Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN PUSTAKA

Central Pontine Myelinolysis :


Diagnosis dan Penatalaksanaan
Michael Setiawan
Bagian Neurologi RS Pluit, RS Puri Indah, Siloam Hospital Kebon Jeruk, Jakarta

Abstrak
Central Pontine Myelinolysis (CPM) pertama kali dideskripsikan oleh Adams dkk. pada tahun 1959 sebagai penyakit
yang mengenai pasien kurang gizi dan pecandu alkohol. Konsep ini makin berkembang dengan ditemukannya lesi di
luar pons yang disebut extrapontine myelinolysis (EPM). Bila proses patologis mengenai pons dan struktur di luar pons
disebut sebagai osmotic demyelination syndrome (ODS). Hubungan kelainan ini dengan koreksi natrium yang cepat
pada pasien hiponatremia ditemukan pada tahun 1982. Gambaran klinis CPM sangat bervariasi, pada umumnya berupa
penurunan kesadaran, kuadriparesis, dan gejala pseudobulbar seperti disartria dan disfagia, kadang-kadang ataksia,
gangguan gerak, atau gangguan tingkah laku. Diagnosis ditegakkan dengan kecurigaan klinis dan ditunjang pemerik-
saan magnetic resonance imaging (MRI). Penatalaksanaan yang direkomendasikan bersifat suportif. Pernah dilaporkan
penggunaan Thyrotropin-releasing hormone (TRH), metilprednisolon, intravenous immunoglobulins (IVIg), dan plas-
maferesis untuk pengobatan CPM atau EPM. Identifikasi pasien dengan risiko CPM, mencegah koreksi natrium yang
cepat, diagnosis dini, dan penatalaksanaan komplikasi akan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas.

Pendahuluan kan ODS ditemukan pada 3/5 kasus.4 nan ini dengan koreksi natrium yang
Myelinolysis adalah kelainan neurolo- cepat pada pasien hiponatremia baru
gis yang dapat terjadi pasca koreksi Sejarah myelinolysis dimulai pada ta- ditemukan pada tahun 1982.
hiponatremia secara cepat.1 Penyakit hun 1949, saat seorang pria 38 tahun
ini sudah dikenal lebih dari 50 tahun dirawat di rumah sakit Boston den- Epidemiologi
yang lalu.1,2 Saat itu penyakit ini dike- gan diagnosis delirium tremens dan CPM dan ODS adalah kelainan medis
nal dengan nama central pontine pneumonia. Saat perawatan terjadi yang jarang. Insidensi yang tepat tidak
myelinolysis (CPM). Akan tetapi akhir- kuadriplegia, kelemahan saraf wajah, diketahui, dan hanya berdasarkan la-
akhir ini diketahui bahwa penyakit ini disfagia, mutism, dan tanda Babinski poran otopsi atau laporan kasus. Pada
mengenai pons dan juga beberapa bilateral. Setelah 22 hari, pasien me- suatu laporan otopsi 3548 pasien de-
struktur lainnya.3,4 ninggal dunia. Pada otopsi ditemukan wasa, CPM atau ODS hanya ditemu-
lesi simetris bilateral basis pons. Pada kan pada 0,25% kasus.6 Musana dkk.
Central pontine myelinolysis adalah pemeriksaan mikroskopik dijumpai melaporkan 6 kasus yang didiagnosis
demielinisasi simetris non inflamasi kerusakan mielin hebat, sedangkan CPM atau ODS selama tahun 1986-
yang terjadi di sentral basis pons. De- neuron dan akson tidak mengalami 2003 di klinik Marshfield/RS St Joseph,
mielinisasi dapat juga terjadi di luar kerusakan berarti. Setelah obser- Amerika Serikat.3 Insidensi lebih tinggi
pons (misalnya pada mesensefalon, vasi selama 10 tahun, Adams dkk. dijumpai pada pasien pecandu alko-
talamus, nuklei basalis, dan serebe- mendeskripsikan central pontine my- hol dan penerima transplantasi hati.
lum) disebut extrapontine myelinolysis elinolysis sebagai entitas klinis pada Insidensi tertinggi pada usia 30-50
(EPM). Bila proses patologis mengenai tahun 1959.5 Mereka menekankan lo- tahun; anak-anak juga dapat terkena
pons dan struktur di luar pons dise- kasi lesi pada basis pons dan bersifat CPM atau ODS.2,7 CPM lebih sering
but osmotic demyelination syndrome simetris; oleh karena itu mereka men- mengenai wanita.
(ODS). 3,4 Perubahan patologis EPM duga penyebab CPM adalah gang-
identik dengan CPM; dari sebuah guan metabolik dan mencurigai ke- Etiologi
laporan kasus otopsi, setengahnya mungkinan gangguan nutrisi karena CPM berhubungan dengan koreksi
ditemukan hanya CPM saja, 2/5 kasus ditemukan pada pasien pecandu alko- cepat hiponatremia, tetapi penyebab
hanya ditemukan EPM saja, sedang- hol dan kurang gizi. Hubungan kelai- pastinya belum diketahui. Pada lapo-

