Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PERANCANGAN SISTEM INDUSTRI TERPADU


(Produk Manufaktur Lemari Modern)

Oleh :

Alwan Firmansyah 141730084


Chris Pransestio 141730060
Entoris 141730048
Filza Rudini Putra 141730090
Rizky C Dzikrillah 141730093

Dosen Pembimbing :
Ch. Desi Kusmindari, S.T., M.T

Program Studi Teknik Industri


Fakultas Teknik
Universitas Bina Darma Palembang
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmatnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas Makalah “Produk
Manufaktur Lemari Serbaguna”.
Tugas ini dibuat sebagai salah satu syarat penilaian dalam mata kuliah
“Perancangan Sistem Industri Terpadu”. Makalah ini diharapkan bisa menjadi
acuan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang Produk Manufaktur
Lemari, khususnya mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ch. Desi Kusmindasari,
ST., M.T., selaku dosen pembimbing mata kuliah Perancangan Sistem Industri
Terpadu yang telah memberikan ilmu dan wawasan. Penulis juga mengakui
adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat
menyempurnakan penulisan makalah ini.

Palembang, November 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini semakin perkembangan zaman sudah semakin cepat, sehingga
membuat kita dituntut lebih kreatif dalam menyikapi kehidupan. Apalagi
perkembangan produk mengarah pada pasar bebas yang membuat lingkungan
masyarakat dipenuhi persaingan yang ketat. Oleh karena itu strategi dan
perencanaan matang sangat dibutuhkan untuk memanfaatkan peluang usaha.
Namun pada kenyataannya banyak sekali masyarakat menganggur karena
kurangnya keterampilan dalam menangkap peluang usaha yang ada dan
kurangnya pengetahuan akan trend kekinian yang lagi berkembang, sehingga
kami disini berencana membuat peluang usaha “Lemari Serbaguna“. Produk ini
terbuat dari bahan baku kayu dan desain yang menarik
Sebagai salah satu kebutuhan alat rumah tangga. Produk ini digunakan
untuk meletakkan barang seperti baju, celana, dan barang berharga lainnya.
berdasarkan kriteria apapun benda yang kecil bisa di masukkan di dalam lemari
tersebut sehingga memudahkan untuk mencarinya ketika di perlukan dapat
menghemat tempat..
.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana menentukan Spesifikasi produk lemari dengan metode QFD
sesuai dengan kebutuhan konsumen?

1.3 Tujuan
Merancang produk lemari yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen
dengan menggunakan metode QFD.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam laporan ini adalah responden yang menjadi
sumber penelitian ini adalah responden yang menggunakan skala likert dalam
metode QFD.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode QFD

Quality Function Deployment (QFD) merupakan metode yang dapat


digunakan dalam proses perancangan dan pengembangan produk (Ulrich, 2001)
untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan konsumen. Keuntungan metode QFD
yaitu dapat mereduksi waktu dan biaya dalam proses pengembangan produk.
Dengan metode QFD, produk tidak perlu dibuat untuk tahu kebutuhan
konsumen, namun hanya dengan menyeleksi apa yang menjadi kebutuhan
konsumen dan konsep seperti apa yang dapat diterapkan pada produk tersebut
untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Christine Halim (2013), metode
QFD digunakan untuk penentuan target karakteristik teknis seperti panjang, lebar,
dan tinggi yang optimal pada lemari serbaguna. Penelitian tersebut menerapkan
model matematis yang dikembangkan oleh Askin dan watson. Penelitian yang
serupa juga telah dilakukan oleh Irene Karijadi (2014) dengan metodologi QFD
dan penerapan model kano untuk menentukan karakteristisk teknis yang optimal
pada lemari serbaguna.
Model QFD pada laporan ini akan digunakan untuk merancang dan
mengembangkan produk. Spesifikasi dapat ditentukan dengan mengetahui apa
yang menjadi kebutuhan pelanggan. Sehingga dapat dengan mudah bersaing di
pasar. Selain spesifikasi ukuran, konsep baru bisa diterapkan dalam pembuatan
produk.
2.2 Prototype Lemari Serbaguna

Gambar 2.1 Prototype Lemari Serbaguna

1. Bagian-Bagian Lemari Serbaguna

Gambar 2.2 Detail Lemari Serbaguna

Alat/Mesin : Meteran, Palu, Mesin Bor, Gerinda, Gergaji, Pensil, Kuas


kecil dan amplas
Bahan Utama : Kayu
Bahan Pembantu : Paku dan Pernis
Tabel 2.1 Bagian-Bagian Lemari Serbaguna
Item Quantit Make/Bu Drawingfle
Description
No. y y No.
1 Dinding Lemari Atas (DA) 1 Make 150x40x5 cm
2 Dinding Lemari (DL) 3 Make 200x40x5 cm
Dinding Lemari Bawah
3 1 Make 150x40x5 cm
(DB)
Dinding Lemari Belakang
4 1 Make 200x150x5 cm
(P2)
5 Alas Rak (AR) 3 Make 50x40x5 cm
6 Pintu Lemari (P1) 2 Make 180x65x5 cm
7 Kaca Lemari 1 Buy 170x55x5 cm

Berikut ini adalah bagan struktur Bill Of Material (BOM) produk Lemari
Serbaguna.

