Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN CYSTITIS INTERSTISIAL

Oleh:
Kelompok IX

NAMA NIM
Suferik Desintia A. 13.06.2.149.0615
Sulis 13.06.2.149.0616
Sylvia Nur R 13.06.2.149.0617
Tri Handika 13.06.2.149.0618
Usdamaya Noviana D 13.06.2.149.0619
Silvia Intan S. 13.06.2.149.0666
Siti Nur A. 13.06.2.149.0667
Sukma Titah Ayu L. 13.06.2.149.0669
Suryanto 13.06.2.149.0670
Tofan Bagus S.A 13.06.2.149.0671
Yulia Dwi P 13.06.2.149.0676

Fasilitator:

Nurul Kartika S, S.kep., Ns. M.Kep

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban


Program Studi S1 Keperawatan
Tahun Ajaran 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur keharibaan Allah SWT yang telah mencurahkan segala nikmat
dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Cystitis Interstisial”.

Tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Urinary System.

Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberi
dorongan, dukungan dan bimbingan baik secara moral maupun material sehingga
makalah ini dapat terwujud. Dan maaf penulis tidak dapat menyebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang akan menyempurnakan
makalah ini. Semoga yang sedikit ini membawa manfaat bagi semua pembaca
khususnya penulis.

Tuban, 18 Maret 2016

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Sampul ........................................................................................................ i

Kata Pengantar .......................................................................................... ii

Daftar Isi ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Medis ................................................................................ 4
2.2 Tinjauan Keperawatan ..................................................................... 9
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus ............................................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
4.1 Pengkajian ........................................................................................ 15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 32
5.2 Saran ................................................................................................. 32
Daftar Pustaka .............................................................................................. 39

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cystitis Interstisial atau yang disebut juga dengan (ISK) merupakan slaah
satu penyakit infeksi yang sering ditemukan dipraktek umum,walaupun
bermacam-macam antibiotika sudah tersedia luas dipasaran. Data penelitian
epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% semua perempuan dewasa
pernah mengalami ISK selama hidupnya. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam).
Cystitis Interstisial atau yang disebut ISK merupakan istilah umum yang
menunjukan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Cystitis
Interstisial dapat terjadi tergantung dari banyak faktor, diantaranya seperti
usia, gender, prevelensi bakteriurea, dan faktor predisposisi yang
menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. (Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam).
Penyebab paling sering terjadinya infeksi disaluran kemih adalah
dimasukkannya suatu alat kedalam saluran perkemihan,misalnya pemasangan
kateter (Potter dan Perry,2012). Perawatan kateter urin harus diperhatikan agar
dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih. Tindakan asepsis yang ketat
diperlukan saat mengajar kateter dan perwatan kateter (Sepalanita, 2012).
Walaupun kesakitan dan kematian dari infeksi saluran kemih berkaitan
dengan kateter dianggap relatif rendah dibanding infeksi nasokomial lainnya.
Tingginya prevalansi penggunaan kateter urin menyebabkan besarnya
kejadian infeksi yang menghasilkan komplikasi, infeksi, dan kematian
(Samad, 2013).
Menurut Soewondo (2007), pasien rawat inap yang mengalami infeksi
saluran kemih pada beberapa Rumah Sakit diAmerika Serikat dan Eropa
menempati urutan pertama (42%), disusul infeksi luka operasi (24%) dan
Infeksi Saluran Nafas (11%) (Sepalanita,2012). Sekitar 50 pasien diRumah
Sakit dengan kateter permanen mengalami ISK dalam 1 minggu setelah
kateter dipasang. 90% Infeksi Saluran Kemih lebih banyak terjadi pada wanita

1
daripada pria karena uretra wanita lebih pendek dan sangat dekat dengan
vagina dan anus. (Baradero.dkk,2009).
Beberapa klinisi di bagian penyakit dalam sering mememinta pemeriksaan
USG kandung kemih yang di sertai ukuran penebalan dinding kandung
kemih. pemeriksaan urin di perlukan untuk mengetahui ada tidaknya
bacteriuria. bacteri tersebut merupakan penyebab utama infeksi saluran
kemih (santos,2007).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah mengetahui konsep dasar
penyakit dan secara kasus tentang asuhan keperawatan cystitis interstisial.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
- Memahami asuhan keperawatan pada kasus pasien dengan
diagnosa cystitis interstisial.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi konsep dasar cystitis interstisial.
2. Mengidentifikasi teori asuhan keperawatan cystitis interstisial.
3. Menganalisa tinjauan kasus asuhan keperawatan cystitis interstisial.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Ilmu Pengetahuan
Dapat digunakan sebagai masukan dalam proses belajar mengajar dan
meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan cystitis
interstisial

2. Profesi Keperawatan
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
cystitis interstisial

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Medis


2.1.1 Pengertian
Cystitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi
oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2011 : 111).
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan
oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine
dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal,
atau penggunaan kateter atau sistoskop. Sistitis terjadi lebih sering pada
wanita; biasanya disebabkan oleh Escherichia coli. Awitan aktivitas seksual
berkaitan dengan peningkatan frekuensi infeksi saluran perkemihan pada
wanita, terutama mereka yang gagal untuk berkemih setelah melakukan
hubungan seksual. Infeksi juga berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi
spermasida-diafragma karena kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi
uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Sistitis
pada pria merupakan kondisi sekunder akibat beberapa factor (mis., prostat
yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih). (Diane C.
Baughman, 2000).
Cystitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering
disebabkan oleh infeksi oleh bakteri. Mikroorganisme penyebab infeksi ini
terutama adalah E. Coli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus auresus yang
masuk ke buli-buli terutama melalui uretra (Basuki B. Purnomo, 2008 : 44).
Cystitis interstisial (inflamasi kronik kandung kemih) bukan disebabkan
oleh bakteri dan tidak berespon terhadap antibiotik (Brunner & Suddarth,
2001 : 1435).