| JULI - AGUSTUS 2010 347

CDK ed_178_a.indd 347 20/06/2010 21:46:58


TINJAUAN PUSTAKA

ran kasus 442 pasien, ditemukan 39,4% 24 jam, 71% binatang percobaan men- intra mielin, kerusakan sawar darah-
pecandu alkohol, 21,5% mendapat galami myelinolysis. Myelinolysis tidak otak, dan degenerasi oligodendro-
koreksi natrium karena hiponatremia, ditemukan pada binatang dengan hi- sit. Peneliti lain menemukan adanya
17,4% penerima transplantasi hati.8 ponatremia yang tidak dikoreksi, dan proses oksidasi pada koreksi natrium.
Walaupun beberapa artikel melapor- tidak ditemukan pada binatang yang Akan tetapi saat ini belum diketahui
kan banyak penyebab metabolik se- dikoreksi natriumnya secara berta- hubungan perubahan osmolit otak,
bagai etiologi, para ahli berpendapat hap.3 hidrasi, kompetensi sawar darah-otak,
bahwa penyebab CPM yang sering dan stres oksidatif terhadap kerusakan
ditemukan adalah kenaikan kadar na- Beberapa penelitian menunjukkan ba- mielin. 9,10
trium yang cepat pada koreksi hipona- hwa otak memiliki mekanisme proteksi
tremia.1,2,3,4 untuk mencegah edema pada kondisi Gambaran Klinis
hiponatremia. Hiponatremia akan me- Tampilan klinis CPM sangat bervaria-
Terdapat beberapa kondisi yang nyebabkan penurunan konsentrasi na- si. CPM mempunyai perjalanan klinis
merupakan predisposisi CPM2, yaitu : trium dan kalium di dalam otak. Otak yang bifasik, awalnya menunjukkan
Pecandu alkohol, Penyakit hati, Mal- juga akan kehilangan anion dalam ben- gejala ensefalopati atau kejang akibat
nutrisi, Hiponatremia. tuk klorida dan osmolit organik yaitu hiponatremia, kemudian terjadi per-
fosfokreatin, mioinositol, asam amino baikan akibat koreksi natrium, bebe-
Faktor-faktor risiko terjadinya CPM glutamin, taurin, dan asam glutamat. rapa hari kemudian kondisi memburuk
pada penderita hiponatremia adalah: Dengan adanya mekanisme proteksi kembali. Gambaran khas pada peme-
- Kadar natrium dalam darah kurang ini, kandungan air dalam otak akan nor- riksaan fisik neurologis adalah penuru-
dari 120 mEq/L selama lebih dari mal kembali dalam waktu 48 jam. nan kesadaran (delirium), kelumpuhan
48 jam. gerak mata horisontal, dan kuadriple-
- Terapi cairan intravena yang Saat otak sudah beradaptasi terhadap gia. Gejala awal CPM pada fase per-
agresif menggunakan NaCl hiper- hiponatremia, otak akan rentan ter- burukan kedua berupa disartria, disfa-
tonik. hadap stres osmotik yang disebab- gia dan kelemahan otot leher (akibat
- Terjadinya hipernatremia saat per- kan koreksi natrium. Dengan koreksi, gangguan traktus kortikobulbar), ku-
awatan. kadar natrium dan kalium dalam otak adriparesis flaccid (akibat gangguan
akan kembali seperti semula dalam traktus kortikospinal) yang akan beru-
Banyak pasien hiponatremia yang di- beberapa jam, tetapi osmolit organik bah menjadi spastik. Gejala-gejala ini
koreksi dengan cepat tidak menga- membutuhkan waktu 5-7 hari untuk timbul karena adanya lesi basis pons.
lami CPM. Oleh karena itu mungkin kembali ke kadar yang normal. Selama Bila lesi meluas ke tegmentum pontis,
masih terdapat faktor risiko lain yang koreksi cepat natrium, darah menjadi timbul gangguan refleks pupil, dan
belum diketahui. Akan tetapi, sangat lebih hipertonik dibandingkan dengan gangguan gerak bola mata. Gang-
jarang pasien hiponatremia akut (ku- otak. Hal ini menyebabkan edema guan gerak bola mata dapat berupa
rang dari 48 jam) yang mengalami
CPM pasca koreksi natrium.2

