahasa
Perancis yang disebut “Paludismo” atau daerah rawa dan payau serta pinggiran
pantai, dimana indikasi awalnya setiap orang yang menderita penyakit ini
kebanyakan berasal dari daerah tersebut dan malaria menurut WHO adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria / protozoagenus plasmodium yang
masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk anopeles betina
ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh
manusia.

Surveilans malaria adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan


interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak/ instansi terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi malaria
dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan tersebut
agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.

Surveilans malaria dapat diartikan sebagai kegiatan yang terus menerus,


teratur dan sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan interprestasi
data malaria untuk menghasilkan informasi yang akurat yang dapat
disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan
penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi setempat
(Menkes, 2007).
Tujuan

1. Melakukan pengamatan dini (SKD) malaria di Puskesmas dan unit


Pelayanan Kesehatan lainnya dalam rangka mencegah KLB malaria.
2. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.
3. Penanggulangan KLB malaria secara dini.
4. Mendapatkan trend penyakit malaria dari waktu ke waktu.
5. Mendapatkan gambaran distribusi penyakit malaria menurut orang, tempat
dan waktu (Menkes, 2007).

Tujuan diatas kemudian dioperasionalkan dalam bentuk beberapa


kebijakan yang telah ditetapkan oleh kementerian kesehatan, sebagai berikut :

1. Pengumpulan, pengolahan, interpretasi data malaria dilakukan pada semua


tingkatan administratif mulai dari Puskesmas pembantu, Puskesmas,
Rumah sakit, Dinas Kesehatan dan Departemen Kesehatan.
2. Meningkatkan peran-serta masyarakat seperti kader malaria, pos obat desa
(POD), terutama dalam kegiatan pengobatan.
3. Meningkatkan kemitraan dalam jaringan informasi malaria dengan sektor
terkait.Upaya pemberantasan malaria yang tepat dan cepat yang
berpedoman pada petunjuk dasar atau “evidence based”.
4. Meningkatkan kerja sama lintas batas wilayah administratif (perbatasan
wilayah Puskesmas, kabupaten, propinsi dan antar negara) dalam
perencanaan dan upaya penanggulangan malaria.

Manfaat

1. Melakukan pengamatan dini yaitu Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)


malaria di Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka
mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria.
2. Dapat menjelaskan pola penyakit malaria yang sedang berlangsung yang
dapat dikaitkan dengan tindakan – tindakan/intervensi kesehatan
masyarakat.
3. Dapat mempelajari riwayat alamiah dan epidemiologi penyakit malaria,
khususnya untuk mendeteksi adanya KLB/wabah.
4. Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan
pelayanan kesehatan dimasa mendatang.
5. Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian
khusus dengan membandingkan besarnya masalah kejadian penyakit
malaria sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
6. Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat
tinggal dimana penyakit malaria sering terjadi dan variasi terjadinya dari
waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan cara serta dinamika
penularan penyakit menular.
7. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat disebarluaskan
dan digunakan sebagai dasar penanggulangan malaria yang cepat dan
tepat, yaitu melakukan perencanaan yang sesuai dengan permasalahannya.

Epidemiologi Penyakit Malaria di Indonesia

Pada negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah
endemik malaria. Namun demikian, malaria masih merupakan persoalan
kesehatan yang besar di daerah iklim tropis dan subtropis seperti di Brasil, Asia
Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara Afrika.

Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun


1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak
2.341.401 orang, slide positive rate (SPR): 9215, annual paracitic index (API):
0.080/00. CFR dirumah sakit sebesar 10-50 %. Menurut laporan, di provinsi Jawa
Tengah tahun 1999; API sebanyak 0.35 0/00, sebagian besar disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di Jawa
Tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai dari 0.51 pada tahun 2003,
menurun menjadi 0.15 dan berkurang lagi menjadi 0.07 pada tahun 2005.
Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia Timur, sedangkan
Plasmodium ovale di NTT dan Papua.

Permasalahan resistensi terhadap obat malaria semakin lama semakin


bertambah. Plasmodium falciparum dilaporkan resistensi terhadap klorokuin dan
sulfadoksin-pirimetamin di wilayah Amazon dan Asia Tenggara. P. vivax yang
resistensi klorokuin ditemukan di Papua Nugini, provinsi Papua, Papua Barat dan
Sumatera.

Resistensi obat menyebabkan semakin kompleksnya pengobatan dan


penanggulangan malaria. Professional kesehatan harus mengetahui darimana
seorang penderita berasal. WHO menerbitkan publikasi tahunan daftar negara
endemik malaria yang dapat dilihat melalui situs internet (www.who.int/ith).
Akibat lebarnya variasi antar daerah untuk daerah yang mempunyai daerah luas
seperti Indonesia, Departemen Kesehatan RI seharusnya membuat daftar sama
untuk antar provinsi.