3
2.1.2 Etiologi
Berdasarkan dari pembagian Cystitis maka etiologi yang dapat
menyebabkan Cystitis adalah sebagai berikut :
1) Cystitis akut
Penyebab dari inflamasi kandung kemih adalah infeksi yang
diakibatkan oleh bakteri, seperti E. Coli, Enterococci, Proteus, dan
Stafilokokus auresu (Basuki B. Purnomo, 2008 : 44).
Cara penularan :
Melalui hubungan intim dan Pemakaian kontrasepsi spermisid
diafragma karena dapat menyebabkan sumbatan parsial uretra dan
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap serta perubahan pH
dan flora normal vagina (Nursalam & Fransisca B. 2011 : 112).
2) Cystitis interstitial
Penyebab Cystitis interstitial belum diketahui meskipun terdapat
dugaan berasal dari suatu inflamasi atau otoimun (Brunner &
Suddarth, 2001 : 1435).
Menurut Arif Muttaqin dan Kumala Sari (2011: 208) etiologi
cystitis interstitial belum diketahui dan kemungkinan multifaktorial.
Beberapa faktor yang memungkinkan adalah sebagai berikut :
(1) Peran patogenik dari sel mast di dalam lapisan mukosa kandung
kemih
(2) Kekurangan lapisan glikosaminoglikan pada permukaan lumen
kandung kemih sehingga peningkatan permeabilitas jaringan
submukosa yang mendasari untuk zat beracun dalam urin
(3) Infeksi dengan agen (misalnya virus lambat atau bakteri
(4) Produksi toksin dalam urin
(5) Reaksi hipersinsitivitas neurogenik atau peradangan diperantarai
secara lokal pada kandung kemih
(6) Manifestasi dari disfungsi otot dasar panggul atau disfungsional
pengeluaran urin
Gangguan autoimun

4
2.1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Basuki B. Purnoma, (2008 : 44) Manifestasi klinis pada
penyakit cystitis adalah demam dan nyeri pinggang karena adanya
penjalaran infeksi ke saluran kemih sebelah atas.
Sedangkan menurut Nursalam dan Fransisca B. (2011 : 112)
manifestasi dari sistitis adalah sebagai berikut :
1) Kemerahan pada kandung kemih
2) Edema pada kandung kemih
3) Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
4) Inkontinensia
Inkontinensia adalah ketidakmampuan menahan air kencing yang
disebabkan oleh adanya kegagalan sistem kandung kemih dan uretra
(vesikouretra) pada saat masuknya urine secara terus menerus dari
ureter pada fase pengisian.
5) Nyeri di daerah suprapubik
Nyeri pada daerah kandung kemih yang disebabkan adanya iritasi
oleh bakteri E.coli
6) Eritema mukosa kandung kemih
7) Hematuria
Hematuria adalah adanya sel darah merah di dalam urine
8) Lemah
9) Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)
Bakteriuria adalah adanya bakteri pada urine yang menjadi indikator valid
bahwa terdapat kolonisasi bakteri pada traktus urinaria.

2.1.4 Patofisiologi
3 Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum
4 disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan
timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran
kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun
unilateral. Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat
misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme

5
melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung
kemih. Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram
negatif seperti E.Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari
saluran intestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke kandung
kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir kembali ke ureter
(Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke atas ke
ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis seperti maka bakteri
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan
media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya. Infeksi
saluran kemih dapat terjadi jika resistensi dari orang itu terganggu. Faktor-
faktor utama dalam pencegahan infeksi saluran kemih adalah integritas
jaringan dan suplai darah. Retak dari permukaan lapisan jaringan mukosa
memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan dan menyebabkan infeksi.
Pada kandung kemih suplai darah ke jaringan bisa berkompromi bila tekanan
di dalam kandung kemih meningkat sangat tinggi Masuknya mikroorganisme
ke dalam saluran kemih dapat melalui : Penyebaran endogen yaitu kontak
langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi, hematogen yaitu
penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat
kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplai
jantung ke ginjal, limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening
yang disalurkan melalui helium ginjal, eksogen sebagai akibat pemakaian alat
berupa kateter atau sistoskopi. (Tambayong, 2000).
5 Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E.
coli. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal
melalui penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang
mempengaruhi terjadnya infeksi adalah virulensi (kemampuan untuk
menimbukan penyakit) dari organisme, ukuran dari jumlah mikroorganisme
yang masuk dalam tubuh, dan keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh.
Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi
pertahanan tubuh alami pasien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan
penentu terjadinya infeksi, normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus
dinding mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel-sel

6
urotenial yang memproduksi yaitu unsur yang membantu mempertahankan
integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder.
Mun juga mencegah bakteri melekat pada selurotelial. Selain itu pH urine
yang asam dan penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi urin dalam batas
tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri
dapat masuk dan sistem urin akan mengeluarkannya. Bentuk anatomi saluran
kencing, keduanya mencegah dan merupakan konstribusi yang potensial untuk
perkembangan UTI (Urinary Tract Infection). Urin merupakan produk yang
steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi darah pada glumerolus dari nepron ginjal,
dan dianggap sebagai sistem tubuh yang steril. Tapi uretra merupakan pintu
masuk bagi pathogen yang terkontaminasi. Selain itu pada wanita 1/3 bagian
distal uretra disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis banyak dihuni
bakteri dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Kolonisasi
basi pada wanita di daerah tersebut diduga karena perubahan flora normal dari
daerah perineum, berkurangnya antibody normal, dan bertambahnya daya
lekat organisme pada sel spitel pada wanita. Cystitis lebih banyak pada wanita
dari pada laki-laki, hal ini karena uretra wanita lebih pendek dan lebih dekat
dengan anus. Mikroorganisme naik ke bledder pada waktu miksi karena
tekanan urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih
setelah mengeluarkan urine.