Lemari
Serbaguna

P1 (2) DT (3) P2 (1)

AR (3) KL (1) DA (1) DB (1)

Gambar 2.4 Bill Of Material (BOM) Produk Lemari Serbaguna

Keterangan:
1. P1 = Pintu Lemari
2. DT = Dinding Lemari
3. P2 = Dinding Belakang
4. AR = Alas Rak
5. KL = Kaca Lemari
6. DA = Dinding Lemari Atas
7. DB = Dinding Lemari Bawah.
2.3 Peta Proses Operasi
Adapun peta proses operasi produk Lemari Serbaguna adalah sebagai
berikut :
Lemari Serbaguna
Tutup Belakang Pintu Lemari 2 Dinding Lemari

2’ 0-1 Mengukur 2’ Mengukur 2’ Mengukur


(meteran) 0-4 (meteran) 0-8 (meteran)

7’ 0-2 Memotong 7’
0-5 Memotong 7’
0-9 Memotong
(gerinda) (gerinda) (gerinda)

Amplas Amplas Amplas

5’ 0-3 Menghaluskan 5’ 0 - 6 Menghaluskan 5’ 0-10 Menghaluskan


(amplas) (amplas) (amplas)

i-1 i-2 i-3


2’ Inspeksi 2’ Inspeksi 2’ Inspeksi

2x Pengulangan Pengulangan
5x

Beli Paku Beli Paku

20’ Dirakit 20’ Dirakit


0-7 0 - 11

5’ i-4 Inspeks

Beli Pernis

15’ Pernis(Kuas)
0 - 12
Ringkasan

Waktu
Kegiatan Jumlah
(menit)

Operasi 12 87

Pemeriksaan 4 17

Pengulangan Pekerjaan 7 96

Total 20 200

Gambar 2.5 Peta Proses Operasi Produk Lemari Serbaguna

2.4 Assembly Chart Produk Lemari Serbaguna

Dinding Lemari Atas


1

Dinding Lemari
2
A1 Perakitan Dinding
Dinding Lemari Bawah
3

Alas Rak
4 I1

Penutup Lemari Belakang


5 A2 Perakitan Dinding
Ke Penutup

I2

Pintu Lemari dan Kaca A3 Perakitan Dinding


6 Ke Pintu

Gambar 2.6 Assembly Chart Produk Lemari Serbaguna


2.5 Metode Quality Function Deployment (QFD)
2.5.1 Pengumpulan Data
Untuk mendukung kemudahan dalam penelitian ini diperlukan sejumlah
data-data. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai pengembangan produk
lemari serbaguna yang didapat dari penyebaran kuesioner. Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara primer.
Adapun tahap pengumpulan data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan dengan
responden dan pihak-pihak yang berkompeten tentang kebutuhan atau keinginan
konsumen akan produk lemari serbaguna.
2. Observasi
Data-data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan
aspek-aspek yang tampak dalam obyek penelitian. Setelah mengidentifikasi
kebutuhan konsumen, maka dilakukan penyusunan kuesioner dari hasil
wawancara dan penentuan responden untuk menjawab kuesioner.

2.5.2 Pengumpulan Kebutuhan Atribut Produk


Dalam pengumpulan kebutuhan dari atribut untuk merancang lemari
serbaguna dilakukan dengan penyusunan kuesioner tahap awal. Tahap awal
merupakan tahap penyusunan kuesioner berdasarkan kebutuhan konsumen yang
ada. Teknik pengumpulan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada
narasumber.
Dari hasil pengumpulan data tersebut di dapatkan 10 atribut produk lemari
serbaguna yaitu:
Tabel 2.2 Atribut Rancangan Lemari Serbaguna

No Kebutuhan

1 Desain
2 Kekuatan material
3 Kapasitas
4 Mudah Dipindahkan
5 Kaca
Setelah penyusunan kuesioner awal, dilakukan penyebaran kuesioner
kepada responden dengan jumlah responden sebanyak 50 orang. Pertanyaan
dalam bentuk kuesioner dengan pilihan jawaban dan menggunakan skala Likert
yang dimodifikasikan sebagai berikut :
1. Sangat Tidak Setuju ( STS ) diberi bobot 1
2. Tidak Setuju ( TS ) diberi bobot 2
3. Cukup Setuju ( CS ) diberi bobot 3
4. Setuju ( S ) diberi bobot 4
5. Sangat Setuju ( SS ) diberi bobot 5

Teknik pengambilan sampel untuk responden dalam tugas ini adalah


random sampling, yaitu suatu teknik mengambil individu untuk sampel dari
populasi dengan cara random. Suatu cara disebut random jika tiap-tiap individu
dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota
sampel.