Patofisiologi
Berdasarkan penelitian binatang, ter-
dapat hubungan antara timbulnya
myelinolysis dengan koreksi natrium.
Binatang percobaan dibuat hipona-
tremia dengan pemberian vasopresin
selama beberapa hari, kemudian di-
beri infus NaCl hipertonik. Binatang
percobaan yang awalnya lemah ka-
rena hiponatremia mengalami per-
baikan sementara. Umumnya dalam
48 jam setelah kadar natrium normal,
binatang mengalami kelumpuhan. Se-
telah otopsi, ditemukan myelinolysis
simetris pada sentral pons. Penelitian
binatang juga memperlihatkan kor-
elasi kenaikan kadar natrium dengan
insidensi CPM. Bila kadar natrium se-
rum naik lebih dari 14 mmol/L selama Gambar 1. Gambaran patologi central pontine myelinolysis4

348 | JULI - AGUSTUS 2010

CDK ed_178_a.indd 348 20/06/2010 21:46:59


TINJAUAN PUSTAKA

kelumpuhan gerak mata horisontal


akibat lesi di pons, dan bila sudah
meluas ke mesensefalon menyebab-
kan kelumpuhan gerak mata vertikal.
Penurunan kesadaran bervariasi dari
delirium (paling sering ditemukan),
sampai koma. Tidak pernah dijum-
pai kelainan sensorik. Lesi luas basis
pons akan menyebabkan locked-in
syndrome, kelumpuhan semua saraf
wajah bagian bawah dan kelumpuhan
ekstremitas bilateral; gerak bola mata
vertikal tidak terganggu, pasien tetap
sadar, dapat mengedipkan mata, dan
pernafasan normal.1,2 Kadang-kadang
Gambar 2. Gambaran MRI CPM (A) dan EPM (B) 7
manifestasi klinis berupa ataksia,
gangguan gerak, atau gangguan ting-
kah laku. DWI mungkin mampu mendeteksi adalah suportif, sekaligus mencegah
CPM. Pada satu laporan kasus, terli- timbulnya komplikasi sekunder yang
EPM dapat memberikan gejala mu- hat perubahan gambaran DWI pada dapat memperberat morbiditas dan
tism, parkinsonism, distonia, dan pasien kuadriplegia dalam 24 jam on- mortalitas.
katatonia. Gambaran klinis EPM ber- set, yang belum dapat terdeteksi den-
variasi dan dapat berubah-ubah. Per- gan MRI konvensional.3,11 Beberapa rekomendasi koreksi
nah dilaporkan pasien dengan tremor hiponatremia yang pernah dipublika-
ekstremitas dan mioklonik, kemudian Pemeriksaan lumbal punksi tidak rutin sikan:4
berubah menjadi parkinsonism dan dilakukan, apalagi bila etiologi dan - 2,5 mmol/L/jam dan tidak bo-
koreoatetosis.4 Gangguan gerak aki- diagnosis sudah jelas. Pemeriksaan li- leh lebih dari 20 mmol/hari (Berl
bat EPM merepresentasikan mani- kuor serebrospinalis memperlihatkan 1990).
festasi ODS yang dapat diobati. Ge- gambaran peningkatan tekanan pem- - Tidak lebih dari 12 mmol/L/hari
jala parkinsonism dapat mengalami bukaan, peningkatan protein, pleosit- pada hari pertama, kecepatan
perbaikan dengan pengobatan simto- osis mononuklear, dan peningkatan koreksi dikurangi pada hari-hari
matik obat-obat golongan dopamin- myelin basic protein. Pemeriksaan berikutnya (Sterns 1987-1992).
ergik. brain stem auditory evoked potensials - 15 mmol/L dalam 24 jam (Kumar
memperlihatkan abnormalitas beru- dan Berl 1998).
Diagnosis pa gambaran perlambatan konduksi - Kurang dari 10 mmol/L/hari dalam
Diagnosis CPM didasarkan atas kecu- batang otak. Pemeriksaan electroen- 24 jam pertama, dan kecepatan
rigaan klinis dan dikonfirmasi dengan cephalography (EEG) memperlihatkan koreksi dikurangi pada hari-hari
pemeriksaan neuroimaging. Magne- gambaran perlambatan simetris difus berikutnya (Karp dan Laureno
tic resonance imaging (MRI) adalah pada kedua hemisfer bilateral. Pada 2000).
metode imaging pilihan untuk diag- pemeriksaan patologi anatomi dite- - Tidak melebihi 1-2 mmol/L/jam
nosis. Sensitivitas MRI lebih tinggi mukan demielinisasi, penurunan jum- dan tidak lebih dari 8 mmol/L/hari
dibanding CT scan, dan dapat lebih lah oligodendroglia, sedangkan akson (Brown 2000)
baik memperlihatkan EPM. Gamba- dan neuron relatif tidak mengalami - Tidak melebihi 8 mmol/L/hari
ran CPM atau EPM berupa lesi hipo- kerusakan.2 (Adrogue 2000).
intens pada T1, lesi hiperintens pada
T2 dan FLAIR (Fluid Attenuation Inver- Penatalaksanaan Empat modalitas penatalaksanaan
sion Recovery), serta tidak menyangat Langkah paling penting dalam pe- yang pernah dilaporkan adalah :
(enhanced) pada pemberian kontras. natalaksanaan CPM adalah men- 1. Thyrotropin-releasing hormone
Munculnya gambaran lesi pada MRI genali pasien yang memiliki risiko, (TRH). Chemaly dkk. melaporkan
mungkin sangat terlambat, dan bila dan mencegah koreksi natrium yang pengobatan EPM dengan TRH 0,6
secara klinis dicurigai CPM, peme- cepat, terutama pada pasien dengan mg IV selama 6 minggu pada anak
riksaan imaging dapat diulang dalam hiponatremia kronis. Hiponatremia perempuan berusia 13 tahun. Ter-
10-14 hari. kronis didefinisikan sebagai hipona- jadi perbaikan klinis dalam be-
tremia yang terjadi lebih dari 48 jam. berapa hari, dan TRH dilanjutkan
Pernah dilaporkan perubahan gamba- Apabila diagnosis sudah ditegak- sampai pasien sembuh.12
ran Diffusion weighted imaging (DWI). kan, penatalaksanaan CPM terutama 2. Metilprednisolon. Konno dkk.

| JULI - AGUSTUS 2010 349

CDK ed_178_a.indd 349 20/06/2010 21:46:59


TINJAUAN PUSTAKA

melaporkan metilprednisolon terjadi berupa kuadriparesis spastis Extra Pontine Myelinolysis: The Osmotic De-
375mg IV/hari merupakan pengo- sampai dengan locked-in syndrome myelination Syndrome. J Neurol Neurosurg
batan yang efektif untuk CPM.13 pada CPM, sedangkan pada EPM Psychiatry 2004;75(suppl III):iii22-28.
Nishino dkk. melaporkan satu ka- dapat berupa tremor dan ataksia. Lohr 5. Adams RD, Victor M, Mancall EL. Central pon-
sus CPM yang mengalami perbai- dkk. melaporkan 34 kematian dari 74 tine myelinolysis: a hitherto undescribed dis-
kan setelah terapi metilpredniso- pasien CPM pasca koreksi hipona- ease occuring in alcohol and malnourished pa-
lon dan koreksi hiponatremia.14 tremia antara tahun 1962-1994, dan tients. Arch Neurol Psychiatry 1959;81:154-172.
3. Intravenous immunoglobulins terjadi defisit neurologis yang berat 6. Adams RD, Victor M. The acquired metabolic
(IVIg). Finsterer dkk. melaporkan pada pasien yang dapat bertahan disorders of the nervous system. Dalam: Prin-
IVIg 0,4mg/kgBB/hari selama 5 hari hidup.17 Menger dan Jorg melaporkan ciples of Neurology 5th ed. New York: McGraw
efektif untuk pengobatan CPM. 44 pasien CPM dan EPM antara ta- Hill, Inc;1993:891-893.
IVIg mempunyai efek mengurangi hun 1990-1996. Dari 44 pasien, hanya 7. Brito AR, Vasconcelos MM, da Cruz LCH, de
jumlah zat mielotoksik, menurunkan 34 yang memiliki data follow up, 32 Oliviera MEDCQ, dkk. Central pontine and
pembentukan antibodi antimielin, pasien dapat bertahan hidup. Dari extrapontine myelinolysis: report of a case
dan membantu remielinisasi.15 32 pasien tersebut, 10 dengan defisit with a tragic outcome. Jornal de Pediatria
4. Plasmaferesis pernah digunakan neurologis berat, 11 dengan defisit 2006;82:157-160.
untuk pengobatan CPM. Bibl dkk. neurologis ringan, 11 tanpa defisit 8. Lampl C, Yazdi K, Central Pontine Myelinolysis.
melaporkan 3 kasus yang diterapi neurologis.18 Musana dkk. melapor- Eur Neurol 2002;47:3-10.
dengan plasmaferesis, dan ketig- kan 6 pasien dengan CPM atau ODS, 9. Rojiani AM, Prineas JW, Cho ES. Electrolyte-
anya mengalami perbaikan.16 semuanya mengalami perbaikan klinis induced demyelination in rats. 1. Role of the
saat pulang dari rumah sakit.3 Prog- blood-brain barrier and edema. Acta Neuro-
Mekanisme ke-empat modalitas pen- nosis ODS tidak lebih berat daripada pathol (Berl). 1994; 88:287-292.
gobatan di atas belum dapat dije- CPM. Secara statistik, tidak ada hu- 10. Mickel HS, Oliver CN, Starke-Reed PE. Protein
laskan dengan pasti. Sampai saat ini bungan bermakna antara beratnya oxidation and myelinolysis occur in brain fol-
belum ada studi acak untuk meng- gejala neurologis dengan perjalanan lowing rapid correction of hyponatremia. Bio-
konfirmasi efektivitas cara-cara pen- penyakit. Tidak ada hubungan ber- chem Biophys Res Commun. 1990;172:92-97.
gobatan di atas. Oleh karena itu para makna antara besarnya lesi basis pons 11. Ruzek KA, Campeau NG, Miller GM. Early Di-
ahli belum dapat merekomendasikan dengan perjalanan klinis pasien. agnosis Central Pontine Myelinolysis with Dif-
terapi-terapi tersebut.3,4 fusion Weighted Imaging. Am J Neuroradiol
Simpulan 2004;25:210–213.
Pendekatan konservatif, berupa pen- CPM dan EPM adalah komplikasi pen- 12. Chemaly R, Halaby G, Mohasseb G, Medlej R,
gobatan kondisi yang mendasari gobatan hiponatremia dengan gejala Tamraz J, el-Koussa S. Extrapontine Myelin-
atau faktor pencetus, dan perawatan yang berat dan dapat mengancam olysis: treatment with TRH. Rev Neurol (Paris)
suportif yang baik masih dibenarkan jiwa. Hal ini terjadi karena peningka- 1998;154:163-165.
sambil menunggu studi yang meng- tan tonisitas serum secara cepat pada 13. Konno S, Nagawa T, Yoshida T, et al. A Case
konfirmasi efektivitas pengobatan di pasien dengan hiponatremia kronis Report of Central Pontine Myelinolysis associ-
atas.3,4 berat yang sudah beradaptasi dengan ated with serum hyperosmolality after open
kondisi hipotonik. Penatalaksanaan heart surgery. Kyobu Geka 1993;46:150-154.
Komplikasi berupa identifikasi pasien dengan re- 14. Nishino K. Yasuda T, Kowada M. A case of cen-
Komplikasi mungkin terjadi akibat ce- siko CPM, mencegah koreksi natrium tral pontine myelinolysis with neurological re-
dera sistem saraf pusat yang berat, yang cepat, diagnosis dini, dan pena- covery after administration of glucocorticoid.
serta akibat berkurangnya aktivitas talaksanaan komplikasi. Penatalaks- No To Shinkei 1991;43:483-488.
fisik. Komplikasi yang dapat terjadi anaan yang baik dapat mengurangi 15. Finsterer J, Engelmayer E, Timka E, Stiskal M. Im-
adalah2: Ketergantungan ventilator, angka morbiditas dan mortalitas. munoglobulins are effective in pontine myelinoly-
Pneumonia aspirasi, Trombosis vena, sis. Clin Neurophamacol. 2000;23:110-113.
Emboli paru, Kontraktur,Atrofi otot, Daftar Pustaka 16. Bibl D, Lampl C, Gabriel C, Jungling G, Brock
Ulkus dekubitus, Infeksi traktus urina- 1. Laureno R, Karp BI. Myelinolysis after Correc- H, Kostler G. Treatment of central pontine
rius, Depresi tion of Hyponatremia. Ann. Intern. Med. 1997; myelinolysis with therapeutic plasmapheresis.
126:57-62. Lancet 1999;353:1155.
Prognosis 2. Luzzio C. Central Pontine Myelinolysis. http:// 17. Lohr JW. Osmotic demyelination syndrome
Beberapa laporan kasus CPM awal emedicine.medscape.com/article/1174329- following correction of hyponatremia: as-
mengindikasikan angka kematian overview. (diunduh 13 Januari 2010). sociation with hypokalemia. Am J Med.
hampir 100% dalam 3 bulan per- 3. Musana AK, Steven H. Central Pontine My- 1994;96:406-413.
awatan. Perbaikan maksimal biasanya elinolysis: Case Series and Review. Wisconsin 18. Menger H, Jorg J. Outcome of central pontine
membutuhkan waktu beberapa bulan. Medi.J. 2005;104(6):56-60. myelinolysis and extrapontine myelinolysis . J
Defisit neurologis kronis yang dapat 4. Martin RJ. Central Pontine Myelinolysis and Neurol. 1999;246:700-705.

350 | JULI - AGUSTUS 2010

CDK ed_178_a.indd 350 20/06/2010 21:46:59

Anda mungkin juga menyukai