7
2.1.5 WOC

Kateter Hygine buruk Mikroorganisme Pemakaian Kontrasepsi spermisid diafragma

Kuman masuk Kontaminasi bakteri Asenden Hematogen Sis.limfotik Mencegah Obstruksi uretra
melalui lumen kateter pada anus dan atau pengosongan urin parsial
bakteri pada vagina Ginjal yg sudah menuju sempurna
dan menyebar
terinfeksi ginjal
Refluks vesiko
Meatus urinarius ureter
Melalui darah

uretra
Aliran balik urin
dari uretra

Invasi kuman ke
kandung kemih
Mengkolonisasi epitelium traktus
urinarius untuk menghindari Bakteri
pembilasan kandung kemih Cystitisbiak
berkembang
dan berkoloni
Cystitis
Resiko Tinggi Bakteri Urin
Infeksi/ Infeksi berkembang biak Inflamasi Reaksi Ag-Ab Jaringan teriritasi bercampur
dan berkoloni Sering berkemih dalam darah
IL-1 Dialiri urin
Kandung kemih
Distensi kandung Menstimulus Dysuria
meregang
kemih Hipotalamus
Nyeri Akut 8
Supra pubik Keinginan
mendesak untuk Pyuria Suhu Tubuh
tegang
berkemih naik
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari perburukan cystitis adalah sebagai
berikut :
1) Pyelonefritis
2) Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis)
(Nursalam dan Fransisca, 2009: 113)
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
Menurut (Basuki B. Purnomo, 2008 : 44) Penatalaksanaan untuk
membantu pengobatan pada klien dengan cystitis dilakukan dengan
bantuan medis berupa terapi farmakologi :
1) Ulfaprim
(1) Kemasan dan no.Reg :
a) Ulfaprim suspensi mengandung Sulfamethoxazole 200 mg dan
Trimetoprim 40 mg/5 mL, dalam botol 60 mL, No. Reg. :
DKL0308509933A1.
b) Ulfaprim tablet mengandung Sulfamethoxazole 400 mg dan
Trimetoprim 80 mg (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg. :
DKL0308509510A1.
(2) Nama Generik : Co-trimoxazole
(3) Nama Dagang : Bactrim® (Roche), Kaftrim® (Kimia Farma),
Inatrim® (Indo Farma), Primadex® (Dexa Medica), Sanprima®
(Sanbe), Triminex® (Konimex)
(4) Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Infeksi Saluran Pencernaa, Infeksi
Saluran Pernapasan, Infeksi kulit
(5) Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap komponen obat, anemia
megaloblastik
(6) Bentuk Sediaan :
a) Tablet ( 80 mg Trimethoprim – 400 mg Sulfamethoxazole)
b) Anak-anak dan bayi usia dua bulan atau lebih :
Berat Badan (Kg) Pemberian obat setiap 12 jam
20 1 tablet
30 1 ½ tablet

9
40 2 tablet

c) Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun adalah :


Dosis lazim: 2 kali sehari 2 tablet selama 10-14 hari
(7) Efek samping :
a) Hipersensitivitas ( demam, rash, fotosensitivitas )
b) Gangguan pencernaan ( nausea, vomiting, diare )
c) Hematotoxicity ( granulositopenia, trombositopenia)
d) Resiko Khusus : wanita hamil dan menyusui, gangguan fungsi
hati, gangguan fungsi ginjal.
2) Phenazopyridine
(1) Indikasi : Digunakan bersamaan dengan antibiotika untuk
mengatasi infeksi saluran kemih, digunakan untuk mengobati iritasi
atau rasa tidak enak sewaktu berkemih
(2) Efek Samping : Pusing, sakit kepala, dan gangguan pencernaan
3) Ciprofloxacin
(1) Nama Generik : Ciprofloxacin
(2) Nama Dagang : Ciproxin® (Bayer), Interflox® (Interbat),
Nilaflox® (Nicholas), Quidex® (Ferron), Renator® (Fahrenheit),
Scanax® (Tempo Scan Pasific)
(3) Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Sinusitis Akut, Infeksi Kulit,
Infeksi Tulang dan Sendi, Demam Typhoid, Pneumonia
Nosokomial
(4) Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau
golongan quinolon lain
(5) Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750 mg); Tablet
lepas lambat ( 500 mg, 1000 mg )
(6) Dosis : Dewasa : 250 mg tiap 12 jam
(7) Efek Samping : ruam kulit, diare, mual, muntah, nyeri perut, sakit
kepala, susah tidur, jantung berdebar-debar, halusinasi
(8) Resiko Khusus : Pasien dengan gangguan ginjal, Wanita hamil dan
menyusui.