2.4.3 Desain Rancangan Lemari Modern


Desain yang dirancang dengan maksud untuk memudahkan dalam hal
pembuatan lemari serbaguna yang menjadi objek penelitian. Sehingga nantinya
dalam pembuatnnya akan mengacu sesuai rancangan setelah mendapat preferensi
dari konsumen.

2.5. Pengolahan Data


Pada pengolahan data ini nantinya akan diawali dengan pengujian
kuesioner dengan cara uji validasi dan uji reliabilitasnya. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui alat ukur dalam pengambilan data tersebut valid dan handal.

2.5.1 Pengujian Validasi Dan Reliabilitas


Saat melakukan penelitian dengan menggunakan alat tertentu sudah
semestinya kalau alat yang akan digunakan baik dan valid. Karena kadangkala
instrumen atau alat akan menurun keakuratnya dalam melakukan pengukuran
sehingga seringkali suatu alat harus ditera terlebih dahulu.
Alat tersebut dikatakan valid dan reliabel jika hasil pengukurannya
tersebut dapat mengungkap suatu yang menjadi tujuan awal. Misalkan suatu
kuesioner yang disebarkan ke responden, maka pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan haruslah dapat mengungkapkan hal tersebut. Pengujian validitas dan
reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Repeated Measure (pengukuran secara berulang)
b. One Shot (sekali ukur)
Dalam penelitian ini menggunakan One Shot (sekali ukur) dengan bantuan
software SPSS 14, dan hasilnya sebagai berikut:

Reliability coefficients:
N of Cases = 50 N of Items =5
Alpha = 0,05
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut maka kuesioner yang digunakan
dalam penelitian menurut A. Abu Hamid (1998), jika hendak mengambil
keputusan-keputusan kelompok, maka variabel dikatakan reliabel jika mempunyai
koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,5 atau lebih. Jika dilihat pada Alpha if item
Deleted pada lampiran maka besarnya alpha diatas 0,5. sedangkan untuk melihat
valid tidaknya kuesioner tersebut dapat dilihat dari Corrected Item-toal
Correlation yaitu antara skor item dengan skor total item yang dapat digunakan
menguji instrumen atau kuesioner dimana kesemua atribut tersebut berada diatas
0,5.

2.5.2 Test Kecukupan Data


Setelah data-data tersebut dilakukan uji validitas dan reliabilitas maka
langkah selanjutnya adalah di uji kecukupan datanya, apakah data yang terkumpul
sudah cukup atau belum dalam analisis lebih lanjut. Dalam test kecukupan data ini
diambil salah satu atribut saja karena dari 10 atribut yang digunakan jumlah
sampel yang diambil sama yaitu sebesar 50 responden. Dan langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
2
k 
   x 
2

 n  xi2  i 
N s
1

  Nx 
 

2
 20 5078300  19582 
N 
1
  8,46 = 9 data
 1958 

Karena N1 < N yaitu 8 < 50, maka data yang diambil telah mencukupi
untuk mewakili populasi.

2.5.3 Membuat Matriks Perencanaan (Matrix Planning)


Dalam menentukan matriks perencanaan dengan cara merefleksikan secara
langsung nilai produk yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Keinginan
dari konsumen tersebut akan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi yang tepat dan
terukur dari produk tersebut.

2.5.3.1 Perhitungan Tingkat Kepentingan Konsumen (Importance to


Customer)
Dari spesifikasi yang telah diperoleh maka selanjutnya dilakukan
penentuan tingkat kepentingan pelanggan dengan pemberian bobot atas jawaban
50 responden kemudian dicari nilai rata-ratanya. Hasil dari jawaban 50 responden
yang telah diolah dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini:
n

