Disusun Oleh:
Rifah Ediati, S.TP., M.P.
Riana Listanti, S.TP., M.Sc.
Tim Asisten
Kelompok 4 Kelompok 5
Asisten :
Satrio Wibowo : Kelompok 1, 2, 3
Recha Ayu S : Kelompok 4,5
2
ACARA 1
A. Tujuan
2. Mengamati perubahan mutu fisik (tekstur, warna dan bobot) buah selama
penyimpanan.
B. Dasar Teori
Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah teknik
pengemasan yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami dan tanpa
berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan dari produk. Teknologi
3
Pengemasan atmosfir termodifikasi (MAP) adalah pengemasan produk
dengan menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas
sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju
digunakan dalam teknologi olah minimal buah-buahan dan sayuran segar serta
bahan-bahan pangan yang siap santap (ready-to eat). Pertukaran gas di dalam
polimer dengan permeabilitas spesifik untuk O2, CO2, dan uap air.
digunakan kombinasi persamaan matematika pada aplikasi MAP. Gas utama yang
mempengaruhi adalah O2, CO2, N2 dan C2H4 dengan H2O yang turut
dipertimbangkan.
optimum merupakan suatu hal yang kritis dan spesifik untuk masing-masing
produk.
4
Pengemasan dengan atmosfer termodifikasi (modified atmosphere
packaging/MAP) ada dua jenis, yaitu MAP aktif dan MAP pasif.
memegang peranan penting karena pertukaran gas terjadi lewat kemasan yang
digunakan.
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
laju respirasi pada kondisi waktu atau suhu yang diinginkan selama penanganan.
5
Komposisi gas di dalam MAP ditentukan dari komposisi gas awal yang terdapat
di dalam kemasan, laju respirasi produk (laju konsumsi O2 dan laju produksi
CO2), nilai permeabilitas plastik film kemasan dan suhu penyimpanan (Hasbullah,
2008).
permeabilitas film kemasan polietilen cukup besar tetapi tidak cocok digunakan
Film kemasan yang cocok untuk buah-buahan dan sayuran terutama untuk
dikemas, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain suhu,
kelembaban, waktu selama produk berada dalam kemasan, jenis dan berat produk
(Syarief, 1993).
pemasakan dan pelayuan (Setyadji, 1992). Jenis plastik yang paling banyak
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
digunakan adalah plastik polietilen dan polipropilen karena harganya murah, kuat,
bersifat kedap air, memudahkan distribusi, dan bahan baku mudah diperoleh.
6
Permeabilitas plastik polipropilen terhadap CO2, O2 dan H2O lebih rendah
daripada plastik polietilen. Oleh karena itu, pemilihan bahan pengemas yang
sesuai merupakan faktor penting karena berhubungan dengan umur simpan buah
1994).
1. Alat tulis
2. Lemari es (refrigerator).
3. Pisau
4. Talenan
5. Cawan
6. Timbangan analitik
7. Buah-buahan
8. Sealer
9. Selotip
10. Styrofoam
7
D. Prosedur Kerja
film, diusahakan agar tidak terlalu banyak udara yang masuk pada saat
menyegel.
dengan selotip.
3. Letakkan bahan pangan di atas styrofoam dan tutup dengan strech film.
Usahakan agar tidak terlalu banyak udara yang masuk saat penutupan.
8
ACARA 2
A. Tujuan
dan sayuran.
B. Dasar Teori
kualitas produk yang lebih baik dan memperpanjang daya tahan, juga dapat
produk makanan bukan merupakan konsep yang baru dan telah lama dipelajari
dan mempertahankan kualitas dari berbagai produk makanan (Lee dan Wan, 2006
Menurut (Baldwin, 1994) dalam Latifah (2008) edible coating adalah suatu
lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk melapisi
9
massa (seperti kelembaban, oksigen, cahaya, lipid, zat terlarut) dan atau sebagai
Edible coating adalah suatu lapisan tipis, terbuat dari bahan yang dapat
komponen larut air yang dapat menyebabkan perubahan pigmen dan komposisi
nutrisi sayuran Krochta., et al (2002) dalam Miskiyah (2011). Edible coating juga
didefinisikan sebagai lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi produk atau
diletakkan di antara produk. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi produk dari
kerusakan mekanis dengan mengurangi transmisi uap air, aroma, dan lemak dari
bahan pangan yang dikemas. Komponen penyusun edible coating terdiri dari
berbagai jenis bahan alami yang mudah didapat, yaitu hidrokoloid, lipid, dan
zat- zat volatil sehingga efektif untuk mencegah oksidasi lemak pada produk
pangan.