10
4) Nitrofurantoin
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram
positif dan gram negative. Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik
setelah ditelan tetapi dengan cepat dimetabolisme dan disekresikan
sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Obat ini
disekresikan di dalam ginjal.
(1) Dosis : Untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa adalah 50-
100 mg 4 x dalam 7 hari setelah makan.
(2) Efek samping : Anoreksia, mual, muntah
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Basuki B. Purnomo, 2008 : 44) Pemeriksaan diagnostik dan
labolatorium yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya sistitis
1) Analisa Urin (urinalisis)
Pemeriksaan urinalisis meliputi:
(1) Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).
Penderita cystitis dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih
leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen
urin.
(2) Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin).
Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika
ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan pandang
sedimen urin. Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau
penyakit lain, misalnya batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.
2) Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
(1) Mikroskopis.
Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan).
Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.
(2) Biakan bakteri.
Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.
3) Pemeriksaan kimia

11
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin.
Contoh, tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram
negatif. Batasan: ditemukan lebih 100.000 bakteri. Tingkat
kepekaannya mencapai 90 % dengan spesifisitas 99%.
4) Pemeriksaan penunjang lain
Meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), CT-
scan dan Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya batu atau kelainan lainnya.
(1) Rontgen (Foto polos abdomen)
Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak
(2) Pielografi intravena (PIV)
Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter,
dan distorsi system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan
bayi setelah episode infeksi saluran kemih yang pertama dialami,
wanita (bila terdapat hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi
saluran kemih, peningkatan kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl,
bakteriuria asimtomatik pada kehamilan, lebih dari 3 episode
infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat mengkonfirmasi
adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi
batu radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi
saluran kemih. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6
minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan pada penderita
yang berusia lanjut, penderita DM, penderita dengan kreatinin
plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.
(3) CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi
pada parenkim ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses
perinefrik. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk menunjukkan
adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal polikistik. Perlu
diperhatikan bahwa pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika
memakai media kontras, yang meningkatkan potensi
nefrotoksisitas.

12
(4) DMSA scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih
dapat dilakukan dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc)
dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pemeriksaan ini terutama
digunakan untuk anak – anak dengan infeksi saluran kemih akut dan
biasanya ditunjang dengan sistoureterografi saat berkemih.
Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif untuk deteksi infeksi korteks
ginjal dibanding ultrasonografi.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Yaitu: mencakup nama pasien, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas
keluarga, dll
2) Keluhan Utama:
1) Nyeri ketika BAK.
P = Nyeri dirasakan ketika BAK.
Q = Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat.
R = Nyeri dirasakan di saluran kemih bagian bawah dan menjalar
ke pinggang.
S = Skala nyeri 5 (dari skala nyeri 0-10)
T = Nyeri dirasakan terus-menerus
2) Rasa panas saat berkemih dan sering berkemih
3) Riwayat Keperawatan :
(1) Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Keluhan utama: Nyeri, sering berkemih, urine sedikit dan
perubahan warna urine.
(2) Riwayat Penyakit Sebelumnya (RPD)
Tanyakan pada pasien apakah pernah menderita penyakit lain
sebelumnya seperti DM, riwayat seksual dll.
(3) Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)

13
Tanyakan apakah ada keluarga pasien mengidap penyakit serupa.

4) Review Of System (ROS) dan Pemeriksaan Fisik


(1) B1(breathing)
RR meningkat karena nyeri
(2) B2 (blood)
Hipertensi, takikardi, suhu meningkat
(3) B3 (brain)
Kelemahan-kelumpuhan, fluktuasi suhu badan.
(4) B4 (bladder)
Nyeri tekan pada palpasi di daerah suprapubis, urin keruh dan
mungkin berbau tidak enak dengan leukosit dan organisme.
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya
sensasi saat berkemih.
(5) B5 (bowel)
Kelemahan otot abdomen, peristaltic usus turun
(6) B6 (bone)
Biasanya tidak mengalami masalah
5) Pemeriksaan Diagnostik
1) Analisa Urin (urinalisis)
Pemeriksaan urinalisis meliputi:
(1) Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).
Terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per
lapangan pandang dalam sedimen urin.
(2) Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin).
Ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per
lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga
karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu
ginjal dan penyakit ginjal lainnya.
2) Pemeriksaan penunjang lain
(1) Rontgen (Foto polos abdomen)
Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak

14
(2) Pielografi intravena (PIV)
Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal,
keadaan ureter, dan distorsi system pelviokalises. Untuk
penderita: pria (anak dan bayi setelah episode infeksi
saluran kemih yang pertama dialami, wanita (bila terdapat
hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran
kemih, peningkatan kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl,
bakteriuria asimtomatik pada kehamilan, lebih dari 3
episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat
mengkonfirmasi adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan
ini juga dapat mendeteksi batu radiolusen dan
memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran
kemih. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6
minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan pada
penderita yang berusia lanjut, penderita DM, penderita
dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan
dehidrasi.
(3) CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya
infeksi pada parenkim ginjal, termasuk mikroabses ginjal
dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat membantu
untuk menunjukkan adanya kista terinfeksi pada penyakit
ginjal polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan in
lebih baik hasilnya jika memakai media kontras, yang
meningkatkan potensi nefrotoksisitas.

6) Penatalaksanaan
Menurut (Basuki B. Purnomo, 2008 : 44) Penatalaksanaan untuk
membantu pengobatan pada klien dengan cystitis dilakukan dengan
bantuan medis berupa terapi farmakologi :
1) Ulfaprim
(1) Kemasan dan no.Reg :

15
a) Ulfaprim suspensi mengandung Sulfamethoxazole 200 mg
dan Trimetoprim 40 mg / 5 mL, dalam botol 60 mL, No. Reg.
: DKL0308509933A1.
b) Ulfaprim tablet mengandung Sulfamethoxazole 400 mg dan
Trimetoprim 80 mg (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No.
Reg. : DKL0308509510A1.
(2) Nama Generik : Co-trimoxazole
(3) Nama Dagang : Bactrim® (Roche), Kaftrim® (Kimia Farma),
Inatrim® (Indo Farma), Primadex® (Dexa Medica), Sanprima®
(Sanbe), Triminex® (Konimex)
(4) Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Infeksi Saluran Pencernaan,
Infeksi Saluran Pernapasan, Infeksi kulit
(5) Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap komponen obat, anemia
megaloblastik
(6) Bentuk Sediaan :
a) Tablet ( 80 mg Trimethoprim – 400 mg Sulfamethoxazole)
b) Anak-anak dan bayi usia dua bulan atau lebih :
Berat Badan (Kg) Pemberian obat setiap 12 jam
20 1 tablet
30 1 ½ tablet
40 2 tablet

c) Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun adalah :


