Anda di halaman 1dari 6

PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN

PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN

Perubahan paradigma dapat diartikan sebagai perubahan pola pikir terhadap proses
pembelajaran. Ada beberapa perubahan paradigma yang terjadi diantaranya:
1. menurut Prof. Dr. Sudarwan Danin (2005), ada beberapa perubahan paradigma yang terjadi
pada proses pembelajaran yaitu:
a. perubahan paradigma terhadap Guru
Guru tidak lagi sebagai mesin penjual pengetahuan melainkan harus mampu tampil sebagai
pelatih atau fasilitator belajar. Guru harus bisa memlatih siswa agar mampu berpikir, terampil
memecahkan masalah, dan membuat makna. Guru dan siswa harus mampu menciptakan
proses pembelajaran dari pengusaan materi ke belajar berdasarkan hasil akhir(PBL). Hal itu
bukan semata-mata berapa banyak materi yang harus dikuasai oleh anak didik melainkan
apakah materi itu bermaslahat bagi kehidupannya nanti.
b. perubahan paradigma terhadap proses belajar mengajar
pergeseran proses pembelajaran dari belajar adversarial ke belajar kooperatif, dengan titik tekan
pada pemecahan masalah. Aktivitas belajar tidak selalu harus terpaku diruang kelas, tetapi di
pusat-pusat sumber belajar, antara lain memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat.
c. perubahan paradigma terhadap sumber belajar
Sumber-sumber belajar konvensional, seperti buku dan diktat, tidak akan memadai lagi, walau
tetap diperlukan. Sekarang para guru harus mampu menggunakan sumber belajar berteknologi
tinggi, seperti internet, CD-ROM, e-mail, dan sebagainya.
d. perubahan paradigma penilaian hasil belajar
Bergeser dari assessment tidak autentik ke assessment yang berbasis kinerja. Apa yang diakses
oleh para guru bukan semata apa yang dikuasai oleh siswa dalam termologi kognitif, melainkan
apakah penguasaannya itu dapat ditampilkan dalam perbuatan nyata digunakan kerja atau di
masyarakat.
2. menurut Prof. I Wayan Subagia, Ph.d.
a. perubahan paradigma terhadap siswa
Dulu siswa bertindak sebagai pebelajar hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru.
Namun sekarang siswa dianggap sebagai anak, anggota keluarga, dan anggota masyarakat
sehingga prose belajarnya bukan hanya di kelas.
b. perubahan paradigma terhadap guru
Guru yang dulu berfungsi sebagai sumber belajar kini berubah menjadi fasilitator dalam
pembelajaran, sebagai orang tua, anggota masyarakat, model prilaku. Artinya guru harus bisa
menjadi contoh bagi siswanya.
c. perubahan paradigma terhadap cara atau proses belajar mengajar
Proses pemindahan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai kini bergeser menjadi proses
pembentukan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai, proses pembudayaan, dan proses
adaptasi.
d. perubahan paradigma terhadap tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang dulu untuk menyiapkan memasuki jenjang yang lebih tinggi dan untuk
terjun ke mesyarakat bergeser menjadi tujuan pembalajaran untuk memperoleh pekerjaan dan
untuk memperoleh pengakuan.
e. perubahan paradigma terhadap sumber belajar
Dulu sumber belajar itu seragam untuk memudahkan guru dalam mengajar, namun sekarang
sumber belajar itu beragam dan itu lebih baik.
f. perubahan paradigma terhadap hasil belajar
Dulu hasil belajar merupakan kumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai namun
sekarang sudah bergeser, bahwa hasil belajar sebagai perubahan cara berpikir, berbicara, dan
berbuat.
g. perubahan paradigma terhadap cara menilai hasil belajar
Terjadi pergeseran terhadap cara menilai hasil belajar yaitu penilaian parsial menjadi penilaian
secara holistik(menyeluruh), dan penilaian secara tradisional menjadi penilaian secara
otentik(kenyataan).
h. perubahan paradigma terhadap pengawasan pembelajaran
Pengawas dulu hanya sebagai pemantau namun sekarang juga sebagai supervisi(memberi
bantuan) dan evaluasi(menilai)

