Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi
salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya
sebuah organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada
juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang
tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan
kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi
terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi
dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak
sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan
diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau
menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa
paling benar.
Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan
kerja. Memang banyak faktor lain yang menyebabkan anggota tidak
memperoleh kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan faktor
yang utama.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Dalam konteks yang lebih luas pengkajian tema budaya organisasi
ini harus senantiasa dikaitkan dengan aspek-aspek lainnya dari perilaku
organisasi yang menurut Sweeney & McFarlin (2002: 4) berkaitan dengan
bagaimana dan mengapa orang-orang bertindak, berpikir, dan merasa dalam
suatu organisasi.
Vietnam adalah bangsa yang berkembang dengan sejarahnya yang
panjang, maupun dengan keadaan ekonomi pertaniannya, dan ciri yang umum
di bidang kebudayaannya, kesadarannya, psikologinya dan peradaban yang
unik serta kaya, pemandangan yang spektakuler, orang yang berbudaya tinggi
dan ramah. Hal ini merupakan hasil dari proses sejarah yang panjang pada
saat kaum keluarga dan suku bersatu untuk mendirikan bangsa ini.
Kehidupan orang Vietnam berdasarkan pertanian yang tergantung
satu sama lain. Masyarakat Vietnam saling menghormati untuk menjaga
hubungan yang bagus dalam masyarakat. Hal ini akhirnya membentuk sebuah
budaya organisasi.
Untuk dapat lebih memperjelas pengertian mengenai konsep
budaya organisasi, maka kedua kata “budaya” dan “organisasi” akan penulis
paparkan dalam bagian berikut ini, yang kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan tentang dimensi-dimensi yang terkait dengan budaya organisasi,
dan sebagainya.

1.2. Metode Penulisan


Penulisan ini menggunakan studi kepustakaan (library research),
dengan merujuk kepada artikel, buku-buku, internet, dan berita-berita media
yang relevan. Dalam pengumpulan data-data tersebut penulis lebih mengacu
kepada data-data dari internet dan buku-buku, karena keterbatasan penulis
dalam mencari data-data yang original.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Budaya Organisasi


a) Budaya
Budaya adalah salah satu dasar dari asumsi untuk mempelajari dan
memecahkan suatu masalah yang ada didalam sebuah kelompok baik itu
masalah internal maupun eksternal yang sudah cukup baik dijadikan bahan
pertimbangan dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada anggota baru
sebagai jalan yang terbaik untuk berpikir dan merasakan didalam suatu
hubungan permasalahan tersebut.

b) Organisasi
Menurut Dimock, organisasi adalah perpaduan secara sistematis
daripada bagian-bagian yang saling berkaitan untuk membentuk suatu
kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan pengawasan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Herbert G Hicks, organisasi adalah proses yang terstruktur
dimana orang-orang berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut
Mc Farland, organisasi adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal
yang menyumbangkan usahanya terhadap tercapainya suatu tujuan.
Jadi, organisasi itu adalah sekumpulan orang yang terstruktur
secara sistematis yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.

