Pembimbing Akademik :
Madya Sulisno, S.Kp, M. Kes
M. Hasib Ardani, S.Kp, M.Kes
Pembimbing Klinik:
Yuanti, Amd. Kep
Disusun oleh :
Navy Dwi Puspitaningrum
NIM. 22020115183011
1
Manajemen Pengelolaan Pasien Pada Bayi Ny. G (9 hari)
dengan Hiperbilirubinemia di Perinatologi Ruang Chrysant
Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang
A. IDENTITAS
Tanggal Masuk Ruangan : 22 September 2017 (15.00)
Tanggal Pengkajian : 22 September 2017 (16.00)
1. Identitas Pasien
Nama : Bayi Ny. G
No. Rekam Medis : 022266
Tanggal lahir : 13 September 2017
Umur : 9 hari
Ruang Rawat Inap : Perinatologi Ruang Chrysant
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Suku : Jawa
Alamat : Jatingaleh II No. 29 A
Pembiayaan Kesehatan : Umum
Kelas Ruangan : III
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. W
Usia : 26 tahun
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
Hubungan dengan Pasien : Ayah pasien
Bahasa : Jawa, Indonesia
Alamat : Jatingaleh II No. 29A
No.Telpon : 085667xxxxxx
2
B. RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
Riwayat pasien lahir dari ibu G1P0A0 dengan usia kehamilan 37
minggu secara spontan ditolong dokter obsgyn RSND Semarang. Bayi
laki-laki lahir langsung menangis dan APGAR skor 8-9-10, panjang badan
50 cm, berat badan 3200 gram, lingkar kepala 35 cm, dan lingkar dada 34
cm. Pada 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit anak dikeluhkan
terlihat kuning mulai dari wajah, badan hingga kaki. Bayi menetek kurang,
malas minum, keadaan umum sadar, mata ikterik, menangis kuat, BAB
kuning, usia bayi 9 hari.
Hasil pemeriksaan tanda vital yaitu HR 148 x/menit, RR 44
x/menit, SpO2 99% dan suhu 36,6 ºC. Hasil laboratorium bilirubin total 18
Berdasarkan kondisi pasien tersebut, diagnosa keperawatan pertama yang
ditegakkan yaitu kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, fototherapi. Data fokus yang mendasari
penegakan diagnosa ini adalah bayi menetek kurang, reflek hisap kurang,
bayi ikterik, bilirubin total 18. Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu Catat jumlah dan kualitas
feses, pantau turgor kulit, pantau intake output, beri air diantara menyusui
atau memberi botol.
Diagnosa keperawatan yang kedua Peningkatan suhu tubuh
(hipertermi) berhubungan dengan efek fototerapi Tujuan : Kestabilan suhu
tubuh bayi dapat dipertahankan Intervensi : Beri suhu lingkungan yang
netral, pertahankan suhu antara 35,5° - 37° C, cek tanda-tanda vital tiap 2
jam. Sedangkan diagnosa ketiga yaitu gangguan parenting berhubungan
dengan pemisahan. Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku
“Attachment” , orang tua dapat mengekspresikan ketidakmengertian
proses Bounding. Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup
mata saat disusui, untuk stimulasi sosial dengan ibu, anjurkan orangtua
untuk mengajak bicara anaknya, libatkan orang tua dalam perawatan bila
memungkinkan, dorong orang tua mengekspresikan perasaannya.
3
C. PENGELOLAAN PASIEN
1. Proses Penerimaan Pasien Baru
Pasien diantar ke ruang Chrysant dari IGD saat penerimaan pasien
baru perawat sudah menggunakan operan SBAR. Situasion (pasien
datang dari IGD RSND dengan keluhan pada 3 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit anak terlihat kuning mulai dari wajah, badan
hingga kaki, bayi malas minum dan BAB kuning), Background (Hasil
laboratorium bilirubin total 18 mg/dl, HR 148x/menit, RR 44 x/menit,
SpO2 99% dan suhu 36,6 ºC, panjang badan 50 cm, berat badan 3200
gram, lingkar kepala 35 cm, dan lingkar dada 34 cm), Assessment
(bayi usia 9 hari dengan diagnose hiperbilirubinemia lahir tanggal 13
September 2017 dengan APGAR skor 8-9-10, pasien termasuk resiko
jatuh tinggi dengan evaluasi tiap 4 jam sekali). Recommendation
(Pasien ditempatkan di boks bayi di perinatologi untuk mendapatkan
terapi phototherpy selama 2x 24 jam, pemeriksaan laboratorium
bilirubin dan pemantauan kondisi umum serta vital sign).