3. Menurut Ida Bagus Putu Arnyana dalam makalahnya yang yang berjudul Model Pembelajaran
inovatif Berwawasan Lingkungan
Perubahan paradigma yang terjadi antara lain:
1) Dari peran guru sebagai pentrasfer ke fasilitator, pembimbing, dan konsultan.
2) Dari peran guru sebagai sumber pengetahuan menjadi kawan belajar.
3) Dari belajar dijadwal secara ketat menjadi terbuka fleksibel sesuai keperluan.
4) Dari belajar berdasarkan fakta menuju berbasis masalah atau proyek.
5) Dari belajar berbasis teori menuju dunia tindakan nyata serta refleksi.
6) Dari kebiasaan mengulang dan latihan menuju perancangan dan penyelidikan.
7) Dari kompetitif menjadi kolaboratif.
8) Dari fokus kelas menjadi fokus masyarakat.
9) Dari pembelajaran yang mengikuti norma menjadi keanekaragaman yang kreatif.
10) Dari penggunaan kompuer menjadi obyek belajar menuju penggunaan komputer sebagai alat
belajar.
11) Dari presensi media yang statis menuju interaksi media yang dinamis.
12) Dari komunikasi sebatas ruang yang terbatas menjadi komunikasi yang tidak terbatas.
13) Dari penilaian hasil belajar yang normatif menuju pengukuran unjuk kerja yang komprehensif.
4. Dalam buku “Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi” oleh Paul Suparrno, dkk (2001)
disebutkan beberapa perubahan paradigma pembelajaran yaitu :
A. Pembelajaran di Sekolah
1. Aktifitas siswa dalam belajar
Siswa yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktifitas yakni aktif
dalam berpikir (minds on) dan aktif dalam berbuat (bands on). Perbuatan nyata siswa dalam
pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir terhadap objek belajarnya. Pengalaman
sebagai hasil hasil perbuatan siswa, selanjutnya diolah dengan menggunakan kerangka berpikir
dan pengetahuan yang dimilikinya untuk membangun pengetahuan. Dengan cara ini siswa dapat
mengembangkan pemahaman bahkan mengubah pemahaman sebelumnya menjadi semakin
baik. Pemahaman baru ini dapat melahirkan tindakan yang lain sebagai perwujudan
keingintahuannya. Dengan demikian, proses siswa aktif merupakan proses yang tiada henti.
Agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran diperlukan adanya proses
pembiasaan. Untuk itu, perlu di identifikasi beberapa kecakapan dasar penunjang yang harus
menjadi kemampuan yang melekat dalam diri siswa diantaranya :
 Kemampuan bertanya, merupakan kemampuan siswa untuk mempersoalkan sehingga dalam
diri siswa terdapat keinginan untuk mengetahui melalui proses belajarnya.
 Kemampuan pemecahan masalah (problem solving), yaitu permasalahan yang muncul di dalam
pembelajaran harus diselesaikan oleh siswa selama proses belajarnya.
 Kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal merupakan sarana agar terjadi
pemahaman yang benar dari hasil proses berpikir dan berbuat terhadap gagasan siswa yang
ditemukan dan ingin dikembangkan.
Pembelajaran siswa aktif dapat dikembangkan ke arah reflektif (Paradigma Pedagogi
Reflektif). Pengalaman belajar siswa disamping diolah untuk memperoleh pengetahuan ilmiah,
harus dapat pula dijadikan bahan refleksi kritis. Melalui refleksi, siswa diajak untuk menyadari
dampak yang timbul dari ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat, mengasah hati
nurani, meningkatkan kepedulian sosial, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab.
2. Pembelajaran yang konstruktivis
Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan merupakan bentukan (konstruksi) orang yang
sedang belajar. Pengetahuan yang dibentuk dengan sendirinya harus memunculkan dorongan
untuk mencari atau menemukan pengalaman baru. Pembelajaran yang menekankan proses
pembentukan pengetahuan oleh siswa ini dinamakan pembelajaran yang konstruktivis. Dalam
konteks belajar ini, siswa dapat menemukan sesuatu (pengetahuan) dan mengalami
perkembangan pemikiran. Agar hal tersebut tercapai, diperlukan pergeseran paradigma dalam
pembelajaran kepada hal-hal yang utama yaitu :
Dari Menjadi
Mengajar Belajar
Indroktinasi Partisipatif sebagai mediator dan
fasilitator
Guru sebagai subjek Siswa sebagai subjek
Mengumpulkan Menemukan pengetahuan
Pengetahuan Mengembangkan kerangka
berpikir