X
i 1
i
Nilai rata  rata 
n
Sebagai contoh perhitungan untuk tingkat kepentingan dari atribut ringan,
berdasarkan data yang telah di dapat seperti terlihat pada lampiran 3, maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
(41  42  38  ...  35) 1958
Nilai rata  rata  
50 50
 39,16
Dari hasil rata-rata tingkat kepentingan konsumen tersebut di atas maka
selanjutnya dibulatkan ke atas dan hasil pembulatan tersebut akan menjadi nilai
dari tingkat kepentingan, yaitu untuk atribut ringan mempunyai tingkat
kepentingan sebesar 40. Untuk atribut-atribut lainnya dapat di lihat pada tabel 2.9
di bawah ini:
Tabel 2.3 Tingkat Kepentingan
Nilai Urutan Tingkat
No Atribut Produk
Rata-rata Kepentingan Kepentingan
1 Desain 3.59 3 4
2 Kekuatan material 3.69 2 3
3 Kapasitas 3.58 1 4
4 Mudah Dipindahkan 3.26 4 3
5 Kaca 2.25 5 3
Sumber: hasil pengolahan data

2.5.3.2 Perhitungan Tingkat Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction


Performance)
Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dimaksudkan
untuk mengukur bagaimana tingkat kepuasan konsumen setelah pemakaian
produk yang akan dianalisis. Dihitung dengan rumus :

 number of respondents valuei 


Weight average performance 
(Total number of respondent s )

Sebagai contoh untuk menghitung tingkat kepuasan konsumen dari atribut


bobot tas tenda yang ringan adalah sebagai berikut:

 (27 x2)  (32 x2)  (33x2)  .......(50 x6)


Weight average performance 
(50)
1958
  39,16
50
Untuk hasil perhitungan tingkat kepuasan konsumen dari atribut-atribut
lainnya dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini.
Hasil Kuesioner Total Tingkat
No Kebutuhan Skala Pengukuran
Skor Kepuasan
1 2 3 4 5
1 Desain 0 0 0 35 15 215 4.30
2 Kekuatan material 0 0 0 35 15 215 4.30
3 Kapasitas 0 0 5 25 20 214 4.28
4 Mudah Dipindahkan 0 0 2 36 12 210 4.20
5 Kaca 0 0 5 25 20 214 4.28
Sumber: Pengolahan data

2.5.3.3 Penentuan Nilai Target (Goal)


Dalam pembuatan lemari modern banyak faktor karakteristik rekayasa
maupun kondisi lingkungan yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga
sangat memungkinkan terjadi perbedaan dalam batch-batch produk yang
dihasilkan. Misalnya, peralatan produksi dapat mempengaruhi dari kualitas
produk dalam memproses, sehingga kualitas produk akan terjadi bervariasi.

Penentuan target-target karakteristik rekayasa sangat penting untuk


mengendalikan proses produksi. Meskipun penerapannya proses produksi
seringkali terjadi penyesuaian-penyesuaian, namun tetap distandarkan pada
interval nilai tertentu untuk menjaga agar variasi yang terjadi masih dalam batas
range yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini nilai targetnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.5 Nilai Target (Goal)

No Kebutuhan Goal

1 Desain 5
2 Kekuatan material 4
3 Kapasitas 5
4 Mudah Dipindahkan 4
5 Kaca 4
Sumber: Pengolahan data
2.5.3.4 Perhitungan Rasio Perbaikan (Improvment Ratio)
Rasio perbaikan merupakan perbandingan antara nilai yang diharapkan
pihak perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk.
Dihitung dengan rumus :
Goal
I mprovment ratio 
Customer Satisfaction performance
Dan sebagai contoh perhitungan perhitungannya dari salah satu atribut
yaitu bobot desain lemari adalah sebagai berikut:
5
I mprovemnent ratio  1,16
4,3
Selanjunya untuk perhitungan atribut lainnya dengan cara yang sama maka
dapat dilihat pada tabel 2.12 di bawah ini:
Tabel 2.6 Rasio Perbaikan (Improvment Ratio)
Tingkat Improvment
No Kebutuhan Goal
Kepuasan Ratio
1 Desain 5 4.3 1.16
2 Kekuatan material 4 4.3 0.93
3 Kapasitas 5 4.28 1.17
4 Mudah Dipindahkan 4 4.2 0.95
5 Kaca 4 4.28 0.93
Sumber: Pengolahan data

Tabel 2.14 Bobot Kepentingan relatif


Tingkat Improv.
Atribut Produk Kepen- Goal
Ratio
Tingan
Desain 4 5 1.16
Kekuatan material 3 4 0.93
Kapasitas 4 5 1.17
Harga 3 4 0.95
Tahan Lama 3 4 0.93
Sumber: Pengolahan data
2.5.3.5 Menentukan Kebutuhan Teknik
Langkah selanjutnya bagaimana menterjemahkan persyaratan-persayaratan
konsumen kedalam kebutuhan – kebutuhan teknik dengan kemampuan dan
sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Dari hasil wawancara dengan pemilik, terdapat lima hal pokok yang harus
dikendalikan dalam pembuatan lemari serbaguna yang berkualitas, yaitu: desain,
kekuatan material, kapasitas, harga, dan tahan lama.. Ke-lima faktor ini sangat
mempengaruhi setiap karakteristik rekayasa yang ada. Setiap pengoptimalan
kinerja masing-masing karakteristik rekayasa selalu ditujukan untuk mencapai
persyaratan tersebut.