2. Proses Orientasi Ruangan pada Pasien dan Keluarga
Proses orientasi ruangan pada keluarga disampaikan berdasarkan
formulir edukasi pasien dan keluarga terintegrasi. Di ruang perawat,
keluarga mendapat penjelasan mengenai kondisi pasien dan alasan
mengapa pasien dirawat di ruang Chrysant. Perawat juga menjelaskan
mengenai peraturan yang terdapat di ruangan, seperti orientasi letak
ruangan, peraturan siapa saja yang boleh masuk ke dalam ruang
perinatologi, jam kunjung ruangan, ruang tunggu untuk istirahat ibu
dan ayah, dan barang-barang apa saja yang harus disediakan untuk
pasien selama dirawat di ruangan. Namun perawat ruangan tidak
menjelaskan bahwa sebelum menengok bayi, diwajibkan untuk
mencuci tangan atau handrub terlebih dahulu dengan menggunakan
sabun atau cairan antiseptik yang telah disediakan di dekat pintu
masuk. Saya sebagai mahasiswa perawat membantu untuk
4
menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya untuk melakukan
cuci tangan serta lokasi sarana cuci tangan yang tersedia sebelum
menengok bayi di ruang perinatalogi serta menjelaskan ruangan
perawat jika memiliki keperluan untuk menemui perawat serta
bagaimana cara untuk menghubungi jika perawat tidak ada di nurse
station.
Pasien atau keluarga menyewa kamar karena tidak rawat gabung
dengan bayi lalu menandatangani lembar fomulir greeting. Dimana
berisi penjelasan:
1. Fasilitas kamar perawatan: AC/ Fan, TV, kamar mandi
2. Tata tertib RS Nasional Diponegoro:
a. Larangan membawa barang/ perhiasan/ telepon genggam,
senjata tajam, dsb. Jika terjadi kehilangan maka RS Nasional
Diponegoro tidak bertanggung jawab.
b. Penunggu pasien maksimal 1 orang (untuk pasien anak kelas I,
II, III)
c. Tidak boleh ditunggu (untuk pasien ibu kelas I, II, III)
d. Untuk perawatan Perinatologi, ICU/ NICU yang berhak masuk
ke ruangan pasien hanya orang tua pasien saja
3. Hak dan kewajiban pasien
Adapun hak-hak pasien adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu, sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
5
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan
dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang diderita kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktik (SIP) baik di
dalam, maupun luar Rumah Sakit
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit dan data-data
medisnya
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosa dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis; alternatif tindakan,
resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau sesuai kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya
q. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
baik secara perdata ataupun pidana
r. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
6
Selain mendapatkan haknya di rumah sakit, pasien memiliki
kewajiban antara lain:
a. Mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di rumah
sakit
b. Mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya
c. Melunasi atau memberikan imbalan jasa atas pelayanan rumah
sakit/dokter
d. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah
dibuat
4. Waktu berkunjung:
Pagi : 09.30 – 11.30 WIB
Sore : 16.00 – 18.00 WIB
Pada saat menyusui jam 06.00, 09.00, 11.00, 14.00, pengunjung
tidak diperkenankan masuk ruangan perawatan ibu.
Pasien yang berkunjung tidak sesuai jam kunjung, dan banyak anak
di bawah usia 7 tahun masuk ruangan pasien.
5. Untuk ruang perinatologi keluarga dibatasi untuk jam kunjung ke
pasien
6. Larangan merokok.
7. Apabila ada keluhan pasien sampaikan pada perawat jaga dan
Kepala Instalasi.
8. Barang yang ada diruangan perawatan merupakan barang
inventaris Rumah Sakit dan tidak boleh dibawa pulang.
9. Untuk pasien anak agar tidak meninggalkan anak di tempat tidur
tanpa pagar terpasang.
10. Untuk keluarga/ orang tua di ruang Kamar Bersalin/ Perinatologi/
ICU/ NICU agar memakai baju/ skort.