c) Budaya Organisasi
Menurut Susanto, budaya organisasi adalah nilai-nilai yang
menjadi pedoman sember daya manusia untuk menghadapi permasalahan
eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga
masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan
bagaimana mereka harus bertingkah laku atau berprilaku.
Budaya organisasi memberikan ketegasan dan mencerminkan
spesifikasi suatu organisasi sehingga berbeda dengan organisasi lain. Budaya
organisasi melingkupi seluruh pola perilaku anggota organisasi dan menjadi
pegangan bagi setiap individu dalam berinteraksi, baik di dalam ruang
lingkup internal maupun ketika berinteraksi dengan lingkungan eksternal.
Oleh karena itu menurut Schein, secara komprehensif budaya
organisasi didefenisikan sebagai pola asumsi dasar bersama yang dipelajari
oleh kelompok dalam suatu organisasi sebagai alat untuk memecahkan
masalah terhadap penyesuaian faktor eksternal dan integrasi faktor internal,
dan telah terbukti sah, dan oleh karenanya diajarkan kepada para anggota
organisasi yang baru sebagai cara yang benar untuk mempersepsikan,
memikirkan dan merasakan dalam kaitannya dengan masalah-masalah yang
dihadapi. Hal ini cukup bernilai dan, oleh karenanya pantas diajarkan kepada
para anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir, dan
berperasaan dalam hubungannya dengan problem-problem tersebut (dalam
Hessel Nogi 2005:15)
Defenisi tersebut terlalu kompleks sehingga menurut Robbins,
budaya organisasi cukup didefenisikan sebagai sebuah persepsi umum yang
dipegang teguh oleh para anggota organisasi dan menjadi sebuah sistem yang
memiliki kebersamaan pengertian (dalam 2005:531).
Robbins (2002:279) juga menjelaskan bahwa budaya organisasi
menyangkut bagaimana para anggota melihat organisasi tersebut, bukan
menyangkut apakah para anggota organisasi menyukainya atau tidak, karena
para anggota menyerap budaya organisasi berdasarkan dari apa yang mereka
lihat atau dengar di dalam organisasi. Dan anggota organisasi cenderung
mempersepsikan sama tentang budaya dalam organisasi tersebut
meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda ataupun bekerja
pada tingkat-tingkat keahlian yang berlainan dalam organisasi tersebut.
Sehingga budaya organisasi dapat disimpulkan sebagai nilai-nilai
yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan
kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu organisasi.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu
yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang
telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah
diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya
sebuah organisasi: para pendirinya.
Dari pengertian budaya organisasi di atas, tampak bahwa budaya
organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan
meningkatkan efektifitas kinerja organisasi, khususnya kinerja manajemen
dan kinerja ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Peran budaya organisasi adalah sebagai alat untuk menentukan arah
organisasi, mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan, bagaimana mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber
daya organisasional, dan juga sebagai alat untuk menghadapi masalah dan
peluang dari lingkungan internal dan eksternal.
Menurut Schein budaya organisasi memiliki 3(tiga) tingkat yaitu:
(dalam Stonner 1996:183)

1. Artifak (artifact) adalah hal-hal yang ada bersama untuk menentukan


budaya dan mengungkapkan apa sebenarnya budaya itu kepada mereka
yang memperhatikan budaya. Artifak termasuk produk, jasa dan bahkan
pola tingkah laku dari anggota sebuah organisasi.
2. Nilai-nilai yang didukung (espoused values) adalah alasan yang diberikan
oleh sebuah organisasi untuk mendukung caranya melakukan sesuatu.
3. Asumsi dasar (basic assumption) adalah keyakinan yang dianggap sudah
ada oleh anggota suatu organisasi.Budaya menetapkan caa yang tepat
untuk melakukan sesuatu di sebuah organisasim seringkali lewat asumsi
yang diucapkan.
2.2. Budaya Organisasi Vietnam
Vietnam adalah bangsa yang berkembang dengan sejarahnya yang
panjang, maupun dengan keadaan ekonomi pertaniannya, dan ciri yang umum
di bidang kebudayaannya, kesadarannya, psikologinya dan peradaban yang
unik serta kaya, pemandangan yang spektakuler, orang yang berbudaya tinggi
dan ramah. Hal ini merupakan hasil dari proses sejarah yang panjang pada
saat kaum keluarga dan suku bersatu untuk mendirikan bangsa ini.
Kehidupan orang Vietnam berdasarkan pertanian yang tergantung
satu sama lain. Masyarakat Vietnam saling menghormati untuk menjaga
hubungan yang bagus dalam masyarakat. Hal ini akhirnya membentuk sebuah
budaya komunikasi.
Untuk orang Vietnam, budaya adalah sebuah sistem material
(jasmani) dan spiritual (rohani) nilai-nilai yang dibuat dan dikumpulkan lewat
proses kerja di dalam kehidupan. Budaya mempunyai dua karakteristik
fundamental (dasar), yaitu karakter sistematis dan karakter nilai.
Pertama, karakter sistematis membantu kita menemukan hubungan
yang sangat dekat di antara peristiwa dan aktivitas di dalam sebuah budaya.
Oleh karena karakter sistematis, budaya sebagai entitas mencakup semua
aktivitas di dalam masyarakat untuk memenuhi fungsi organisasi masyarakat.
Jadi, budaya dipertimbangkan sebagai dasar masyarakat.
Kedua, karakter nilai mempunyai dua nilai yaitu material (untuk
memenuhi permintaan material) dan spiritual (untuk memenuhi permintaan
spiritual). Nilai ini dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu nilai yang
abadi (long lasting value) dan nilai yang cepat pudar (non-lasting value).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Sejarah Budaya Organisasi Vietnam


