Anda di halaman 1dari 7

MODEL PENELITIAN AGAMA

Diajukan Sebagai Tugas Makalah

Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam

DOSEN PEMBIMBING

Fitri Oviyanti, M.Ag

DISUSUN OLEH

Lismania

Nina Lingga Sari

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2011
MODEL PENELITIAN AGAMA

A. Arti Penelitian Agama


Penelitian berarti pemeriksaan, penyelidikan yang dilakukan dengan berbagai cara
secara seksama dengan tujuan mencari kebenaran-kebenaran objektif yang diperoleh tersebut
kemudian digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaharuan, pengembangan atau
perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis dalam bidang-bidang pengetahuan
yang bersangkutan.1
Adapun pengertian agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan, ditulis dalam kitab
suci, dan diwariskan oleh suatu generasi ke generasi berikutnya dengan tujuan memberikan
tuntunan hidup bagi manusia agar tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.2
Jadi menurut Taufik Abdullah “penelitian agama” sebagai upaya akademis berarti
menjadikan agama sebagai sasaran penelitian. Dengan demikian, secara umum dapat
dikatakan bahwa penelitian agama berarti menjadikan agama sebagai subyek penelitian yang
di dalamnya diterapkan metode-metode ilmiah.

B. Penelitian Agama dan Keagamaan


1. Ruang Lingkup Penelitian Agama

Lingkup penelitian agama, khususnya agama Islam menurut Juhaya S. Praja dapat
diabstraksikan sebagai berikut:

a. Penelitian sumber-sumber ajaran agama yang meliputi penelitian terhadap al-Qur’an


dan sunnah.
b. Penelitian pemikiran umat Islam, yaitu penelitian terhadap upaya umat Islam dalam
memahami sumber-sumber utama ajaran Islam.
c. Penelitian sejarah umat Islam dan aplikasi ajaran-ajaran dan pemikirannya dalam
kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat.
d. Penelitian tentang bagaimana sumber ajaran agama dan pemikiran atau penafsiran
dari sumber-sumber ajaran agama itu disebarkan dan dikomunikasikan kepada umat.

1
H. M Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), cetakan ke-2,
hlm 142

2
Fitri Oviyanti, Daras Metodologi Study Islam, (Palembang: IAIN Raden Fatah, 2005), hlm 6
e. Penelitian bahasa Arab atau bahasa lain yang dominan dalam sejarah perkembangan
Islam, sehingga dapat membantu pengembangan ilmu-ilmu agama secara umum.
f. Penelitian ajaran-ajaran Islam dan aplikasinya dalam masyarakat tertentu yang hingga
kini masih “hidup”.

2. Pendekatan-Pendekatan dalam Penelitian Agama

Dalam penelitian agama terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh
peneliti, yaitu pendekatan teologis normatif, antropologis, sosiologis, psikologis, historis,
kebudayaan, dan filosofis.

a. Pendekatan Teologis Normatif


Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama, secara harfiah dapat diartikan
sebagai upaya untuk memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang
bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai
yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
b. Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis dalam penelitian agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat
dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya.
c. Pendekatan Sosiologis
Yang dimaksud dengan pendekatan sosisologis adalah penerapan teori-teori sosiologis
untuk menggambarkan fenomena sosial keagamaan serta pengaruh suatu fenomena terhadap
fenomena lain.
d. Pendekatan Filosofis
Filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Filsafat pada intinya adalah suatu
proses atau usaha untuk mencari hakikat sesuatu di balik yang nyata. Filsafat mencari sesuatu
yang mendasar, inti, hikmah dari sesuatu yang tampak (lahiriah).
e. Pendekatan Sejarah (historis)
Melalui pendekatan sejarah, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang
sebenarnya berkenaan dengan penerapan atau peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak akan
memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman demikian akan
menyesatkan orang yang memahaminya.
f. Pendekatan Kebudayaan
Melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat
mengamalkan ajaran agama. Selain itu, dengan pendekatankebudayaan seseorang dapat
memilah-milah antara ajaran agama yang sudah bercampur dengan kebudayaan masyarakat
setempat. Hal ini penting agar kita tidak menjadi orang yang kaku dalam mengamalkan
ajaran agama, sekaligus juga tidak menjadi sesat.
g. Pendekatan Psikologis
Menurut Zakiyah Daradjat, sikap dan tingkah laku atau mekanisme yang bekerja
dalam diri seseorang, baik cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku, tidak bisa
dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kanstruksi kepribadiannya.