Epidemiologi : Distribusi dan Frekuensi Penyakit Malaria

1. Orang
Diperkirakan prevalensi malaria diseluruh dunia berkisar antara 300-
500juta kasus dengan kematian antara1-2 juta setiap tahun dimana lebih
dari 80 % adalah anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun. Berdasarkan
SKRT tahun 2001, CSDR akibat malaria pada laki-laki 11 per 100.000
penduduk dan wanita 8 per 100.000 penduduk.
2. Tempat
Malaria ditemukan di daerah mulai 64 derajat lintang utara (Rusia) sampai
32 derajat lintang selatan (Argentina), dari daerah dengan ketinggian 2.666
meter (Bollivia) sampai dengan yang letaknya 433 meter di bawah
permukaan laut (laut mati). Kini malaria banyak di jumpai di Meksiko,
sebagian Karibia, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Sub-Sahara, Timur
Tengah, India, Asia Selatan, Asia Tenggara, Indo Cina, dan pulau-pulai di
Pasifik Selatan. Plasmodium vivax memiliki distribusi geografi yang
paling luas mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropis sampai ke
daerah tropis, kadang-kadang di jumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia,
spesies ini dijumpai di seluruh kepulauan. Plasmodium palcifarum
terutama menyebabkan malaria di Afrika, Asia, dan daerah tropis lainnya.
Di Indonesia, parasit ini tersebar di seluruh kepulauan. Plasmodium
malariae meluas meliputi daerah tropis maupun daerah subtropis. Di
Indonesia, spesies ini di jumpai di Indonesia Bagian Timur. Plasmodium
ovale terutama terdapat di daerah tropik Afrika bagian barat, di daerah
Pasifik barat, dan di beberapa bagian lain di dunia. Di Indonesia, parasit
ini terdapat di pulai Owi sebelah selatan Biak di Irian Jaya dan Nusa
Tenggara Timur.
3. Waktu
Berdasarkan SKRT tahun 2001, CFR malaria 0,1 % (30.000 kematian dari
30 juta kasus). Tahun 2005, CFR malaria 0,2 % (32.000 kematian dari 1,6
juta kasus). Pada tahun yang sama CFR malaria palcifarum 1,12 % (44
kematian dari 3.924 kasus).

Kegiatan Surveilans Malaria di Indonesia

Kegiatan surveilans malaria terbagi menjadi 3 periode, yaitu:

1. Surveilans periode kewaspadaan sebelum Kejadian Luar Biasa (KLB)


atau surveilans Periode Peringatan Dini (PPD): Suatu kegiatan untuk
memantau secara terartur perkembangan penyakit malaria di suatu wilayah
dan mengambil tindakan pendahuluan untuk mencegah timbulnya KLB.
2. Surveilans Periode KLB: Kegiatan yang dilakukan dalam periode dimana
kasus malaria menunjukan proporsi kenaikan dua kali atau lebih dari
biasanya/sebelumnya dan terjadi peningkatan yang bermakna baik
penderita malaria klinis maupun penderita malaria positif atau dijumpai
keadaan penderita plasmodium falciparum dominan atau ada kasus bayi
positif baik disertai ada kematian karena atau diduga malaria dan adanya
keresahan masyarakat karena malaria.
3. Surveilans Paska KLB: Kegiatannya sama seperti pada periode peringatan
dini. Monitoring dilakukan dengan cara pengamatan rutin atau melakukan
survei secara periodik pada lokasi KLB (MFSatau MS) juga melakukan
survei vektor dan lingkungan.
Kekurangan dalam Kegiatan Surveilans Epidemiologi Malaria di Indonesia

1. Lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan malaria rutin dan non rutin di
fasilitas kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Dari evaluasi yang dilakukan pada surveilans epidemiologi malaria masih
ada desa/dusun/kota yang tinggi kasus malaria tetapi tidak mengirimkan
laporan secara rutin ke puskesmas atau rumah sakit.
2. Data laporan rutin dan data survei yang tidak dipisahkan sehingga tidak
dapat melihat situasi malaria yang sebenarnya.
3. Kesalahan pada Sumber Daya Manusia yang ada seperti kader/petugas
surveilans belum memasukkan data tepat waktu, sudah diolah tapi tidak
dianalisis, petugas Puskesmas mengalami hambatan menyebarkan
informasi dalam pencegahan dan pemberantasan malaria.
4. Informasi yang dihasilkan belum dilaksanakan secara optimal untuk
pengambilan keputusan.
5. Kesulitan mengakses data dan informasi dan banyaknya data yang hilang
6. Kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat di daerah
risiko tinggi malaria agar pengobatan efektif malaria, berupa obat ACT
yang diperoleh penderita maksimum 24 jam setelah sakit dan dosis obat
diperoleh untuk 3 hari serta diminum seluruhnya, dapat dilaksanakan
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat malaria
dan mencegah resistensi.
7. Kurangnya tenaga profesional, dana, serta sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan kegiatan surveilans epidemiologi malaria.