Organisasi sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
organisasi ( uang, material, mesin, metode, lingkungan, sarana-parasarana,
data, dll ) secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Kerjasama dimaksud adalah kerjasama yang terarah pada
pencapaian tujuan. Kerjasama yang terarah tersebut dilakukan dengan
mengikuti pola interaksi antar setiap individu atau kelompok. Pola interaksi
tersebut diselaraskan dengan berbagai aturan, norma, keyakinan, nilai-nilai
tertentu sebagaimana ditetapkan oleh para pendiri organisasi itu. Keseluruhan
pola interaksi tersebut dalam waktu tertentu akan membentuk suatu kebiasaan
bersama atau membentuk budaya organisasi.
Menurut pendapat Tika ( 2006 : 1 ) Budaya Organisasi merupakan
bagian dari kurikulum Manajemen Sumber Daya manusia dan Teori
Organisasi. Budaya organisasi dalam MSDM, ditemukan saat mengkaji
aspek prilaku, sedangkan Budaya Organisasi dalam Teori organisasi,
ditemukan saat mengkaji aspek sekelompok individu yang berkerjasama
untuk mencapai tujuan, atau organisasi sebagai wadah tempat individu
bekerjasama secara rasional dan sistematis untuk mencapai tujuan.
Dalam pekembangannya, pertama kali Budaya Organisasi dikenal
di Amerika dan Eropa pada era 1970-an. Salah satu tokohnya : Edward H.
Shein seorang Profesor Manajemen dari Sloan School of Management,
Massachusetts Institute of Technology dan juga seorang Ketua kelompok
Studi Organisasi 1972-1981, serta Konsultan Budaya Organisasi pada
berbagai organisasi di Amerika dan Eropa. Salah satu karya ilmiahnya :
Organizational Culture and Leadership. Di Indonesia Budaya Organisasi
menurut Ndraha ( 1997 : 3) mengemukakan bahwa sejak tahun 80-an saat
sektor swasta berkesempatan mengembangkan usaha di bidang non-migas,
kebutuhan akan pembudayaan nilai-nilai baru tentang kewirausahaan dan
amanejemen. Alvin dan Heide Toffler menyebutnya ?wave?. Kemudian pada
tahun 90-an banyak dibicarakan tentang kebutuhan niali-nilai baru, konflik
budaya, dan bagaimana mempertahankan Budaya Indonesia serta
pembudayaan nilai-nilai baru.Bersamaan dengan itu para akademisi mulai
mengkajinya dan memasukkannya ke dalam kurikulum berbagai pendidikan
formal dan infomal.
Globalisasi telah memunculkan budaya baru, yaitu budaya
kompetisi, budaya persaingan, budaya cepat dan akurat, budaya teknologi
komunikasi. Setiap Negara berusaha untuk mengaksesnya dan berusaha
mencari keunggulan masing-masing agar menjadi pemenang dalam kancah
kompetisi tersebut. Setiap Negara berusaha dengan berbagai upaya dan
mengerahkan sumber dayanya agar eksis dalam bidang tertentu. Saat ini kita
mengenal adanya budaya jawa, sunda, betawi, dll. Hal itu sebagai akibat dari
adanya proses pewarisan atau proses dimana telah terjadi tranformasi budaya
dari maktu ke waktu dari satu generasi ke genarasi yang lain, baik disengaja
atau terprogram mauopun secara alamiah. Mugkin, tanpa disadari, kita sendiri
telah menjadi bahaguan dari proses tersebut, dan ini telah , sedang dan akan
terus terjadi, selama manusia masih memiliki rasa ego atau kebanggaan akan
jati dirinya. Saya bangga menjadi salah seorang putra daearah. Saya bangga
menjadi salah seorang putra Indonesia. Nampaknya secara formal, lembaga
pendidikan, telah menjelma menjadi mesin pengolah dan pendistribusi, dan
