Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR RESIKO SEMASA KANAKKANAK DAN REMAJA

A. Kesehatan dan Faktor Resiko Semasa Kanak-Kanak

Pengetahuan mengenai konsep kesehatan dan kesakitan pertam-tama

penting bagi anak sendiri, yaitu menerangkan kesehatan dan kesakitan

kepada mereka. Seperti yang dikatakan Eiser (1988), hal ini terutama

penting untuk pendidikan kesehatan umum, kesakitan yang akut,opname

di rumah sakit, dan penyakit kronis.

a. Menurut Eiser, semua anak perlu mengembangkan sikap-sikap positif

terhadap perawatan diri sendiri dan perilaku kesehatan mereka saat

itu, tetapi juga karena sikap-sikap ini berkaitan dengan keyakinan

kesehatan positif pada kaum dewasa. Misalnya, diet lemak, tidak

hanya berkaitan dengan kegemukan (obesity) semasa kanak-kanak,

tetapi juga menambah resiko terkena penyakit-penyakit

kardiovaskuler.

b. Episode-episode kesakitan yang akut dan opname di rumah sakit

dapat member stress bagi anak dan kadang-kadang menimbulkan

akibat-akibat yang merugikan dalam kurun waktu lama. Diakui

bahwa anak-anak berhak mendapat, dan beruntung dari keterangan

tentang kesakitan dan prosedur-prosedur medis. Contohnya, anak

yang telah mendapat informasi – sesuai dengan tingkat kognitif

mereka – tentang apa yang akan terjadi di rumah sakit, biasanya

kurang menderita.
c. Anak-anak dengan penyakit kronis mempunyai persamaan bahwa

tidak ada obat yang dapat diperoleh , dan bahwa penyakit-penyakit

itu mempengaruhi anak selama paling singkat 3 bulan, seringkali

selama hidup. Para orang tua dan anak biasanya didorong agar

menjadi bertanggung jawab atas banyak segi perawatan medis. Hal

ini mencakup pengobatan diri, perhatian padadiet dan latihan.

Contohnya, parapenderita diabetes, perlu belajar bagaimana mengetes

tingkat glukosa darah.menyuntikkan insulin diri sendiri, mengatur

dosis bergantung pada kondisi kesehatan, makan makanan yang

cocok, dan melakukan perawatan ritun yang khusus untukmencegah

komplikasi-komplikasi.

d. Sedikit pengetahuan perlu agar anak dapat memikul tingkat tanggung

jawab sendiri (Eiser,1990).

e. Burbach dan Peterson (1986) menambahkan argument lainnya.

Mereka menyatakan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan mengenai

konsep kesakitan anak memperbaiki komunikasi antara pakar

kesehatan dengan anak mengenai pencegahan dan pengobatan

kesakitan. Lagi pula, komunikasi yang diperbaiki membuahkan

intervensi yang lebih efektif pada kesehatan anak.

f. Mereka percaya bahwa konsep anak tentang kesakitan mungkin

mempengaruhi serangan, jalan, dan ‘prognosis’ kesakitan pada anak-

anak. misalnya selama tahap awal perkembangan kognitif, anak-anak

mungkin yakin bahwa “hanya orang-orang jahat yang jatuh sakit”.


g. Lebih lanjut, pemahaman yang lebih baik tentang konsep anak-anak

tentang kesakitan dan personil medis, membantu para tenaga

kesehatan mengurangi kecemasan dan meningkatkan ketaatan pada

aturan medis (regiment compliance).

Khusus bagi anak-anak yang sakit kronis dan/atau dirawat di

rumah sakit lebih banyak pengetahuan tentang konsep, sikap dan

keyakinan mereka itu penting. Konsep-konsep mereka yang salah tentang

proses penyakit dan efek pada badan, mungkin mengurangi keinginan

mereka untuk menerima pengobatan yang diharuskan. Informasi yang

lebih banyak dan lebih baik,seharusnya mengacu kepersiapan yang lebih

baik bagi anak muda yang sakit. (Eiser, 1985).

1. Pengetahuan Tentang Badan (Body Knowledge)

Melukiskan perubahan-perubahan kognitif anak-anak dalam proses

memahami badan, pengetahuan dansikap-sikap terhadap badan, hal ini

penting dengan berbagai macam alasan (Glaun dan

Rosenthal,1987:Eiser,1985):

a. Pendidikan kesehatan yang efektif tergantung pada pengetahuan anatomi

dan fisiologi secara tepat.

b. Komunikasi dengan anak-anak yang menderita sakit kronis : keterangan-

keterangan tentang penyakit , pengobatannya dan konsekuensi-

konsekuensinya seharusnya tidak hanya berwujud versi-versi buku-buku

medis melainkan dibuat cocok dengan status kognitif.


Tidak mengherankan bahwa pengetahuan tentang badan bertambah

bersama umur, tetapi tantangan yang sesungguhnya ialah menerangkan

mengapa pengetahuan anak itu maju dengan urutan yang dapat diramalkan

(Glaun dan Rosenthal,1987) atau bagaimana pengetahuan semacam itu

diperoleh (Eiser, 1985).

Cridder, pada tahun 1981 berhipotesis bahwa pengetahuan anak

tentang badan itu bertambah lewat urut-urutan sistematis dan dapat

diramalkan,mengikuti tahap-tahap Piaget. Penelitian lainnya sepertinya

menegaskan kerangka ini dan mengemukakan bahwa urutan tertentu

dalam memperoleh pengetahuan mungkin paling baik dapatdipahami

dalam kerangka teori perkembangan Piaget (Glaun dan Rosenthal, 1987).

Namun, rangka konseptual ini jugadikritik (Eiser, 1985). Galun

dan Rosenthal sudah melihat kelemahan-kelemahan metodologis yang

disebabkan adanya kepercayaan yang berlebihan atas menggambar sebagai

sarana untuk mendapatkan informasi dari anak-anak. Mereka

menambahkan wawancara untuk memperoleh keterangan anak tentang

persepsi badannya. eiser (1985 )masih menandaskan bahwa metoseini

mungkin menutupi konsep-konsep yang salah mengenai badan.

2. Konsep-Konsep Penyakit dan Kesakitan

Pada masa silam, perhatian lebih banyak diberikan kepada segi-

segi psikodinamis kesakitan anak-anak.penelitian psikodinamis


memusatkan pada pengaruh intrapsikis kesakitan (Burbach dan Peterson,

1986).contohnya, hubungan antara opname di rumah sakit dan kecemasan

akan perpisahan (separation anxiety).

Pendekatan-pendekatan sosiologis memusatkan pada factor-faktor

social dan budaya, dan menekankan pengaruh kuat proses sosialisasi

umum pada keyakinan kesehatan anak dan perilaku peran sakit (sick-role

behavior). Campbell, seorang pendukung pendekatan ini, menekankan

hubungan penting antara cirri-ciri status sosial orangtua dengan orientasi-

oerientasi kesehatan anak dan perilaku berikutnya (Campbell, 1978).

Bagaimana penyakit kronis bisa mempengaruhi konsep tentang

kesehatan dan kesakitan? Dua ramalan teoritis yang berlawanan tentang

cara-cara konseptualisasi anak tentang kesehatan dipengaruhi oleh

kesakitan yang kronis. Para pekerja yang menerima posisi Piaget,

meramalkan bahwa anak-anak yang sakit kronis akan berpengetahuan

lebih banyak tentang kesehatan dan hal-hal yang terkait dari pada anak-

anak yang sehat. Suatuposisi alternative ialah bahwa “…the experience of

illness has such overwhelming emotional commitants that the level of

conceptualization with respectto the illness is inhibited or

regressed..”(Eiser, 1985 ; Eiser,dkk,1983). Data-data dari Eiser dkk (1983)

menyarankan bahwa keyakinan yang umum tentang konsep-konsep yang

berkaitan dengan kesakitan, aiantara anak-anak tidak pengaruhi oleh status

kesehatan seseorang.
Menurut Eiser, Patterson dan Tripp (1984) sebagian besat

penelitian ini tidak membandingkan antara anak yang sehat dengan anak

yang sakit, sehingga kesimpulan-kesimpulan dari penelitian tersebut

terbatas. Untuk mengatasi problema ini mereka membandingkan anak-

anak diabetes dengan kelompok anak sehat. Mereka menyimpulkan bahwa

penyakit kurang mempengaruhi (secara langsung) konsep-konsep anak

tentang penyakit; pengetahuan tentang beberapa segi penyakit tergantung

baik pada umur anak maupun pada penyakit.

B. FAKTOR RISIKO SEMASA KANAK-KANAK DAN REMAJA

1. Kesehatan dan Faktor Risiko Semasa Kanak-kanak

Pada umumnya ada tiga bagian besar yang menyediakan factor

risiko untuk kesehatan anak, yaitu : (a) lingkungan kebudayaan dan fisik,

(b) keluarga, dan (c) kepribadian.

Faktor risiko dari lingkungan

a. Malnutrisi : malnutrisi masih merupakan problem yang serius di

seluruh dunia dan di Indonesia. Malnutrisi mengacu pada kelebihan

berat badan maupun kekurangan berat badan.

b. Kemiskinan di daerah perkotaan : kemiskinan di daerah perkotaan

merpakan karakteristik dari kehidupan di kota besar yang ditandai

oleh sedikitnya dukungan, sedikit keselamatan,tidak adanya ruang

sehingga terlalu sesak, tidak adanaya kebebasan pribadi,

ketidakpastian dalm masalah ekonomi, yang akhirnya mungkin

menimbulkan risiko kesehatan bagi seluruh keluarga.


c. Kecelakaan lalu lintas : penyebab utama kematian anak dan remaja

adalah kecelakaan lalu lintas; kerusakan yang ditimbulkan oleh

kecelakaan telah mencapai proporsi yang

mengejutkann(Hurrelmen,1989)

d. Bahaya lingkungan dan stress : seperti polusi, tingkat keramaian

yang tinggi, migrasi, dll

e. Factor-faktor sekolah : studi-studi menunjukan bahwa sekolah-

sekolah berbeda dalam kapasitas mereka untuk meningkatkan dan

menghambat perkembangan psikososial yang sehat (Graham, 1989).

f. Opname di rumah sakit : bagi orang-orang opname di rumah sakit

itu biasanya sesuatu hal yang tidak menyenangkan. Orang-orang tidak

memilih masuk rumah sakit, hanya jika mereka terpakasa atas dasar

alasan-alasan medis.

Keluarga

a. Hubungan keluarga yang tidak harmonis : pertengkaran dan

ketegangan dalam keluarga, mungkin merupakan sumber stress yang

umum bagi anak-anak dalam Negara-negara maju (Graham, 1989;

Hurrelman, 1989).

b. Perpecahan dalam keluarga : perceraian orang tua, kematian,

perselisihan, ketidak harmonisan, dll merupakan salah satu factor

risiko yang mempengaruhi perkembangan anak. Ditemukan bukti


bahwa gangguan emosi cenderung memburuk dengan segera setelah

terjadi perceraian.

c. Kesakitan fisik pada orang tua : pada waktu salah satu atau kedua

orang ttua menderita penyakit yang kronis, hal ini secara menyolok

akan mempengaruhi tingkat ekonomi keluarga, yang mungkin juga

akan sangat mempengaruhi kehidupan anak (Graham, 1989)

d. Kesakitan mental pada orang tua

e. Perawatan keluarga dan pola asuh yang tidak tepat

f. Kelahiran saudara kandung

Factor-faktor kepribadian

a. Kerentanan karena factor bawaan : beberapa anak mungkin lebih

berisiko untuk mempunyai masalah kesehatan jika mereka mempunyai

kerentanan yyang merupakan bawaan.

b. Kemampuan coping : jika seseorang tidak mampu me menej rasa

stressnya, maka hal ini dapat mempegaruhi perkembangan anak

c. Gangguan fisik pada anak-anak : studi tentang akibat dari penyakit

kronis menggambarkan bagaimana status kesehatan tidak hanya

merupakan konsekuensi dari factor-faktor yang khusus tetapi juga

dapat dianggap sebagai factor risiko.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak,Lowdermik, jensen.(2004).”Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi


4.EGC.Jakarta

Potter& perry.(2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi 4.EGC.Jakarta

Soekidjo, Notoatmodjo.(2007).Kesehatan masyarakat,edisi ke 11.Jakarta : Rineka


Cipta.

Anda mungkin juga menyukai