Anda di halaman 1dari 23

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam tubuh hewan ataupun manusia terdiri atas dua jenis sel, yaitu sel somatik dan
sel gamet. Sel somatik difungsikan dalam pembentukan sel tubuh. Sedangkan sel gamet
diperuntukkan untuk sel kelamin. Sel kelamin (gamet) ini dihasilkan oleh organ organ
yang tergabung dalam sistem reproduksi. Gametogenesis disebut juga sebagai pembelahan
pemasakan yaitu adanya pembelahan meiosis sehingga sel kelamin yang dibentuk bersifat
haploid.
Sebagaimana yang diketahui bahwa salah satu bagian yang penting dalam sistem
reproduksi adalah sel gamet. Hal ini dikarenakan cikal bakal dari pembentukan individu
baru adalah dari proses reproduksi dan proses reproduksi bermula pertemuan antara sel
kelamin jantan dan betina. Sedangkan gamet adalah sel reproduksi haploid (oosit atau
spermatozoa) yang penyatuannya diperlukan dalam reproduksi seksual untuk mengawali
perkembangan individu baru. Gametogenesis merupakan pembelahan meiosis yakni
metode khusus pembelahan sel, terjadi pada maturasi sel kelamin dengan cara setiap inti
sel anak menerima separuh jumlah sifat kromosom sel somatik spesiesnya. Pada hewan
jantan proses gametogenesis disebut spermatogenesis yang terjadi di dalam testis, sedang
pada hewan betina disebut oogenesis yang terjadi di dalam ovarium. Dalam hal ini sel
kelamin tersebut dihasilkan oleh proses gametosis. Beberapa dari tahap – tahap meiosis
sangat menyerupai tahap – tahap terkait yang terdapat pada mitosis.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses pembelahan sel gamet secara meiosis dan mitosis?
b. Bagaimana proses pembelahan sel gamet pada hewan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui proses pembelahan sel gamet secara meiosis dan mitosis pada proses
pembelahan sel gamet pada hewan

1
BAB II. PEMBAHASAN

A. Gematogenesis
Gametogenesis adalah perkembangan sel kelamin jantan dan betina atau gamet.
Sedangkan gamet adalah sel reproduksi haploid (oosit atau spermatozoa) yang
penyatuannya diperlukan dalam reproduksi seksual untuk mengawali perkembangan
individu baru. Gametogenesis merupakan pembelahan meiosis yakni metode khusus
pembelahan sel, terjadi pada maturasi sel kelamin dengan cara setiap inti sel anak
menerima separuh jumlah sifat kromosom sel somatik spesiesnya.
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet terdiri
dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum) yang
dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis.
Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi
kromosom, contoh apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses
penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan pembelahan
meiosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi
kromosom, contohnya pembelahan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam
proses reproduksi manusia. Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah
kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46
kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat
haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan
oogenesis.
B. Proses Gametogenesis melalui Mitosis dan Meiosis
1. Pembelahan Mitosis
Asal kata Mitosis berasal dari bahasa Yunani, yaitu adalah ‘mites’ yang
mempunyai arti benang; dan ‘osis’ yang mempunyai arti proses. Dari asal-usul katanya,
pembelahan mitosis dapat diartikan sebagai proses pembelahan nukleus menjadi dua
anakan nucleus dimana setiap anakan nucleus akan menerima 1 set kromosom yang
berbentuk benang halus dan panjang yang memiliki jumlah sama dengan jumlah
kromoson sel induknya. Proses mitosis terjadi di sel tubuh (sel somatis).
Pembelahan mitosis terjadi secara tidak langsung karena melalui tahap-tahap
fase pembelahan sereta melibatkan benang-benang gelendong untuk mengatur tingkah
2
laku kromosom. Pembelahan mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama
melalui pembelahan inti dari sel somatis secara berturut-turut. Pembelahan ini diawali
dengan pembelahan inti (kariokinesis) kemudian dilanjutkan dengan pembelahan
sitoplasma (sitokinesis).
2. Pembelahan Meiosis
Secara kodrat, makhluk hidup tertentu hanya melahirkan makhluk yang sejenis.
Ini dikarenakan adanya mekanisme tertentu pada saat awal perkembangbiakan.
Bahkan, sebelum terbentuk calon anak di dalam rahim, mekanisme ini sudah dimulai.
Mekanisme ini dimulai pada sel-sel kelamin (sel reproduksi) calon bapak dan calon ibu.
Mekanisme tersebut adalah pembelahan sel secara meiosis.
Makhluk hidup yang sejenis mempunyai jumlah kromosom yang sama pada
setiap sel. Misalnya, manusia mempunyai 46 kromosom, ke-cuali pada sel reproduksi
atau sel kelaminnya. Sel kelamin pada manusia hanya mempunyai setengah jumlah
kromosom sel tubuh lainnya, yaitu 23 kromosom. Jumlah setengah kromosom (haploid)
ini diperlukan untuk menjaga agar jumlah kromosom anak tetap 46. Kalian telah
mengetahui bahwa anak terbentuk dari perpaduan antara sel kelamin betina (sel telur)
dan sel kelamin jantan (sperma). Perpadu an kedua sel kelamin yang ma-sing-masing
memiliki 23 kromosom ini akan menghasilkan sel anak (calon janin) yang mempunyai
46 kromosom. Oleh sebab itu, pembelahan meiosis sangat berpengaruh dalam
perkembang an makhluk hidup.
Pembelahan meiosis disebut juga pembelahan reduksi, yaitu pengurangan
jumlah kromosom pada sel-sel kelamin (sel gamet jantan dan sel gamet betina). Sel
gamet jantan pada hewan (mamalia) diben-tuk di dalam testis dan gamet betinanya
dibentuk di dalam ovarium. Gamet jantan pada tumbuhan dibentuk di dalam organ
reproduktif berupa benang sari, sedangkan gamet betinanya dibentuk di dalam pu-tik.
Sel kelamin betina pada hewan berupa sel telur, sedangkan pada tumbuhan berupa
putik. Pada dasarnya, tahap pembelahan meiosis serupa dengan pembelahan mitosis.
Hanya saja, pada meiosis terjadi dua kali pembelahan, yaitu meiosis I dan meiosis II.
Masing-masing pembelahan meiosis terdiri dari tahap-tahap yang sama, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase.
1). Tahap Meiosis I
Seperti halnya pembelahan mitosis, sebelum mengalami pembe-lahan meiosis,
sel kelamin perlu mempersiapkan diri. Fase persiapan ini disebut tahap interfase . Pada
tahap ini, sel melakukan persiapan berupa penggandaan DNA dari satu salinan menjadi
3
dua salinan (seperti interfase pada mitosis). Tingkah laku kromosom masih belum jelas
terlihat karena masih berbentuk benang-benang halus (kromatin) sebagaimana interfase
pada mitosis. Selain itu, sentrosom juga bereplikasi menjadi dua (masing-masing
dengan 2 sentriol), seperti tampak pada gambar di samping. Sentriol berperan dalam
menentu-kan arah pembelahan sel.
Setelah terbentuk salinan DNA, barulah sel mengalami tahap pembelahan
meiosis I yang diikuti tahap meiosis II. Tahap meiosis I ter-diri atas profase I, metafase
I, anafase I, dan telofase I, serta sitokinesis I. Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase
pembelahan tersebut? Berikut akan dibahas fase-fase meiosis I pada sel hewan dengan
4 kromosom diploid (2n = 2).
a. Profase I
Pada tahap meiosis I, profase I merupakan fase terpanjang atau terlama
dibandingkan fase lainnya bahkan lebih lama daripada tahap profase pada
pembelahan mitosis. Profase I dapat berlangsung dalam beberapa hari. Biasanya,
profase I membutuhkan waktu sekitar 90% dari keseluruhan waktu yang dibutuhkan
dalam pembelahan meiosis. Tahapan ini terdiri dari lima subfase, yaitu leptoten,
zigoten, pakiten, iploten, dan diakinesis.
1) Leptoten
Subfase leptoten ditandai adanya benang-benang kromatin yang
memendek dan menebal. Pada subfase ini mulai terbentuk sebagai kromosom
homolog. Kalian perlu membedakan kromosom homolog dengan kromatid
saudara.
2) Zigoten
Kromosom homolog saling berdekatan atau berpasangan menurut
panjangnya. Peristiwa ini disebut sinapsis. Kromosom homolog yang
berpasangan ini disebut bivalen (terdiri dari 2 kro-mosom homolog).
3) Pakiten
Kromatid antara kromosom homolog satu dengan kromosom homolog
yang lain disebut sebagai kromatid bukan saudara (nonsister chromatids).
Dengan demikian, pada setiap kelompok sinapsis terdapat 4 kromatid (1 pasang
kromatid saudara dan 1 pasang kromatid bukan saudara). Empat kromatid yang
membentuk pa-sangan sinapsis ini disebut tetrad.
4) Diploten