Dosis lazim: 2 kali sehari 2 tablet selama 10-14 hari
(7) Efek samping :
a) Hipersensitivitas ( demam, rash, fotosensitivitas )
b) Gangguan pencernaan ( nausea, vomiting, diare )
c) Hematotoxicity ( granulositopenia, trombositopenia)
(8) Resiko Khusus : wanita hamil dan menyusui, gangguan fungsi
hati, gangguan fungsi ginjal.
2) Phenazopyridine

16
(1) Indikasi : Digunakan bersamaan dengan antibiotika untuk
mengatasi infeksi saluran kemih, digunakan untuk
mengobati iritasi atau rasa tidak enak sewaktu berkemih
(2) Efek Samping : Pusing, sakit kepala, dan gangguan pencernaan
3) Ciprofloxacin
(1) Nama Generik : Ciprofloxacin
(2) Nama Dagang : Ciproxin® (Bayer), Interflox® (Interbat),
Nilaflox® (Nicholas), Quidex® (Ferron), Renator® (Fahrenheit),
Scanax® (Tempo Scan Pasific)
(3) Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Sinusitis Akut, Infeksi Kulit,
Infeksi Tulang dan Sendi, Demam Typhoid, Pneumonia
Nosokomial
(4) Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau
golongan quinolon lain
(5) Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750 mg); Tablet
lepas lambat ( 500 mg, 1000 mg )
(6) Dosis : Dewasa : 250 mg tiap 12 jam
(7) Efek Samping : ruam kulit, diare, mual, muntah, nyeri perut, sakit
kepala, susah tidur, jantung berdebar-debar, halusinasi
(8) Resiko Khusus : Pasien dengan gangguan ginjal, Wanita hamil dan
menyusui.
4) Nitrofurantoin
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram
positif dan gram negative. Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik
setelah ditelan tetapi dengan cepat dimetabolisme dan disekresikan
sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Obat ini
disekresikan di dalam ginjal.
(1) Dosis : Untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa adalah 50-
100 mg 4x dalam 7 hari setelah makan.
Efek samping : Anoreksia, mual, muntah

17
2.2.2 Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: - Klien mengatakan mengeluh Invasi kuman ke
sakit saat berkemih Saat berkemih kandung kemih
urine keluar sedikit-sedikit disertai
nyeri. Bakteri
berkembang biak
DO: dan berkoloni
- Px terlihat lemah
- Urine keruh Cystitis
Nyeri akut
- TTV px
- Leukosuria (+) Jaringan teriritasi
- Pyuria
- Eritrocyt (+) Dialiri urin
- Kultur (+) bakteri
Dysuria

Nyeri akut
2 DS: Invasi kuman ke
- Pasien mengatakan sakit kandung kemih
saat BAK
- Pasien mengatakan urin Bakteri
nya keruh berkembang biak
- Pasien mengatakan panas dan berkoloni
saat BAK Resiko tinggi
- Pasien mengatakan ada infeksi/ Infeksi
kemerahan pada daerah Mengkolonisasi

genetalia epitelium traktus

DO: urinarius untuk

- Px terlihat lemah menghindari

- Urine keruh pembilasan

- TTV px kandung kemih

18
- Leukosuria (+)
- Pyuria
Bakteri
- Eritrocyt (+)
berkembang biak
- Kultur (+) bakteri
dan berkoloni

Resiko tinggi
infeksi/ Infeksi

3 DS: Kolonisasi
- Pasien mengatakan sering epitalium traktus
menahan BAK urinari
- Pasien mengatakan BAK
2x/hari atau kurang
- Pasien mengatakan Bakteri
pipisnya sedikit-sedikit berkembangbiak &
berkoloni
DO:

- Bunyi peka saat diperkusi


- Terasa keras saat di tekan Kandung kemih
- TTV px meregang Perubahan pola
eliminasi urine

Suprapubik tegang

Distensi kandung
kemih

Mendesak
berkemih

19
Pyuria

Perubahan pola
eliminasi urine

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
2. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih
3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
2.2.4 Intervensi Keperawatan
Dx: Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung
kemih
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
pasien
memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria evaluasi :
1) TTV dalam batas normal
2) Nilai kultur urine negative
3) Urine berwarn bening dan tidak bau
INTERVENSI RASIONAL
Kaji suhu tubuh pasien Tanda vital menandakan adanya perubahan di
setiap 4 jam dan lapor dalam tubuh.
jika suhu di atas 37,5 0C
Catat karakteristik urine Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
Anjurkan pasien untuk Untuk mencegah stasis urine
minum 2 – 3 liter jika
tidak ada kontra indikasi
Monitor pemeriksaan Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan

20
ulang urine kultur dan terhadap keadaan penderita.
sensivitas untuk
menentukan respon
terapi.
Anjurkan pasien untuk Untuk mencegah adanya distensi kandung
mengosongkan kandung kemih
kemih secara komplit
setiap kali kemih.
Berikan perawatan Untuk menjaga kebersihan dan menghindari
perineal, pertahankan bakteri yang membuat infeksi uretra
agar tetap bersih dan
kering

Dx: Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
dapat
mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria evaluasi :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
INTERVENSI RASIONAL
Ukur dan cataturine Untuk mengetahui adanya perubahan warna
setiap kali berkemih dan untuk mengetahui input/out put
Anjurkan untuk berkemih Untuk mencegah terjadinya penumpukan
setiap 2 – 3 jam urine dalam vesika urinaria.
Palpasi kandung kemih Untuk mengetahui adanya distensi kandung
tiap 4 jam kemih.

Bantu klien ke kamar Untuk memudahkan klien di dalam berkemih


kecil, memakai

21
pispot/urinal
Bantu klien mendapatkan Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
posisi berkemih yang
nyaman

Dx: Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam


pasien merasa
nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria evaluasi :
1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2) Kandung kemih tidak tegang
3) Pasien nampak tenang
4) Ekspresi wajah tenang.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji intensitas, lokasi, dan Rasa sakit yang hebat menandakan adanya
factor yang memperberat infeksi
atau meringankan nyeri
Berikan waktu istirahat Klien dapat istirahat dengan tenang dan
yang cukup dan tingkat dapat merilekskan otot-otot
aktivitas yang dapat di
toleran.
Anjurkan minum banyak
2-3 liter jika tidak ada Untuk membantu klien dalam berkemih
kontra indikasi
Berikan obat analgetik Analgetik memblok lintasan nyeri
sesuai dengan program
terapi.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi yang di harapkan setelah di berikan intervensi
keperawatan adalah sebagai berikut :

22
1) Terjadi penurunan respon nyeri.
2) Perubahan warna urine
Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan
ingin kencing, menetes setelah berkemih

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

1.1 Kasus
Ny. W 25 tahun, bekerja swasta yang sering duduk, status: menikah, Ny.
W datang ke Rumah Sakit X bersama suaminya dengan keluhan nyeri pada
saat berkemih sejak 1 minggu yang lalu, berkemih keluar sedikit-sedikit
disertai rasa nyeri, Ny. W mengatakan rasa nyeri seperti tertekan dan disayat-
sayat pada daerah saluran kemih bagian bawah sampai menjalar ke pinggang
saat Bak siang dan malam hari yang disertai demam. Saat dikaji lebih lanjut
oleh perawat dari hasil wawancara didapatkan: Klien mengeluh urgency,
frequency dan dysuria, TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 90 x/ menit, RR: 24 x/
menit, S: 39°C.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik didapatkan dari hasil palpasi area
suprapubik teraba tegang, “tenderness”. Hasil pemeriksaan urine: Warna
keruh, Leukosuria (+), cultur (+) bakteri, pyuria, eritrosit (+).
Ny. W mendapatkan terapi:
- Ciprofloxacin 2x1 tab. 250 mg
- Ulfaprim 2x2 tab. 400 mg

24
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
4.1 PENGKAJIAN
4.1.1 KASUS
Ny. W 25 tahun, bekerja swasta yang sering duduk, status:
menikah, Ny. W datang ke Rumah Sakit X bersama suaminya dengan
keluhan nyeri pada saat berkemih sejak 1 minggu yang lalu, berkemih keluar
sedikit-sedikit disertai rasa nyeri, Ny. W mengatakan rasa nyeri seperti
tertekan dan disayat-sayat pada daerah saluran kemih bagian bawah sampai
menjalar ke pinggang saat Bak siang dan malam hari yang disertai demam.
Saat dikaji lebih lanjut oleh perawat dari hasil wawancara didapatkan: Klien
mengeluh urgency, frequency dan dysuria, TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 90 x/
menit, RR: 24 x/ menit, S: 39°C.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik didapatkan dari hasil palpasi area
suprapubik teraba tegang, “tenderness”. Hasil pemeriksaan urine: Warna
keruh, Leukosuria (+), cultur (+) bakteri, pyuria, eritrosit (+).
Ny. W mendapatkan terapi:
- Ciprofloxacin 2x1 tab. 250 mg
- Ulfaprim 2x2 tab. 400 mg

25
4.2 ASUHAN KEPERAWATAN

4.1.1 Pengkajian
Pengkajian Tanggal : 11/03/2016
Jam : 08.00
MRS Tanggal : 11/03/2016
No. Register : 1409-0943
Diagnosa Masuk : Cystitis Intersial
Ruangan/kelas : Teratai/II
1) Identitas Klien:
Nama : Ny. W
Usia : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : WNI
Agama : Islam
Alamat : Tuban
2) Riwayat Keperawatan
- Keluan Utama: Klien mengatakan nyeri saat BAK
P = Klien mengatakan merasakan nyeri ketika BAK.
Q = Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti disayat-sayat.
R = Klien mengatakan nyeri dirasakan di saluran kemih bagian
bawah dan menjalar ke pinggang.
S = Skala nyeri 5 (dari skala nyeri 0-10)
T = Klien mengatakan nyeri dirasakan saat BAK siang dan malam
hari
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan nyeri saat berkemih satu minggu yang lalu dan
juga pada saat melakukan aktivitas karena sering duduk, urine
menetes, kadang disertai demam, nyeri dirasakan pada daerah

26
saluran kemih bagian bawah sampai menjalar ke pinggang, nyeri
seperti tertekan, nyeri dirasakan pada siang dan malam hari pada
saat berkemih.
- Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain
sebelumnya.
- Riwayat penyakit keluarga :
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit
yang serupa.
3) Tanda-Tanda vital
S : 39 ºC N : 90 x/mnt TD : 120/80 mmHg RR : 24 x/mnt
Keadaan Umum: Lemah
4) Pemeriksaan Fisik
(1) B1 (breathing)
a. Pola nafas irama:  Teratur  Tidak
teratur
b. Jenis Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-
lain:
Pernafasan cuping hidung ada tidak
Septum nasi simetris tidak simetris
Lain-lain:
c. Bentuk dada simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
d. Keluhan sesak batuk nyeri waktu
napas
e. Irama napas teratur tidak teratur
f. Suara napas vesiculer ronchi wheezing D/S rales
D/S
(2) B2 (blood)
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. CRT < 3 detik > 3 detik
c. Konjungtiva pucat ya tidak

27
d. JVP normal meningkat
menurun
e. Bunyi jantung:  Normal  Murmur  Gallop lain-
lain
f. Irama jantung:  Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal:  Ya
Tidak
g. Akral:  Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah
(3) B3 (brain)
a. Kesadaran composmentis apatis somnolen
sopor koma
GCS :
b. Keluhan pusing ya tidak
c. Pupil isokor anisokor
d. Nyeri tidak ya, skala nyeri : 5 lokasi : daerah
suprapubis
e. Refleks fisiologis: patella triceps  biceps lain-
lain:
f. Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig
lain-lain
(4) B4 (bladder)
a. Keluhan : kencing menetes inkontinensia retensi
gross hematuri disuria poliuri
oliguri anuria
b. Alat bantu (kateter, dll) ya tidak
c. Kandung kencing : membesar ya tidak
nyeri tekan ya tidak
d. Produksi urine :................ml/hari warna : .................
bau :..................
e. Intake cairan : oral :.............cc/hr parenteral :
...................cc/hr
(5) B5 (bowel)
a. TB : cm BB : kg

28
b. Mukosa mulut : lembab kering merah
stomatitis
c. Tenggorokan nyeri telan sulit menelan
d. Abdomen supel tegang nyeri tekan,
lokasi : daerah suprapubis
Luka operasi jejas, lokasi :
e. Pembesaran hepar ya tidak
f. Pembesaran lien ya tidak
g. Ascites ya tidak
h. Mual ya tidak
i. Muntah ya tidak
j. Terpasang NGT ya tidak
k. Bising usus :..........x/mnt
l. BAB :........x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
konstipasi inkontinensia kolostomi
m. Diet padat lunak cair
n. Frekuensi :...............x/hari jumlah:............... jenis : .......................

(6) B6 (bone)
a. Kekuatan otot

b. Pergerakan sendi bebas terbatas


c. Kelainan ekstremitas ya tidak
d. Kelainan tlg. belakang ya tidak
e. Fraktur ya tidak
f. Traksi/spalk/gips ya tidak
g. Kompartemen sindrom ya tidak
h. Kulit ikterik sianosis kemerahan
hiperpigmentasi
i. Akral hangat panas dingin kering basah

29
j. Turgor baik kurang jelek
k. Edema:  Ada  Tidak ada Lokasi
l. Luka : jenis :............. luas : ............... bersih kotor
5) Pengkajian Psikososial
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi kooperatif tak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak
6) Pemeriksaan Diagnostik
(1) Analisa urin (urinalisis)
a) Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).
Terdapat 5 leukosit (sel darah putih) per lapangan
pandang dalam sedimen urin.
b) Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin).
Ditemukan eritrosit (sel darah merah) 6 per lapangan
pandang sedimen urin.
(2) CT-scan

Adanya infeksi pada parenkim ginjal.

7) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk membantu pengobatan berupa terapi
farmakologi :
5) Ulfaprim
Dosis : 2 kali sehari 2 tablet 400 mg selama 10-14 hari
6) Ciprofloxacin
Dosis : 250 mg tiap 12 jam
7) Nitrofurantoin
Dosis : 50 mg 4x dalam 7 hari setelah makan.

30
4.1.2 Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Ny. W mengatakan mengeluh Invasi kuman ke
sakit saat berkemih Saat berkemih kandung kemih
urine keluar sedikit-sedikit disertai
nyeri. Bakteri
berkembang biak
DO: dan berkoloni
- Ny. W terlihat lemah
- Urine keruh Cystitis
- TD: 120/80 mmHg Nyeri akut
- N : 90x/menit Jaringan teriritasi
- RR : 24x/menit
- S : 39°C Dialiri urin
- Leukosuria (+)
- Pyuria Dysuria
- Eritrocyt (+)
- Kultur (+) bakteri Nyeri akut

2 DS: Kolonisasi
- Ny. W mengatakan sering epitalium traktus
menahan BAK urinari Perubahan pola
- Ny. W mengatakan BAK eliminasi urine
2x/hari atau kurang
- Ny. W mengatakan Bakteri

31
pipisnya sedikit-sedikit berkembangbiak &

DO: berkoloni

- Bunyi peka saat diperkusi


- Terasa keras saat di tekan Kandung kemih
- TD: 120/80 mmHg meregang
- N : 90x/menit
- RR : 24x/menit
- S : 39°C Suprapubik tegang

Distensi kandung
kemih

Mendesak
berkemih

Pyuria

Perubahan pola
eliminasi urine

4.1.3 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
2) Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih

32
4.1.4 Intervensi / Implementasi
No Diagnosa Tgl/jam Intervensi Rasional Implementasi
1 Nyeri akut yang 11/03/1 1) Kaji 1) Rasa sakit yang 1) Mengkaji
6
berhubungan intensitas, hebat intensitas,
dengan proses 09.00 lokasi, dan menandakan lokasi, dan
penyakit factor yang adanya infeksi factor yang
memperberat memperberat
Tujuan : pasien
atau atau
merasa
meringankan meringankan
nyaman dan
nyeri. nyeri.
nyerinya
berkurang.
2) Berikan 2) Klien dapat 2) Memberikan
waktu istirahat dengan waktu istirahat
Kreteria hasil : istirahat yang tenang dan yang cukup
5) Pasien cukup dan dapat dan tingkat
mengatakan / tingkat merilekskan aktivitas yang
tidak ada aktivitas otot-otot dapat di
keluhan yang dapat di toleran.
nyeri pada toleran.
saat
berkemih. 3) Menganjurkan
3) Anjurkan 3) Untuk
6) Kandung minum banyak
minum membantu klien
kemih tidak 2-3 liter jika
banyak 2-3 dalam
tegang tidak ada
liter jika berkemih.
7) Pasien kontra indikasi
nampak tidak ada
tenang kontra
8) Ekspresi indikasi
wajah
tenang. 4) Berikan obat 4) Memberikan
4) Analgetik
analgetik obat analgetik
memblok
sesuai sesuai dengan

33
dengan lintasan nyeri program
program terapi.
terapi.
2 Perubahan pola 1) Ukur dan 1) Untuk 1) Mengukur dan
eliminasi urine catat urine mengetahui mencatat urine
(disuria, setiap kali adanya setiap kali
dorongan berkemih perubahan berkemih
frekuensi dan warna dan
atau nokturia) untuk
yang mengetahui
berhubungan input/out put
dengan 2) Anjurkan 2) Untuk 2) Menganjurkan
Inflamasi pada untuk mencegah untuk
kandung kemih berkemih terjadinya berkemih
setiap 2 – 3 penumpukan setiap 2 – 3
Tujuan :
jam. urine dalam jam.
klien dapat
vesika urinaria.
mempertahankan
3) Palpasi 3) Untuk 3) Mengpalpasi
pola eliminasi
kandung mengetahui kandung
secara adekuat.
kemih tiap 4 adanya distensi kemih tiap 4
kreteria hasil : jam kandung kemih. jam
4) Klien dapat
berkemih
setiap 3 jam 4) Bantu klien 4) Untuk
5) Klien tidak ke kamar memudahkan 4) Membantu
kesulitan kecil, klien di dalam klien ke kamar
pada saat memakai berkemih kecil,
berkemih pispot/urinal memakai
6) Klien dapat pispot/urinal.
bak dengan 5) Bantu klien 5) Supaya klien 5) Membantu
berkemih mendapatkan tidak sukar klien
posisi untuk berkemih mendapatkan

34
berkemih posisi
yang nyaman berkemih yang
nyaman

4.1.5 Evaluasi
No. Diagnosa Tgl/jam SOAP
1. Nyeri akut yang 11/03/2016 S (35ymptoms ):
berhubungan 10.00 Ny. W mengatakan merasakan nyeri
dengan proses ketika BAK.
penyakit P = Ny. W mengatakan sering duduk
waktu bekerja
Q = Ny. W mengatakan nyeri
dirasakan seperti disayat-sayat.
R = Ny. W mengatakan nyeri di
daerah suprapubis
S = Skala nyeri 5 (nyeri seperti
tertekan)
T= Ny.W mengatakan nyeri dirasakan
saat BAK siang dan malam hari
O ( Objektif ):
- Ny. W Berkemih sedikit-sedikit
Suhu : 39 oC
Nadi : 90 x/mnt
TD : 120/80 mmHg
RR : 24x/mnt
A( Assement):
Masalah teratasi sebagian
P( Poliatif):
Lanjutkan intervensi 2,3
2. Perubahan pola 2/09/2014 S (simptoms ):
eliminasi urine 08.00 Ny.W mengeluh urgency, frequency,

35
(disuria, dorongan disuria
frekuensi dan atau O ( Objektif ):
nokturia) yang Warna urine Ny.W keruh, Leukosuria
berhubungan (+), kultur (+) bakteri, puria, eritrosit
dengan Inflamasi (+)
pada kandung Suhu : 39 oC
kemih Nadi : 90 x/mnt
TD : 120/80 mmHg
.
RR : 24x/mnt
A( Assement):
Masalah teratasi sebagian
P(Paliatif ):
Lanjutkan intervensi ke 3

36
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Cystitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat
infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2011 :
111).
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan
oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine
dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal,
atau penggunaan kateter atau sistoskop. Sistitis terjadi lebih sering pada
wanita; biasanya disebabkan oleh Escherichia coli. Awitan aktivitas seksual
berkaitan dengan peningkatan frekuensi infeksi saluran perkemihan pada
wanita, terutama mereka yang gagal untuk berkemih setelah melakukan
hubungan seksual. Infeksi juga berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi
spermasida-diafragma karena kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi
uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Sistitis
pada pria merupakan kondisi sekunder akibat beberapa factor (misal: prostat
yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih). (Diane C.
Baughman, 2000)
Cystitis interstitial (inflamasi kronik kandung kemih) bukan disebabkan
oleh bakteri dan tidak berespon terhadap antibiotik (Brunner & Suddarth,
2001 : 1435).

5.1 Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang
Asuhan keperawatan pada klien dengan cystitis.
Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan
mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai
penyakit cystitis menjadi bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila
menghadapi kasus yang kami bahas ini.

38
Agar dapat membantu perkembangan ilmu keperawatan khususnya proses
keperawatan cystitis di institusi kelompok melakukan studi untuk di jadikan
acuan dan bahan bagi penulis/kelompok lain yang berniat untuk menulis
makalah tentang asuhan keperawatan sistitis.

39
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.


Jakarta : EGC.

Nursalam dan Fransisca. 2011. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Purnomo, Basuki B. 2008. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto

Tambayong ,jon. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan..Jakarta: Buku


Kedokteran.

Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan


Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

40

Anda mungkin juga menyukai