Anda di halaman 1dari 5

Abdullah' - Tuanku Nan Renceh

Pendiri Negara Islam di Wilayah Luhak Nan Tigo

-------------------------------------------------------------------------------------------

Beliau adalah Seorang Ulama Islam dari Nagari Kamang Mudik - Luhak Agam. Merupakan
salah satu dari Murid dari Tuanku Nan Tuo. Masa muda beliau dihabiskan Di koto tuo menerima
gemblengan Ilmu dan pemikiran islam di surau tuo pimpinan Tuanku Nan Tuo. Namun, Tuanku
Nan renceh mungkin adalah kepribadian yang lebih besar dan lebih cakap dibanding gurunya ,
Tuanku Nan tuo. Pemikiran beliau sangat progresif dan lebih luas dan jauh kedepan.

Dimana Guru Beliau Tuanku Nan tuo, hanya mewujudkan Nagari Islam dalam skala kecil hanya
di Kampung Tanah kelahiran nya sendiri dan tidak begitu berhasrat untuk membangun Negara
Islam yang lebih luas yang melewati batas batas wilayah ulayatnya, namun tidak bagi Tuanku
Nan Renceh. Beliau adalah seorang Visoner, seorang Revolusioner. Beliau berfikiran bahwa
Semua Nagari Nagari Islam yang sudah di bentuk Oleh Para Tuanku Di daerah nya masing
masing harus disatukan dalam 1 kepemimpinan. Bahkan Jika perlu Pemerintahan Islam tersebut
tidak lagi hanya berkutat di dalam wilayah Luhak Nan tigo, kapan perlu seluruh Sumatera tengah
dan seluruh Sumatra disatukan dalam 1 pemerintahan Islam. Begitulah Abdullah' Tuanku Nan
Renceh.

Abdullah, Tuanku Nan Renceh muda adalah penunutut Ilmu yang bersemangat. Beliau tidak
puas mengkhatamkan pelajarannya hanya di Surau Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo. Setelah selesai
di pendidikan Surau Tuanku Nan tuo, beliau merantau keluar dari kampung halamannya di
Luhak Agam untuk Belajar pada Ulama ulama dan pemimpin Islam lainnya. Langkah beliau
membawa beliau hingga belajar keluar dari Luhak Agam, menuju Wilayah Pariaman Di pesisir
barat, ke Ulakan - Pariaman, Kampung kecil di Tepi Samudra Indonesia yang diyakini sebagai
Tempat berawalnya Islam di Seluruh Wilayah Luhak Nan tigo.

Pada Tahun 1802 M, dalam perjalanan nya menuntut ilmu Abdullah Tuanku Nan Renceh
mendengar kabar tentang Pulang nya Tiga orang Penuntut Ilmu yang sudah lama merantau ke

1
Negeri Negeri Timur Tengah. Mereka adalah Haji Miskin dari Pandai Sikat, Haji Muhammad
Arifin dari Sumanik dan Haji Abdurrahman dari Piobang. Bergegaslah Abdullah Tuanku Nan
renceh berangkat ke Pandai Sikat untuk berjumpa dengan Haji Miskin.

Namun Tuanku Nan Renceh tidak menemukan Haji Miskin di Pandai Sikat, karena ternyata Haji
Miskin sudah pindah ke Ampat Angkat yang termasuk Wilayah Nagari Islam Koto Tuo
pimpinan Tuanku Nan Tuo. Haji Miskin pindah ke Nagari Tuanku Nan Tuo ini, karena dakwah
dan syiar agama yang di tegakkannya di kampung halamannya di tolak masyarakat, bahkan dia
diusir keluar dari kampung.

Di Ampat Angkat Koto Tuo, bertemulah Tuanku Nan Renceh dan Haji Miskin. Di sini kedua
Ulama ini bersahabat dan saling bertukar fikiran tentang penegakan Syariat islam. Abdullah
Tuanku Nan renceh menemukan pada diri Haji Miskin, seorang sahabat, seorang Saudara
seperjuangan dalam menegakkan Syariat Islam. Tuanku Nan renceh dan Haji Miskin mempunyai
kesamaan Visi dalam perjuangan.

Koto Tuo Ampat angkat memanglah, pusat dari Kegiatan keislaman di Luhak Nan Tigo di waktu
itu. Di sana, bukan hanya Tuanku Nan Renceh dan Haji Miskin saja yang berkumpul. Beberapa
Tuanku dari seantero Wilayah Luhak Nan tigo juga datang kesana. yaitu : Tuanku Tuanku di
Kubu Sanang; Tuanku di Ladang Lawas, Tuanku di Koto Padang Luar, Tuanku di Galung,
Tuanku di Koto Ambalau, Tuanku di Lubuk Aur. Mereka berdelapan orang mengangkat
persaudaraan dan berjanji sehidup semati dalam Menegakkan Syiar Islam keseluruh Wilayah
Luhak Nan tigo. Kelak mereka yang berdelapan di kenal dengan sebutan ' HARIMAU NAN
SALAPAN '

Tuanku yang Delapan Orang ini kemudian menemui Tuanku Nan tuo, untuk merestui perjuangan
Mereka. Bagaimanapun perjuangan penegakan Syariat Islam di bumi Luhak Nan Tigo, harus ada
dibawah restu dan pimpinan dari Tuanku Nan Tuo, yang saat itu dianggap sebagai Tuanku yang
paling senior dan menjadi Pimpinan Spritual semua Tuanku yang ada di Luhak Nan Tigo.

Bagaimana tanggapan Tuanku Nan Tuo terhadap Ikrar para Tuanku yang notabene sebahagian

2
besar nya adalah merupakan Murid murid nya sendiri ?

Ternyata Tuanku Nan Tuo tidak sependapat dengan rencana ke delapan orang Tuanku yang lain.
Tuanku Nan Renceh dan Tuanku yang lain ingin menyegerakan pendirian Negara Islam yang
setidaknya meliputi seluruh Wilayah Tiga Luhak dengan seorang Pemimpin sebenarnya, yaitu
pemimpin yang di Baiat , bukan hanya pemimpin Spritual seperti yang selama ini di nobatkan
pada Tuanku Nan Tuo. Tuanku Nan Renceh dan kawan kawan juga berpendapat bahwa
Perjuangan ini harus disegerakan, dan kapan perlu menggunakan Kekuatan Militer untuk
menguasai semua Wilayah Tiga Luhak yang saat itu carut marut, terpecah pecah bagai tidak ada
pemimpin. Namun Tuanku Nan Tuo, lebih suka dengan cara cara dan metoda yang lebih lambat.
Tuanku Nan Tuo lebih suka menunggu, menunggu kesadaran seluruh Lapisan masyarakat untuk
menerima Syariat Islam dan bergabung dengan Negara Islam Yang sudah Ada. Demikianlah
perbedaan pendapat yang cukup tajam dan terlalu Sulit dikompromikan antara Tuanku Nan Tuo
dengan Tuanku yang delapan orang.

Karena perbedaaan pendapat dengan Tuanku Nan Tuo maka pada tahun 1802 Tuanku Nan
renceh dan kawan kawan Memindahkan Basis Operasi nya Ke Kamang Mudik, kampung
Halaman Tuanku Nan renceh. Mereka beralih ke Tuanku Mudo dari Pamansiangan, untuk
mendapat dukungan dan restu untuk perjuangan tersebut. Tuanku Mudo Dari Pamansiangan
merestui Perjuangan menegakkan Negara Islam di Luhak Nan tigo Tersebut, dan beliau bersedia
Di baiat sebagai Imam atau Pemimpin tertinggi perjuangan. Peristiwa ini, yang menjadi awal
dari Gerakan pembentukan Negara Islam untuk seluruh Wilayah Luhak Nan tigo terjadi pada
tahun 1802 M.

Tuanku Mudo Pamansiangan, adalah anak dari Almarhum Tuanku di Pamansiangan. Tuanku
Pamansiangan ini sendiri, adalah Guru dari Tuanku Nan Tuo dari Koto Tuo. Oleh Karena itulah,
Tuanku nan Tuo tidak dapat membantah dan menginterupsi keputusan para Tuanku yang lain.
Walau tetap tidak mau bergabung dengan mereka, namun Tuanku Nan Tuo tidak menentangnya.
Maka sejak saat itu, kedudukan Tuanku Nan Tuo dari Koto Tuo sebagai Pimpinan Spritual
semua Umat islam di Tiga luhak digantikan secara Aklamasi oleh Tuanku Mudo dari

3
Pamansiangan. Tuanku Nan Mudo dari Pamansiangan, kemudian di sebut sebagai Tuanku Nan
tuo dari Pamansiangan.

Kesalahan Penulis adalah masalah ' Pemaksaan ajaran Agama'

Disini ane kurang setuju, karena menurut ane Negara Islam Luhak Nan tigo waktu itu telah berdiri, dan mempunyai
Legitimasi yang lebih tingi dibanding Kerajaan Usang Pagaruyung yang hanya merupakan Simbol yang sudah lapuk
dek hujan yang sudah lekang dek panas,....maka semua hukuman dan aturan yang diteggakkan oleh Aparat Negara
seperti tuanku Lintau menurut ane sudah dalam batas hukum dan kewenangan yang layak dan legitimeted...

Tindakan Masyarakat Tanjung Berulak,...Etek Tuanku nan renceh,..Para penghulu di Bukit Betabuh....sudah
sepantas nya dianggap sebagai pelanggaran terhadap Hukum Negara,..tindakan Subversif yang mengancam sendi
sendi seluruh Negara,..negara manapun akan menghukum pelanggar seperti ini dengan tegas,....maka bukan hanya
karena memaksakan agama.....ini kesalahn konteks yang ane simak dari tulisan diatas dan banyak tulisan lain
tentang sejarah penegakan negara islam di minang kabau,..yang dikenal oleh sejarawan kontemporer sebagaiu
Gerakan Paderi
Makanya ane berusaha mengkaji Gerakan Paderi dan Penegakan Negara islam sejak jauh kebelakang, minimal
sejak masa Tuanku Nan Tuo dari Koto Tuo Ampek Angkek...

Kerjasama Orang Kerajaan Pagaruyung dengan BElanda sudah berlangsung lama,...dahulu Keluarga Kerajaan
Pagaruyung sudah bersekutu dengan Belanda untuk mengusir orang Aceh dari Pesisir Barat ( Tiku -Pariaman-
padang ).....artinya Sebelum ninik Mamak Luhak Nan tigo menjual kampungnya pada belanda,....Keluarga Kerajaan
Pagaruyung sudah memulai dengan menjual Tanah Rantau pesisir ( padang-tiku-PAriaman) ke Belanda
Suka · Balas · Baru saja

Putra Andalas NB : menurut kajian ane, Masa itu tidak ada pemerintahan Kerajaan Pagaruyung atas tanah tiga
luhak...tanah tiga luhak berjalan tanpa hukum Kolektif,..nah, coba bro simak hasil kajian ane tentang TUANKU NAN
TUO....bahwa dimasa itu ranah Minang itu, tidak mempunyai pemerintahan yang kolektif,...jadi seperti negri tak
bertuan....Keluarga Kerajaan Usang dari Pagaruyung sudahlah tinggal menjadi legenda dan Simbol saja...mereka
tidak mempunyai kuasa yang nyata di semua Luh

Kerjasama Orang Kerajaan Pagaruyung dengan BElanda sudah berlangsung lama,...dahulu Keluarga Kerajaan
Pagaruyung sudah bersekutu dengan Belanda untuk mengusir orang Aceh dari Pesisir Barat ( Tiku -Pariaman-
padang ).....artinya Sebelum ninik Mamak Luhak Nan tigo menjual kampungnya pada belanda,....Keluarga Kerajaan
Pagaruyung sudah memulai dengan menjual Tanah Rantau pesisir ( padang-tiku-PAriaman) ke Belanda

Putra Andalas NB : menurut kajian ane, Masa itu tidak ada pemerintahan Kerajaan Pagaruyung atas tanah tiga
luhak...tanah tiga luhak berjalan tanpa hukum Kolektif,..nah, coba bro simak hasil kajian ane tentang TUANKU NAN

4
TUO....bahwa dimasa itu ranah Minang itu, tidak mempunyai pemerintahan yang kolektif,...jadi seperti negri tak
bertuan....Keluarga Kerajaan Usang dari Pagaruyung sudahlah tinggal menjadi legenda dan Simbol saja...mereka
tidak mempunyai kuasa yang nyata di semua Luhak

Anda mungkin juga menyukai