2.5.4 Perhitungan Biaya Pembuatan Lemari Serbaguna


Pengembangan suatu produk tidak terlepas dari modal keuangan. Dimana
berguna untuk memenuhi keperluan-keperluan operasi dan produksi dalam
pengembangan produk. Adapun biaya-biaya tersebut meliputi:

1. Kayu dan bahan pelapis Rp. 500.000,-


2. Kaca Rp. 250.000,-
3. Pegangan Pintu Rp. 25.000,-
4. Roll Pintu dan Gantungan Rp. 100.000,-
5. Baut Rp. 25.000,-
8. Transportasi Rp. 100.000,-
9. Upah Rp. 500.000,-
10. Air Dan Listrik Rp. 200.000,-
Total Biaya Rp. 1.700.000,-
2.6 Analisis Karakteristik Produk
Setelah seluruh pengolahan data selesai maka selanjutnya dilakukan
analisisnya sehingga nantinya akan lebih memperjelas maksud dari hasil
pengolahan data tersebut. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

2.6.1 Prioritas Pengembangan


Setelah diketahui dari keinginan konsumen terhadap produk tas tenda yang
didasarkan atas atribut-atribut yang dominan untuk diminati, maka dapat
ditentukan skala prioritasnya dalam merancang produk. Prioritas yang diupayakan
untuk pengembangan produk adalah sebagai berikut:
1. Bahan (Kuat)
Merupakan atribut yang mudah untuk diwujudkan karena hal ini dapat
menggunakan preferensi dari produk pesaing. Sedangkan karakteristik teknik
yang dapat mempengaruhi kuat tidak dari suatu produk lemari yaitu: kualitas
bahan, kualitas Ketahanan, dan kualitas bahan pelapis, juga tidak
bertentangan dengan karakteristik teknik lainnya.
2. Mudah Dipindahkan (Ringan)
Lemari yang ringan termasuk atribut yang mempengaruhi tingkat
penjualan, karena pada umumnya konsumen akan membeli sebuah produk
tertatrik dengan berat-ringan dari produk. Apabila bobotnya dari lemari
tersebut terlalu berat, maka konsumen pun enggan untuk memiliki. Untuk itu
sebagai perancang harus tanggap dan senantiasa menangkap keinginan
konsumen dengan cara mendesain lemari dari bahan yang ringan.
Karakteristik teknik yang erat hubungannya adalah bahan dan kualitas
lapisan.

3. Kaca (Tahan terhadap Jamur)


Merupakan atribut yang mudah untuk diwujudkan karena hal ini dapat
menggunakan preferensi dari produk pesaing. Sedangkan karakteristik teknik
yang dapat mempengaruhi tahan terhadap jamur dari suatu produk lemari
juga tidak bertentangan dengan karakteristik teknik lainnya.

4. Design (Model Up to date)


Hal tersebut masih dalam kategori yang mudah untuk diatasi, karena
preferensi dari produk pesaing dapat dijadikan acuan yang pada akhirnya
perusahaan dapat mengevaluasi ulang terhadap produknya. Tetapi hal
tersebut akan menjadi sedikit membutuhkan pemikiran dan pengalaman yang
baik manakala model tersebut dapat bertahan untuk beberapa periode tanpa
ketinggalan modelnya. Sementara atribut ini akan diperngaruhi oleh
karakteristik teknik yang berupa model, kualitas bahan aksesoris, variasi
pemasangan rak, variasi warna, dan pilihan warna.

5. Kapasitas (nyaman di gunakan)


Jenis atribut nyaman memang hal tersebut relatif bagi pemakaianya akan
tetapi dengan melalui suatu proses pengkajian yang melibatkan preferensi
maka hal itu dapat dijadikan sebagai referensi. Untuk karakteristik teknik
yang berhubungan dengan kenyamanan adalah kapsitas lemari , keringanan
bahan, dan kualitasAksesoris.