C. Model-Model Penelitian Agama


1. Model Penelitian Tafsir
Untuk corak penafsiran saat ini, Abuddin Nata3 mengemukakan tiga model penelitian
tafsir, yaitu model yang dilakukan oleh Quraish Shihab, Ahmad as-Syarbashi, dan
Muhammad al-Ghazali.
 Model penelitian tafsir yang dikembangkan oleh Quraish Shihab lebih banyak
bersifat eksploratif, deskriptif, analitis dan perbandingan, yaitu model penelitian yang
berupaya mengggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan ulama-ulama tafsir
terdahulu berdasarkan berbagai literatur tafsir, baik yang bersifat primer (yang ditulis oleh
ulama yang bersangkutan), maupun yang bersifat sekunder (tafsir yang ditulis oleh ulama
tafsir lainnya). Data-data yang dihasilkan dari berbagai literatur tersebut lalu dideskripsikan
secara lengkap serta dianalisis dengan menggunakan pendekatan kategorisasi dan
perbandingan.
 Ahmad asy-Syarbashi melakukan penelitian tentang tafsir dengan menggunakan
metode deskriptif, eksploratif, dan analitis.
 Muhammad al-Ghazali melakukan penelitian tafsir yang bercorak eksploratif,
deskriptif dan analitis sebagaimana halnya yang dilakukan Quraish Shihab. Sedangkan

3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm 214-229
sumber yang digunakan adalah bahan-bahan bacaan atau kepustakaan yang ditulis para ulama
tafsir terdahulu.

2. Model Penelitian Hadits

Menurut Abuddin Nata4, terdapat beberapa model penelitian hadits pada periode
belakangan ini, antara lain:

 Model Quraish Shihab


Dalam bukunya yang berjudul Membumikan al-Qur’an, Quraish Shihab meneliti
tentang keberadaan hadits, yaitu tentang hubungan hadits dengan al-Qur’an serta fungsi dan
posisi hadits dalam tafsir. Bahan-bahan penelitian yang beliau gunakan adalah bahan
kepustakaan, yaitu sejumlah buku yang ditulis oleh para pakar di bidang hadits termasuk pula
al-Qur’an. Sedangkan sifat penelitiannya adalah deskriptif analitis.
 Model Musthafa al-Siba’iy
Penelitian yang dilakukan al-Siba’iy bercorak eksploratif dengan menggunakan
pendekatan historis dan disajjikan secara deskriptif analitis. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh al-Siba’iy antara lain mengenai sejarah proses terjadi dan tersebarnya hadits mulai dari
Rasulullah sampai terjadinya upaya pemalsuan hadits dan usaha para ulama untuk
membendungnya.

3. Model Penelitian Filsafat Islam


 Model M. Amin Abdullah
Penelitian yang dilakukannya merupakan penelitian kepustakaan yang bercorak
deskriptif, yaitu penelitian yang bahan-bahan kajiannya terdiri dari sumber primer maupun
sekunder. Bahan-bahan tersebut lalu diteliti keauntetikannya secara seksama; diklasifikasikan
menurut variabel yang ingin ditelitinya; dibandingkan antara satu sumber dengan sumber
lainnya; dideskripsikan, dianalisis, kemudian disimpulkan.5
 Model Otto Horrassowitz, Majid Fakhry, dan Harun Nasution

4
Ibid., hlm. 241-244

5
Ibid., hlm. 258
Penelitian yang dilakukan Otto Horrassowitz merupakan penelitian kualitatif yang
sumbernya literatur (kajian pustaka). Metodenya deskriptif analitis, sedangkan
pendekatannya historis dan tokoh.
Penelitian Majid Fakhry menggunakan pendekatan campuran, yaitu selain
menggunakan pendekatan historis juga menggunakan pendekatan kawasan dan pendekatan
substansi.
Harun Nasution juga melakukan penelitian filsafat dengan menggunakan pendekatan
tokoh dan pendekatan historis. Bentuk penelitiannya deskriptif dengan menggunakan bahan-
bahan bacaan, baik sumber primer maupun sekunder. Dengan demikian, penelitiannya
bersifat kualitatif..

4. Model Penelitian Pendidikan Islam


Berikut ini dikemukakan beberapa contoh model penelitian pendidikan Islam versi
Abuddin Nata, yaitu:
 Model penelitian tentang problema guru
Penelitian ini ditinjau dari segi metodenya termasuk penelitian yang sepenuhnya
didasarkan pada data yang dijumpai di lapangan. Penelitian ini menggunakan data lapangan
yang dikumpulkan melalui instrument pengumpul data, yaitu kuisioner yang sampelnya
mewakili tingkat nasional, dan obyek yang diteliti adalah problema yang dihadapi guru-guru.
 Model Penelitian tentang lembaga Pendidikan Islam
Dalam penelitiannya ini, kareel menggunakan metode penelitian observasi
(pengamatan) terhadap sejumlah pesantren yang berada di Jawa dan Sumatera. Melalui
analisis historis yang dipadu dengan pendekatan komparatif, Kareel akhirnya sampai pada
suatu kesimpulan bahwa dibandingkan dengan Malaysia, pesantren di Indonesia melalui
beberapa pembaharuan, tetapi tetap berusaha memberikan pendidikan Islam yang juga
memenuhi kebutuhan pendidikan sesuai dengan zamannya.
 Model Penelitian Kultur Pendidikan Islam
 Model penelitian Mastuhu
Dari sudut metode, penelitian ini menggunakan pendekatan grounded research yang
mendasarkan analisisnya pada data dan fakta yang ditemui di lapangan, jadi bukan melalui
ide-ide yang ditetapkan sebelumnya.
 Model Penelitian Zamakhsyari Dhofier
Model penelitian Dhofier tergolong penelitian lapangan dengan menggunakan metode
survey, pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Pembahasannya bersifat deskriptif,
sedangkan analisisnya menggunakan pendekatan sosiologis.

Anda mungkin juga menyukai