11. Tidak diperkenankan membawa alas tidur seperti tikar, karpet,
kasur, dll.
12. Dokter visit 1 x 24 jam.
7
3. Tingkat Ketergantungan Pasien
Tabel Klasifikasi Pasien
Berdasarkan Derajat Ketergantungan (Barthel Index)
Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan,Minum √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri (grooming) √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Berpakaian (dressing) √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bowel) √ 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bladder) √ 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer √ 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan alat dan 2 orang
2 : Butuh bantuan kecil
3 : Mandiri
Mobilitas √ 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 : Mandiri
Penggunaan toilet √ 0 : Tergantung bantuan orang lain
1 : Membutuhkan bantuan tapi beberapa
hal dilakukan sendiri
2 : Mandiri
Naik turun tangga √ 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 0 0 4 0 4 (Ketergantungan total)
Sumber: Dewi, Sofia Rosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta:
Deepublish.
8
Interpretasi hasil Barthel Index :
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total
9
b. Komunikasi efektif
Komunikasi efektif selalu digunakan oleh perawat ketika
berkomunikasi pada pasien atau keluarga, pada rekan sejawat
ataupun pada tenaga kesehatan lainnya. Komunikasi efektif
digunakan untuk mengurangi resiko kesalahfahaman yang
mungkin dapat terjadi sewaktu-waktu.
Komunikasi efektif sudah dilakukan perawat dalam proses
perawatan pasien yaitu dengan melakukan pelaporan
perkembangan kondisi pasien ke perawat lainnya setiap pergantian
jadwal shift. Perawat sudah menggunakan metode komunikasi
SBAR. Selain itu perawat juga melakukan pelaporan kondisi
pasien ke dokter menggunakan SBAR ketika proses visite pasien.
Laporan perawat ruang Chrysant tersebut ditulis dalam bentuk
SBAR dan diberi cap TBK yang harus ditandatangani oleh dokter
yang memberi advis dan perawat sebagai penerima advis.
Verifikasi dilakukan saat dokter melakukan visit pasien. Perawat
telah mendokumentasikan semua tindakan keperawatan dan
komunikasi efektif antar interpersonal maupun interprofesional.
c. Pengelolaan High Alert Medication (HAM)
Rumah sakit menyusun kebijakan dan/atau prosedur untuk
mengidentifikasi obat-obatan yang patut diwaspadai apa saja yang
dimiliki rumah sakit berdasarkan data yang ada. Kebijakan dan/
atau prosedur juga menetapkan bagian mana saja secara klinis
memang memerlukan elektrolit konsentrat sesuai bukti dan praktik
profesional yang ada. Obat-obatan yang perlu diwaspadai tersebut
yaitu Epinephrine IV, Licodaine IV, Heparin IV, Dobutamin
injeksi, Dopamin Injeksi, Dextrose 40% injeksi, obat kemoterapi
parenteral dan oral, insulin subkutan dan IV, Narkotika IV dan
oral, Natrium klorida 3% infus, Magnesium sulfat 20% injeksi,
Meylon (Natrium bocarbonat 8,4%) IV,dan Kalium klorida 7,46%
injeksi. Selain itu RSND juga memiliki daftar obat-obatan yang
10
nama dan bentuk sediaan sama kekuatan sediaan berbeda yang
biasa disebut dengan LASA (Look Alike Sound Alike).
Penggunaan obat yang dilakukan oleh perawat sudah
menggunakan prinsip 8B 1 W ( 8 benar obat 1 waspada efek
samping) yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu,
benar cara/ rute, benar dokumentasi, benar expired/ kadaluwarsa,
benar informasi, waspada efek samping.
Di ruang Chrysant terdapat troli emergency yang berisi obat-
obatan untuk tindakan emergency, dan alat-alat untuk tindakan
emergency yang dimonitor oleh bagian farmasi, sedangkan By. Ny.
G tidak mendapatkan terapi obat high alert.
d. Safety Surgery
Ketepatan operasi seperti benar dalam marking ketika pasien
akan dilakukan pembedahan sehingga tidak ada kesalahan dalam
prosedur operasi. Pasien tidak mendapatkan program operasi,
sehingga tidak mendapatkan instrumen ceklist keselamatan bedah.
e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi pada pasien dilakukan menggunakan cuci
tangan dengan menerapkan 5 momen dan 6 langkah cuci tangan.