agen dari proses pewarisan budaya tertentu.
Budaya juga berfungsi sebagai mekanisme dalam beradaptasi
dengan berbagai perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar
organisasai. Proses adaptasi tersebut, dibutuhnya agar tidak terjadi konflik
antar budaya. Mekanisme adaptasi, menjadi cirri kedewasaan individu,
kelompok, organisasi bahkan masyarakat suatu Negara tertentu. Kepentingan-
kepentingan individu, golongan, bahkan dalam skala nasional, tidak
menjadikan egois menutup diri, terisolir dari kemajuan yang terjadi di
sekitarnya, justru mekanisme adaptasi yang berjalan dengan tepat dan ditak
akan merugikan dirinya dan juga orang lain.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, penulis
menyimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan salah satu asset atau
sumber daya organisasi yang menjadikan organisasi dinamis dengan
karakteristik fisik (observable) maupun non-fisik (unobservable) yang khas
berisi asumsi-asumsi, nilai-nilai, norma, komitmen dan kepercayaan,
bermanfaat untuk mendorong dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi publik maupun privat.
Kajian terhadap pengertian budaya organisasi juga mempertegas
dan memperjelas peran budaya organisasi sebagai alat untuk menentukan arah
organisasi, mengarahkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
bagaimana mengalokasikan dan memanage sumber daya organisasional (
SDM, Teknologi. Uang, Material, Informasi, Metode, dll ), dan juga sebagai
alat untuk menghadapi masalah dan peluang yang datang dari lingkungan
organisasi, terutama kekuatan ini bersumber dari nilai-nilai fundamental
organisasi, Martin, 1992 ( dalam Lako, 2004 : 31), berpendapt bahwa budaya
organisasi merupakan sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dan
karyawan; kemauan untuk menerima resiko; kebebasan atau minat karyawan
untuk memberi ide-ide baru; keterbukaan untuk melakukan komunikasi
secara bebas dan bertanggung jawab. Kajian terhadap pengertian budaya
organisasi tersebut, disimpulkan bahwa terdapat beberapa unsur atau elemen
budaya organisasi, sebagai berikut :
1. Lingkungan organisasi, meliputi : lingkungan intern ( SDM, Teknologi,
Peraturan-peraturan, Material, Strktur Organisasi, Tugas pokok dan
fungsi, dll).
2. Karakteristik Organisasi yang kelihatan dan yangtidak kelihatan.
3. Jaringan cultural : unsur ini secara informal dapat dikatakan sebagai
jaringan komunikasi dalam organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat
untuk menyebarkan nilai-nilai budaya organisasi.
4. Kepahlawanan : unsur ini sering dimanfaatkan untuk mengajak seluruh
karyawan untuk mengikuti nilai-nilai budaya organisasi yang dilakukan
oleh orang-orang tertentu yang ditunjuk sebagai tokoh.
5. Upacara/tatacara tertentu yang dilakukan secara rutin dalam rangka
mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai karakteristik
budaya organisasi.
Unsur unsur budaya organisasi tersebut berinteraksi satu sama lain,
saling mempengaruhi, saling menguatkan atau melemahkan tergantung dari
tingkat keselarasan diantara unsur-unsur tersebut. Namun secara bersama-
sama unsur-unsur tersebut membentuk corak budaya kerja suatu organisasi
baik di tingkat satuan kerja maupun di tingkat organisasi secara keseluruhan.