4
Setiap bivalen me ngandung empat kromatid yang tetap berkaitan atau
berpasangan di suatu titik yang disebut kiasma (tunggal). Apabila titik-titik
perlekatan tersebut lebih dari satu disebut kiasmata. Proses perlekatan atau
persilangan kromatid-kromatid disebut pindah silang (crossing over). Pada
proses pin-dah silang, dimungkinkan terjadinya pertukaran materi genetik
(DNA) dari homolog satu ke homolog lainnya. Pindah silang ini-lah yang
memengaruhi variasi genetik sel anakan.
5) Diakinesis
Pada subfase ini terbentuk benang-benang spindel pembela-han
(gelendong mikrotubulus). Sementara itu, membran inti sel atau karioteka dan
nukleolus mulai lenyap.Profase I diakhiri dengan terbentuknya tetrad yang
mem-bentuk dua pasang kromosom homolog. Perhatikan lagi Setelah profase
I berakhir, kromosom mulai bergerak ke bi-dang metafase.
b. Metafase I
Pada metafase I, kromatid hasil duplikasi kromosom homolog berjajar
berhadap-hadapan di sepanjang daerah ekuatorial inti (bidang metafase I).
Membran inti mulai menghilang. Mikrotubulus kinetokor dari salah satu kutub
melekat pada satu kromosom di setiap pasangan. Sementara mikrotubulus dari
kutub berlawanan melekat pada pasang-an homolognya. Dalam hal ini, kromosom
masih bersifat diploid.
c. Anafase I
Setelah tahap metafase I selesai, gelendong mikrotubulus mulai menarik
kromosom homolog sehingga pasangan kromosom homolog terpisah dan masing-
masing menuju ke kutub yang berlawanan. Peristiwa ini mengawali tahap anafase
I. Namun, kromatid saudara masih terikat pada sentromernya dan bergerak sebagai
satu unit tunggal. Inilah perbedaan antara anafase pada mitosis dan meiosis. Pada
mitosis, mikrotubulus memisahkan kromatid yang bergerak ke arah berlawanan.
d. Telofase I
Pada telofase, setiap kromosom homolog telah mencapai kutub-kutub yang
berlawanan. Ini berarti setiap kutub mempunyai satu set kromosom haploid. Akan
tetapi, setiap kromosom tetap mempunyai dua kromatid kembar. Pada fase ini,
membran inti muncul kembali. Peristiwa ini kemudian diikuti tahap selanjutnya,
yaitu sitokinesis.
e. Sitokinesis
5
Kalian masih ingat pengertian sitokinesis pada sel hewan mau-pun tumbuhan
bukan? Ya, sitokinesis merupakan proses pembelahan sitoplasma. Tahap sitokinesis
terjadi secara simultan dengan telofase. Artinya, terjadi secara bersama-sama.
Tahap ini merupakan tahap di antara dua pembelahan meiosis. Alur pembelahan
atau pelat sel mulai terbentuk . Pada tahap ini tidak terjadi perbanyakan (replikasi)
DNA. Hasil pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel haploid yang mengandung
setengah jumlah kromosom homolog. Meskipun demiki-an, kromosom tersebut
masih berupa kromatid saudara (kandungan DNA-nya masih rangkap). Untuk
menghasilkan sel anakan yang mem-punyai kromosom haploid diperlukan proses
pembelahan selanjutnya, yaitu meiosis II. Jarak waktu antara meiosis I dengan
meiosis II disebut dengan interkinesis .
Jadi, tujuan meiosis II adalah membagi kedua salinan DNA pada sel anakan
yang baru hasil dari meiosis I. Meiosis II terjadi pada ta-hap-tahap yang serupa
seperti meiosis I.
2). Tahap Meiosis II
Tahap meiosis II juga terdiri dari profase, metafase, anafase, dan telo-fase.
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap meiosis I. Masing-masing sel anakan
hasil pembelahan meiosis I akan membelah lagi menjadi dua. Sehingga, ketika
pembelahan meiosis telah sempurna, dihasilkan empat sel anakan. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa jumlah kromo-som keempat sel anakan ini tidak lagi diploid
(2n) tetapi sudah haploid (n). Proses pengurangan jumlah kromosom ini terjadi pada
tahap meio-sis II.
a. Profase II
Fase pertama pada tahap pembelahan meiosis II adalah profase II. Pada
fase ini, kromatid saudara pada setiap sel anakan masih melekat pada
sentromer kromosom. Sementara itu, benang mi-krotubulus mulai terbentuk
dan kromosom mulai bergerak ke arah bidang metafase. Tahap ini terjadi
dalam waktu yang singkat karena diikuti tahap berikutnya.
b. Metafase II
Pada metafase II, setiap kromosom yang berisi dua kromatid, me-
rentang atau berjajar pada bidang metafase II. Pada tahap ini, benang-
benang spindel (benang mikrotubulus) melekat pada kinetokor masing-
masing kromatid.
c. Anafase II
6
Fase ini mudah dikenali karena benang spindel mulai menarik kromatid
menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan. Akibatnya, kromosom
memisahkan kedua kromatidnya untuk bergerak menuju kutub yang
berbeda. Kromatid yang terpisah ini se-lanjutnya berfungsi sebagai
kromosom individual.
d. Telofase II
Pada telofase II, kromatid yang telah menjadi kromosom menca-pai
kutub pembelahan. Hasil akhir telofase II adalah terbentuknya 4 sel haploid,
lengkap dengan satu salinan DNA pada inti selnya (nuklei).
e. Sitokinesis II
Selama telofase II, terjadi pula sitokinesis II, ditandai adanya sekat sel
yang memisahkan tiap inti sel. Akhirnya terbentuk 4 sel kembar yang
haploid. Berdasarkan uraian di depan, sel-sel anakan sebagai hasil
pembelahan meiosis mempunyai sifat genetis yang bervariasi satu sama
lain. Variasi genetis yang dibawa sel kelamin orang tua menyebabkan
munculnya keturunan yang bervariasi juga.
C. Gametogenesis dan Pewarisan Sifat
Sebelum menjadi individu baru, baik pada tumbuhan maupun hewan, tentunya
diperlukan bahan baku atau cikal bakal pembentuk in-dividu baru tersebut. Pada proses
perkembangbiakan generatif (seksu-al) hewan maupun tumbuhan, bahan baku tersebut
berupa sel kelamin yang disebut gamet. Gamet jantan dan betina diperlukan untuk mem-
bentuk zigot, embrio, kemudian individu baru. Nah, pada materi beri-kut ini akan dibahas
tentang proses pembentukan gamet, baik jantan maupun betina yang disebut gametogenesis
(genesis=pembentukan).
Gametogenesis melibatkan pembelahan meiosis dan terjadi pada organ reproduktif.
Pada hewan dan manusia, gametogenesis terjadi pada testis dan ovarium, sedangkan pada
tumbuhan terjadi pada putik dan benang sari. Hasil gametogenesis adalah sel-sel kelamin,
yaitu gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum atau sel telur).
D. Gametogenesis pada Hewan
Gametogenesis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangbiakan
hewan. Gametogenesis pada hewan yang akan kita pelajari dibagi menjadi dua, yaitu
spermatogenesis dan oogenesis. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan gamet
jantan (sperma). Sementara oogenesis adalah proses pembentuk an gamet betina (ovum
atau sel telur).
7
1. Spermatogenesis
Sperma berbentuk kecil, lonjong, berfl agela, dan secara keselu-ruhan
bentuknya menyerupai kecebong (berudu). Flagela pada sperma digunakan sebagai alat
gerak di dalam medium cair. Sperma dihasilkan pada testis. Pada mamalia, testis
terdapat pada hewan jantan sebagai buah pelir atau buah zakar. Buah pelir pada manusia
berjumlah sepasang.
Di dalam testis terdapat saluran-saluran kecil yang disebut tubulus seminiferus.
Pada dinding sebelah dalam saluran inilah, terjadi proses spermatogenesis. Di bagian
tersebut terdapat sel-sel induk sperma yang bersifat diploid (2n) yang disebut
spermatogonium .Pembentukan sperma terjadi ketika spermatogonium mengalami
pembelahan mitosis menjadi spermatosit primer (sel sperma primer). Selanjutnya, sel
spermatosit primer mengalami meiosis I menjadi dua spermatosit sekunder yang sama
besar dan bersifat haploid. Setiap sel spermatosit sekunder mengalami meiosis II,
sehingga terbentuk 4 sel spermatid yang sama besar dan bersifat haploid.
Mula-mula, spermatid berbentuk bulat, lalu sitoplasmanya se-makin banyak
berkurang dan tumbuh menjadi sel spermatozoa yang berfl agela dan dapat bergerak
aktif. Berarti, satu spermatosit primer menghasilkan dua spermatosit sekunder dan
akhirnya terbentuk 4 sel spermatozoa (jamak = spermatozoon) yang masing-masing
bersifat haploid dan fungsional (dapat hidup).
Struktur Sel Sperma
Sel sperma berbentuk seperti layaknya seekor kecobong yang memiliki ukuran
kepala sekitar 5 mikrometer-3 mikrometer, sedangkan ekornya memiliki ukuran sekitar
50 mikrometer. Sel sperma pertama kali diteliti dan ditemukan oleh seorang ilmuwan
yang bernama Anthony van Leuwenhook pada tahun 1677. Sperma secara garis besar
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Sel ini juga memiliki beberap
aenzim yang berguna untuk mendukung tugasnya dalam mencapai sel telur. Energy
yang diperoleh dari sel sperma berasal dari mitokondria yang dikandungnya.
Sperma dikeluarkan oleh seorang laki-laki melalui ejakulasinya dan keluar
melalui saluran reproduksi termasuk uretra. Karena saluran kencing dan saluran
reproduksi pada laki-laki itu adalah satu, beda halnya dengan wanita. Saat keluar, maka
sperma akan langsung masuk ke dalam vagina wanita dan dengan kemampuan
pergerakannya bergerak sampai ke ovarium untuk bertemu dengan sel telur (ovum).
8
Sel sperma yang bergerak disebut juga dengan spermatozoa, sedangkan sel
sperma yang tidak bergerak disebtu dengan spermatium. Sel sperma terkandung di
dalam cairan semen. Jadi, air mani yang disebut oleh orang awam adalah gabungan dari
cairan semen dan sel sperma.
sperma secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Kepala
Kepala pada sel sperma berbentuk lonjong dan terdapat inti sel (nucleus) dengan
kadungan iformasi genetic berupa DNA di dalamnya. Informasi genetic inilah yang
akan bertemu dengan informasi genetic dari sel telur dan akan menentukan apakah
janin nya seorang laki-laki ataupun perempuan. Pada kepala sel sperma ini juga
diselubungi oleh dua enzim yang membantu sel sperma untuk menembus
pertahanan reproduksi wanita. Terdapat enzim hialuronidase yang berfungsi untuk
menembus lapisa korona radiate pada sel telur, dan enzim akrosin yang berfungsi
untuk menembus zona pelusida.
2. Badan
Bagian tengah dari sel sperma mengandung banyak mitokondria yang berguna
sebagai sumber energy bagi sel sperma dalam menjalankan aktivitasnya. Di dalam
mitokondria ini, terdapat 11 buah mikrotubulus, serta mempunyai ATP-ase untuk
menghidrolisis (mengolah ATP sebagai bahan utama sumber energi).
3. Ekor
Ekor sperma berbentuk flagella (alat gerak pada mikroorganisme) yang
berbentuk sitoskeleton serta memiliki ukurn yang panjang sekitar 50 mikrometer.
Ukuran panjang dari ekor sel sperma ini sangat menentukan sebuah kecepatan dari
sel sperma. Rata-rata, sel sperma dapat bergerak dengan kecepatan 30 inci/jam.

9
2. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina atau gamet betina
yang disebut sel telur atau ovum. Oogenesis terjadi di dalam ovarium. Di dalam
ovarium, sel induk telur yang disebut oogonium tumbuh besar sebagai oosit primer
sebelum membelah secara meiosis. Berbeda dengan meiosis I pada spermatogenesis
yang menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang sama besar. Meiosis I pada oosit
primer menghasilkan 2 sel dengan komponen sitoplasmik yang berbeda, yaitu 1 sel
besar dan 1 sel kecil. Sel yang besar disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang kecil
disebut badan kutub primer (polar body).
Oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami pembelahan meiosis tahap
II. Oosit sekunder menghasilkan dua sel yang berbeda. Satu sel yang besar disebut ootid
yang akan berkembang menjadi ovum. Sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub.
Sementara itu, badan kutub hasil meiosis I juga membelah menjadi dua badan kutub
sekunder. Jadi, hasil akhir oogenesis adalah satu ovum (sel telur) yang fungsional dan
tiga badan kutub yang me ngalami degenerasi (mati).
Struktur sel tel telur

10
Ovum merupakan gamet betina yang nantinya akan melakukan fusi (penyatuan)
dengan spermatozoon untuk membentuk zigot pada proses pembuahan. Ovum pada
manusia bersifat microlechital yaitu ovum dengan kuning telur yang sedikit dan
memiliki ukuran kecil dengan rata-rata berdiameter 1,5µ.
Bila dibandingkan dengan spermatozoon, ukuran ovum jauh lebih besar
daripada ukuran spermatozoon. Hal ini dikarenakan karena material isi ovum pun juga
berbeda dengan material isi spermatozoon, material ovum terdiri dari glikogen, kuning
telur dan protein yang terakumulasi dalam sitoplasma.
Berbeda dengan spermatozoon yang bergerak aktif menuju ovum, ovum bersifat
non motil karena tidak memiliki alat pergerakan seperti spermatozoon. Ovum memiliki
bentuk yang bulat dan mampu bergerak pasif untuk sampai ke tuba fallopii karena
adanya bantuan dari gerakan silia di bagian infundibulum dan ampula tuba Fallopii.
1. Membran Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian dalam ovum. Membran plasma
dari sel telur disebut membran vitelline, dan memiliki fungsi yang sama seperti pada
sel lain, terutama untuk mengontrol apa yang masuk dan keluar dari mereka.
2. Zona Pellusida yaitu lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian
tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. Zona
pelusida, lebih dikenal sebagai ‘jelly mantel’. Hal ini juga terlibat dalam pengikatan
sperma selama pembuahan dan mencegah lebih dari satu sperma memasuki sel
telur.
3. Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar oosit
dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal. Lapisan terluar ini terdiri
dari beberapa baris sel granulosa yang mrmbiarkan telur menempel setelah
dikeluarkan dari folikel. Korona radiata menyediakan sel telur dengan protein
esensial dan bertindak seperti pembungkus gelembung, melindunginya saat
berjalan menuruni tuba falopi.

11
Selain pada hewan, gametogenesis juga terjadi pada tumbuhan. Berikut ini akan
diuraikan tentang gametogenesis pada tumbuhan tingkat tinggi.
E. SIKLUS REPRODUKSI
1. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah siklus reproduksi yang berlangsung pada hewan primata betina
dewasa seksual yang ditandai dengan adanya haid. Pada manusia menstruasi biasanya ber-akhir
pada umur di atas 45 hingga 50 tahun, periode ini biasa disebut periode 46 monopause. Lama
siklus menstruasi biasanya kurang lebih 28 hari. Siklus menstruasi biasanya dimulai antara usia
12 dan 15 tahun. Periode ini biasa disebut periode menarch, dan terus berlangsung hingga
mencapai periode menopause.
Siklus menstruasi terdiri atas 3 fase adalah (i) fase proliferasi, (ii) fase sekresi, (iii) fase
menstruasi. Fase proliferasi merupakan fase dimana kelenjar endometrium mengalami
pertumbuhan sebagai akibat berlangsungnya pembelahan sel secara berulang-ulang. Fase ini
bertepatan dengan perkembangan folikel ovarium dan pembentukan hormone esterogen yang
diproduksi oleh sel-sel folikel. Pada fase ini kadar hormon esterogen di dalam plasma darah
meningkat. Pada akhir fase ini performance kelenjar tampak lurus, lumen sempit dan sel-sel
mulai mengakumulasi glikogen pada daerah disekitar inti, arteri spiralis memanjang dan
berkelok-kelok. Fase sekresi atau fase luteal dimulai setelah ovulasi dan sangat tergantung pada

12
pembentukan korpus luteum yang mensekresikan progesteron. Progesteron bekerja
merangsang sel-sel kelenjar untuk bersekresi. Kelenjar menjadi berkelok-kelok karena
lumennya melebar akibat bahan sekret yang terakumulasi di dalamnya. Pada fase ini
endometrium mencapai tebal yang maksimum sebagai akibat penimbunan bahan sekret dan
terjadinya oedema stroma. Selama fase ini pembelahan mitosis mulai sangat menurun,
sementara itu pemanjangan dan berkelok-keloknya arteri spiralis terus berlangsung dan meluas
ke bagian superfisial endometrium.
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi sehingga tidak ada implantasi. Tidak
adanya implantasi menyebabkan tidak terbentuknya plasenta. Tidak adanya plasenta
menyebabkan tidak terbentuknya human chorionic gonadotrophin (hCG), sehingga tidak ada
yang memelihara korpus luteum. Akibatnya korpus luteum berdegenerasi. Degenerasi korpus
luteum menjadi korpus albican 47 menyebabkan produksi progesteron menurun secara drastis
hingga mencapai kadar yang tidak mempu mempertahankan penebalan endometrium.
Akibatnya terjadi penyusutan dan peluruhan endometrium. Pada akhir fase sekresi, dinding
arteri spiralis berkonstraksi, menutup aliran darah dan menimbulkan iskemia yang
mengakibatkan kematian (nekrosis) endometrium. Pada stadium ini, deskuamasi endometrium
dan rupture pembuluh-pembuluh darah di atas konstriksi berlangsung dan perdarahan mulai
timbul. Endometrium sebagian lepas.
Jumlah yang hilang pada setiap wanita tidak sama, bahkan pada wanita yang sama pada
waktu yang berlainan. Pada umumnya panjang siklus menstruasi rata-rata berkisar 28 hari.
Menstruasi adalah peristiwa keluarnya darah dari vagina. Darah haid berasal dari lumen uterus
dan timbul akibat terlepasnya bagian lapisan fungsional dari endometrium yang sebelumnya
dipersiapkan untuk menerima sel telur yang telah dibuahi atau zygot. Lama menstruasi berkisar
2- 6 hari. Jangka waktu dari hari pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya disebut
daur haid atau siklus menstruasi.
Siklus menstruasi dianggap normal apabila berlangsung diantara 21-45 hari lamanya,
dan dikatakan teratur bilamana perbedaan dalam daur haid yang dialami seorang wanita tidak
lebih dari satu minggu lamanya.

13
Kejadian-kejadian penting selama siklus menstruasi (Carlson, 1989). Perubahan-perubahan
selama siklus menstruasi sangat erat kaitannya dengan perubahan-perubahan yang berlangsung
di dalam ovarium.
Perubahan-perubahan yang berlangsung pada ovarium meliputi tiga tahap :
1. pra ovulasi (ii) ovulasi, dan (iii) pasca ovulasi.
Tahap pra ovulasi adalah jangka waktu antara hari pertama haid sampai saat ovulasi.
Lamanya tahap praovulasi dapat berubah-ubah pada seseorang dan berbeda diantara para
wanita. Tahap pasca ovulasi adalah jangka waktu antara ovulasi sampai hari pertama haid
berikutnya. Pada hari-hari terakhir sebelum ovulasi, folikel Graaf bertambah besar dengan
cepat dibawah pengaruh FSH dan LH, dan membesar hingga mencapai garis tengah 15 mm.
Bertepatan dengan perkembangan terakhir folikel Graaf, oosit primer, dimana pada saat itu 49
masih dalam tahap diktioten melanjutkan dan mengahiri pembelahan miosis pertamanya.
Sementara itu permukaan ovarium menonjol setempat tanpa pembuluh darah dan
disebut stigma. Sebagai akibat kelemahan setempat dan degenerasi dari permukaan ovarium,
cairan folikel merembes keluar melalui stigma yang berangsur-angsur membuka. Bila cairan
yang keluar semakin banyak, tekanan di dalam folikel semakin berkurang dan oosit bersama
sel cumulus ooforus yang mengelilinginya terlepas dan hanyut meninggalkan ovarium.
Beberapa diantara sel-sel cumulus ooforus tersebut kemudian menyusun diri di sekeliling zona
pellusida dan membentuk corona radiate. Pada saat oosit dengan cumulus ooforusnya
dikeluarkan dari ovarium (ovulasi), pembelahan miosis pertama berakhir dan oosit sekunder
memulai pembelahan miosis kedua (Sadler, 1988) Pada beberapa wanita, ovulasi disertai
dengan sedikit rasa nyeri, dikenal dengan nama nyeri tengah, karena peristiwa itu normal
14
terjadi dekat pertengahan daur menstruasi. Pada umumnya ovulasi juga disetai dengan
peningkatan suhu tubuh, suatu peristiwa yang dapat diamati untuk membantu penentuan saat
terjadinya ovulasi (Sadler, 1988) Untuk semua siklus menstruasi, lamanya tahap pasca ovulasi
tetap sama adalah rata-rata 14 hari, adalah antara 12-16 hari lamanya. Oleh sebab itu panjang
pendeknya daur menstruasi tidak ditentukan oleh tahap pasca ovulasi, melainkan oleh tahap
pra ovulasi (gambar) Siklus menstruasi Pendek 1 10 24 Siklus menstruasi Sedang 1 14 28
Siklus menstruasi Panjang 1 24 38
Hewan yang benar-benar menunjukkan siklus menstruasi ialah pada hewan-hewan primata
besar seperti gorilla, orang utan, simpanse dan bonobo dan terjadi secara teratur. Panjang
siklusnya bervariasi, rata-rata 29 hari pada orang utan dan 37 hari pada simpanse. Pada hewan
mamalia lain seperti anjing dan kucing mengalami gejala yang mirip tanda-tanda menstruasi,
adalah keluarnya leleran yang mirip darah melalui saluran kelamin betina, sebetulnya bukan
seperti menstruasi pada manusia. Tanda-tanda menstruasi pada hewan adalah kondisi hewan
tersebut berada pada masa kawin atau estrus atau heat. Pada masa kawin ini, sel telur dilepaskan
agar bisa bertemu dengan sperma bilamana terjadi perkawinan. Masa kawin ini analog atau
sama dengan masa subur pada manusia. Leleran yang mirip darah yang keluar dari saluran
kelamin hewan betina adalah sekresi atau cairan dari dinding rahim yang dilepaskan dan cukup
banyak hingga sampai keluar saluran kelamin betina, yang akhirnya oleh awam diidentikkan
dengan menstruasi pada manusia, padahal sejatinya tidak sama.
2. Siklus Estrus
Hewan betina pada umumnya memiliki waktu tertentu dimana ia mau dan bersedia
menerima pejantan untuk aktifitas kopulasi. Waktu tersebut dikenal sebagai masa birahi
(estrus). Estrus datang secara siklis atau periodik, berlangsung selama waktu tertentu
tergantung pada jenis hewannya. Interval antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan
periode birahi berikutnya dikenal sebagai satu siklus birahi. Interval-interval ini disertai suatu
seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina.
Terdapat sebuah pertanyaan mengenai asal usul mengapa terjadi birahi atau estrus. Akal
budi manusia berusaha untuk menerangkan bagaimana aktivitas birahi itu bisa terjadi.
Pertama, adanya unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh berupa alat-alat reproduksi beserta
kelenjar-kelenjar hormon dengan pusatnya di otak. Kedua, rangsangan dari luar tubuh yang
ditangkap oleh panca indera. Rangsangan dari luar akan tertangkap apabila alat dalam tubuh
telah siap dan masak untuk aktifitas seksual. Karena panca indera merupakan alat
komunikasi yang umum, maka harus ada pusat penerima yang berfungsi untuk membedakan
rangsangan mana yang harus disalurkan ke seksual, serta rangsangan mana yang harus
15
disalurkan ke pusat yang lain yang bukan seksual. Pusat yang mengintegrasikan semua bentuk
rangsangan itu adalah hipotalamus, dan hipotalamus pulalah yang menyalurkan pesan- pesan
dari indera itu ke pusat-pusat yang lain. Pusat-pusat tersebut terutama ke hipopisa dan
beberapa pusat motoris dan korteks di otak.
Rangsangan dari luar untuk betina-betina di daerah tropik belum jelas diketahui, tetapi
dugaan kuat adalah berasal dari kondisi sekitar dan adanya pejantan dekat betina tersebut.
Sedang betina-betina di daerah iklim dingin rangsangan itu dapat berupa perubahan panjang
pendeknya hari. Untuk domba terjadi pada bulan-bulan Nopember- Desember dimana siang
hari makin lama makin jadi pendek, sedang pada kuda musim birahinya terjadi pada bulan-
bulan dimana siang hari berubah menjadi makin panjang. Tetapi kesemuanya itu harus
mendapat dukungan oleh adanya persiapan alat reproduksi dalam tubuh. Bila alat reproduksi
dalam tubuh belum siap, maka rangsangan itu tidak mendapat respon. Jika alat reproduksi
telah siap maka respon yang pertama adalah terbentuknya hormon seks yaitu hormon-hormon
yang berasal dari gonad (testosteron, estrogen dan progesteron).
Jika hormon-hormon seks telah beredar dalam darah, terjadilah gejala birahi. Untuk
domba diketahui bahwa jika alat reproduksi belum disensitifkan oleh progesteron, estrogen
(hormon birahi) tidak mendapat tanggapan apa- apa dari alat reproduksi tersebut. Karena itu
ada fenomena pada domba iklim sedang yang disebut silent heat atau birahi tenang. Berahi
tenang ini menghasilkan ovulasi, tetapi birahi itu sendiri tidak terlihat dari luar, sedang domba
betina yang mengalami birahi tenang itu tidak ingin kawin dan pejantannya juga tidak tahu
bahwa betina tersebut sedang birahi. Pada birahi berikutnya dimana pada bekas ovulasi birahi
yang lalu telah terbentuk progesteron, terjadilah gejala birahi yang ditandai adanya
pembengkakan vulva, betina mendekati pejantan dan sebagainya hingga terjadi perkawinan.
Ovulasi tanpa estrus ditemukan pada domba saat dekat sebelum mulai dan sesudah
berakhirnya musim perkembangbiakan. Kejadian ini lebih sering ditemukan pada domba-
domba yang mendapat makanan yang kurang memenuhi syarat dibandingkan dengan domba-
domba yang memperoleh cukup ransum, terutama pada pertengahan pertama musim
perkembangbiakan. Silent heat lebih banyak ditemukan pada hewan muda dibanding hewan
tua. Ovulasi tenang ditemukan pada semua ternak, ditandai oleh adanya perpanjangan periode
siklus birahi, sampai dua atau tiga kali normal. Pada sapi sesudah partus banyak ditemukan
ovulasi tanpa adanya birahi untuk beberapa periode. Hal ini mungkin disebabkan oleh
gangguan keseimbangan hormonal.
Berdasar pada jarak antara musim kelamin dengan musim kelamin berikutnya atau
berdasarkan jarak antara birahi dan birahi berikutnya,beberapa jenis hewan dapat
16
digolongkan menjadi monoestrus dan poliestrus. Monoestrus merupakan golongan hewan yang
dalam satu tahun hanya satu kali menunjukkan gejala birahi. Termasuk ke dalam golongan ini
misalnya: anjing, kucing, singa, harimau dan hewan-hewan mamalia liar yang hidup dihutan.
Poliestrus adalah golongan hewan yang dalam satu tahun menunjukkan beberapa kali gejala
birahi. Termasuk dalam golongan ini misalnya: sapi, kerbau, babi, domba, kambing. Dalam
keadaan tidak bunting atau sedang menyusui anak,gejala birahi akan terjadi secara periodik
dengan interval waktu tertentu.
1. Vagina
Selama masa estrus atau berahi atau perkembangan folikel yang maksimal, serviks
mensekresi lender dalam jumlah terbesar dan tercair; atau kalau pada manusia terdapat
pada saat ovulasi. Lendir serviks memiliki pH 6,6 s/d 7,5 (Pada sapi rata-rata 6,9), dan pH
ini kira-kira tetap stabil sepanjang siklus. Sperma tetap dapat hidup dalam serviks (72 jam
pada wanita), jauh lebih baik dibandingkan di dalam vagina yang hanya dalam beberapa
jam saja sperma sudah tidak dapat bergerak. pH vagina bersifat alkalis tetapi diantara
individu menunjukkan variasi yang luas dan juga terdapat variasi yang luas di dalam
siklus. Pada sapi, pH vagihna bervariasi antara 7,5 s/d 8,5.
Pada semua species hewan yang telah diselidiki (sapi, kuda, wanita dan tikus), vagina
menjadi lebih alkalis selama fase tidak birahi (diestrus bagi hewan non primat) dan
menjadi lebih asam selama berahi. Perubahan pH ini disebabkan oleh esterogen telah
dapat ditunjukkan dengan injeksi hormon pada wanita dan sapi yang diovariektomi. Pada
tikus dan mencit, perubahan-perubahan yang berlangsung pada vagina meliputi
perubahan histologi epitel yang tergambar pada saat dilakukan pengamatan apusan
vagina. Epitel vagina secara siklik dirusak dan dibentuk kembali selama siklus, bervariasi
dari bentuk 44 skuama berlapis hingga kuboid rendah. Tipe-tipe epithelium yang
mendominasi preparat apusan vagina memberikan petunjuk apakah epitel vagina sedang
distimulasi atau tidak oleh esterogen.
Perubahan perubahan histologi vagina terjadi pada semua mamalia betina selama
siklus estrus. Teknik preparat apusan vagina sangat bermanfaat terutama pada species
yang memiliki siklus estrus pendek (mencit dan tikus), karena pada species ini , histology
vagina dapat mencerminkan kejadian-kejadian pada ovarium dengan tepat (Nalbandov,
1990). Pada species dengan siklus yang lebih panjang seperti wanita dan hewan
domestikasi, akan mengalami keterlambatan satu sampai beberepa hari dari perubahan
ovarium. Kecuali itu, betina dengan siklus panjang menunjukkan variasi individu yang
sangat nyata dan menyebabkan aplikasi teknik apusan vagina kurang tepat dan kurang
17
berguna (Nalbandov, 1990)
2. Uterus
Bila dilakukan pengamatan terhadap perubahan-perubahan histologi dan morfologi uterus
selama siklus, maka akan ditemukan bahwa ukuran maupun histology uterus tidak pernah
statis. Perubahan yang sangat nyata terjadi di endometrium dan kelenjarnya. Selama fase
folikuler dari siklus estrus, kelenjar uterus sederhana dan lurus dengan sedikit cabang.
Penampilan kelenjar uterus ini menandakan untuk stimulasi esterogen. Selama fase luteal,
yakni saat progeteron beraksi terhadap uterus, endometrium bertambah tebal secara
mencolok. Diameter dan panjang kelenjar meningkat secara cepat, menjadi bercabang-
vabang dan berkelok-kelok.
3. Ovarium
Puncak peristiwa siklus estrus adalah pecahnya folikel dan terlepasnya ovum dari
ovarium. Pada sapi, 75% mengalami ovulasi 12 s/d 14 jam setelah berahi berakhir; yang
lain mengalami ovulasi lebih 45 awal, yaitu 2,5 jam sebelum berahi berakhir. Pada wanita
akan mengalami ovulasi kira-kira hari ke 14 dari siklus. Pada beberapa hewan, variasi
saat ovulasi tidak jelas. Hampir mayoritas kelinci tanpa memperhatikan bangsanya,
ovulasiterjadi 10 s/d 11 jam setelah kopulasi atau sesudah injeksi dengan hormone yang
mengindukdi ovulasi. Pada tikus dan mencit, panjang siklus dan saat ovulasi sangat
konstan pada setiap macam strain
Tahap-tahap Siklus Estrus
Lama siklus birahi pada hewan mamalia yang tidak di domestikasi bervariasi dari 16
sampai 24 hari (biri-biri: 16- 17 hari; sapi, kambing, domba: 20-21 hari, kuda: 20-24 hari),
tergantung pada species dan juga sedikit bervariasi diantara individu satu spesies. Variasi
tersebut juga terjadi pada waktu atau saat ovulasi, dimana pada biri-biri dan sapi, ovulasi akan
terjadi 24-30 jam setelah birahi, babi: 35-45 jam setelah birahi dan kuda 4-6 hari setelah birahi.
Siklus birahi atau estrus, secara lengkap dibagi menjadi 4 tahap. Pentahapan ini lebih
dimaksudkan untuk memudahkan bagi kita mempelajari siklus birahi tersebut. Sebenarnya
batas yang tegas diantara tahap-tahap tersebut tidak ada, karena sifat proses ini berlangsung
secara kontinyu (bila normal). Birahi, adalah periode dimana betina bersedia untuk menerima
pejantan dan diestrus ditandai oleh dihasilkannya progesteron, dimana pada waktu itu hewan
betina tidak mau menerima pejantan sama sekali. Dua periode lainnya yaitu sebelum birahi
disebut proestrus dan sesudah birahi disebut metestrus dapat dikenali pada beberapa spesies.
Tanda-tanda proestrus dan metestrus sering dapat menolong untuk menentukan waktu yang
pasti terjadinya estrus. Lamanya waktu dari tahap-tahap dalam siklus birahi pada beberapa
18
jenis hewan dapat dilihat pada Lampiran.
Pada sementara orang, siklus estrus dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap pertumbuhan
folikel (follikulogenesis) disebut juga fase folikel dan tahap pertumbuhan sel-sel lutein atau
disebut juga fase luteal. Prinsip fase folikel meliputi fase proestrus dan estrus sedang fase
luteal meliputi fase metestrus dan diestrus. Pembagian tersebut didasarkan pada pertumbuhan
dan perkembangan folikel di dalam ovarium untuk persiapan ovulasi sedang fase luteal
didasarkan atas terbentuknya korpus luteum yang akan menghasilkan hormon progesteron
sehingga fase ini dikenal juga sebagai fase progestasional.
Perubahan-perubahan yang Terjadi selama Siklus Estrus.
Selama siklus estrus, terjadi perubahan-perubahan baik yang tampak dari luar maupun
yang tidak tampak dari luar. Perubahan-perubahan yang tampak dari luar biasanya digunakan
untuk penentuan saat terjadinya estrus. Perubahan yang tidak tampak dari luar karena terjadi
pada alat-alat reproduksi bagian dalam sehingga sukar digunakan untuk penentuan ada tidak
nya estrus. Perubahan-perubahan tersebut semuanya bersifat sambung menyambung satu
sama lain, sehingga akhirnya bertemu kembali pada permulaannya. Perubahan-perubahan luar
yang tampak sewaktu proestrus merupakan fase persiapan, biasanya pendek terjadi perubahan
tingkah laku (biasanya sedikit gelisah dan memperdengarkan suara-suara tertentu atau malah
diam saja). Pada alat kelamin luar mulai tampak tanda-tanda peningkatan jumlah peredaran
darah. Pada fase ini hewan belum mau menerima pejantan untuk kopulasi tetapi kemungkinan
tingkah laku birahi sudah mulai tampak.
Estrus merupakan fase terpenting dalam siklus birahi oleh karena pada fase inilah
hewan betina mau dan bersedia menerima pejantan untuk berkopulasi. Ciri-ciri yang tampak
dari luar adalah hewan tampak gelisah, nafsu makan turun atau bahkan hilang sama sekali,
bergerak menghampiri pejantan dan sering menaiki individu lain. Pada bagian alat kelamin
luar (vulva) tampak kemerah-merahan sebagai akibat banyaknya aliran darah dan tampak
mengeluarkan mukus (tanda ini lebih tampak pada hewan muda dibanding hewan tua.
Metestrus merupakan fase setelah estrus selesai. Gejala luar sebenarnya tidak terlalu tampak,
namun seringkali gejala-gejala sisa estrus masih tampak. Bedanya dengan estrus adalah
meskipun gejala birahi masih dapat dilihat, akan tetapi hewan betina sudah menolak pejantan
untuk aktifitas kopulasi. Diestrus merupakan fase yang ditandai oleh tidak adanya aktifitas
kelamin dan hewan akan tampak tenang. Fase ini merupakan fase terpanjang selama siklus.
Siklus Estrus
1. Hewan Polyestrous melakukan siklus estrous sepanjang tahun. Contoh:Sapi, babi,
manusia.
19
2. Hewan Polyestrous musiman adalah hewan memiliki siklus estrous multiple hanya selama
periode tertentu dalam satu tahun.
a. Bersiklus pada saat siang harinya pendek (musim gugur). Anestrus pada musim semi dan
panas. Contoh: Domba, kambing, rusa, elk.
b. Bersiklus bilamana siang harinya panjang (musim semi). Anestrus pada musim gugur
dan dingin. Contoh: Kuda dan hamster.
3. Hewan Monoestrous adalah hewan yang memiliki satu siklus setiap tahunnya.
Contoh:Anjing, serigala, beruang
PANJANG SIKLUS ESTRUS PADA BERBAGAI HEWAN
Jenis Hewan Hari (kisaran)
Domba 17 (13-19)
Kambing 21 (15-24)
Babi 21 (17-25)
Sapi 21 (17-24) 21
Kuda (15-25)
Manusia 28(Siklus menstruasi)
Rodensia 4-6

Perbedaan Siklus Estrus dan Siklus Menstruasi

Siklus reproduksi pada makhluk hidup ada dua macam, siklus estrus dan siklus menstruasi.
Siklus estrus terjadi pada mamalia non primata sedangkan siklus menstruasi terjadi pada hewan
primata dan pada manusia. Perbedaan antara siklus estreus dan siklus menstruasi adalah :

1. Perubahan perilaku
Pada siklus estrus terlihat adanya perubahan perilaku pada setiap tahapannya. Pada
umumnya memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan turun atau hilang sama sekali,
menghampiri pejantan dan tidak lari bila pejantan menungganginya. Namun pada siklus
menstruasi perubahan perilaku tidak terlalu terlihat.
2. External Bleeding (pendarahan keluar)
Pada siklus menstruasi pendarahan keluar terjadi akibat adanya arteri spiral yang
mengalami konstriksi bersamaan dengan luruhnya endometrium bagian (pars) fungsionalis.
Pars basalis tidak meluruh dan permukaannya yang berbatasan pars fungsionalis akan

20
diperbaiki pada fase reparasi, sehingga pars fungsionalis beserta arteri spiral akan utuh
kembali.
Pada fase estrus tidak terjadi pendarahan keluar karena tidak adanya arteri spiral jadi
yang terjadi adalah adanya perombakan endometrium dan sel-sel yang sudah tidak
dibutuhkan akan dimakan oleh sel-sel darah putih pada tubuhnya sendiri. Peluruhan sel
endometrium ini disebabkan karena adanya pengurangan jumlah hormon progesteron yang
dihasilkan oleh korpus leteum. Pendarahan keluar atau dapat pula disebut dengan external
bleeding dapat terjadi pada hewan non primata, namun volume darah yang dikeluarkan
hanya sedikit tidak sebanyak pada primata dan manusia.
Namun darah yang keluar ini seringkali disalah artikan sebagai menstruasi padahal
faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi adalah berbeda dengan yang terjadi pada
mamalia oleh karena itu pendarahan pada hewan mamalia ini disebut pula
pseudomenstruasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah titer estrogen yang bersifat
anabolik bukan dikarenakan adanya penurunan jumlah progesteron. Sejalan dengan
pertumbuhan folikel yang sangat cepat, terjadi pengeluaran sel-sel darah yang menembus
dinding pembuluh darah atau disebut juga diapedesis, sedangkan pada siklus menstruasi
pendarahan keluar dikarenakan adanya peluruhan dari dinding endometrium. Contoh
hewan yang mengalami pseudomenstruasi antara lain : anjing, kucing, kuda, dan sapi.

Waktu kawin

Pada hewan yang mengalami siklus estrus, perkawinan hanya terjadi pada fase estrus
saja sedangkan pada primata dan manusia yang mengalami siklus menstruasi perkawinan
dapat terjadi kapan saja.

21
BAB III. KESIMPULAN

Gametogenesis merupakan pembelahan meiosis yakni metode khusus


pembelahan sel, terjadi pada maturasi sel kelamin dengan cara setiap inti sel anak
menerima separuh jumlah sifat kromosom sel somatik spesiesnya. Pada hewan jantan
proses gametogenesis disebut spermatogenesis yang terjadi di dalam testis, sedang pada
hewan betina disebut oogenesis yang terjadi di dalam ovarium. Gametogenesis adalah
proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Gametogenesis ada dua yaitu
spermatogenesis dan oogenesis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Campbell,N.A., J.B.Reece., L.G.Mitchell, 2000, Biologi 1, Edisi Kelima,


Jakarta : Penerbit Erlangga
Campbell,N.A., J.B.Reece., L.G.Mitchell, 2000, Biologi 3, Edisi Kelima,
Jakarta : Penerbit Erlangga
Internet Online: http://www.pusatbiologi.com/2013/02/pembelahan-sel-
mitosis-dan-meiosis.html
InternetOnline:http://aff.fkh.ipb.ac.id/wpcontent/uploads/2011/08/02_Gameto
genesis_Rev2011.pdf
Internet Online: https://www.academia.edu/11585009/Gametogenesis

23

Anda mungkin juga menyukai