lain: (a) menurunkan aktivitas air pada permukaan bahan, sehingga kerusakan
sehingga susut bobot dapat dicegah, (d) mengurangi kontak oksigen dengan
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
bahan, sehingga oksidasi atau ketengikan dapat dihambat, (c) sifat asli produk
10
seperti flavor mengalami perubahan, dan (f) memperbaiki penampilan produk
pertukaran gas CO2 dan O2. Sifat tersebut dapat memperpanjang umur simpan
karena respirasi buah dan sayuran menjadi berkurang (Krochta et al., 2002).
Selain itu, polisakarida menghasilkan film dengan sifat mekanik yang baik. Pati
sagu merupakan salah satu contoh polisakarida yang berpotensi digunakan sebagai
edible coating.
2007). Ubi-ubian, serealia, dan biji polong-polongan merupakan sumber pati yang
paling penting. Ubi-ubian yang sering dijadikan sumber pati antara lain ubi jalar,
kentang, dan singkong (Liu, 2005 dalam Cui, 2005). Pati singkong sering
digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri makanan dan industri yang
berbasis pati karena kandungan patinya yang cukup tinggi (Niba, 2006 dalam Hui,
2006).
terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin (Winarno, 1984).
11
Amilopektin terdiri dari struktur bercabang dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa dan
dari beberapa ribu hingga 500.000, begitu pula dengan amilopektin (Lehninger,
1982).
Pati dapat diekstrak dengan berbagai cara, berdasarkan bahan baku dan
penggunaan dari pati itu sendiri. Untuk pati dari ubi-ubian, proses utama dari
dalam larutan natrium bisulfit pada pH yang diatur untuk menghambat reaksi
biokimia seperti perubahan warna dari ubi. Disintegrasi dan sentrifugasi dilakukan
untuk memisahkan pati dari komponen lainnya (Liu, 2005 dalam Cui, 2005).
yang terbentuk menjadi bening dan kecil kemungkinan untuk terjadi retrogradasi
(Friedman, 1950; Gliksman, 1969 dikutip Odigboh, 1983 dalam Chan, 1983).
Menurut Murphy (2000) dalam Phillips dan Williams (2000), ukuran granula pati
singkong 4-35 μm, berbentuk oval, kerucut dengan bagian atas terpotong, dan
seperti kettle drum. Suhu gelatinisasi pada 62-73 °C, sedangkan suhu
pembentukan pasta pada 63 °C. Menurut Santoso, Saputra, dan Pambayun (2004),
Ada beberapa teknik aplikasi edible coating pada produk menurut Krochta
a. Pencelupan (Dipping)
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
12
Produk kemudian dibiarkan dingin hingga edible coating menempel. Teknik
ini telah diaplikasikan pada daging, ikan, produk ternak, buah dan sayuran.
b. Penyemprotan (Spraying)
Teknik ini menghasilkan produk dengan lapisan yang lebih tipis atau
c. Pembungkusan (Casting)
Teknik ini digunakan untuk membuat film yang berdiri sendiri, terpisah
dari produk. Teknik ini diadopsi dari teknik yang dikembangkan untuk
nonedibel coating.
d. Pengolesan (Brushing)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengoles edible coating pada produk.