3.2. Budaya Organisasi Vietnam


Budaya organisasi penduduk desa Vietnam pada pokok-nya
tertutup. Struktur desa Vietnam dibentuk dengan banyak desa, dukuh dan
lorong kecil. Dalam organisasi desa ada banyak bentuk, seperti desa menurut
darah keluarga, marga, desa menurut cabang kejuruan, secara sukarela
membentuk desa menjasi gilda kerajinan. Dari generasi ke generasi, cara
hidup, konektivitas dalam aktivitas dan dalam produksi telah berangsur-
angsur membentuk semangat organisasi komunitas masyarakat di semua desa.
Arsitek Nguyen Hoai Viet, di desa Uoc Le, peluaran kota Hanoi
memberitahukan: “Semua desa di Vietnam biasanya mengorganisasi ruang
hidup sesuai dengan pekerjaan. Terhadap desa yang semata-mata melakukan
usaha tani, mayoritas-nya mengorganisasi ruang hidup dari jalan desa, dukuh
dan lorongnya..... semuanya langsung berhubungan dengan ladang dan sawah
untuk berproduksi secara kondusif. Bertolak dari fungsi itu, orang
mengorganisasi ruang hidup yang sesuai”.
Dengan ciri-ciri tersebut, organisasi cara hidup di desa Vietnam
selalu mengikuti prinsip yalah menghargai perasaan, hidup menetap, segan-
segan perpindah-pindah, mengambil marga, sanak keluarga, tetangga sesama
dukuh sebagai hubungan komunikasi dan cara fikir empiris menjadi umum.
Satu prinsip penting yang membentuk desa yang bersifat komunitas itu yalah
simbol-simbol tradisional dari desa, misalnya pohon beringin, dermaga
sungai dan balai desa. Hampir semua desa di Vietnam menghimpun ketiga
simbol ini. Bapak To Xuan Thang, kampung halaman di Khanh Van, satu
desa kuno di propinsi Ha Tay dulu (yang sekarang yalah daerah peluaran
kota Hanoi) mengerti jelas tentang sejarah dan ruang hidup dari desanya. Dia
memberitahukan:“Desa kami bernama Khanh Van. Khanh Van berarti
kumpulan awan yang indah. Mula-lumanya sebagai berikut konon, pada
sesuatu kali, Raja dinasti Le berjalan bersama pasukannya melewati desa, dia
melihat satu kumpulan awan indah yang membayangi pasukan itu, maka dia
memberi nama untuk desa yalah Khanh Van. Desa Khanh Van di tepi sungai
To Lich yang indah dan tenang tenteram, ruang desa cukup luas, warga desa
dari generasi ke generasi hidup berkaitan dengan lingkungan alam dan
kebiasaan hidup yang aman”.
Balai desa merupakan ruang sentral di desa-desa Vietnam. Semua
pekerjaan penting dari desa diadakan di balai desa, misal-nya mengadakan
pertemuan, memecahkan gugatan, menyambut tamu, pesta, kuliner,
kebudayaan, kesenian dan hiburan. Balai desa juga merupakan tempat
bertemu untuk kaum lansia, orang yang mempunyai kewibawaan di desa
untuk mengeluarkan semua keputusan penting untuk mempertahankan adat
budaya, ketertiban, kebiasaan dari seluruh desa.
Dalam masyarakat modern, struktur desa Vietnam sedikit-banyak
sudah mengalami perubahan. Namun, semua ciri yang baik yang terakumulasi
selama ribuan tahun ini dalam kebudayaan desa Vietnam masih ada, diwarisi
dan dikembangkan. Dalam hati setiap warga Vietnam, mereka semua
berkiblat ke desa dan komunitas-nya yang tercinta. Kemana saja dan dimana
saja, mereka juga menyimpan dalam hatinya semantat bersatu, saling
membantu dan semangat mendiri dan berdikari. Itu justru merupakan asal-
usul tradisi yang baik dari pedesaan dan bangsa Vietnam.
Budaya bisa digambarkan seperti sebuah kabel yang
menghubungkan orang satu sama lain. Hal ini dilakukan lewat bahasa.
Bahasa adalah salah satu sarana komunikasi dan budaya adalah isi bahasa
(menyampaikan nilai – nilai material dan spiritual kepada orang – orang).
Seperti yang tersebut di atas, orang Vietnam sangat menghormati hubungan
antara orang – orang di dalam masyarakat. Hal ini menyebabkan orang
Vietnam sangat menghormati komunikasi, dan oleh karena itu mereka
menyukai komunkasi. Untuk menjaga silaturahmi, orang Vietnam punya
kebiasaan mengunjungi satu sama lain. Ini dapat dilihat pada masing –
masing masyarakat di bangsa ini.
Walaupun setiap hari mereka saling bertemu tetapi kalau mereka
mempunyai waktu luang, mereka selalu ingin bertemu dan saling
mengunjungi. Kunjungan mungkin tidak berarti untuk bekerja (kepentingan
bisnis) tetapi ini hanya untuk menunjukkan perasaan kedekatan untuk
mempererat hubungan. Bagi objek komunikasi, orang Vietnam mempunyai
keramah – tamahan dalam komunikasi. Ini juga bisa dilihat pada bagaimana