2.6.2 Analisis Hubungan Kebutuhan Teknik Dengan Kebutuhuan


Konsumen
Dalam hal menghubungkan kedua kebutuhan diperlukan pengalaman,
ketajaman dan pengetahuan yang cukup mendalam khususnya yang berhubungan
degan produk Lemari. Jika memiliki hubungan kuat maka diberi nilai 9 dan jika
hubungannya tidak kuat maka diberi nilai 3. Yang selanjutnya dari setiap nilai
tingkat kepentingan konsumen dikalikan dengan nilai hubungan tersebut dan
dijumlahkan ke bawah untuk mendapatkan nilai tingkat kepentingan karakteristik
tekniknya. Berdasarkan hasil penilaian dan pembobotan tersebut maka dapat
diperoleh skor tertinggi untuk menjadi perhatian bagi perancang yaitu pada
masalah Design lemari (nilai : 96), Kapasitas lemari (nilai : 79), Ketahan
lemari(nilai : 72), Mudah dipindahkan (ringan) (nilai : 57), dan Kaca (nilai : 40).

2.6.4 Analisis Prioritas Fungsi Lemari Modern


Untuk selanjutnya dalam hal perancangan produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Penentuan Model:
 Pemantauan model yang ada di pasar dilakukan untuk merancangan
produk sesuai dengan selera konsumen.
 Penentuan warna yang sesuai dengan bentuk dan jenis tas tenda.
 Pemilihan aksesoris disesuai dengan mode dan dipadukan dengan
jumlah kapasitasnya.
b. Pemilihan Aksesoris Lemari:
 Pemilihan bahan gantungan yang kuat dan halus.
 Pemilihan bahan pegangan kuat dan tipis, .
c. Penentuan warna menarik:
 Pemilihan dan keterpaduan warna yang serasi dan menarik.
 Pemilihan warna mengikuti tren pasar utamanya para calon pengguna
tas tenda ini.
d. Penentuan kapasitas
 Penentuan jumlah kapastas disini dirancang tidak hanya menyimpan
pakaian tetapi juga kebutuhan lainnya sesuai dengan kapasitas dari
lemari.
 Bahan/material yang digunakan berkualitas baik sehingga tida mudah
rapuh saat dikenai beban.
 Perancangan terhadap kualitas lapisan kayu sangat diperhatikan
karena hal tersebut juga menangkap selera konsumen.
Selanjutnya dihitung tingkat kepentingan dari customer need terhadap
function, yaitu seperti tampak pada gambar 4.2 dimana nilai tingkat kepentingan
untuk function didapat dari hasil kali antara tingkat kepentingan customer need
setiap itemnya yang saling berhubungan dan dijumlahkan. Contohnya untuk
fungsi kuat menerima beban 63 = (4x9) + (3x9) dan seterusnya sehingga
didapatkan urutan prioritasnya.

2.6.5 Analisis Proses Produksi


Dengan mengacu dari matriks QFD maka 5 prioritas utamanya adalah
pertama yang perlu diperhatikan adalah pemilihan Design nilai persen prioritas
sebesar 18,96%, prioritas ke dua Kapasitas lemari nilai persen prioritas sebesar
18,00%, prioritas ke tiga Ketahanan nilai persen prioritas sebesar 15,06%,
prioritas ke empat mudah dipindahkan nilai persen prioritas sebesar 12,88%,
prioritas ke lima ukuran kaca nilai persen prioritas sebesar 9,81%,

2.7 Analisis Penjualan dan Estimasi biaya


2.7.1 Peramalan Penjualan
Dalam penentuan harga pokok produk sangat tergantung dari kualitas
bahan yang digunakan terutama bahan pelapis yang digunakan untuk membuat
lemari modern. Selain itu juga jumlah variasi warna yang dipakai, aksesoris yang
terpasang juga mempengaruhi dari harga, sedangkan untuk ongkos tenaga kerja
relative sama, maka dari perhitungan total biaya pembuatan lemari serbaguna
adalah Rp. 1.700.000,- biaya sewaktu-waktu dapat berubah, relative lebih rendah
atau tinggi. Tergantung pada harga bahan yang diperlukan.
Nilai dari hasil perhitungan harga pokok produk tersebut didasarkan pada
biaya pembuatan untuk Lemari, artinya jika memproduksi dalam jumlah yang
banyak tentunya biaya lebih murah dari perhitungan biaya tersebut di atas, berikut
hasil penjualan lemari modern pada periode tahun sebelumnya
Tabel 2.15 Volume Penjualan
No Bulan ( pcs )

1 13
2 14
3 14
4 15
5 15
6 16
7 16
8 17
9 17
10 18
11 19
12 19
Sumber : Pengolahan data
Penjualan lemari
25

