LANDASAN TEORI
Satu hal yang perlu diperhatikan bagi pangguna analisa ini, bahwa analisa
SWOT semata-mata hanya digunakan sebagai suatu analisa saja, yang ditujukan
untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi sebuah perusahaan atau
oraganisasi. Analisis SWOT bukan sebuah alat yang mampu memberikan jalan keluar
dari permasalahan yang sedang dihadapi.
1. Kuadran I :
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan tersebut, memiliki
peluang dan kekuatan sehinga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif ( Growth Oriented Strategi ).
2. Kuadran II :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi di
versifikasi ( produk atau pasar ).
3. Kuadran III :
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi dilain pihak, ia
menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kondisi bisnis pada
kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik.
4. Kuadran IV :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
1. Men
2. Money
3. Materials
4. Machines, and
5. Methods
1. Men
2. Facilities
3. Method
1. Man
merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada
dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul
karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2. Money atau Uang
merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan
dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena
itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena
segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan
dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja,
alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai
dari suatu organisasi.
3. Material
terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam
dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli
dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai
salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4. Methode
Adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan
maneje. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan
kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu serta
uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat, meskipun metode baik, sedangkan
orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman, maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian,
peranan utama dalam manajemen tetap manusianya
3.3 Depresi
Definisi Depresi
Menurut gejalanya
Depresi neurotic
Depresi psikotik
Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang
berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.
Berduka
Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap suatu
kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu menerima
kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa, menderita
putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian kembali.
Depresi pascalahir
Faktor Pencetus
Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam
perasaan (Sundeen,Stuart,1998:260):
Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri.
Karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan,
maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting.
Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah
yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi
perkembangan depresi, terutama pada wanita.
Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai
penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan
metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.
Gambaran Klinis
Perubahan Fisik
Penurunan nafsu makan.
Gangguan tidur.
Kelelahan dan kurang energy
Agitasi.
Nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, tanpa penyebab fisik.
Perubahan Pikiran
Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit
mengungat informasi.
Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.
Kurang percaya diri.
Merasa bersalah dan tidak mau dikritik.
Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi.
Adanya pikiran untuk bunuh diri.
Perubahan Perasaan
Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan
hubungan suami istri.
Merasa bersalah, tak berdaya.
Tidak adanya perasaan.
Merasa sedih.
Sering menangis tanpa alas an yang jelas.
Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.
Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III
(Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD 10
(International Classification Diagnostic10).Gangguan depresi dibedakan dalam
depresi berat, sedang, dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta
dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang (Maslim,2000).
Gejala Utama :
• Perasaan depresif
• Hilangnya minat dan semangat
• Mudah lelah dan tenaga hilang
Gejala Lain
Ian Mitroff (1994) ia membagi manajemen krisis ke lima tahapan: (1) Deteksi
sinyal: krisis baru tanda peringatan harus diidentifikasi dan ditindaklanjuti untuk
mencegah krisis, (2) Menyelidiki dan pencegahan: anggota organisasi mencari tau
faktor resiko krisis dan bekerja untuk mengurangi potensi bahaya, (3) penahan
kerusakan: anggota organisasi mencoba untuk mencegah kerusakan menyebar ke
bagian organisasi yang tidak terkontaminasi atau lingkungannya, (4) Pemulihan:
anggota organisasi kembali bekerja normal ke bisnis yang dijalankan sesegera
mungkin, dan (5) Belajar: anggota oraganisasi mengulas dan mengkritik upaya keluar
dari manajemen krisis dan menjadikan ingatan untuk organisasi. Model Mitroff
menengkankan bagaimana tim manajemen krisis dapat memefasilitasi pemulihan
sementara model Finn (1986) memulihkan dokumen dengan berbagai kecepatan.
Mitroff (1994) fokus pada manajemen krisis dari pada hanya mendeskripsikan
krisis. Model Fink hanya memecatat bahwa tahap resolusi terjadi ketika krisis tidak
lagi menjadi perhatian. Untuk Fink, penghentian manandai akhir krisis fungsi
manajemen. Sebaliknya, model Mitroff menganggap siklus merupakan awal yang
baru untuk memulai. Karena, upaya pengelolaan krisis ditinjau dan di kritik dalam
rangka untuk menentukan cara untuk meningkatkan sistem.