cara mereka menerima tamu. Misalnya, ketika mereka dikunjungi, walaupun
mereka miskin, mereka akan menjamu tamu dengan sebaik mungkin. Sikap
ini kuat sekali terutama di desa- desa. Meskipun suka berkomunikasi, orang
Vietnam sangat malu untuk memulai komunikasi dengan orang lain.
Biasanya, ketika pertama kali bertemu dengan orang lain yang belum dikenal,
orang Vietnam ragu – ragu untuk memulai komunikasi, bahkan takut! Hal ini
akan sedikit teratasi kalau komunikasi sudah dimulai, atau mereka sudah
merasa dekat dengan orang itu.
Budaya petani menyebabkan perlakuan orang Vietnam terhadap
orang lain sangat dipengaruhi oleh perasaan. Ketika orang saling mencintai
atau menyukai, mereka cenderung memaafkan kesalahan orang lain,
meskipun kesalahan itu sangat besar. Perasaan lebih bernilai daripada
rasionalitas (menghargai perasaan jauh lebih penting daripada yang lain).
Siapa pun yang membantu mereka akan dipanggil “guru”. Panggilan ini
mengingatkan mereka pada bantuan dari orang lain. Ada banyak “guru” di
dalam kehidupan mereka, misalnya dokter, guru di sekolah, dukun,
pengacara.
Dengan obyek komunikasi, orang Vietnam mempunyai kebiasaan
suka mencari informasi dari orang lain untuk menilai orang lain. Dalam
komunikasi, pertanyaan tentang umur, kelahiran, pendidikan, pekerjaan,
status sosial, keluarga (orang tua, sanak keluarga, status perkawinan, berapa
jumlah anak) sangat sering ditanyakan. Hal tersebut kelihatannya
memperlihatkan bahwa orang Vietnam terlalu ingin tahu (curious), bahkan
aneh untuk orang asing. Tetapi, karakteristik ini adalah hasil yang lahir dari
semangat masyarakat. Di dalam masyarakat, orang Vietnam bertanggung
jawab merawat orang lain. Untuk dapat bersikap kepada orang lain sebaik –
baiknya, mereka ingin tahu dan mengerti keadaan orang lain. Orang Vietnam
memilih panggilan yang cocok (Mis: paman, bibi, bapak, mas, mbak, kakak,
ibu…) tergantung pada pengetahuan tentang orang tersebut.
Semangat masyarakat menyebabkan orang Vietnam sangat
menghargai kehormatan (kehormatan lebih baik daripada pakaian yang
bagus!) Gejala ini bisa dilihat di mana – mana di Vietnam. Oleh karena itu,
orang Vietnam selalu berusaha meningkatkan status sosial mereka sendiri:
makin “tinggi” makin “bergengsi”.
Pada umumnya, orang Vietnam tidak bertanya atau berbicara
langsung tentang hal yang ingin mereka ketahui, tetapi berbicara tentang hal
lain sebelumnya. Takut (afraid) menyakiti hati orang lain adalah salah satu
alasannya. Pembicaraan biasanya dimulai dengan basa – basi. Teh, rokok atau
sirih biasanya dikonsumsi sebelum pembicaraan di desa-desa, bahkan di
dalam pertemuan resmi (Kadang-kadang ini dipikirkan sebagai pemanasan
sebelum acara pokok. Dengan cara komunikasi ini, orang Vietnam
mempunyai kebiasaan berhati – hati ketika berbicara, sehingga tidak selalu
bisa memutuskan dengan cepat. Biasanya, untuk menghindari pembuatan
keputusan mereka hanya tersenyum. Senyuman adalah salah satu unsur yang
sangat penting dalam berkomunikasi (Ini mungkin gejala yang sama dan
yang populer di masyarakat Asia).
Sopan santun berbicara dalam situasi formal sangat bermacam –
macam juga. Dalam beberapa kasus tidak ada ucapan “ terima kasih” atau “
maaf”, tetapi hal ini diucapkan berdasarkan situasi tertentu. Masing – masing
situasi, ada cara bagaimana mengucapkannya berdasarkan perasaan mereka.
Milsanya, ketika anak kecil diberi hadiah dari orang tua, selain langsung
mengucapkan “terima kasih”, dia bisa berkata “ Bapak (atau paman), Anda
baik sekali kepada saya!”. Ekspresi tersebut berarti “ menerima hadiah” itu.
Interaksi dan komunikasi di masyarakat Vietnam sangat
berdasarkan budaya dan kebiasaan. Mungkin, kehidupan masyarakat dan
ekonomi pertanian membuat orang – orang saling tergantung. Dengan
demikian, orang harus saling menghormati dan saling membantu. Ini bisa
dilihat di negara – negara yang menganut sistem agraris, khususnya di Asia.
Akan tetapi, hal ini juga menjadi halangan dalam menjalin hubungan dengan
masyarakat lain karena masing-masing masyarakat mempunyai kebiasaan
yang berbeda. Orang – orang berusaha mengembangkan masyarakat mereka
sendiri supaya lebih baik daripada masyarakat lainnya. Semua ini merupakan
konsekuensi dari semangat masyarakat pertanian.
BAB IV
KESIMPULAN