Cuci tangan tidak hanya diterapkan pada petugas kesehatan setiap
kali akan melakukan tindakan akan tetapi pada keluarga juga setiap
kali akan menemui pasien. Fasilitas cuci tangan yang disediakan
oleh rumah sakit yaitu handrub di depan masing-masing ruangan
pasien dan handwash di dalam ruang perawatan serta ada poster
tentang 6 langkah cuci tangan.
Ruang Chrysant belum memperhatikan prosedur aseptic secara
maksimal perawat sudah melakukan cuci tangan namun tidak
sesuai dengan prosedur 6 langkah cuci tangan. Selain itu, perawat
ruangan dan keluarga tidak mengenakan baju khusus saat masuk ke
ruang perinatology.
11
f. Pencegahan pasien jatuh
Pasien dikategorikan dalam beresiko jatuh secara otomatis
karena masih berumur dibawah 1 bulan sehingga membutuhkan
pengawasan total dan ketergantungan total. Pasien merupakan bayi
dengan usia 9 hari sehingga tidak ada alat ukur untuk pengkajian
resiko jatuh sehingga pasien digolongkan resiko jatuh tinggi.
Pasien diletakkan di bok bayi di ruang perinatalogi sehingga
pasien harus dilakukan pengawasan setiap 4 jam sekali untuk
pemantauan resiko jatuh., selain itu juga penggunaan gelang tangan
yang digunakan oleh pasien dengan gelang tangan berwarna
kuning yang menandakan bahwa pasien memiliki resiko jatuh
sehingga dapat menjadi perhatian bagi perawat.
Pencegahan pasien jatuh di ruang Chrysant dilakukan
identifikasi yang menggunakan penilaian resiko jatuh Humpty
Dumpty untuk anak:
Skor assessment resiko jatuh : (Skor minimum 7, skor
maksimum 23)
1) Resiko Rendah (RR) Skor : 7-11
2) Resiko tinggi (RT) Skor : ≥ 12
Skor Hari ke 1 Hari ke 3
Penilaian Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty Tgl Tgl
22/9/17 24/9/17
Jam Jam
15.00 07.00
< 3tahun 4 √ √
3-7 tahun 3
Usia 7-13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Jenis Kelamin Laki-laki 2 √ √
Perempuan 1
Diagnosis Neurologi 4
Diagnosis Perubahan oksigenisasi 3
Gangguan perilaku/ psikiatri 2
Skor Resiko Jatuh
Diagnose lainnya 1 √ √
Belum punya kontrol diri 3 √ √
Lupa akan adanya keterbatasan 2 √ √
Gangguan kognitif Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat jatuh/ bayi diletakkan 4
ditempat tidur dewasa
Pasien menggunakan alat bantu/ 3 √ √
12
Faktor lingkungan diletakkan ditempat tidur bayi
Pasien diletakkan pada tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Dalam 24 jam 3
Pembedahan/ sedasi/ Dalam 48 jam 2
anestesi >48 jam atau tidak menjalani 1 √ √
pembedahan/sedasi/anestesi
Penggunaaan multiple, sedative, obat 3
hypnosis, barbiturate, fenotiaze,
antidepresan, pencahar, diuretic,
Penggunaan narkose
medikamentosa Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/ tidak 1 √ √
ada medikasi
Skor Total 23 17 17
Lingkari Skor Resiko Jatuh setelah penilaian RT RT
13
pakaian yang tidak menimbulkan cidera
4. Kaji kebutuhan eliminasi pasien
5. Hindarkan barang-barang yang berbahaya
di dekat pasien
6. Ajaklah keluarga/ penunggu pasien untuk
ikut mencegah resiko jatuh
7. Usahakan penerangan cukup pada pagi
siang hari
8. Dokumentasi tindakan perawat dan
tidakan lanjutan
14
Resiko peningkatan infeksi akan semakin tinggi jika
pengelolaan pencegahan infeksi tidak terlaksana dengan baik. Dalam
hal ini tindakan perawat dalam melakukan pengelolaan pencegahan
infeksi di ruangan sudah cukup baik. Namun perawat dan keluarga
sebelum memasuki ruang perinatology tidak mengenakan baju khusus
untuk mengurangi resiko infeksi.
