Metabolit Sekunder
Metabolit Sekunder
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan adalah metabolit
sekunder. Metabolit sekunder merupakan hasil metabolisme yang dikeluarkan
tanaman, metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang
tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari
organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki
berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai
aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri,
antioksidan dan antifungi.
B. Rumusan Masalah
A. PENGERTIAN
B. KLASIFIKASI
B. 1. Alkaloid
B. 2. Flavonoid (Fenolik)
1.Fenol Monovalent
Suatu senyawa fenol yang jika satu atom H pasa inti aromatic diganti oleh
1gugus OH.
2.Fenol Divalent
Suatu senyawa fenol yang jika dua atom H pada inti aromatic diganti oleh
2gugus OH dan merupakan fenol bermartabat dua.
3.Fenol Trivalent
Suatu senyawa fenol yang jika tiga atom H pada inti aromatok diganti oleh
3gugus OH.
B. 3. Terpenoid
3.1. Steroid
C. KEGUNAAN
D. METODE PEMISAHAN
1. Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari
campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
2. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling
bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat
Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan
pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga
terjadi distribusi sampel di antara kedua pelarut tersebut. Pendistribusian sampel
dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD/koefisien
distribusi (Faradillah:2011)
D.1.1.1 Maserasi
a) Pengertian Maserasi
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
b) Prinsip Maserasi
(a) (b)
1. Digesti
d) Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka
perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap
kembali ke dalam bejana.
3. Remaserasi
4. Maserasi Melingkar
1.1.1.2 Perkolasi
a) Pengertian Perkolasi
b) Prinsip Perkolasi
Percolator dilengkapi dengan tutup dari karet atau bahan lain, yang
berfungsi untuk mencegah penguapan. Tutup karet dilengkapi dengan lubang
bertutup yang dapat dibuka atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa
percolator sering dilengkapi dengan botol yang berisi cairan penyari yang
dihubungkan ke percolator melalui pipa yang dilengkapi dengan keran. Aliran
percolator diatur oleh keran. Pada bagian bawah, pada leher percolator tepat di
atas keran diberi kapas yang di atur di atas sarangan yang dibuat dari porselin atau
di atas gabus bertoreh yang telah dibalut kertas tapis
Reperkolasi
Perkolasi bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar
yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia,
maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai
pelarutan zat aktifnya. Proses penyarian tersebut akan menghasilkan perkolat yang
pekat pada tetesan pertama dan tetesan terakhir akan diperoleh perkolat yang
encer. Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dilakukan cara perkolasi
bertingkat.serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna, sebelum dibuang, disari
dengan penyari yang baru, diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari
sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru, disari dengan perkolat yang
hampir jenuh dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jenuh. Perkolat
dipisahkan dan dipekatkan.
D.1.2.1 Refluks
a) Pengertian Refluks
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
D.1.2.2 Soxhletasi
a) Pengertian Soxhletasi
Kelebihan:
a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.
Kekurangan:
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air adalah metode pemisahan
yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan
pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform.
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam
kedua fase pelarut.
Pembagian solut antara dua cairan yang tak saling campur memberikan
banyak kemungkinan yang menarik bagi pemisahan-pemisahan analitik juga
untuk keadaan yang tujuan utamanya bukanlah analitik melainkan preparatif,
maka ekstraksi solven dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang
memberikan hasil murni di dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia.
Bila senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya
akan lengkap. Namun, nyatanya, banyak senyawa organik, khususnya asam dan
basa organik dalam derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini merupakan
masalah dalam ekstraksi. Untuk memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala
pelarutan ini, disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang. Anggap anda
diizinkan untuk menggunakan sejumlah tertentu pelarut. Daripada anda
menggunakan keseluruhan pelarut itu untuk satu kali ekstraksi, lebih baik Anda
menggunakan sebagian-sebagian pelarut untuk beberapa kali ekstraksi. Kemudian
akhirnya menggabungkan bagian-bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa
akan terekstraksi dengan lebih baik (Yashito takeuchi, 2006).
E.1 Alkaloid
a. Sifat Fisika
b. Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bahan dari sistem siklik. Alkaloid
juga dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfomolibdat, asam pikrat,
kalium merkurioksida.
E.2 Flavonoid
Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah
pelarutpada suhu tertentu samapi membentuk larutan jenuh (Sastrohamidjojo,
1996).
2.1. Steroid
Adapun sifat fisika yang dimaksud adalah: (1) tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organic misalnya
eter, aseton, kloroform, benzena, yang sering juga disebut ”pelarut lemak”;
(2) ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya; (3) mempunyai
kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup (Poedjiadi, 1994).
F. JALUR BIOSINTESIS
Akhyar.2010. Uji Daya Hambat dan Analisis Klt Bioautografi Ekstrak Akar dan
Buah Bakau (rhizophora stylosa griff.) terhadap vibrio harveyi. Makassar:
Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)
Jilid I ,Jakarta: Penebar Swadaya.
Harborne, J.B., 1987. Phitochemical Method. Chapman and Hall ltd. London.
Campman and Hall 29 West 35th Street, New York.
Irawan, Bambang. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan
Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. Semarang: Universitas
Negeri Gorontalo
Muhiedin, Fuad. 2008. Efisiensi Proses Ekstraksi Oleoresin Lada Hitam dengan
Metode Ekstraksi Multi Tahap. Malang: Universitas Brawijaya.
Sastrohamidjojo, H., 1996. Sintesis Bahan Alam. Gadjah Mada university Press.
Yogyakarta.
Yashito takeuchi, 2006. Buku Teks Pengantar Kimia Diterjemahkan dari Versi
Bahasa Inggrisnya oleh Ismunandar. Iwanani shoten: Tokyo