3. Metode pembelajaran
Setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dan akhirnya dapat
mengkonstruksi pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik, dapat dikatakan sebagai
metode yang aktif dan konstruktivistik. Namun demikian, dapat pula ditelusuri beberapa metode
yang cukup efektif dalam mengaktifkan siswa dan membantu pengkonstruksian tersebut
yaitsalah satunya metode penemuan dengan penekanan pada kerangka berpikir metode ilmiah.
Dalam penerapan metode penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan,
membuat hipotesis, memunculkan prediksi, menguji hipotesis, memanipulasi objek untuk melihat
perubahannya, memecahkan persoalan, mencari jawaban sendiri, menggambarkan kejadian,
meneliti, berdialog, melakukan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, dan mengekpresikan
gagasan selama proses pembentukan konstruksi pengetahuan yang baru.
Paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif dan konstruktivis mengharuskan guru untuk
mengubah cara pandang. Dalam persiapan mengajar, guru lebih memfokuskan pada penciptaan
pengalaman bagi siswa sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan. Guru
dapat menentukan bahan pelajaran yang tepat sehingga dengan pemahaman akan konsep
yang dibentuk siswa memungkinkan mereka dapat menghubungkannya dengan pemahaman
sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan pemahaman konsep baru
dan benar.
4. Peralatan dan Laboratorium
Untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang aktif dan konstruktivis maka
kelengkapan fasilitas sekolah menjadi suatu keharusan. Ketersediaan alat bantu pelajaran dan
laboratorium yang memadai harus disertai pula dengan pengelolaan yang baik dan
pendayagunaan yang optimal. Dengan penguasaan guru atas alat bantu pelajaran, alat dan
perangkat laboratorium, kemampuuan merancang dan mengembangkan sendiri yang disertai
kemampuan dalam menggunakannya serta mengaktifkan siswa belajar dapat memungkinkan
adanya dinamika baru dalam kegiatan belajar siswa.
5. Evaluasi
Hasil sebuah evaluasi harus dapat difungsikan secara maksimal, tidak hanya untuk
mengukur sejauh mana siswa telah mencapai taraf penguasaan bahan pelajaran tapi juga
memperbaiki kinerja para guru dalam pengelolaan pembelajaran serta dapat memberi masukan
untuk mengetahui siswa yang harus mendapat bimbingan lebih dalam proses belajarnya.
Dalam mengevaluasi aktivitas proses belajar siswa, yang diperlukan adalah identifikasi
kecakapan siswa macam apa yang diterapkan dan diharapkan dapat dikembangkan selama
pembelajaran dan dapat dievaluasi.
6. Ebtanas di sekolah
Hakikat ebtanas untuk mengukur keberhasilan belajar siswa pada kenyataannya telah
berkembang menjadi fungsi-fungsi lain yang kadang di luar diri siswa sendiri. Ebtanas telah
berpengaruh pada cara bagaimana guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran. Namun
saat ini banyak yang mengkritik pelaksanaan ebtanas bahkan ada usulan untuk menghilangkan
ebtanas. Yang perlu dicermati adalah bahwa bentuk soal ebtanas menjadikan guru berusaha
untuk mentransfer sebanyak mungkin pengetahuan yang diujikan dalam ebtanas. Maka saat ini
ebtanas tidak mampu menjadi faktor penggertak yang mendorong terwujud dan berkembangnya
proses pembelajaran yang aktif dan konstruktivis.
7. Les privat
Saat ini banyak diselenggarakan bentuk-bentuk les privat baik atas permintaan siswa, orang
tua, maupun atas inisiatif pihak sekolah. Namun entah disadari atau tidak, semua bepusat pada
sukses meraih nilai dari berbagai tes yang dilaksanakan di eskolah. Bahkan untuk kegiatan les
privat banyak lembaga di luar sekolah yang menawarkan jasanya dan bahkan memberi jaminan
sukses (meraih nilai terbaik).
Di sekolah terdapat kegiatan ekstakurikuler namun sekarang sudah mengalami penyempitan
makna karena kegiata tersebut hanya dipandang sebagai pengisi waktu luang atau sebagai
formalitas saja. Yang perlu dikembangkan adalah bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan
sarana belajar tentang berbagai nilai yang tidak dilakukan di ruang kelas.
B. Kurikulum
1. Beban dan isi kurikulum
Tujuan pendidikan adalah meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota
masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan
sekitarnya.
Padatnya kurikulum di negara kita tahun 1975, 1984, dan 1994 menyebabkan beban belajar