15
5. Kebutuhan Waktu Perawatan Pasien
16
20.45 - 21.00 Melakukan operan jaga 15 menit
Langsung Tidak
100 menit Langsung Kolaborasi
Total Waktu (145 menit) (69%) 45 ment -
(31%)
menit
Tindakan Keperawatan yang Dilaksanakan Jenis Tindakan Keperawatan
Hari/
Tanggal Tidak Kolaborasi
Langsung
Langsung
Sabtu 14.00-14.15 Melakukan operan jaga 15 menit
23/9/2017
14.15-14.20 Memonitor kondisi umum pasien 5 menit
17
20.10-20.15 Menganti popok 5 menit
Tidak
Langsung Kolaborasi
TOTAL WAKTU (115 menit) langsung
40 menit 10 menit
65 menit
(35%) (9%)
(56%)
18
Rekap waktu tindakan keperawatan yang dilakukan :
Hari Waktu tindakan keperawatan
Jadwal sift
perawatan yang dilaksanakan
1 siang 145 menit
2 Siang 145 menit
3 Pagi 115 menit
KLASIFIKASI PASIEN
JUMLAH
MINIMAL PARSIAL TOTAL
PASIEN
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,48 0,30 0,18 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
dst
19
b. Siang
Minimal care : 4 x 0,17 = 0,68
Partial care : 2 x 0,27 = 0,54
Total Care : 6 x 0,36 = 2,16
TOTAL SDM : 3,38 = 4 orang
c. Malam
Minimal care : 4 x 0,17 = 0,68
Partial care : 2 x 0,27 = 0,54
Total Care : 6 x 0,36 = 2,16
TOTAL SDM : 3,38 = 4 orang
Kesimpulan :
Sesuai dengan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa
jumlah SDM atau perawat di ruang Chrysant sudah mencukupi
dengan jumlah pasien yang masih sedikit, ditunjukkan dengan
jumlah perawat yang jaga pagi yaitu sejumlah 5 orang perawat
Chrysant dan 5 orang mahasiswa keperawatan UNDIP, siang
sejumlah 4 orang perawat Chrysant dan 5 orang mahasiswa
keperawatan UNDIP, malam sejumlah 4 orang artinya sudah sesuai
dengan perhitungan rumus douglas di atas.
Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan untuk mengelola klien
selama perawatan dirumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Dokter spesialis anak
Pasien membutuhkan dokter spesialis anak dengan alasan
sebagai pendiagnosa gangguan organ dalam melalui gejala-
gejala fisik yang ditunjukkan pasien, sebagai pemberi
konsultasi mengenai hasil diagnosa dan memiliki kewenangan
memberikan resep obat/terapi (kemoterapi) sesuai dengan
kebutuhan pasien.
20
2. Perawat
Sesuai peran perawat bahwa alasan pasien membutuhkan
perawat antara lain :
a) Pasien membutuhkan perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia
b) Pasien membutuhkan perawat sebagai advokat pasien dan
keluarga yaitu membantu pasien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
c) Pasien membutuhkan perawat sebagai edukator yaitu
peran ini dilakukan dengan membantu keluarga untuk
memahami kondisi kesehatan pasien meliputi gejala
penyakit bahkan sampai tindakan yang diberikan dengan
KLASIFIKASI PASIEN
∑
PASIEN MINIMAL PARSIAL TOTAL
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst
21
Shift Kebutuhan waktu perawatan minimal Kebutuhan waktu perawatan maksimal
Pagi 0,36 0,36
𝑥 (5 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 125,6 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 (6 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 150,12 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,86 0,86
Siang 0,30 0,30
𝑥 (5 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 105 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 (6 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 125 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,86 0,86
Malam 0,20 0,20
𝑥 (5 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 70 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 (6 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 84 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,86 0,86
Kesimpulan :
Bedasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh hasil untuk kebutuhan waktu
perawatan minimal dan maksimal pasien dalam satu hari yaitu :
22
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh hasil untuk kebutuhan waktu hari
1 waktu yang dihabiskan 145 menit dinas siang dengan jumlah petugas 5 dari
perawat Chrysant dan 5 mahasiswa , namun hasil dari kebutuhan waktu tidak
sesuai yaitu lebih dari waktu maksimal menurut Douglas, (1999), hal ini
dikarenakan pada bayi dengan hiperbilirubinemia merupakan total care untuk
tindakan keperawatannya
23
7. Kebutuhan Logistik Pasien
Tanggal Total
No Tindakan Logistik
Penggunaan
22/9/17 23/9/17 24/9/17 25/9/17
1. Transfer dari IGD Berkas RM 1 - - 1
2. Tindakan keperawatan Handscoon steril 1 1 1 - 3
Kassa 1 - - - 1
Spuit 3 cc 1 - - - 1
3. Pemberian terapi phototherapy 1 1 1 - 3
4. Ruang Perawatan a. Boks bayi 1 - - - 1
Kelas I (Ruang b. Bantal 1 - - - 1
Chrysant) c. guling 1 - - - 1
d. Sarung bantal & guling 1 1 1 1 4
e. Kursi 1 - - - 1
f. TV 1 - - - 1
g. Nurse call 1 - - - 1
h. Handscrub 1 - - - 1
i. Tong sampah 1 - - - 1
j. Lemari 1 - - - 1
k. Penerangan + listrik 1 - - - 1
l. Kamar mandi/WC 1 - - - 1
24
8. Biaya Perawatan Pasien
Tanggal
Total
No Tindakan Logistik 23/9 24/9 25/9 Biaya Satuan Total Biaya
22/9 Penggunaan
1. Kamar perinatology - 1 1 1 3 Rp. 120.000,00 Rp. 360.000,00
& BBRT
2. Jasa layanan - 1 1 1 3 Rp 30.000,00 Rp. 90.000,00
perinatology &
BBRT
3. Visit Dokter Dokter Spesialis Anak ( dr. 1 - - 1 2 Rp. 85.000,00 Rp. 255.000,00
perinatology &BBRT Rina P., Sp. A)
4. Jasa Tindakan 1 1 1 - 3 Rp. 10.000,00 Rp.30.000,00
Phototherapy per hari
5. Foto terapi/ 24 jam 1 2 2 1 6 Rp. 168.000,00 Rp. 1.008.000,00
6. Pemberian susu per 1 1 1 - 3 Rp. 10.000,00 Rp. 30.000,00
hari
7. Memandikan bayi - 1 1 1 3 Rp. 10.000,00 Rp. 30.000,00
8. Perawatan tali pusat - 1 - - 1 Rp. 10.000,00 Rp. 10.000,00
TOTAL Rp. 2.028.000,00
25
9. Kebutuhan Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Pencegahan infeksi (Cuci tangan)
Perawat memberikan edukasi kepada pihak keluarga tentang 5
moment cuci tangan dan 6 langkah cuci tangan yang benar.
Keluarga memahami dan melakukannya setiap kali akan
menemui pasien di ruang rawat.
b. Perawatan pasien selama pulang dari rumah sakit
Perawat memberikan edukasi tentang perawatan pasien setelah
kembali ke rumah seperti pemberian ASI eksklusif tiap 2 jam
sekali, menjemur bayi tiap pagi antara jam 08.00-09.00 kurang
lebih 10-15 menit, cara perawatan tali pusat dengan cara terbuka,
Memberikan edukasi pada keluarga pasien untuk memonitor
kondisi pasien mengenai reflex menyusu, gerak aktif bayi, dan
kulit bayi.
c. Perawatan payudara (breast care)
Perawat memberikan penjelasan mengenai cara perawatan
payudara dalam upaya menjaga kebersihan payudara dan usaha
dalam pemberian ASI agar maksimal
B. Tahap Perencanaan
1. Memprediksi permasalahan kesehatan pasien yang akan dihadapi saat
pulang
26
misalnya pemenuhan nutrisi berupa ASI yang diberikan pada bayi,
kondisi umum bayi (bayi demam, bayi lemas, menetek tidak kuat, bayi
mudah mengantuk, kulit bayi kuning, dan bilirubin naik).
2. Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menyelesaikan
permasalahan pasien (dokter, gizi, dll)
Apabila bayi masih demam setelah dilakukan perawatan dengan kompres
maka dapat kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipiretik.
Apabila terdapat permasalahan kesehatan pada pasien dengan kondisi
bayi kulit kuning dan bilirubin tinggi maka dapat dilakukan kolaborasi
dengan dokter untuk melakukan tidakan phototherapy. Apabila bayi tidak
mengalami kenaikan berat badan maka dapat kolaborasi dengan petugas
gizi dengan pemberian ASI eksklusif yang dilakukan tiap 2 jam sekali.
3. Menentukan rencana perawatan untuk mempersiapkan perawatan
kesehatan pasien di rumah sesuai kebutuhan pasien
Perawat merencanakan perawatan untuk persiapan pasien di rumah
dengan tindakan keperawatan meliputi cara cuci tangan yang benar sesuai
dengan five moment, perawatan tali pusat dengan terbuka, perawatan
payudara dengan breast care.
4. Mencatat perencanaan/intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien dalam
pendokumentasian
Perawat melakukan pendokumentasian di dalam form orientasi pasien
pulang mengenai kebutuhan apasaja yang harus dipersiapkan saat pasien
pulang.
C. Tahap Pelaksanaan
1. Environment (lingkungan)
Pasien merupakan bayi berusia 9 hari dengan hiperbilirubinemia maka
pasien memerlukan lingkungan yang bersih karena bayi baru dengan usia
9 hari memiliki sistem imun yang masih rendah. Pasien merupakan anak
pertama yang tinggal dengan kedua orang tuanya dan nenek kakeknya.
27
Perawat tidak hanya memberikan edukasi pada ibu namun juga kepada
keluarga yang lainnya mengenai kebutuhan nutrisi pada bayi cukup
dengan asi eksklusif tanpa tambahan makanan atau minuman yang
lainnya.
2. Treatment (pengobatan)
Pasien dengan hiperbilirubinemia maka harus mendapatkan banyak
nutrisi berupa ASI sehingga ibu harus memonitor pemberian ASI setiap 2
jam sekali. Ibu dianjurkan untuk menjemur bayi antara jam 07.00-08.00
kurang lebih 10-15 menit. Ibu dianjurkan memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama. Pencegahan infeksi dengan cuci tangan sebelum
dan memegang bayi dan melakukan perawatan tali pusar dengan benar.
Perawat memberikan edukasi pada keluarga pasien apabila pasien
mengalami demam maka dapat dilakukan kompres hangat dan dirumah
dapat disiapkan obat antipiretik berupa paracetamol drop untuk bayi.
Apabila pasien mengalami masalah yang seputar perkembangan berat
badan atau adanya kondisi kegawatan pada bayi misal bayi tampak
lemas, tidak mau menetek, reflek hisap kurang, kulit berwarna kuning,
lebih baik dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat agar mendapatkan
penanganan segera.
3. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif,
ajarkan breast care (perawatan payudara) agar dalam proses pemberian
ASI Eksklusif dapat lancar dan ajarkan 6 langkah tehnik mencuci tangan
sebelum maupun sesudah memegang bayi. Selain itu perawat juga
menjelaskan mengenai cara perawatan tali pusat agar tetap terjaga
kebersihannya sampai puput tali pusat. Setiap pagi bayi harus dijemur
apabila ada sinar matahari yang cukup.
4. Diet
Pasien dianjurkan untuk memperoleh ASI Eksklusif saja selama 6 bulan
pertama.
28
D. Tahap Evaluasi
Hasil evaluasi setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan berupa 5
moment dan 6 langkah cuci tangan, perawatan tali pusat, perawatan
payudara, memandikan bayi dan memijat bayi yaitu keluarga mengatakan
mengerti apa saja yang telah dijelaskan perawat dan akan mencoba
melakukannya selama dirumah, keluarga tampak kooperatif, keluarga
mempraktekkan 6 langkah cuci tangan dan breastcare.
29
b. Komunikasi yang dilakukan kepada teman sejawat perawat yaitu
mengenai kondisi pasien jika ada perbaikan atau perburukan
kondisi
Hari/tanggal Petugas kesehatan Hasil komunikasi
Jumat, 22/9/17 Dokter Spesialis anak - By. Ny. G mengalami
hiperbilirubinemia
- Hasil laboratorium pemeriksaan
Bilirubin total: 18,0 mg/dl
- Terapi phototherapy 2x 24 jam
- Komunikasi menggunakan SBAR
Ahli gizi - Pemberian ASI eksklusif tiap 2 jam
sekali
- Bayi kurang kuat menetek
- Bayi seharusnya mendapatkan kurang
lebih 300 cc per 24 jam namun bayi
hanya dapat minum 10-20 cc/ 2 jam.
Minggu, Residen spesialis Anak - Terapi lanjut
24/9/17 - Phototherapy
- Alih baring saat tindakan phototherapy
Ahli gizi - Pemberian ASI eksklusif
Petugas laboratorium - Hasil laboratorium pemeriksaan
Bilirubin total: 8,9 mg/dl
Bilirubin direk : 0,7
Senin, 25/9/17 Dokter Spesialis anak - Terapi lanjut
Ahli gizi - Pemberian ASI eksklusif
STRENGHT WEAKNESS
- Jenis ketenagaan perawat hampir - Belum semua tindakan
sebagian masih muda dan perawat didokumentasikan di
semangat. status
- Pelaksanaan tugas dari kepala - Belum adanya pembagian
ruang sudah baik sebesar 80 % TIM karena tenaga yang
- Adanya nursestation belum mencukupi untuk
- Terciptanya komunikasi yang pembentukan TIM
cukup antar profesi - Jumlah pasien yang masih
- Memiliki standar asuhan sedikit
keperawatan - Belum adanya indicator mutu
- Format pengkajian dan semua perawatan
arsip yang akan digunakan sudah - Letak ruang perinatology
tersedia yang tidak strategis karena
30
- Kelengkapan pengisisan tidak dekat dengan nurse
dokumentasi perawat sudah cukup stasion
baik
- Dokumentasi perawat yang
dilakukan yaitu dari pengkajian
sampai evaluasi
- Adanya (SOP) standar dalam
pemberian intervensi.
OPPORTUNITY THREAT
- Tenaga perawat yang masih muda - Persaingan antara rumah sakit
semua daerah yang semakin ketat
- Sudah banyak perawat dengan - Tingginya keinginan
tingkat pendidikan D3, S1 dan masyarakat untuk mencari
melanjutkan sekolah. pengobatan yang lebih
- RSND merupakan rumah sakit canggih dan lengkap.
pendidikan yang baru berkembang - Kurangnya promosi tentang
- Ruang perawatan yang nyaman keunggulan pelayanan di
dan bersih. RSND agar dikenal oleh
- Rumah sakit dengan konsep masyarakat luas.
modern. - Kurangnya strategi letak dari
rumah sakit
31
- Lembar persetujuan tindakan belum ditandatangani oleh
pemberi edukasi, hanya tandatangan keluarga dan pasien.
- Perawat setelah tindakan melakukan cuci tangan namun tidak
sesuai dengan 6 langkah cuci tangan.
c. Opportunity
- Adanya dokter spesialis dan perawat yang berpendidikan D3
dan S1 yang menangani klien sehingga pengobatannya bisa
terfokus.
- Adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan yang
menggunakan prinsip keselamatan pasien untuk menuju
akreditasi RS.
d. Threat
Kurangnya pasien yang masuk di Ruang Chrysant membuat tenaga
perawat terlihat berlebihan, padahal jika jumlah pasien penuh,
jumlah tenaga perawat dirasa masih kurang.
e. Solusi dalam menyelesaikan masalah
- Lebih meningkatkan perilaku perawat terhadap kepatuhan
pelaksanaan patient safety dan kemampuan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan berdasarkan standart patient
safety, untuk mencapai akreditasi RS yang paripurna.
- Memperhatikan kelengkapan prosedur transfer pasien
- Mengecek ulang dengan menanyakan nama bayi dan tanggal
lahir pada keluarga pasien sebelum dan sesudah melakukan
tindakan perawatan bayi.
- Memperhatikan tindakan aseptic untuk pencegahan infeksi
dengan mencuci tangan sesuai dengan 6 langkah cuci tangan dan
mengenakan pakaian khusus sebelum memasuki ruang
perawatan perinatalogi
- Mengharapkan pihak HUMAS RSND untuk lebih
mempromosikan keunggulan-keuggulan pelayanan RSND
sehingga menarik minat masyarakat untuk berobat ke RSND.
32