Kelebihan dalam Kegiatan Surveilans Epidemiologi Malaria di Indonesia

Menurut kemenkes (2007), bahwa sistem survailens penyakit malaria di


indonesia sudah memiliki:

1. Aturan mengenai sumber data yang harus jelas.


2. Jenis data yang akan dikumpulkan sudah berjenjang dan sudah dibagi
kedalam berbagai situasi meliputi:periode peringatan dini dan
penanggulangan KLB.
3. Data survailens malaria sudah divisualisasikan kedalam bentuk tabel,
grafik, dan peta.
4. Jenis data yang akan dikumpulkan pada sistem survailens sudah ditetapakn
meliputu data demografi,epidemiologi,entomologi,hasil kegiatan.
5. Standarisasi waktu pengumpulan data sudah ditetapkan tergantung dari
kebutuhan.
6. Format pengisian laporan sudah diatur dan dilatihkan kepada para petugas
survailens penyakit malaria.
7. Indikator yang digunakan dalan kegiatan survailens sudah ditetapkan.

Gambaran Hasil Surveilans Malaria di Indonesia

a. Stratifikasi Malaria

Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun


2007 dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite
Incidence (API). Indikator tersebut mensyaratkan bahwa setiap kasus
malaria harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan sediaan darah dan
semua kasus positif harus diobati dengan pengobatan kombinasi berbasis
artemisinin atau ACT (Artemisinin-based Combination Therapies).
Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian
Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di
beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di
Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat
desa/fokus malaria tinggi.

API dari tahun 2008 – 2009 menurun dari 2,47 per 1000 penduduk
menjadi 1,85 per 1000 penduduk. Bila dilihat per provinsi dari tahun 2008
– 2009 provinsi dengan API yang tertinggi adalah Papua Barat, NTT dan
Papua terdapat 12 provinsi yang diatas angka API nasional.

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-


2014 pengendalian malaria merupakan salah satu penyakit yang
ditargetkan untuk menurunkan angka kesakitannya dari 2 menjadi 1 per
1.000 penduduk. Dari gambar diatas angka kesakitan malaria (API) tahun
2009 adalah 1,85 per 1000 penduduk, sehingga masih harus dilakukan
upaya efektif untuk menurunkan angka kesakitan 0,85 per 1000 penduduk
dalam waktu 4 tahun, agar target Rencana Strategis Kesehatan Tahun 2014
tercapai.

Dari tahun 2006 – 2009 Kejadian Luar Biasa (KLB) selalu terjadi
di pulau Kalimantan walaupun kabupaten/kota yang terjangkit berbeda-
beda tiap tahun. Pada tahun 2009, KLB dilaporkan terjadi di pulau Jawa
(Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten), Kalimantan (Kalimantan
Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat), NAD dan Sumatera (Sumatera Barat,
Lampung) dengan total jumlah penderita adalah 1.869 orang dan
meninggal sebanyak 11 orang. KLB terbanyak di pulau Jawa yaitu
sebanyak 6 kabupaten/kota.

Sumber :Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009

b. Prevalensi malaria berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun


2010

Prevalensi malaria berdasarkan Riskesdas 2010 diperoleh dalam


bentuk point prevalence.Point prevalence menunjukan proporsi orang di
populasi yang terkena penyakit pada waktu tertentu. Data malaria
dikumpulkan dengan dua cara yaitu wawancar aterstruktur menggunakan
kuesioner dan pemeriksaan darah menggunakan dipstick (Rapid
Diagnostic Test/RDT). Besarnya sampel untuk pemeriksaan RDT yang
merupakan subsample dari sampel Kesehatan masyarakat adalah sejumlah
75.192 dan yang dapat dianalisis adalah 72.105 (95,9%).

Dari hasil Riskesdas diperoleh Point prevalence malaria adalah


0,6%, namun hal ini tidak menggambarkan kondisi malaria secara
keseluruhan dalam satu tahun karena setiap wilayah dapat mempunyai
masa-masa puncak (pola epidemiologi) kasus yang berbeda-beda.

Sumber :Riskesdas 2010

·
c. Data Ibu hamil yang positif terinfeksi malaria
Infeksi malaria pada kehamilan sangat merugikan bagi ibu dan
janin yang dikandungnya, karena dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ibu maupun janin. Pada ibu, malaria dapat menyebabkan
anemia, malaria serebral, edema paru, gagal ginjal bahkan dapat
menyebabkan kematian. Pada janin, dapat menyebabkan abortus,
persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin.
Menurut Mass Blood Survei (MBS) pada tahun 2008 kasus infeksi
pada ibu hamil yang terbanyak adalah Nusa Tenggara Timur (624 orang),
kemudian Maluku (455 orang). Secara absolut provinsi yang mempunyai
kasus bumil malaria tertinggi adalah NTT, namun provinsi yang
mempunyai persentase kasus bumil malaria tertinggi adalah Sumatera
Barat (6,36%) dan Riau (2,24%).

Anda mungkin juga menyukai