Setiap organisasi mempunyai budaya yang berbeda-beda. Tidak aka nada


dua organisasi yang mempunyai budaya yang sama persis. Ini biasanya sangat
berpengaruh pada siapa pendirinya. Contohnya Negara Vietnam. Budaya
organisasi penduduk desa Vietnam pada pokok-nya tertutup. Struktur desa
Vietnam dibentuk dengan banyak desa, dukuh dan lorong kecil. Dalam organisasi
desa ada banyak bentuk, seperti desa menurut darah keluarga, marga, desa
menurut cabang kejuruan, secara sukarela membentuk desa menjasi gilda
kerajinan. Dari generasi ke generasi, cara hidup, konektivitas dalam aktivitas dan
dalam produksi telah berangsur-angsur membentuk semangat organisasi
komunitas masyarakat di semua desa.
Dengan ciri-ciri tersebut, organisasi cara hidup di desa Vietnam selalu
mengikuti prinsip yalah menghargai perasaan, hidup menetap, segan-segan
perpindah-pindah, mengambil marga, sanak keluarga, tetangga sesama dukuh
sebagai hubungan komunikasi dan cara fikir empiris menjadi umum. Satu prinsip
penting yang membentuk desa yang bersifat komunitas itu yalah simbol-simbol
tradisional dari desa, misalnya pohon beringin, dermaga sungai dan balai desa.
DAFTAR PUSTAKA

http://milikyusry.blogspot.co.id/2013/04/makalah-budaya-organisasi.html diakses
pada tanggal 11 Desember 2017

http://www.wisma-bahasa.com/budaya-komunikasi-dalam-masyarakat-vietnam/
diakses pada tanggal 11 Desember 2017

http://vovworld.vn/id-ID/kisahkisah-dari-desa/struktur-dan-organisasi-ruang-
hidup-dari-desa-vietnam-506483.vov diakses pada tanggal 11 Desember
2017

http://sibage.blogspot.co.id/2013/04/makalah-kajian-terhadap-konsep-
budaya.html diakses pada tanggal 11 Desember 2017

http://sheteeballack13.blogspot.co.id/2016/05/makalah-budaya-organisasi.html
diakses pada tanggal 11 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai