Proses pengelasan merupakan ikatan metalurgi antara bahan dasar yang dilas
dengan elektroda las yang digunakan, melalui energi panas. Energi masukan panas ini
bersumber dari beberapa alternatif diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau
energi listrik. Panas yang ditimbulkan dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur
bahan dasar dan elektroda yang di las. Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses
pengelasan ini mencapai 2000 sampai 3000 ºC. Pada temperatur ini daerah yang
mengalami pengelasan melebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam
lasan.
Mengelas adalah salah satu bidang keterampilan teknik penyambungan logam yang
sangat banyak dibutuhkan di industri. Kebutuhan di industri ini dapat dilihat pada berbagai
macam keperluan seperti pada pembuatan : Konstruksi rangka baja, konstruksi bangunan
kapal, konstruksi kereta api dan sebagainya. Contoh sederhana dapat dilihat pada proses
pembuatan kapal dengan bobot mati 20.000 DWT diperkirakan panjang jalur pengelasan
mencapai 40 Km. Kebutuhan akan juru las di masa mendatang juga akan mengalami
peningkatan yang signifikan.Keterampilan teknik mengelas dapat diperoleh dengan latihan
terstruktur mulai dari grade dasar sampai mencapai grade yang lebih tinggi. Beberapa
pendekatan penelitian juga merekomendasikan bahwa seorang juru las akan dapat terampil
melakukan proses pengelasan dengan melakukan latihan yang terprogram, di samping itu
faktor bakat dari dalam diri juru las juga sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.
Keberhasilan seorang juru las dapat dicapai apabila juru las sudah dapat mensinergikan apa
yang ada dalam pikiran dengan apa yang harus digerakan oleh tangan sewaktu proses
pengelasan berlangsung.
Tingkat kesulitan dalam pengelasan ini dipengaruhi oleh posisi pengelasan. Secara
umum posisi pengelasan ini dibedakan berdasarkan posisi material, jalur las, elektroda dan
juru las. Pada gambar berikut diperlihatkan berbagai macam posisi pengelasan.
Bagian atas sambungan sudut dengan simbol F yakni: 1F, 2F,3F, 4F (fillet welds)
dan bagian bawah menggunakan sambungan dengan kampuh menggunakan simbol G
yakni : 1G, 2G, 3G, 4G (groove welds)
Teknik Mengelas
Teknik mengelas yang diterapkan dalam proses pengelasan dapat dilakukan dengan
mengikuti aturan atau ketentuan yang umum berlaku pada pengelasan. Skema proses
pengelasan memperlihatkan bahwa beberapa parameter untuk pengelasan yang dilakukan
pada posisi di bawah tangan meliputi:
Arah pengelasan
Arah pengelasan yang dimaksud adalah arah pergerakkan elektroda pada saat
memulai proses pengelasan. Arah pengelasan ini sangat tergantung pada juru las dan
konstruksi sambungan las. Arah pengelasan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
yakni: arah pengelasan dari kiri ke kanan, hal ini digunakan untuk juru las yang dominan
menggunakan tangan kanan (seperti orang menulis), sedangkan yang menggunakan
tangan kiri secara dominan maka arah pengelasannya dapat di balik dari kanan kekiri. Arah
pengelasan maju.
Kecepatan pengelasan
Kecepatan pengelasan merupakan parameter yang sangat penting dalam
menghasilkan kualitas sambungan yang memenuhi standar pengelasan. Kecepatan
pengelasan
harus konstan mulai dari saat pengelasan sampai pada penyelesaian pengelasan. Jika yang
mengelas robot maka kecepatan pengelasan ini dapat diatur dengan mudah. Tetapi jika
konstruksi pengelasan menggunakan las busur nyala listrik dengan menggunakan elektroda
terbungkus sebagai bahan tambahnya maka proses ini tidak dapat dilakukan pengelasan
secara otomatis. Pengelasan secara manual ini membutuhkan latihan yang terus menerus,
sehingga seorang juru las harus dapat mensinergikan antara kecepatan pengelasan dengan
pencairan elektroda yang terjadi. Pencairan elektroda ini menyebabkan elektroda lama-
kelamaan menjadi habis atau bertambah pendek, maka juru las harus dapat menyesuaikan
antara kecepatan jalanya elektroda mengikuti kampuh pengelasan dengan turunnya
pergerakan tang elektroda. Dipastikan pada proses ini jarak antara elektroda ke logam lasan
juga tetap konstan atau stabil.
Penetrasi pengelasan
Penetrasi adalah penembusan logam lasan mencapai kedalaman pada bahan dasar
logam yang di las. Penetrasi ini juga merupakan pencairan antara elektroda dengan bahan
dasar dari tepi bagian atas sampai menembus pelat pada kedalaman tertentu. Penetrasi
yang memenuhi standar harus dapat mencapai pada seluruh ketebalan plat yang di las.
Untuk juru las tingkat dasar hal ini sulit dicapai tetapi apabila dilatih secara terus menerus
maka standar penetrasi ini akan dapat dicapai.