1. Refrigerator
2. Pisau
3. Talenan
5. Penjepit
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
6. Mixer/pengaduk
7. Kompor
8. Kain saring
13
9. Air akuades
D. Prosedur Kerja
mutu fisiologis awal (warna, rasa, dan aroma) dari buah dan sayuran.
d. Panaskan di atas hot plate sambil diaduk dengan mixer dengan suhu
65 °C.
dipanaskan.
f. Tambahkan gliserol 10% sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dan
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
dipanaskan. Aduk terus hingga suspensi pati mengental dengan suhu kira-
14
g. Angkat suspensi dari hot plate dan tambahkan minyak 0,025% sebagai
plastisizer.
k. Berikan deskripsi sensoris (warna, rasa dan aroma) dari setiap buah dan
15
ACARA 3
A. Tujuan
komoditi pertanian.
B. Dasar Teori
kimia, mikrobiologi dan organoleptik, akan mengalami perubahan. Hal ini terjadi
sebagai akibat pengaruh lingkungan, seperti suhu, kelembaban dan tekanan udara
16
(sinar UV, kelembaban, oksigen, suhu); 2) kontaminasi (mikroorganisme,
dan proses kerusakan selama penyimpanan. Kadar air suatu bahan akan meningkat
bila disimpan pada ruangan dengan kelembaban yang tinggi. Kadar air yang tinggi
penurunan mutu produk. Bahan yang disimpan akan menyerap uap air dari udara
atau melepaskannya sampai tekanan uap air dalam bahan sama dengan tekanan
uap air udara ruang penyimpanan. Setiap bahan mempunyai keseimbangan kadar
air tertentu yang dipengaruhi oleh komposisi kimia bahan tersebut (Nathanson
1997). Faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu produk pangan
adalah perubahan kadar air dalam produk. Kandungan air dalam bahan pangan,
yang tepat bagi bahan pangan untuk menunda proses kimia dalam jangka waktu
yang diinginkan (Buckel et al., 1987). Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan pangan, keadaan lingkungan
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
dan sifat bahan kemasan. Gangguan yang paling umum terjadi pada bahan pangan
adalah kehilangan atau perubahan kadar air, pengaruh gas, cahaya, serta
17
kehilangan atau penambahan citarasa yang tidak diinginkan. Sebagai akibat
perubahan kadar air pada produk, akan timbul jamur dan bakteri, pengerasan pada
pengawetan tidak hanya tergantung dari kondisi kemasan, tetapi juga kondisi
bahan pangan yang dikemas dan perlakuan yang diberikan. Secara ideal, kemasan
tidak semua kemasan dapat mencegah ketiga tipe kerusakan tersebut dengan baik,
spesifikasi kegunaan yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan penilaian dan
pemilihan kemasan yang tepat jika ingin mendapatkan efek pengawetan yang
terhadap penyerapan atau pengeluaran gas (udara dan uap air). Bahan kering harus
dilindungi dari penyerapan air dan oksigen dengan cara menggunakan bahan
pengemas yang mempunyai daya tembus rendah terhadap gas tersebut (Purnomo
Salah satu sifat bahan kemasan yang sangat penting dan berhubungan
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
Permeabilitas merupakan transfer molekul air atau gas melalui kemasan, baik dari
18
dalam kemasan ke lingkungan atau sebaliknya. Kerusakan mutu produk kering
terutama berkaitan dengan permeabilitas uap air karena penyerapan uap air selama
dibanding bahan kemasan lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat,
termoplastis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat
permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu
1. Lemari es (refrigerator)
2. Pisau
3. Talenan
4. Timbangan analitik
5. Kalkulator
6. Sealer
7. Plastik Polipropilen
8. Plastik HDPE
9. Plastik LDPE
12. Styrofoam
19
13. Produk bahan pangan
D. Prosedur Kerja
bersih.
d. Kemas dengan PE, PP, PS dan Alumunium foil dan simpan pada suhu
ruangan.
e. Kemas dengan PE, PP, PS dan Alumunium foil dan simpan pada suhu
refrigerator.
3. Kemas dengan PE, PP, PS dan Alumunium foil dengan perlakuan berikut:
4. Simpan pada pada suhu ruang dan amati perubahan yang terjadi selama 7 hari.
Teknik Penyimpanan dan Pengemasan
20