Anda di halaman 1dari 3

2 KONSEP HIPOGLIKEMIA AKIBAT HEMODIALISA

Kebutuhan insulin setelah hemodialisis pemeliharaan bervariasi, dan penting untuk monitor
gula darah. Banyak pasien diabetes dengangagal ginjal terminal terjadi penurunan kebutuhan
insulin. Banyak pasien diabetes pada awal hemodialisis membutuhkaninsulin, dan sebagian
kontrol gula darah dengan sulfonilurea. Sejumlah glukosa akan bergeser dari darah ke
kompartemen dialisat, diperkirakan25-30 mg setiap kali prosedur hemodialisis. Hipoglikemia
dapat terjadi pada pasien diabetes saat hemodialisis,hal ini disebabkan karena :
a. Menurunnya katabolisme insulin.
b. Menurunnyaasupanmakanan
c. Resiko hipoglikemia meningkat pada pasien diabetes yangmalnutrisi
d. Menggunakan β Bloker (mempengaruhi glikogenolisis).Pada pasien diabetes yang
menjalanihemodialisis, untukmencegah hipoglikemia saat hemodialisis, cairan dialisat
harusdipertahankan mengandung 200 mg/dL glukosa (11 mmol/L).
Suatu penelitian di Yugoslavia tahun 2001 pada 20 orang pasiendiabetes yang menjalani
hemodialisis, pasien dibagi atas 2 kelompokyaitu kelompok yang menggunakan cairan dialisat
dengan konsentrasiglukosa 5,5 mmol/L, dibandingkan dengan kelompok kedua yang
menggunakan cairan dialisat dengan konsentrasi glukosa 11 mmol/L,setelah diikuti selama 14
minggu ternyata angka kejadian hipoglikemialebih tinggi pada pasien yang menggunakan cairan
dialisat yang rendah konsentrasi glukosanya.
Hipoglikemia merupakan kumpulan gejala klinis yang disebabkan konsentrasi glukosa darah
yang rendah. Hipoglikemia secara harafiah berarti konsentrasi glukosa darah dibawah harga
normal. Batas konsentrasi glukosa darah untuk mendiagnosis hipoglikemia tidak sama untuk
setiap orang. Sehingga untuk mendiagnosis hipoglikemia kita menggunakan Triad Whipple, yang
terdiri dari gejala-gejala hipoglikemia (tabel 1), konsentrasi glukosa plasma yang rendah, dan
hilangnya gejala hipoglikemia setelah konsentrasi glukosa plasma meningkat (Tomky, 2005).

Tabel 1. Tanda dan gejala umum hipoglikemia


Gejala adrenergic Tanda neuroglikopenik
Pucat Bingung
Keringat dingin Bicara tidak jelas
Takikardi Perubahan sikap perilaku
Gemetaran Lemah yang berat
Lapar Disorientasi
Cemas Penurunan kesadaran
Gelisah Kejang
Sakit kepala Mata sembab
Mengantuk Penurunan respons terhadap stimulus
berbahaya

Hipoglikemia dibagi menjadi hipoglikemia ringan, sedang, dan berat (Setyohadi et al, 2012).

Tabel 2. Klasifikasi Hipoglikemia


Klasifikasi Tanda dan gejala
Ringan Simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak
ada gangguan aktivitas sehari-hari yang
nyata.
Sedang Simptomatik, dapat diatasi sendiri,
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-
hari yang nyata.
Berat Sering (tidak selalu) simptomatik, karena
gangguan kognitif pasien tidak dapat
mengatasi sendiri.
Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak
memerlukan terapi parenteral.
Membutuhkan terapi parenteral
(glukagen, intramuscular atau glucagon
intravena).
Disertai dengan koma atau kejang.

3.1 Penatalaksanaan

1. Non-Farmakologik
Penatalaksanaan utama pada hipoglikemia adalah mengatasi hipoglikemia dan
mencari penyebabnya, penilaian keadaan pasien yang meliputi keadaan umum pasien,
tingkat kesadaran, tanda vital (tekanan darah, frekuensi pernafasan, frekuensi nadi, dan
suhu), pengukuran konsentrasi glukosa darah, pemasangan jalur intravena, riwayat
penggunaan insulin dan obat antidiabetik oral (waktu dan jumlah yang diberikan) dan
penilaian riwayat nutrisi yang diberikan kepada pasien serta tatalaksana sesuai dengan alur
pengelolaan hipoglikemi harus segera dilakukan. Terapi insulin atau obat antidiabetik
lainnya yang menyebabkan hipoglikemia segera dihentikan.
Jika pasien masih sadar dapat diterapi menggunakan sumber karbohidrat oral, pilihlah
jenis terapi yang tepat, atau menggunakan terapi yang paling sederhana yaitu menggunakan
larutan glukosa murni 20-30 gram. Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan
tidak terlalu gawat, pemberian made atau gel glukosa lewat mukosa rongga mulut (buccal)
dapat dicoba (Waspadji, 2002).
2. Farmakologik
Jika pasien tidak sadar atau tidak dapat mengkonsumsi apapun melalui oral (nil per
os-NPO), jalur intravena harus terpasang. Pemberian 50 cc dekstrosa 40% secara bolus
merupakan terapi awal yang dianjurkan. Terapi ini diteruskan setiap 10-20 menit jika pasien
belum sadar sampai pasien sadar. Selain itu diberikan cairan dekstrosa 10% per infuse 6 jam
per kolf untuk mempertahankan glukosa darah dalam nilai normal atau di atas normal
disertai pemantauan glukosa darah. Apabila pasien tetap tidak sadar tetapi glukosa sudah
dalam batas normal, maka dilakukan pemberian hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12
jam atau deksametason 10 mg iv bolus, dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan manitol iv 1,5-2
g/kgBB setiap 6-8 jam. Selanjutnya cari penyebab lain dari hipoglikemia. Untuk
menghindari hipoglikemia berulang, setiap selesai menatalaksana pasien DM dengan
hipoglikemia, perlu dilakukan pencarian penyebab timbulnya hipoglikemia, atasi penyebab
tersebut, dan jika terdapat indikasi, dapat dilakukan evaluasi dosis dan waktu pemberian
insulin atau obat antidiabetik oral. Selain itu perlu diperhatikan jumlah dan waktu pemberian
nutrisi dan olahraga pada pasien (Waspadji, 2002)

Anda mungkin juga menyukai