siswa berat serta semakin berat pula beban orang tua untuk membeli buku teks. Menyikapi
kurikulum yang demikian, kepala sekolah harus mendorong para guru untuk mempertimbangkan
penjabaran materi dengan mmendahulukan materi yang sangat esensial.
Dengan pertimbangan tersebut, maka perlu adanya pengurangan jumllah mata pelajaran
sekaligus jumlah materi pada setiap mata pelajaran. Pengurangan materi secara kuantitatif
memungkinkkan untuk memberi perhatian pada dimensi nilai dari setiap pelajaran.
2. Less is more
Pendidikan yang banyak dikembangkan di Amerika menekankan less is more yaitu jumlah
bahan dikurangi supaya siswa dapat meneliti secara mendalam. Dalam hal ini siswa memiliki
kesempatan untuk berpikir kritis dan berefleksi. Yang dapat dilakukan yaitu :
 Menghilagkan substansi pelajaran yang berulang-ulang
 Menghilangkan bahan pokok yang tidak esensial
 Menawarkan ketuntasan belajar
 Menyediakan materi terapan
 Membiasakan pola berbudi pekerti, disipliin, tertib, menerapkan hak asasi manusia, kewajiban
serta kepedulian sosial
 Menyajikan kurikulum pilihan yang sesuai dengan kemempuan sumber daya daerah.
3. Kurikulum yang sesuai dengan tantangan zaman
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menuntut adanya kurikulum yang
sesuai dengan zamannya seperti penguasaan bahasa yang lebih berorientasi pada fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi yang membantu siswa belajar mengkomunikasikan pemikiran
dan pengetahuannya secara sistematis. Contohnya adalah penguasaan bahasa inggris yang
dapat mengembangkan pengetahuan lewat informasi dari buku-buku asing.
4. Kurikulum yang membebaskan
Isi kurikulum pendidikan di sekolah seharusnya ditentukan oleh pemerintah dan tidak
bebas dari keinginan pemerintah sebagai penguasa negara dengan tujuan-tujuannya. Kurikulum
mesti dikritisi sehingga memberi peluang kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran yang
paling sesuai dengan minat dan peluang karir di masa depan.
5. Orientasi
Kurikulum tahun 1994 yang kita ketahui sangat padat dengan materi dapat disiasati dengan
tidak mengabaikan tujuan pendidikan menengah yakni meningkatkan pengetahuan siswa agar
dapat melanjutkan penndidikan ke jenjang yang lebih tinggi.adalah melalui koordinasi dengan
guru mata pelajaran sejenis di sekolahnya sendiri, materi secara keseluruhan dapat ditata,
dipilah, dan diseleksi menurut konteks setempat.
6. Sentralisasi-desentrallisasi
Kurikulum sekolah yang menganut sistem sentralisasi membawa konsekuensi bahwa
penentuan mata pelajaran, bahan pelajaran dan evaluasi pelajaran ditentukan oleh pusat.
Sistem sentralisasi mengabaikan konteks setiap daerah yang berbeda satu dengan lainnya
dalam banyak hal. Semestinya ssetiap sekolah mempunyai kebebasan untuk menentukan mata
pelajaran sebagai kurikulum lokal.
7. Buku pelajaran
Sekolah dapat menentukan dan memilih buku yang cocok dengan konteks siswanya, isinya
mencakup materi yang harus diketahui, menciptakan pembelajaran yang melibatkan segala
potensi yang ada dalam masyarakat, mengakomodasikan berbagai perbedaan siswa, serta
memperhatikan masa depan.
8. Evaluasi dan penilaian
Evaluasi sebuah proses belajar seharusnya bersifat menyeluruh dengan memperhatikan
aspek-aspek pembelajaran. Sebuah penilaian dalam konteks pendidikan baru bersifat
menyeluruh jika mencakup aspek proses dan hasil belajar, yang secara bertahap
menggambarkan perubahan perilaku.
9. Penjurusan di Sekolah Menengah Umum
Penjurusan di SMU sekarang dilakukan di kelas II agar siswa mendapatkan bekal materi ilmu
pengetahuan alam atau IPA maupun jurusan lainnya serta siswa tidak dipaksa untuk
berkepanjangan mempelajari hal-hal yang tidak sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Jika
penjurusan dikembangkan di kelas III, maka minat siswa tidak terkembangkan sejak dini.

DAFTAR PUSTAKA
Aryana.2009.Model Pembelajaran Inovatif Berwawasan Lingkungan.Pelatihan gugu-guru SMP se-Bali
Tahun 2009
Danim, Sudarmawan. 2005. Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birikrasi ke Lembaga Akademik.
Jakarta: Bumi Aksara
Suparno,dkk.2001.Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi.Yogyakarta : Kanisius
http://raiwatamertanjaya.blogspot.co.id/2011/01/perubahan-paradigma-pembelajaran.html 15jan

Anda mungkin juga menyukai