Anda di halaman 1dari 31

Tugas kelompok

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“ TETES MATA”

OLEH :

SRI HASTUTI (O1A114052)


SRI RAHMI NINGSIH (O1A114053)
SRY YUSTI MABILLA (O1A114054)
SUCI RAHMAWATI PUTRI (O1A114055)
SULISTINA (O1A114056)
SUMARNI BUTON (O1A114057)
VIA SILVANA (O1A114058)
WANDA SEPTIANA (O1A114059)
WD. MAULIDYATI (O1A114060)
WD. ISTIQAMAH MADJID (O1A114061)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

1
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat, serta penyertaan-Nya, sehingga makalah kami dengan judul“Tetes Mata” ini dapat
kami selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak terutama Dosen mata kuliah FTS Steril untuk perbaikan dimasa
yang akan mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.

Kendari, 22 April 1017

Penyusun
3

DAFTAR ISI

Halaman judul ...................................................................................................................


Kata pengantar ....................................................................................................................
Daftar isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ......................................................................................................
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan. ....................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................................................
Daftar Pustaka .....................................................................................................................
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam
lingkaran bertulang berfungsi untuk member perlindungan maksimal dan sebagai
pertahanan yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi
mata, iritasi mata, mata memar dan glaucoma. Mata mempunyai pertahanan terhadap
infeksi karena secret mata mengandung enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada
bakteri dan dapat membantu mengeleminasi organism dari mata. Obat mata dikenal
terdiri atas beberapa bentuk sediaan dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat
mata dibuat khusus. Salah satu sediaan mata adalah obat tetes mata. Obat tetes mata ini
merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril yang digunakan secara local
pada mata.
Karena mata merupakan organ yang paling peka dari manusia maka pembuatan
larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan
yang tepat. Hal-hal yang berkaitan dengan syarat tersebut akan dibahas lebih lanjut
dalam makalah ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu obat tetes mata ?
2. Apa saja keuntungan dan kerugian dari obat tetes mata ?
3. Apa saja faktor penting dalam obat tetes mata ?
4. Apa saja evaluasi yang dilakukan pada pembuatan obat tetes mata ?
5. Kapan obat tetes mata dapat digunakan ?
6. Bagaimana prosedur pembuatan obat tetes mata(suspensi) ?

1.3 TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sediaan tetes
mata dan persyaratan-persyaratan untuk obat tetes mata serta untuk memenuhi tugas
mata kuliah Teknologi dan Formulasi Sediaan Steril.
5

1.4 MANFAAT
Dalam pembahasan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam memahami lebih
lanjut mengenai obat tetes mata baik itu larutan maupun suspense. Mata berfungsi untuk
member perlindungan maksimal dan sebagai pertahanan yang baik dan kokoh.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Menurut FI IV halaman 12, Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel
asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus
dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan
pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat.
Perhatian yang sama juga dilakukan untuk sediaan hidung dan telinga.
Menurut FI III halaman 10, Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan
atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata
disekitar kelopak mata dari bola mata.
Menurut DOM Martin : Tetes mata adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata
yang terluka atau kecelakaan atau pembedahan dan mereka kemudian secara potensial
lebih berbahaya daripada injeksi intavena.
Menurut Scoville’s : Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak
dari alkaloid garam-garam alkaloid, antibotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan
untuk dimasukkan ke dalam mata. Ketika cairan, larutan harus isotonik, larutan mata
digunakan untuk antibakterial, anstetik, midriatikum, miotik atau maksud diagnosa.
Larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria (singular collyrium).
Menurut Parrot : Larutan mata (colluria) Obat yang dimasukkan ke dalam mata
harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan yang diberikan untuk tonisitas,
pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini diinginkan karena kornea dan
jaringan bening ruang anterior adalah media yang bagus untuk mikroorganisme dan
masuknya larutan mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang trauma karena
kecelakaan atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Menurut Teks Book of Pharmaceutics : Tetes mata adalah cairan steril atau larutan
berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus
conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik,
bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat
midriatik seperti atropin sulfat.
Menurut Ansel INA : Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan
steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan dalam mata. Selain steril preparat
6
7

tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor farmasi seperti


kebutuhan bahan antimikroba, isotonisitas, dapar, viskositas dan pengemasan yang
cocok.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan obat mata merupakan sediaan steril,
yang terdiri dari bahan bahan berkhasiat obat dan bahan tambahan dan membutuhkan
perhatian khusus dalam pembuatannya terutama dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, kebutuhan akan dapar, pengawet, sterilitas, serta kemasan yang tepat.
Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense, digunakan
untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata
dan bola mata. Sediaan ini diteteskan kedalam mata sebagai antibacterial, anastetik,
midriatik, miotik, dan antiinflamas.

2.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

A. Keuntungan
 Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas dan
kemudahan penangananan.
 Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek
terapinya.
B. Kerugian
 Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas ( 7 L) maka
larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur GI
menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan. Mis.  -bloker untuk
perawatan glaukoma dapat menjadi masalah bagi pasien gangguan jantung atau
asma bronkhial.
 Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada
retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk mata adalah
efeknya lokal/topikal.
8

2.3 PENGGUNAAN OBAT TETES MATA


Obat-obat yang digunakan pada produk optalmik dapat dikategorikan menjadi :
miotik, midriatik, siklopegik, anti-inflamatory agent, anti infeksi, anti galukoma,
senyawa diagnostik dan anestetik lokal. (Codex hal 160).

2.4 FAKTOR PENTING DALAM SEDIAAN TETES MATA


A. Syarat-syarat sediaan tetes mata
 Steril
 Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata. Isotonis =
0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 – 1,4 % b/v (Diktat hal 300) atau 0,7 –
1,5 % b/v (Codex hal 163). pH air mata = 7,4 (Diktat hal 301)
 Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
 Tidak iritan terhadap mata (untuk basis salep mata)
B. Faktor penting
Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan mata
adalah tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi. Sayang
sekali, yang paling penting dari itu adalah sterilitas yang telah menerima
sifat/perhatian dan farmasis dan ahli mata.
Beberapa faktor penting dalam obat tetes mata (Benny Logawa,39-40 ; Modul
praktikum teknologi sediaan likuida & semisolida, thn 2003 hal 24 – 25)) :
 Sterilitas sediaan dan adanya bahan pengawet untuk mencegah kontaminasi
mikroorganisme pada waktu wadah dibuka untuk digunakan.
 Jika tidak mungkin dibuat isotonis dan isohiris maka larutan dibuat hipertonis dan
pH dicapai melalui teknik enhidri.
 Adanya air mata yang dapat mempersingkat waktu kontak antara zat aktif dengan
mata (perlu penambahan bahan pengental).
 pH optimum (pH zat aktif) lebih diutamakan untuk menjamin stabilitas sediaan.
 Dapar yang ditambahkan mempunyai kapasitas dapar yang rendah (membantu
pelepasan obat dari sediaan), tetapi masih efektif menunjang stabilitas zat aktif
dalam sediaan. (modul praktikum tek. sediaan likuida dan semi solida, 2003, p 24-
25)
9

 Konsentrasi zat aktif berpengaruh pada penetrasi zat aktif yang mengikuti
mekanisme absorpsi dengan cara difusi pasif. (modul praktikum tek. sediaan
likuida dan semi solida, 2003, p 24-25)
 Peningkat viskositas dimaksudkan untuk meningkatkan waktu kontak sediaan
dengan kornea mata (modul praktikum tek. sediaan likuida dan semi solida, 2003,
p 24-25)
 Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan
menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat
yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah
kecil, pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat
hipertonisitas hanya sementara. (FI IV hal 13)
 Pembuatan obat mata dengan sistem dapar mendekati pH fisiologis dapat
dilakukan dengan mencampurkan secara aseptik: larutan obat steril dengan larutan
dapar steril. Walaupun demikian, perlu diperhatikan mengenai kemungkinan
berkurangnya kestabilan obat pada pH yang lebih tinggi, pencapaian dan
pemeliharaan sterilitas selam proses pembuatan. Berbagai obat, bila didapar pada
pH yang dapat digunakan secara terapeutik, tidak akan stabil dalam larutan untuk
jangka waktu yang lama. Sediaan ini dibeku-keringkan dan direkonstitusikan
segera sebelum digunakan (misalnya asetilkolin klorida untuk larutan obat mata).
(FI IV hal 13)
C. Pemilihan bentuk zat
Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut air
atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yang harus
diperhatikan dalam memilih garam untuk formulasi larutan optalmik yaitu :
1. Kelarutan
2. Stabilitas
3. pH stabilitas dan kapasitas dapar
4. Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula.
Sebagian besar zat aktif untuk sediaan optalmik adalah basa lemah. Bentuk
garam yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dan nitrat. Sedangkan
untuk zat aktif yang berupa sam lemah, biasanya digunakan garam natrium (Codex
hal 161).
10

D. Suspensi mata
Suspensi dapat dipakai untuk meningkatkan waktu kontak zat aktif dengan
kornea sehingga memberi kerja lepas lambat yang lebih lama (Ansel, 559). Menurut
Codex, pemilihan bentuk suspensi ( mis. Sediaan kortikosteroid) disebabkan :
 Bioavailabilitas zat aktif yang rendah (karena kelarutan rendah) dalam bentuk
larutannya.
 Ketidakstabilan zat aktif dalam bentuk larutan dapat menghasilkan hasil urai yang
toksik
Karena mata adalah organ yang sangat sensitif, maka partikel-partikel dalam
suspensi dapat mengiritasi dan meningkatkan laju lakrimasi dan kedipan Maka
solusinya, digunakan partikel yang sangat kecil yaitu dengan memakai zat aktif yang
dimikronisasi (micronized).
Masalah utama suspensi optalmik adalah kemungkinan terjadinya perubahan
ukuran partikel menjadi lebih besar selama penyimpanan (agregasi). Untuk sediaan
suspensi, surfaktan diperlukan untuk membasahi zat aktif hidrofob dan untuk
memperlambat pengkristalan. Pensuspensi yang biasa digunakan biasanya sama
dengan bahan peningkat viskositas.
E. Karakteristik sediaan mata
1. Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih
secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci
baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan
desain peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan dilakukan dalam lingkungan
bersih.
Penggunaan Laminar Air Flow memberikan kesempatan untuk penyiapan
larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan
streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari
bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup.
keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah dan
tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang
penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas.
11

2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan
obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zat
tambahan larutan dan tipe pengemasan.
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8
namun demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa
hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1
tahun. Sebaliknya pada pH 5, kedua obat stabil dalam beberapa tahun.
Tambahan untuk pH optimal, jika sensitivitas oksigen adalah satu faktor,
stabilitas adekuat diinginkan antioksidan. kemasan plastik, polietilen densitas
rendah “Droptainer” memberikan kenyamanan pasien, dapat meningkatkan
deksimental untuk kestabilan dengan pelepasan oksigen menghasilkan dekomposisi
oksidatif bahan-bahan obat.
3. Buffer dan Ph
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata
yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam
optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini
umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid, suspensi tidak larut biasanya
paling stabil pada pH asam.
pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH
diseleksi jadi optimum untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai
kapsitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur
produk, kapasitas buffer adalah kunci utama, situasi ini.
4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam
larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika
magnefudosifat koligatif larutan adalah sama. larutan mata dipertimbangkan
isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9% larutan Na Cl.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu
yang diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan yang sama untuk range
0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan
khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak
dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
12

5. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya.
Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa
ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.
Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu
kontak dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang
signifikan meningkat lama kontak dalam mata.
6. Additive/tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun
demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium
Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya
dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam
askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil
untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan
nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi
rendah khususnya suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan.
Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya
dengan karakteristik bahan-bahah. surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi
dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem
pengawet.
Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi
hampir invariabel sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam
range 0,01-0,02% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium
klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan
suspensi mata komersial.
F. Penggunaan tetes mata
 Cuci tangan
 Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
 Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penates dimasukkan ke
dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penates
13

 Tempatkan penates di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian
bawah sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penates pada mata atau jari.
 Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan
berkedip paling kurang 30 detik
 jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat.

2.5 PARAMETER SEDIAAN TETES MATA YANG BAIK


1. Kejernihan
Larutan mata adalah sediaan bebas dari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi. Pentingnya peralatan filtrasi yang tercuci baik sehingga
bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan
untuk menghilangkannya. Pengerjaan dilakukan dalam lingkungan bersih.
Penggunaan Laminar Air Flow memberikan kesempatan untuk penyiapan
larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan
streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari
bahwa larutan jernih sama pentingnya dengan kebersihan wadah dan tutup.
Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak bocor. Wadah dan tutup
tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak dengan sediaan sepanjang
penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas.
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan
obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan
larutan dan tipe pengemasan.
3. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya.
Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa
ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas. Para peneliti telah
mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata.
Umumnya viskositas meningkat pada range 25-50 cps, peningkatan yang signifikan
meningkatkan lama kontak dalam mata.
14

4. Zat Tambahan (additives)


Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun
demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium
Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya
dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam
askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil
untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
5. Tetes mata harus steril
Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. Larutan mata yang dibuat dapat
membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini
khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika
kornea terluka. Bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata, ketidak nyamanan
pada pasien dan metode sterilisasi ini tersedia untuk pengeluarannya.
Jika suatu batasan pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata, bahwa
sediaan mata harus steril. air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau
mekanisme untuk memproduksinya. Oleh karena itu, mekanisme pertahanan utama
melawan infeksi mata secara sederhana aksi pertahanan oleh air mata, dan sebuah
enzim ditemukan dalam air mata (lizozim) dimana mempunyai kemampuan untuk
menghidrolisa polisakarida dari beberapa organisme ini. Organisme ini tidak
dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling mungkin yang menyebabkan kerusakan
mata adalah Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocyneas).
Pseudomonas aeruginas (B. pyocyaneus; P. pyocyanea; Blue pas bacillus) ini
merupakan mikroorganisme berbahaya dan upportunis yang tumbuh baik pada
kultur media yang menghasilkan toksin dan zat/produk antibakteri, cenderung untuk
membunuh kontaminan lain dan membiarkan Pseudomonas aeruginosa untuk
tumbuh pada kultur murni. Bacillus gram negative menjadi sumber dari infeksi yang
serius pada kornea. Ini dapat menybabkan kehilangan penglihatan pada 24-48 jam.
Pada konsentrasi yang tidak ditoleransi oleh jaringan mata, menunjukkan bahwa
semua zat antimikroba tidak efektif melawan beberapa strain dari organisme ini.
6. Tetes mata harus isotonis
Isotonisitas dalam larutan mata. Ketika sekresi lakrimal dipertimbangkan untuk
mempunyai tekanan smotic yang sama sebagai cairan darah, dan kemudian menjadi
15

isotonis dengan 0,9% larutan natrium klorida, perhitungan untuk penyiapan larutan
mata isotonis telah disederhanakan. Farmasis selanjutnya selalu menuntut, sebagai
bagian dari praktek profesionalnya, untuk menyiapkan larutan mata yang isotonis
(Scoville’s : 234).
Tonisitas adalah tekanan osmotik yang diberikan oleh garam dalam larutan
berair. Larutan mata adalah isotonik dengan cairan lain ketika magnetudo sifat
koligatif larutan adalah sama. Larutan yang dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan larutan NaCl 0,9%.
Perhitungan isotonisitas dalam suatu waktu mendapat penekanan yang lebih
berat. Calon farmasis harus diajarkan persyaratan yang lebih mendetail dan peralatan
untuk mencapai tonisitas, kadang-kadang kerusakan disebabkan oleh faktor lain
seperti sterilitas dan stabilitas.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu
yang diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan yang ekuivalen dalam
rentang 0,5-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu diinginkan dan
khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan
menjadi perkara yang berlebihan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan
padatan terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan
tekanan osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl. Larutan yang
mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata disebut
hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut mempunyai
tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan
yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl
tanpa ketidaknyamanan yang besar.
Tonisitas pencuci mata mempunyai hal penting lebih besar daripada tetes mata
karena volume larutan yang digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan bantuan
penutup mata, mata dicuci dengan larutan kemudian overwhelming kemampuan
cairan mata untuk mengatur beberapa perbedaan tonisitas. Jika tonisitas pencuci
mata tidak mendekati cairan mata, dapat, menghasilkan nyeri dan iritasi.
Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama dengan
cairan lakrimal dengan penambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika
tekanan osmotik dari obat yang diinginkan melampaui konsentrasi cairan mata, tidak
16

ada yang dapat dilakukan jika konsentrasi obat yang diinginkan dipertahankan,
ketika larutan hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan natrium sulfasetamid
adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek klinik yang
diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk menghitung
jumlah NaCl untuk mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah
metode penurunan titik beku.
7. pH cairan mata
Ada persetujuan umum tentang konsentrasi ion hydrogen dari cairan lakrimal
adalah mendekati netral. Namun demikian, variasi nilai telah dilaporkan oleh
beberapa peneliti. Kemudian Hasford dan Hicks, Buchr dan Baeschlin, Feldman,
Dekking, Byleveld, van Grosz dan Hild dan Goyan dilaporkan telah menemukan pH
cairan mata berhubungan dengan darah. Dimaa mereka mendapatkan nilai yang
berbeda: Gyorffy dari 6,3-8,4, Lipschultz 8,0, Oguchi dan Nakasima dari 8,4-8,6.
Federsen-Bjergaard menemukan pH cairan lakrimal dari sepuluh orang normal dan
menemukan nilai 8,2. Dia membuat ketentuan dengan cara kolorimetri dan
elektrometri, dan ditemukan hasil yang sama pada kedua metode. Hind dan Goyan
dalam pekerjaan terakhir, menemukan pH air mata adalah 7,4. Berdasarkan hal itu,
pH cairan lakrimal sekurang-kurangnya 7,4 dan mungkin lebih alkali. (Scoville’s :
224).
Konsentrasi ion hidrogen dari cairan mata berkisar 7,2-7,4. Sekresi lakrimal
mempunyai nilai pH antara 7,2-7,4 dan mempunyai kapasitas membuffer yang
tinggi. Akibatnya, mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai pH dari
3,5-10, mereka tidak didapar dengan kuat ketika cairan mata akan dengan cepat
memperbaiki nilai pH normal dari mata.
8. pH sediaan tetes mata
Larutan lakrimal normalnya pH 7,4 dengan rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa
ditoleransi oleh larutan mata dengan range pH ini, disebabkan oleh (1) volume kecil
larutan, (2) buffer cairan mata, dan (3) peningkatan produksi air mata. (Parrot : 223).
Dalam banyak perumpamaan, kita dapat mencapai obat dengan seratus kali lebih
stabil pada pH 5,0 dan kemudian pH 7,0. pH dari larutan mata sebaiknya antara 4,5
dan 9.
9. Pewadahan
17

Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit
kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol
7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata.
Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien
dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol plastic untuk larutan mata
juga dapat digunakan. Tipe wadah yang biasa digunakan untuk tetes mata adalah
vertikal dilipat ambar atau gelas botol hijau layak dengan tutup bakelite yang
membawa tube tetes dengan sebuah pentil dan kemampuan untuk ditutup
sebagaimana untuk menahan mikroorganisme. Sifat-sifat yang penting sebagai
berikut :
a. Mereka (wadah) dilengkapi dengan uji untuk membatasi alkali gelas. Copper
(1963) menunjukkan bahwa kadang-kadang botol dapat dibebasalkalikan tetapi
tube tetes tidak. Ini dapat dicontohkan oleh tetes mata fisostigmin dalam larutan
dalam botol tidak berwarna tetapi pada tube tetes berwarna merah muda.
b. Wadah melindungi isi bahan terhadap cahaya. Banyak bahan obat sensitif
terhadap cahaya.
c. Wadah mempunyai segel yang baik. Norton (1963) menunjukkan test warna.
d. Pentil karet atau pentil dari bahan-bahan lain adalah penyerap dan sebaiknya
dijenuhkan dengan pengawet yang digunakan dalam larutan mata dimana mereka
digunakan.
e. Wadah dilengkapi dengan penetes yang siap digunakan dan melindungi terhadap
kerusakan dan kontaminasi.
f. Wadah non gelas tidak bereaksi dengan obat-obat atau partikel lain yang menjadi
isi larutan.
Larutan mata disiapkan secara terus-menerus dikemas dalam wadah tetes
(droptainers) polietilen atau dalam botol tetes gelas. Untuk mempertahankan
sterilitas larutan, wadah harus steril. Wadah polietilen disterilkan dengan etilen
oksida, sementara penetes gelas dapat dengan dibungkus dan diotoklaf. Secara
komersial disiapkan unit dosis tunggal dengan volume 0,3 ml atau kurang dikemas
dalam tube polietilen steril dan disegel dengan pemanasan.
Wadah gelas sediaan mata tradisional dilengkapi dengan penetes. Gelas telah
dilengkapi hampir sempurna dengan unit penetes polietilen densitas rendah yang
disebut “Droptainer”. Hanya sejumlah kecil wadah gelas yang masih digunakan,
18

biasanya karena pembatasan sterilitas. Larutan intraokuler volume besar 250-500 ml


telah dikemas dalam gelas, tetapi bahkan sediaan parenteral mulai dikemas dalam
pabrik khusus wadah polietilen/polipropilen.
Wadah plastik adalah permeabel terhadap beberapa bahan termasuk cahaya
dan air. Wadah plastik dapat mengandung variasi bahan-bahan ekstraneous seperti
bahan pelepas jamur, antioksidan, reaksi quenchers dan yang mirip. Lem label, tinta
dan warna juga dapat berpenetrasi secara cepat dengan polietilen.
Wadah gelas memberikan bahan yang menyenangkan untuk penyiapan terus-
menerus untuk larutan mata. Gelas tipe I yang paling disarankan untuk digunakan.
Wadah sebaiknya dicuci dengan air destilasi steril kemudian disterilisasi dengan
otoklaf. Penetes normalnya disterilkan dan dikemas dalam blister pack yang baik.

2.6 FORMULA UMUM


R/ Zat aktif
Bahan pembantu : Pengawet Pendapar Surfaktan
Pengisotonis Peningkat viskositas
Anti oksidan Pensuspensi
A. TEORI BAHAN PEMBANTU
1. Pengawet
Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran ganda bila
digunakan secara perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada
permukaan mata. Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Sedangkan untuk penggunaan
pembedahan, disamping steril, larutan obat mata tidak boleh mengandung
antibakteri karena dapat mengiritasi jaringan mata. (FI IV hal 13 & 14)
Kontaminasi pada sediaan mata dapat menyebabkan kerusakan yang serius,
misalnya menyebabkan radang kornea mata. Kontaminan yang terbesar adalah
Pseudomonas aeruginosa. Pertumbuhan bakteri bacillus Gram negatif ini terjadi
dengan cepat pada beberapa medium dan menghasilkan zat toksin dan anti
bakteri. Sumber bakteri terbesar adalah air destilasi yang disimpan secara tidak
tepat yang digunakan dalam pencampuran (AOC, 223).
Organisme lain yang bisa menghasilkan infeksi kornea seperti golongan
proteus yang telah diketahui sebagai kontaminan dalam larutan metil selulosa.
19

Selain bakteri, fungi juga merupakan kontaminan misalnya Aspergillus fumigatus.


Virus juga merupakan kontaminan seperti herpes simplex, vaksin, dan moluscum
contagiosum. Umumnya pengawet tidak cocok dengan virus(AOC, 223 - 224).
Mikroorganisme lain yang dapat mengkontaminasi sediaan optalmik adalah
Hemophillus influenza, Hemophillus conjunctividis, Neisseria gonorrhoeae,
Neisseria meningitidis,dll (Repetitorium BL, 38).
Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan
mikroorganisme selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan obat
tetes mata hendaknya memiliki sifat sebagai berikut (AOC, 234) :
 Bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutama
terhadap Pseudomonas aeruginosa.
 Non iritan terhadap mata (jaringan okuler yaitu kornea dan konjungtiva).
 Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.
 Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
 Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan sediaan.
Golongan pengawet pada sediaan tetes mata (DOM hal 148; Diktat kuliah teknologi
steril, 291-293 ; Codex, 161-165 ; Benny Logawa, 43) :

jenis konsentrasi inkompatibilitas Keterngan


Sabun, .Paling banyak
Senyawa surfaktan dipakai untuk
amonium 0,004-0,02 % sediaan optalmik.
anionik,
kuartener : (biasanya . Efektivitasnya
Benzalkoniu 0,01%) salisilat, nitrat, ditingkatkan dengan
m klorida fluorescein penambahan EDTA
natrium 0,02%.
Biasanya
Senyawa digunakan sebagai
merkur nitrat Halida tertentu
pengawet dari zat
: 0,1-0,005% dengan
aktif yang OTT
-fenil 0,005% fenilmerkuri
merkuri nitrat dengan
asetat
-thiomersal benzalkonium
klorida
Ddiadsorpsi Jarang digunakan;
oleh banyak digunakan
Parahidroksi makromolekul, untuk mencegah
nipagin
benzoat :
0,18%+ interaksi pertumbuhan
nipagin,
nipasol 0,02% dengan jamur, dalam dosis
nipasol
surfaktan tinggi mempunyai
nonionik sifat antimikroba
20

yang lemah.

Stabilitasnya
pH dependent;
Akan berdifusi
aktivitasnya
Fenol : melalui kemasan
0,5-0,7% tercapai pada
klorobutanol polietilen low-
konsentrasi
density
dekat kelarutan
max
Akan berdifusi
melalui kemasan
Alkohol Kelarutan polietilen low-
aromatik : 0,5-0,9% atau
dalam air density, kadang2
feniletil 0,5%
alkohol rendah digunakan dalam
kombinasi dengan
pengawet lain.
Kombinasi pengawet yang biasanya digunakan adalah :
 Benzalkonium klorida + EDTA
 Benzalkonium klorida + Klorobutanol/feniletilalkohol/ fenilmerkuri nitrat
 Klorobutanol + EDTA/ paraben
 Tiomerasol + EDTA
 Feniletilakohol + paraben
2. Pengisotonis
Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol dan
dapar (Codex, 161-165). Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata :
FI IV : 0,6 – 2,0% RPS dan RPP : 0,5 – 1,8%
AOC : 0,9 – 1,4% Codex dan Husa : 0,7 – 1,5%
Tapi usahakan berada pada rentang 0,6 – 1,5% (Diktat kuliah teknologi steril).
Hati-hati kalau bentuk garam zat aktif adalah garam klorida (Cl) karena jika
pengisotonis yang digunakan adalah NaCl dapat terjadi kompetisi dan salting out.
3. Pendapar
Secara ideal, larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama
dengan air mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak
obat yang tidak cukup larut dalam air. sebagian besar garam alkaloid mengendap
sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak obat tidak stabil secara
kimia pada pH mendekati 7,4 (FI III, 13). Tetapi larutan tanpa dapar antara pH
3,5 – 10,5 masih dapat ditoleransi walaupun terasa kurang nyaman. Di luar
21

rentang pH ini dapat terjadi iritasi sehingga mengakibatkan peningkatan lakrimasi


(Codex, 161-165). Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata menurut
beberapa pustaka : 4,5 – 9,0 menurut AOC; 3,5 – 8,5 menurut FI IV.
Syarat dapar (Codex, 161-165) :
 Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan
 Konsentrasinya tidak cukup tinggi karena konsentrasi yang tinggi dapat
mengubah pH air mata.
Menurut Codex, dapar yang dapat dipakai adalah dapar borat, fosfat dan sitrat. Tapi
berdasarkan Suarat Edaran Dirjen POM tgl 12 Oktober 1999, asam borat tidak boleh
digunakan untuk pemakaian topikal/lokal karena resiko toksisitasnya lebih besar
dibandingkan khasiatnya untuk penggunaan topikal. Jadi, dapar yang boleh digunakan
untuk sediaan optalmik hanya dapar fosfat dan sitrat.
Dapar yang digunakan sebaiknya adalah dapar yang telah dimodifikasi dengan
penambahan NaCl yang berfungsi untuk menurunkan kapasitas daparnya.
Dapar sitrat modifikasi Mc Ilvaine (Codex, 68)

Na fosfat Asam sitrat Na fosfat Asam sitrat


pH (Na2HPO4.12H2O) (C6H8O7.H20) pH (Na2HPO4.12H2O) (C6H8O7.H20)
g/L g/L g/L g/L
5,2 38,4 9,7 2,2 1,4 20,6

5,4 39,9 9,3 2,4 4,4 19,7

5,6 41,5 8,8 2,6 7,8 18,7


5,8 43,3 8,3 2,8 11,4 17,7
6,0 45,2 7,7 3,0 14,7 16,7
6,2 47,3 7,1 3,2 17,7 15,8
6,4 49,6 6,5 3,4 20,4 15,0
6,6 52,1 5,7 3,6 23,1 14,2
6,8 55,3 4,8 3,8 25,4 13,6
7,0 59,0 3,7 4,0 27,6 12,9
7,2 62,3 2,7 4,2 29,7 12,3
7,4 65,1 1,9 4,4 31,6 11,7
7,6 67,1 1,3 4,6 33,5 11,2
7,8 68,6 0,9 4,8 35,5 10,7
8,0 69,7 0,58 5,0 36,9 10,2
22

4. Peningkat viskositas
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat viskositas
untuk sediaan optalmik adalah ( Codex, 161-165)
 Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri. Mis. Polimer mukoadhesif ( asam
hyaluronat dan turunannya; carbomer) secara signifikan lebih efektif daripada
polimer non mukoadhesif pada konsentrasi equiviscous.
 Perubahan pH dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat viskositas.
 Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi baik oleh
mata dan menyebabkan terbentuknya deposit pada kelopak mata; sulit
bercampur dengan air mata; atau mengganggu difusi obat.
Penggunaan peningkat viskositas dimaksudkan untuk memperpanjang
waktu kontak antara sediaan dengan kornea sehingga jumlah bahan aktif yang
berpenetrasi dalam mata akan semakin tinggi sehingga menambah efektivitas
terapinya ( Diktat kuliah teknologi steril, 303).
Viskositas untuk larutan obat mata dipandang optimal jika berkisar antara
15-25 centipoise (cps). Peningkat viskositas yang biasa dipakai adalah
metilselulosa 4000 cps sebanyak 0,25% atau 25 cps sebanyak 1%, HPMC, atau
polivinil alkohol (Ansel, 548-552). Menurut Codex, dapat digunakan turunan
metil selulosa, polivinil alkohol, PVP, dekstran and makrogol.
Na CMC jarang digunakan karena tidak tahan terhadap elektrolit sehingga
kekentalan menurun; kadang tidak tercampurkan dengan zat aktif (Diktat kuliah
teknologi steril, 303).
Pada umumnya penggunaan senyawa selulosa dapat meningkatkan
penetrasi obat dalam tetes mata, demikian juga dengan PVP dan dekstran. Jadi,
pemilihan bahan pengental dalam obat tetes mata didasarkan pada ( Diktat kuliah
teknologi steril, 304):
 Ketahanan pada saat sterilisasi,
 Kemungkinan dapat disaring,
 Stabilitas, dan
 Ketidakbercampuran dengan bahan-bahan lain.
Pangental yang sering dipakai adalah : Metilselulosa, HPMC dan PVP.
5. Anti oksidan
23

Zat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk itu
kadang dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering digunakan adalah Na
metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%. Vitamin C (asam
askorbat) dan asetilsistein pun dapat dipakai terutama untuk sediaan fenilefrin.
Degradasi oksidatif seringkali dikatalisa oleh adanya logam berat, maka dapat
ditambahkan pengkelat seperti EDTA. Penggunaan wadah plastik yang
permeabel terhadap gas dapat meningkatkan proses oksidatif selama
penyimpanan (Codex, 161-165; RPS, 1590).
6. Surfaktan
Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhui berbagai aspek
(Diktat kuliah teknologi steril, 304) :
 Sebagai antimikroba (Surfaktan golongan kationik seperti benzalkonium
klorida, setil piridinium klorida, dll).
 Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea sehingga
meningkatkan akti terapeutik zat aktif.
 Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan lakrimal,
meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga
meningkatkan penembusan dan penyerapan obat.
 Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan
merusak kormea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima
dibandingkan dengan surfaktan golongan lainnya.
Penggunaan surfaktan dalam sediaan optalmik terbatas karena bisa
melarutkan bagian lipofil dari mata. Surfaktan non ionik, yang paling tidak toksik
dibandingkan golongan lain, digunakan dalam konsentrasi yang rendah dalam
suspensi steroid dan sebagai pembantu untuk membentuk larutan yang jernih.
Surfaktan dapat juga digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan
solubilitas (jarang dilakukan). Surfaktan non ionik dapat mengadsorpsi senyawa
pengawet antimikroba dan menginaktifkannya. (RPS, 1590)
Menurut Codex, surfaktan non ionik yang sering dipakai adalah Polisorbat
80 (Tween 80). Sedangkan menurut Diktat kuliah teknologi steril dapat juga
digunakan Tween 20, benzetonium klorida, miristil-gamma-picolinium klorida,
polioxil 40-stearat, alkil-aril-polietil alkohol, dioktil sodium sulfosuksinat, dan
lain-lain.
24

2.7 PROSEDUR PEMBUATAN DAN CARA STERILISASI


A. Prosedur pembuatan bahan pengental dan pensuspensi
1) HPMC
HPMC didispersikan dan dihidrasi dalam air sebanyak 20-30% dari jumlah air
yang dibutuhkan. Lalu HPMC yang telah dihidrasi ini ditambahkan ke dalam air
sambil terus diaduk dan dipanaskan pada suhu 80-90oC. Untuk mencapai volume
yang diinginkan dapat ditambahkan air dingin.
2) Metil selulosa
Dalam air dingin metilselulosa akan mengembang dan berdispersi perlahan
membentuk dispersi koloid yang opalesence dan kental.
B. Prosedur pembuatan
Tahap pembuatan sediaan tetes mata : (Modul Praktikum Teknologi Sediaan Likuida
dan Semisolida, Revisi 2003,hal 25)
 Timbang semua bahan pada kaca arloji sesuai dengan formula dan segera
dilarutkan dengan menggunakan aquabides secukupnya.
 Jika terdapat beberapa bahan maka segera larutkan satu bahan sebelum menimbang
bahan berikutnya.
 Masukkan semua bahan ke dalam gelas piala yang dilengkapi batang pengaduk,
dan tambahkan aquabides hingga larut, bilas kaca arloji dengan aquabides minimal
dua kali.
 Setelah semua bahan larut, tuang larutan tersebut ke dalam gelas ukur hingga
volume tertentu di bawah volume akhir yang diinginkan (misal akan dibuat larutan
100 mL, maka larutan dalam gelas ukur diatur tepat 75 mL).
 Basahi terlebih dahulu kertas saring lipat rangkap 2 dengan menggunakan
aquabides. Air pembasah ditempatkan dalam satu Erlenmeyer.
 Saring larutan dalam gelas ukur ke dalam Erlenmeyer bersih dan steril melalui
corong dan kertas saring yang telah dibasahi.
 Bilas gelas piala dengan aquabides, tuang hasil bilasan ke dalam gelas ukur hingga
tepat 25 mL (contoh) dan saring ke dalam Erlenmeyer yang berisi filtrat larutan
sebelumnya.
 Saring kembali larutan yang telah tersaring melalui saringan G3 ke dalam kolom
reservoir.
 Pengemasan dilakukan sesuai dengan proses sterilisasi sediaan
25

a. Sterilisasi akhir terhadap bahan yang tahan suhu sterilisasi :


 Jika sterilisasi adalah sterilisasi akhir maka larutan hasil penyaringan
dengan saringan G3 diisikan ke dalam botol/vial yang sesuai dengan
volumenya. Botol/vial ditutup dengan tutup karet, diikat dengan simpul
champagne kemudian disterilkan (autoklaf).
 Setelah disterilkan, larutan dituang ke dalam buret steril dan diisikan ke
dalam botol tetes steril yang telah dikalibrasi. Pengisian dilakukan secara
aseptik.
 Pasang tutup botol yang telah disiapkan.
b. Sterilisasi dengan cara filtrasi
 Jika sterilisasi dilakukan dengan cara filtrasi maka setelah ad volume,
larutan langsung difiltrasi dengan penyaring bakteri.
 Setelah filtrasi, larutan diisikan ke dalam botol tetes yang telah
dikalibrasi secara aseptik.
 Pasang tutup botol yang telah disiapkan..
 Kemas botol vial dalam dos dan beri etiket luar.
 Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan

2.8 EVALUASI SEDIAAN


A. Evaluasi fisik
a. Uji kejernihan (FI IV hal 998)
b. Penentuan bobot jenis (FI IV <981>, hal 1030)
c. Penentuan pH (FI IV <1071>, hal 1039)
d. Penentuan bahan partikulat (FI IV <751>, hal 981)
e. Penentuan volume terpindahkan (FI IV <1261>, hal 1089)
f. Penentuan viskositas dan aliran (Diktat praktikum farmasi fisika hal 9, 10, 14)
g. Volume sedimentasi (Lihat sediaan suspensi)
h. Kemampuan redispersi (Lihat sediaan suspensi)
i. Penentuan homogenitas (Lihat sediaan suspensi)
j. Penentuan distribusi ukuran partikel (Lihat sediaan suspensi)
 Catatan : evaluasi f-j untuk OTM Suspensi!

B. Evaluasi kimia
26

 Identifikasi
 Penetapan kadar
 Penentuan potensi (untuk antibiotik)
C. Evaluasi biologi
1. Uji sterilitas (Lihat sediaan injeksi)
2. Uji efektivitas pengawet (FI IV <61>, hal 854-855).

2.9 WADAH DAN PENYIMPANAN


(Codex, 166-167)
Saat ini wadah untuk larutan mata yang berupa gelas telah digantikan oleh wadah plastik
feksibel terbuat dari polietilen atau polipropilen dengan built-in dropper.
Keuntungan wadah plastik :
 Murah, ringan, relatif tidak mudah pecah
 Mudah digunakan dan lebih tahan kontaminasi karena menggunakan built-in dropper.
 Wadah polietilen tidak tahan autoklaf sehingga disterilkan dengan iradiasi atau etilen
oksida sebelum dimasukkan produk secara aseptik.
Kerugian wadah plastik :
 Dapat menyerap pengawet dan mungkin permeabel terhadap senyawa volatil, uap air
dan oksigen.
 Jika disimpan dalam waktu lama, dapat terjadi hilangnya pengawet, produk menjadi
kering (terutama wadah dosis tunggal) dan produk teroksidasi.
Persyaratan kompendial
 Farmakope Eropa dan BP mensyaratkan wadah untuk tetes mata terbuat dari bahan
yang tidak menguraikan/merusak sediaan akibat difusi obat ke dalam bahan wadah
atau karena wadah melepaskan zat asing ke dalam sediaan.
 Wadah terbuat dari bahan gelas atau bahan lain yang cocok.
 Wadah sediaan dosis tunggal harus mampu menjaga sterilitas sediaan dan aplikator
sampai waktu penggunaan.
 Wadah untuk tetes mata dosis ganda harus dilengkapi dengan penetes langsung atau
dengan penetes dengan penutup berulir yang steril yang dilengkapi pipet karet/plastic
(BP 2002 vol2 1869).
Penyimpanan (BP 2002 vol2 1869)
27

 Tetes mata disimpan dalam wadah “tamper-evident”. Kompatibilitas dari komponen


plastik atau karet harus dicek sebelum digunakan.
 Wadah untuk tetes mata dosis ganda dilengkapi dengan dropper yang bersatu dengan
wadah. Atau dengan suatu tutup yang dibuat dan disterilisasi secara terpisah.

2.10 PENANANDAAN
Farmakope Eropa dan BP mengkhususkan persyaratan berikut pada pelabelan sediaan
tetes mata.
 Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi pengawet antimikroba atau
senyawa lain yang ditambahkan dalam pembuatan. Untuk wadah dosis ganda harus
mencantumkan batas waktu sediaan tersebut tidak boleh digunakan lagi terhitung
mulai wadah pertama kali dibuka (waktu yang menyatakan sediaan masih dapat
digunakan setelah wadah dibuka).
 Kecuali dinyatakan lain lama waktunya tidak boleh lebih dari 4 minggu (BP 2002
vol2 1868)
 Wadah dosis tunggal karena ukurannya kecil tidak dapat memuat indikasi dan
konsentrasi bahan aktif.
 Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi zat aktif, kadaluarsa dan kondisi
penyimpanan
 Untuk wadah dosis tunggal, karena ukurannya kecil hanya memuat satu indikasi
bahan aktif dan kekuatan/potensi sediaan dengan menggunakan kode yang dianjurkan,
bersama dengan persentasenya. Jika digunakan kode pada wadah, maka pada kemasan
juga harus diberi kode (BP 2002 vol2 1869).
Untuk wadah sediaan dosis ganda, label harus menyatakan perlakuan yang harus
dilakukan untuk menghindari kontaminasi isi selama penggunaan (BP 2002 vol2 1869).
Labelling (BP 2002 vol2 1869).
Label harus mencantumkan :
1. Nama dan persentase zat aktif.
2. Tanggal dimana sediaan tetes mata tidak layak untuk digunakan lagi.
3. Kondisi penyimpanan sediaan tetes mata.
Untuk wadah dosis ganda, label harus menyatakan bahwa harus dilakukan perawatan
tertentu untuk mencegah kontaminasi isi sediaan selama penggunaan.
28

2.11 CONTOH SEDIAAN TETES DI PASARAN


Berikut adalah macam-macam obat tetes mata :
1. Tetrahydrozoline HCl

merupakan agen vasokonstriktor yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat dan
pembuluh darah. Pada saat iritasi, pembuluh darah dalam keadaan vasodilatasi
sehingga mata memerah. Apabila digunakan tetes mata yang mengandung senyawa
aktif ini, pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi sehingga mata tidak
memerah lagi.
2. Tetes mata Rohto

Tetes mata ini mengandung Naphazoline HCl, asam borat, Na borat, Dinatrium
edetat, Polisorbat 80, dan Benzalkonium chloride diindikasikan untuk menghilangkan
iritasi dan kongesti mata atau pengobatan kondisi alergi serta peradangan.
3. Naphazoline

Merupakan senyawa simpatomimetik yang ditandai dengan aktivitas alfa adrenergic,


bekerja sebagai vasokonstriktor dengan cepat mengurangi pembengkakan membrane
29

mukosa. Naphazoline bekerja pada reseptor di arteri konjungtiva menjadi konstriksi


sehingga menghasilkan penurunan penyumbatan/kongesti.
4. Insto moist, Visine tears, dan Braito tears mengandung Hydroxypropyl
methylcellulose (HPMC) dan Benzalkonium chloride. Khusus untuk Visine tears ada
tambahan Polyethylene glycol (PEG) dan Glycerin. Kombinasi obat ini diindikasikan
untuk menghilangkan iritasi dan kekeringan pada mata. HPMC ini digunakan sebagai
air mata buatan, sedangkan PEG berfungsi untuk lubricant atau pelumas.

5. Sedangkan kombinasi ion natrium dan benzalkonium chloride berfungsi sebagai


emollient/pelembut dan pengganti air mata pada pemakai lensa kontak. Pada sediaan
Rohto cool ditambahkan I-menthol sebagai cooling agent.
6. Benzalkonium chloride merupakan bahan pengawet atau preservative yang
mempunyai daya membunuh bakteri (bakterisida). Perlu diperhatikan bagi pengguna
kontak lensa, Benzalkonium chloride ini dapat menyebabkan penghilangan warna.
30

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarka pembahasan diatas dapat disimpilkan bahwa obat tetes mata harus memiliki
sifat :
 Steril
 Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata. Isotonis
= 0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 – 1,4 % b/v (Diktat hal 300)
atau 0,7 – 1,5 % b/v (Codex hal 163). pH air mata = 7,4 (Diktat hal 301)
 Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
 Tidak iritan terhadap mata (untuk basis salep mata)
Formulasi suspensi obat mata dapat dibuat jika diperlukan untuk membuat produk yang
bertujuan meningkatkan waktu kontak kornea, atau diperlukan untuk obat tidak larut atau
tidak stabil dalam pembawa air.

3.2 SARAN
Sebelum memberikan larutan atau suspense oftalmik sebaiknya pengguna
mencuci tangan sampai bersih. Selama penanganan dan pemberian obat atau harus
berhati-hati agar penetes tidak berkontak dengan mata, kelopak mata, atau permukaan
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI press


Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Pharmacopee Ned edisi V
Anonim. Farmakope Herbal
Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Pres
Badan Pengawas Obat dan Makanan. ISFI. 2006. ISO Indonesia, volume IV. Jakarta: PT.
Anem Kosong Anem (AKA).
Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th
edition. London: The Pharmaceutical Press.
Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta
Hardjasaputra, S. L. Purwanto, Dr. dkk. 2002. Data Obat di Indonesia (DOI), edisi 10.
Jakarta: Grafidian medi press. (#Akfar PIM/2010)
Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press
Martindale, The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. The Parmaceutical Press,
London. 1982.
MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT Infomaster.
Soetopo dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan
Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press
Van Duin. 1947. Ilmu Resep. Jakarta : Soeroengan
Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London;
The Pharmaceutical Press.

31

Anda mungkin juga menyukai