20

15

Penjualan
10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Berdasarkan ploting data di atas Analisis Deret Waktu didasarkan pada


asumsi bahwa deret waktu tersebut terdiri dari komponen Trend/Kecenderungan
(T) apabila dilihat dari siklus chart tersebut. Trend merupakan sifat dari
permintaan dimasa lalu terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut
cenderung naik, turun, atau konstan. Untuk mengetahui harga jual maka dilakuakn
peramalan degngan metode Holt Wrinters Algoritma (LR) menggunakan software
Win QSB . Didapat dari permintaan diatas didapat hasil peramalan untuk 12
bulan ke depan.
Tabel 2.16 Hasil Peramalan
No Hasil Peramalan
13 19
14 20
15 21
16 21
17 22
18 22
19 23
20 23
21 24
22 24
23 25
24 26
∑= Jumlah 271
2.7.2 Estimasi Biaya

Untuk mengetahui biaya produksi yang dikeluarkan maka perlu dilakukan


estimasi biaya sesuai dengan peramalan permintaan yang akan dan biaya
pemesana bahan baku pada pembuatan lemari modern, hasil perhitungan biaya
produksi untuk membuat lemari modern adalah sebagai berikut :

Tabel 2.17 Biaya Produksi

No Hasil Peramalan Biaya Produksi


13 19 Rp 32.300.000

14 20 Rp 34.000.000

15 21 Rp 35.700.000

16 21 Rp 35.700.000

17 22 Rp 37.400.000

18 22 Rp 37.400.000

19 23 Rp 39.100.000

20 23 Rp 39.100.000

21 24 Rp 40.800.000

22 25 Rp 42.500.000

23 25 Rp 42.500.000

24 26 Rp 44.200.000

∑= Jumlah 271 Rp 460.700.000

Pemesana Bahan Baku yang dilakukan dengan menggunakn metode LFL


merupakan teknik yang paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada.
Ukuran lot sama dengan jumlah kebutuhan.Penggunaan teknik ini bertujuan untuk
meminimumkan ongkos simpan, sehingga menjadi nol.
Tabel 2.18 Pemesanan Bahan Baku

Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Kebutuhan 196 201 207 212 218 223 229 234 239 245 250 256

Ukuran
196 201 207 212 218 223 229 234 239 245 250 256
Lot

Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Biaya Total persediaan :

-Biaya pemesanan = 12 x Rp. 2.000.000 = Rp. 24.00.000,-

-Biaya penyimpanan = 0 =0

Biaya Total Rp. 24.000.000,-

Dari perhitungan biaya produksi dan biaya pemesanan bahan baku selama periode
12 bulan maka total biaya produksi keseluruhan adalah RP. 484.700.000.

Dari perhitungan biaya produksi lemari modern sebesar Rp. 1.700.000/


unit, maka ditentukan harga jual produk lemari modern per unit dengan nilai
sebesar Rp. 4.000.000.

2.7.3 BEP Penjulan Produk Bulanan

Dengan harga jual produk lemari modern sebesar Rp.4.000.000 ; , maka


perlu dilakukannyaa perhitungan break event point (BEP) penjualan setiap
bulannya agar dapat mengetahui biaya pengeluaran dan pendapatan setiap
bulannya. Berikut perhitungan break event point (BEP) penjualan lemari modern
selama periode 1 tahun :
Tabel 2.19 BEP Penjualan

No Hasil Peramalan BEP ( Unit ) BEP ( Biaya )


13 19 14 Rp 56.173.913

14 20 15 Rp 59.130.435

15 21 16 Rp 62.086.957

16 21 16 Rp 62.086.957

17 22 16 Rp 65.043.478

18 22 16 Rp 65.043.478

19 23 17 Rp 68.000.000

20 23 17 Rp 68.000.000

21 24 18 Rp 70.956.522

22 25 18 Rp 73.913.043

23 25 18 Rp 73.913.043

24 26 19 Rp 76.869.565

2.7.4 Analisis Pendapatan Penjualan

Tabel 2.20 Perhitungan Biaya

No Hasil BEP BEP Pendapatan Laba


Peramalan ( Unit ) ( Biaya ) Penjualan
13 19 14 Rp 56.173.913 Rp 76.000.000 Rp 19.826.087

14 20 15 Rp 59.130.435 Rp 80.000.000 Rp 20.869.565

15 21 16 Rp 62.086.957 Rp 84.000.000 Rp 21.913.043

16 21 16 Rp 62.086.957 Rp 84.000.000 Rp 21.913.043

17 22 16 Rp 65.043.478 Rp 88.000.000 Rp 22.956.522

18 22 16 Rp 65.043.478 Rp 88.000.000 Rp 22.956.522

19 23 17 Rp 68.000.000 Rp 92.000.000 Rp 24.000.000


Tabel 2.20 Perhitungan Biaya ( Lanjutan )