Model Richardson (1994) dibagi menjadi tiga, (1) fase sebelum krisis atau
pra bencana, dimana tanda peringatan mucul dan orang – orang mencoba untuk
menghilangkan resiko. (2) dampak krisis atau fase penyelamatan, dimana krisis hits
dan dukungan yang tersedia bagi mereka yang terlibat di dalamnya, dan (3)
pemulihan atau fase kematian, dimana kepercayaan para stakeholders dipulihkan.
Berikut ada tiga tahap makro: sebelum krisis, krisis, pasca krisis. Istilah makro berarti
bahwa setiap tahap mengandung sejumlah lebih spesifik tahap sub tingkatan mikro.
Karakteristik Krisis
G. Harrison (2005) dan White & Mazur (1995) menyimpulakan bahwa krisis
secara umum dapat disebebkan oleh dua sumber, yaitu dari dalam dan dari luar
organisasi. Sumber krisis dari dalam organisasi antara lain: manusia, manajemen, dan
teknologi. Sumber dari luar, yaitu peraturan – peraturan pemerintah, bencana alam,
dan kerusakanyang dilakukan orang lain (malevolent).
a. Krisis teknologi.
Krisis yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan teknologi tertentu
dalam oprasional organisasi. Contoh: kasus ledakan nuklir Chernobyl di
Rusia, kesalahan pengeboran yang diduga menyebabkan lumpur meluap di
Sidoarjo Krisis Lumpu Lapindo, 2006 sampai sekarang, menewaskan 14
orang dan membuar 60 ribu orang kehilangan rumah dan desanya, bocornya
kilang kimia di Bhopal India yang menewaskan ribuan orang pada 1980-an
atau tumpahnya minyak dari tangker milik Exxon Valdez yang mencemari
Alaska pada 1989. Peluncuran roket milik Korea Utara pada April 2012
menimbulkan krisis antara Korea Utara dan beberpa negara tetangga adalah
krisis yang disebabkan oleh penggunaan teknologi roket yang dituduh oleh
negara – negara Barat membawa nuklir yang dilarang oleh PBB (meski
tuduhan ini tidak terbukti).
b. Krisis konfrontasi.
Relasi yang baru antara organisasi dan publik dapat merangsang
terjadinya konfrontasi, yang akhirnya memicu krisis. Ini terjadi bila publik
mengekspresikan kemarahanya (public outrage) karena ketidakpuasaanya
terhadap operasi sehari – hari organisasi. Demonstrasi besar – besaran
menentang kenaikan bahan bakar minyak di tahun 2012 adalah krisis akibat
tindakan pemerintah yang menaikan BBM.
c. Krisis malevolence.
Terjadi bila seseorang atau sekelompok mempunyai keinginan untuk
menjatuhkan atau membahayakan organisasi, seperti sabotase atau teroris
yang mengebom area bisnis dan menggangu aktivitas organisasi. Bom Bali,
tahun 2002 yang menewaskan 202 orang adalah contoh krisis yang
diakibatkan ulah manusia yang merusak.
d. Krisis manajemen.
Terjadi karena kelompok manajemen gagal melaksanakan tanggung
jawabnya. Sebagai contoh: korupsi yang dilakukan manajemen, seseorang
manajer bank yang kalah dalam permainan valas, pergantian manajemen, take
over (akusisi). Kasus – kasus korupsi wisma atlet dan proses pemilihan ketua
partai yang melibatkan para petinggi Partai Demokrat pada 2011-2012 adalah
krisis yang bersumber pada perilaku manajemen partai.
f. Krisis produk.
Secara umum krisis berkembang melalui tiga tahap (Jacques, 2007). Tahapan
tersebut adalah:
3. Pascakrisis (post-crisis)
Terjadi ketika sudah terakumulasi dan organisasi berupaya
memp[ertahankan citranya atau kehilangan citra tersebut. Masa ini
organisasi berupaya untuk memperbaiki segala akibat yang ditimbulkan
krisis (recovery). Berbagai upaya dimasa ini yang menentukan citra
organisasi, memnentukan manajemen mengatasi krisis. Jika gagal,
kemungkinan terburuk adalah kebangkrutan. Jika manajemen dapat
mengendalikan krisis, misalnya para korban mendapat santuan, produk
ditarik kembali, penyebab sudah diketahui, maka fase ini juga dapat
digunakan untuk refleksi diri agar situasi yang sam tidak terulang.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. A., & Wilkinson, G. (1988). Advanced inorganic chemistry (Vol. 594, p.
1962). New York: Wiley.
Sadock, B. J. (2010). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.