Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1,2,3

Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa hingga
lanjut usia memiliki kecenderungan yang relatif serupa dalam menghadapi suatu masalah.
Apabila diperhatikan, cara atau metode penyelesaian yang dilakukan seseorang memiliki pola
tertentu dan dapat digunakan sebagai ciri atau tanda untuk mengenal orang tersebut. Hal ini
dikenal sebagai karakter atau kepribadian.

Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter
atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil
dan dapat diramalkan1 .

Karakter adalah ciri kepribadian yang dibentuk oleh proses perkembangan dan
pengalaman hidup. Temperamen dipengaruhi oleh faktor genetik atau konstitusional yang
terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru stabil sesudah anak berusia
beberapa tahun.

Perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor: konstitusi


(genetik, temperamen), perkembangan dan pengalaman hidup (lingkungan keluarga, budaya).

Gangguan kepribadian adalah kelainan yang umum dan kronis. Prevalensinya


diperkirakan antara 10 sampai 20% dari seluruh populasi dan durasinya dapat berlangsung
selama beberapa dekade. Orang dengan gangguan kepribadian umumnya dicap
menjengkelkan, menganggu dan bersifat parasit dan secara umum dianggap memiliki
prognosis yang buruk. Diperkirakan setengah dari seluruh pasien psikiatrik memiliki
gangguan kepribadian, yang seringkali komorbid dengan kondisi Aksis I. Gangguan
kepribadian merupakan faktor predisposisi untuk gangguan psikiatrik lain (contoh
penyalahgunaan zat, bunuh diri, gangguan afektif dan gangguan cemas) di mana hal ini
mengganggu hasil pengobatan sindrom Axis I dan meningkatkan menderita ketidakmampuan
(cacat) personal, morbiditas dan mortalitas pasien.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Gangguan Kepribadian1

• Kelompok A

Gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal. Individu dengan gangguan


kepribadian tersebut seringkali tampak aneh dan eksentrik.

• Kelompok B

Gangguan kepribadian dissosial, ambang (borderline), histrionik dan narsistik.


Individu dengan gangguan kepribadian tersebut seringkali tampak dramatik,
emosional dan tidak menentu.

• Kelompok C

Gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif

2.2 Etiologi1

• Faktor Genetik

Pada kelompok B, individu dengan gangguan kepribadian ambang memiliki banyak


saudara dengan gangguan mood serta ada hubungan yang kuat antara gangguan
kepribadian histrionik dan gangguan somatisasi.

Beberapa literatur menyebutkan bahwa perlakuan - perlakuan yang berhubungan


dengan gangguan kepribadian ambang akan mempengaruhi pada gen yang nantinya akan
mempengaruhi pada kepribadian anak, akan tetapi faktor genetik ini masih diteliti lebih
lanjut. Pengaruh serotonin berhubungan dengan genetik diduga juga ikut berpengaruh.

• Faktor Temperamental

Faktor temperamental berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa.


Gangguan kepribadian mungkin berasal dari ketidaksesuaian antara temperamen orang
tua dan cara membesarkan anak.

2
Contohnya adalah seorang anak yang pencemas dibesarkan oleh ibu yang juga
seorang pencemas maka anak tersebut lebih rentan mengalami gangguan kepribadian
dibandingkan dengan anak yang pencemas dibesarkan oleh ibu yang tenang.

Lingkungan fisik juga mungkin memiliki peran, contohnya yaitu seorang anak kecil
yang aktif mungkin tampak hiperaktif jika tinggal di apartemen kecil yang tertutup tetapi
tampak normal di ruang kelas yang besar dengan lapangan yang berpagar.

• Faktor Biologis

Hormon dan neurotransmitter memiliki peran pada gangguan kepribadian. Individu


dengan sifat impulsif seringkali menunjukkan peningkatan kadar testosteron, 17-estradiol
dan estrone.

Pada beberapa orang dengan gangguan kepribadian ambang dan orang yang menderita
depresi, kadar DST nya normal.

Monoamin oksidase (MAO) trombosit juga berperan. Pelajar dengan MAO trombosit
yang rendah melaporkan menggunakan lebih banyak waktu dalam aktivitas sosial
dibandingkan pelajar dengan MAO trombosit yang tinggi.

Serotonin adalah neurotransmitter yang menurunkan depresi dan impulsivitas.


Metabolit serotonin yaitu 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) ditemukan rendah
kadarnya pada orang yang berusaha bunuh diri serta pada pasien yang impulsif dan
agresif.

Elektrofisiologi: pada orang dengan gangguan kepribadian ambang sering ada


gelombang lambat dalam EEG.

• Faktor Psikososial

Cap kepribadian yang unik pada masing-masing individu sangat ditentukan oleh
mekanisme pertahanan karakteristik orang tersebut. Masing-masing gangguan
kepribadian memiliki kelompok mekanisme pertahanan yang membantu klinisi mengenali
tipe patologi karakter yang ada. Sebagai contoh, orang dengan gangguan kepribadian
skizoid berhubungan dengan penarikan diri.

3
2.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil1,2

Gangguan kepribadian ini terdiri dari dua tipe, yaitu tipe impulsif dan tipe ambang
(borderline).

2.4 Gangguan Kepribadian Tipe Ambang1,2

Gangguan ini juga disebut dengan skizofrenia ambulatorik, skizofrenia pseudoneurotik,


kepribadian seolah-olah (as-if personality) dan karakter psikotik. Penderita gangguan
kepribadian ambang berada pada perbatasan antara psikosis dan neurosis dan ditandai oleh
mood, afek, perilaku dan citra diri yang tidak stabil.

Gangguan kepribadian ambang (boderline personality disorder) ditandai oleh suatu


cakupan ciri perilaku, emosional, dan kepribadian. Gangguan ini mencakup suatu pola
pervasif dari ketidakstabilan dalam hubungan, self-image, dan mood, serta kurangnya kontrol
atas implus. Orang dengan gangguan kepribadian ambang cenderung tidak yakin akan
identitas pribadi mereka – nilai, tujuan, karier, dan bahkan mungkin orientasi seksual mereka

2.5 Epidemiologi Gangguan Kepribadian Tipe Ambang1,2

• 1 – 2 % dalam suatu populasi

• Wanita : Pria = 2 : 1

• Lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda

• Meningkat pada penderita gangguan depresi, penggunaan alkohol, dan


penyalahgunaan zat aktif

2.6 Gambaran Klinis Gangguan Kepribadian Tipe Ambang1,2,3


Penderita dengan gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak berada dalam
keadaan krisis. Sering dijumpai pergeseran mood. Penderita dapat bersikap argumentatif
pada suatu waktu dan depresi pada waktu selanjutnya dan mengeluh tidak memiliki
perasaan pada waktu lainnya. Perilaku penderita gangguan kepribadian ambang sangat
tidak dapat diramalkan. Mereka dapat melakukan tindakan merusak diri mereka sendiri
secara berulang seperti mengiris pergelangan tangannya sendiri untuk mendapatkan
bantuan dari orang lain atau untuk mengekspresikan kemarahan. Mereka dapat
bergantung pada orang yang dekat dengannya namun dapat juga mengekspresikan
kemarahan mereka pada orang terdekatnya jika mengalami frustasi. Mereka tidak suka
sendiri dan akan mati-matian mencari teman daripada duduk sendirian. Untuk
menenangkan kesepian, hanya untuk periode yang singkat, mereka menerima orang asing

4
sebagai teman mereka. Mereka seringkali mengeluh perasaan kekosongan dan kebosanan
yang kronis dan tidak memiliki rasa identitas yang konsisten, jika ditekan maka mereka
seringkali mengeluh betapa depresinya mereka. Penderita gangguan kepribadian ambang
memasukkan setiap orang dalam kategori baik atau jahat sehingga orang yang baik
diidealkan dan orang yang jahat direndahkan.

2.7 Diagnosis Gangguan Kepribadian Tipe Ambang 1,2

Diagnosis biasanya dibuat sebelum usia 40 tahun. Kriteria diagnostik gangguan


kepribadian ambang berdasarkan DSM-IV, yaitu pola pervasif ketidakstabilan hubungan
interpersonal, citra diri dan afek, serta impulsivitas yang jelas pada masa dewasa awal dan
ditemukan dalam berbagai konteks, sepertiyang ditunjukkan oleh 5 atau lebih berikut:

1) Usaha mati-matian untuk menghindari ketinggalan yang nyata atau khayalan. Catatan:
tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang ditemukan dalam kriteria 5
2) Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan
antara idealisasi ekstrem dan devaluasi
3) Gangguan identitas: citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara jelas
dan persisten
4) Impulsivitas pada sekurangnya dua bidang yang potensial membahayakan diri sendiri
(misalnya berbelanja, seks, penyalahgunaan zat, ngebut gila-gilaan, pesta makan).
Catatan: tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang ditemukan dalam
kriteria 5
5) Perilaku, isyarat atau ancaman bunuh diri yang berulang kali, atau perilaku mutilasi
diri
6) Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya, disforia
episodik kuat, iritabilitas atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan
jarang lebih dari beberapa hari)
7) Perasaan kekosongan yang kronis
8) Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam mengendalikan
kemarahan (misalnya sering menunjukkan temper, marah terus-menerus, perkelahian
fisik berulang kali)
9) Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stres, atau gejala disosiatif yang
parah

5
2.8 Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Tipe Ambang1,2,3

Perbedaan dari skizofrenia yaitu pada gangguan kepribadian ambang tidak ada
episode psikotik, gangguan pikiran atau tanda skizofrenia klasik lainnya yang
berkepanjangan namun dapat terjadi episode psikotik yang singkat, terbatas dan
meragukan yang disebut episode mikropsikotik.

2.9 Terapi Gangguan Kepribadian Tipe Ambang2,4

 Psikoterapi

Psikoterapi merupakan salah satu terapi untuk penderita gangguan kepribadian


ambang. Namun penderita dapat secara berganti-ganti mencintai dan membenci ahli
terapi dan orang lain di dalam lingkungannya akibat dari sikapnya yang mengelompokkan
orang ke dalam kategori baik dan jahat. Terapi perilaku digunakan untuk mengendalikan
impuls dan ledakan kemarahan serta untuk menurunkan kepekaan terhadap kritik dan
penolakan. Latihan keterampilan sosial, khusunya dengan video dapat membantu
penderita untuk melihat bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain dan untuk
meningkatkan hubungan interpersonal mereka.

Jenis – jenis psikoterapi :

1) Cognitive Behavioral Therapy (CBT): CBT dapat membantu orang dengan BPD
mengidentifikasi dan mengubah keyakinan dan / atau perilaku yang mendasari
persepsi tidak akurat dari diri mereka sendiri dan orang lain dan masalah berinteraksi
dengan orang lain inti. CBT dapat membantu mengurangi berbagai gejala mood dan
kecemasan dan mengurangi jumlah perilaku bunuh diri atau merugikan diri

2) Terapi Perilaku dialektis (DBT): Jenis terapi menggunakan konsep kesadaran, atau
menjadi sadar dan penuh perhatian dengan situasi saat ini dan suasana hati. DBT juga
mengajarkan keterampilan untuk mengontrol emosi yang intens, mengurangi perilaku
merusak diri sendiri, dan meningkatkan hubungan. DBT berbeda dari CBT dalam hal
mengintegrasikan elemen CBT tradisional dengan kesadaran, penerimaan, dan teknik
untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk mentolerir stres dan mengendalikan
emosinya. DBT mengakui ketegangan dialektis antara kebutuhan untuk penerimaan
dan kebutuhan untuk perubahan.

6
3) Terapi Skema-Terfokus: Jenis terapi memadukan unsur CBT dengan bentuk-bentuk
psikoterapi yang berfokus pada reframing skema, atau cara orang melihat diri mereka
sendiri. Pendekatan ini didasarkan pada gagasan bahwa BPD berasal dari
disfungsional citra diri-mungkin disebabkan oleh pengalaman-yang kecil negatif
mempengaruhi bagaimana orang bereaksi terhadap lingkungan mereka, berinteraksi
dengan orang lain, dan mengatasi masalah atau stres

4) Sistem Pelatihan untuk Prediktabilitas Emosional dan Pemecahan Masalah (Stepps)


adalah jenis terapi kelompok yang bertujuan untuk mendidik anggota keluarga, orang
lain yang signifikan, dan profesional perawatan kesehatan tentang BPD dan memberi
mereka panduan tentang bagaimana berinteraksi secara konsisten dengan orang
dengan gangguan tersebut menggunakan pendekatan Stepps dan terminologi. Stepps
dirancang untuk melengkapi perawatan lain pasien dapat menerima, seperti obat atau
psikoterapi individu.

 Farmakoterapi
Farmakoterapi seperti antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan kemarahan,
permusuhan dan episode psikotik singkat, antidepresan dapat memperbaiki mood
pada penderita gangguan kepribadian ambang yang sedang merasa depresi, inhibitor
monoamin oksidase (MAOI) efektif untuk memodulasi perilaku impulsif,
benzodiazepine khususnya alprazolam dapat membantu mengatasi kecemasan dan
depresi, antikonvulsan seperti carbamazepine dapat meningkatkan fungsi global pada
penderita dan dapat juga diberikan obat serotonergik.

2.10 Prognosis Gangguan Kepribadian Tipe Ambang

Penelitian menunjukkan gangguan kepribadian ambang tidak berkembang ke arah


skizofrenia tetapi penderita memiliki insidensi tinggi untuk mengalami episode gangguan
depresif berat.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan kepribadian ambang (boderline personality disorder) juga disebut dengan


skizofrenia ambulatorik, skizofrenia pseudoneurotik, kepribadian seolah-olah (as-if
personality) dan karakter psikotik. Penderita gangguan kepribadian ambang berada pada
perbatasan antara psikosis dan neurosis dan ditandai oleh mood, afek, perilaku dan citra diri
yang tidak stabil.

Gangguan kepribadian ambang (boderline personality disorder) ditandai oleh suatu


cakupan ciri perilaku, emosional, dan kepribadian. Gangguan ini mencakup suatu pola
pervasif dari ketidakstabilan dalam hubungan, self-image, dan mood, serta kurangnya kontrol
atas implus. Orang dengan gangguan kepribadian ambang cenderung tidak yakin akan
identitas pribadi mereka – nilai, tujuan, karier, dan bahkan mungkin orientasi seksual mereka

Tatalaksana terdiri dari 2 jenis, yaitu psikoterapi (terapi dengan prinsip menyadarkan
pasien mengenai dampak gangguan kepribadian yang ia derita) dan farmakoterapi
(penggunaan psikotropika yang bersifat pengobatan simptomatis).

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. 2013. Buku Ajar Psikiatri:
Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 343-358.

2. Sadock, B. J., & Sadock, V. A. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott
William&Wilkins

3. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III.
Jakarta
4. Antisocial Personality Disorder among Prison Inmates: The Mediating Role of
Schema-Focused Therapy. International Journal of Emergency Mental Health and
Human Resilience. 2015;17(1):327-332.

Anda mungkin juga menyukai