20 23 17 Rp 68.000.000 Rp 92.000.000 Rp 24.000.000

21 24 18 Rp 70.956.522 Rp 96.000.000 Rp 25.043.478

22 25 18 Rp 73.913.043 Rp 100.000.000 Rp 26.086.957

23 25 18 Rp 73.913.043 Rp 100.000.000 Rp 26.086.957

24 26 19 Rp 76.869.565 Rp 104.000.000 Rp 27.130.435

Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah lab yang diterima setiap bulannya
pada periode perencanaan 1 tahun dengan total keseluruhan laba yang diterima
sebesar adalah Rp 282.782.609

2.8 Pengalokasian Pabrik Pembuatan


Penentuan alokasi tempat pembuatan lemari ditentukan
berdasarkan Area Allocation Diagram (AAD) akhir merupakan dasar bagi rencana
tata letak ruang dan bangunan yang rinci. Diagram ini menggambarkan skema
rancangan sesuai dengan proposi luas masing-masing bangunan, sehingga dapat
dikatakan bahwa AAD akhir merupakan pengembangan dari Area Allocation
Diagram (AAD) awal.

Tabel 2.21 Area Departemen


No Departemen Luas (cm2)
1 Storage Bahan Baku Kayu 27450

2 Storage Bahan Kaca 27450

3 Storage aksesoris dan peralatan 41580

4 Administrasi Pabrik 35685

5 Fasilitas kesehatan Personil Pabrik 14274

6 Dapur dan Kamar mandi 54000

7 Receiving Bahan Jadi 461250

8 Shipping 281250

9 Produksi 577500
Tabel 2.22 Area Departemen & Number Of Unit Area Templates
No Departemen Luas (cm2) Number Of Unit Area Templates
1 Storage Bahan Baku Kayu 27450 1,92

2 Storage Bahan Kaca 27450 1,92

Storage aksesoris dan 2,91


3 41580
peralatan

4 Administrasi Pabrik 35685 2,5

Fasilitas kesehatan Personil 1


5 14274
Pabrik

6 Dapur dan Kamar mandi 54000 2,10

7 Receiving Bahan Jadi 461250 3,78

8 Shipping 281250 19,7

9 Produksi 577500 40,45

Tabel 2.4 Lembar Kerja ARD

Derajat kedekatan
Nama Departemen
A E I O U X

Storage Bahan Baku Kayu 2 - 3,4,5,6 - 7,8,9

Storage Bahan Kaca 1 - 3,4,5, - 7,8 6,9

Storage aksesoris dan peralatan 6 4,5,8 1,2 - 9 7

Administrasi Pabrik 5 3 1,2 7,8 6,9 -

Fasilitas kesehatan Personil


4 3 1,2 8 6,7,9 -
Pabrik

Dapur dan Kamar mandi 3 - 1 8 4,5,7,9 2

1,2,5,6,
Receiving Bahan Jadi 8 - - 4 3
9

Shipping 7 3 - 4,5,6 1,2 9

Produksi - - - - 1,3,4,5, 2,8


Dipetakan : Pabrik Pembuatan Lemari Nama Objek : Template
Kosultasi : Tanggal Penyerahan : 23-12-2017
Kelompok :- Kapasitas :
Nama : Alwan Firmansyah Chris Pransestio Entoris Efesiensi :
Filza Ruandini Rizky C Dzikrill
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan result dari kuisioner pada responden terdapat 5 prioritas


utama karakteristik lemari yaitu Design, Bahan, Ringan, Kaca, dan
Kapasitas.
2. Perbandingan nilai persen prioritas pada lemari modern adalah Design
sebesar 18,96%, prioritas ke dua Kapasitas lemari nilai persen prioritas
sebesar 18,00%, prioritas ke tiga Ketahanan nilai persen prioritas sebesar
15,06%, prioritas ke empat mudah dipindahkan nilai persen prioritas
sebesar 12,88%, prioritas ke lima ukuran kaca nilai persen prioritas
sebesar 9,81%.
3. Hasil Perhitungan menunjukkan pencapai laba selama periode
perencanaan 1 tahun adalah sebesar Rp 282.782.609.

3.2. Saran
1. Agar hasil perhitungan lebih akurat sebaiknya dilakukan lagi penambahan
responden sehingga kita dapat mengetahui lebih jelas kebutuhan
konsumen secara akurat.
2. Sebaiknya dipakai beberapa tambahan metode peramalan dan metode
penentuan kebutuhan konsumen yang nantinya bisa dilakukan
perbandingan untuk hasil yang lebih baik
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai