CRS - Aldilla Elva - Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
CRS - Aldilla Elva - Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
NASKAH PSIKIATRI
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Oleh:
Aldilla Yurino Putri P 2231 A
Elva Lidya P 2242 A
Pembimbing
dr. Taufiq Ashal, Sp. KJ
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP. DR. M. DJAMIL
PADANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1
menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada
gangguan skizoafektif.3
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun
gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang
jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang
menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe depresif.1
Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah
suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.3
2.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1
persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, angka
tersebut adalah angka perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis
gangguan skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan
diagnosis. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki
dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk
wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada
skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan
perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang
nyata.2
Statistik umum gangguan ini yaitu kira-kira 0,2% di Amerika Serikat dari
populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena
gangguan ini. Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada
gangguan bipolar. Prevalensi pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur
pada wanita lebih besar daripada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe
depresif lebih sering sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan
skizoafektif tipe bipolar. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan
menunjukkan perilaku antisosial.3
3
2.3 Etiologi
Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu
banyak dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan
skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu teori
etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan
lingkungan.
Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif mungkin berhubungan secara genetik. Ada peningkatan resiko terjadinya
gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan skizoafektif.4
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat
model konseptual telah diajukan.
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau
suatu tipe gangguan mood.
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari
skizofrenia dan gangguan mood.
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood.
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga
kemungkinan pertama. Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien
dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen.
4
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2
Suatu gangguan psikotik dengan gejala-gejala skizofrenia dan manik yang
sama-sama menonjol dalam satu episode penyakit yang sama. Gejala-gejala
afektif diantaranya yaitu elasi dan ideide kebesaran, tetapi kadang-kadang
kegelisahan atau iritabilitas disertai oleh perilaku agresif serta ide-ide kejaran.
Terdapat peningkatan enersi, aktivitas yang berlebihan, konsentrasi yang
terganggu, dan hilangnya hambatan norma sosial. Waham kebesaran, waham
kejaran mungkin ada. Gejala skizofrenia juga harus ada, antara lain merasa
pikirannya disiarkan atau diganggu, ada kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha
mengendalikannya, mendengar suara-suara yang beraneka beragam atau
menyatakan ide-ide yang bizarre. Onset biasanya akut, perilaku sangat terganggu,
namun penyembuhan secara sempurna dalam beberapa minggu.4
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan
jiwa (PPDGJ-III):5 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas
(dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas):
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought
insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
5
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
6
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.
2.5 Diagnosis
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode
yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode
skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya.6
Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik
skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik
untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam
kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.
Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah
bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat
atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik
untuk fase aktif dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus memiliki waham
atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan
mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk
sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan
untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.
7
Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan
gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebutkan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau
suatu manik
suatu episode campuran dan episode depresif berat)
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4.
8
(mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis
gangguan skizoafektif.
9
penampilan wajar, roman muka tampak gembira, kontak verbal dan visual cukup,
mood euforia, afek inappropriate, bentuk pikir logis realis, arus pikir koheren, isi
piker waham kebesaran dan curiga ada , pada dorongan instingtual didapatkan ada
riwayat insomnia dan raptus. Dari gejala di atas, pasien memenuhi kriteria
skizoprenia yaitu adanya waham kebesaran dan curiga, afek yang inappropiate
sehingga dapat digolongkan skizoprenia. Disamping itu, juga tampak adanya
gejala gangguan mood yaitu muka tampak gembira, mood euforia, berpakaian
yang aneh sehingga berdasarkan PPDGJ-III tampak adanya gejala skizofrenia
bersamaan dengan gangguan mood sehingga didiagnosis sebagai “Skizoafektif
Tipe Manik” (F25.0).5
10
yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang
ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan
gangguan itu sendiri. 2
Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe
bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan
gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang
perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya
gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak
mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-
masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau
tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan
perjalanan penyakit.
Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan
jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan
bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan gangguan
skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut. Insidensi bunuh diri di
antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen.
2.8 Terapi
a. Psikofarmaka
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah
perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang
mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol
antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa
antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek.
Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar
berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan
skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine
(Tegretol), valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika
satu obat saja tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif,
harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT)
sebelum mereka diputuskan tidak responsif terhadap terapi antidepresan.7
11
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood
stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Pada kasus ini, pasien
diberikan carbamazepin dan stelazine. Carbamazepine adalah obat antikejang yang
digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood stabilezer yaitu membantu
menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut neurotransmitters yang
mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan menyeimbangkan kimia
otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan kepribadian borderline.
Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut kering dan tenggorokan,
sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.
Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama dengan inhibitor monoamine
oxidase ( MAOIs ). Hindari minum alkohol saat mengambil carbamazepine. Hal
ini dapat meningkatkan beberapa efek samping carbamazepine yaitu dapat
meningkatkan risiko untuk kejang.8
Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan efek
antikolinergik minimal. Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan
memblokade reseptor dopamin D1 dan D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik,
menghilangkan atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi,
dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah. Stelazine menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu
dapat menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan
xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga
harus berhati-hati penggunaan stelazine pada orang yang mempunyai riwayat
kejang.8
Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood
stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan
skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood
stabilizer cenderung bekerja dengan baik.3
12
b. Psikoterapi
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.
Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan
pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan
sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.
Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi
pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi
bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.3
13
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas
Keterangan Pribadi Pasien
Nama : Tn R.F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Februari 1997
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : Tamat SMP
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Lubuk Alung, Padang
Keterangan Diri Allo/ Informan
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Alamat : Lubuk Alung, Padang
Hubungan dengan pasien : Kakak kandung pasien
Keakraban dengan pasien : Akrab
14
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 14 Oktober 2017 di RSJ Prof.
HB. Saanin Padang
2. Alloanamnesis dengan :
Adik kandung pasien (Ny. R, 23 tahun, Padang) pada tanggal 14 Oktober
2017 di RDJ Prof. HB. Saanin Padang
Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
3.1.Sebab Utama
Pasien gaduh gelisah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
3.2.Keluhan Utama
Pasien tidak mengeluhkan apappun.
15
kontrol teratur ke poli RSJ Prof. HB Saanin sebulan sekali. Selama di rumah,
pasien minum obat secara teratur.
Ayah Ibu
Pendidikan SD SD
16
Hubungan Akrab Akrab
c. Saudara
Jumlah saudara 7 orang dan pasien anak ke-7
d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya
1. Lk/ Pr
2. Lk/Pr
3. Lk/Pr
4. Lk/Pr
5. Lk/Pr
6. Lk/Pr
7. Lk /Pr (20 tahun
17
e. Gambaran sikap/prilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing-masing saudara tersebut
f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan
tingkah laku dan bagaimana pasien dengan mereka
No Hubungan dengan pasien Gambaran sikap Kualitas hubungan
dan tingkah laku
1. - - -
18
h. Riwayat tempat tinggal yang pernah di diami pasien
Skema Pedegree
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
19
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
- Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
- Minum ASI : (+) sampai usia 1 tahun
**Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan
hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (-), cemas terhadap orang asing
sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain.
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai
pada masa kanak-kanak, misalnya: **mengisap jari (-), ngompol (-), BAB
di tempat tidur (-), night terror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-),
masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain.lain.
d) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: **demam tinggi disertai mengigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.
e) Tempramen sewaktu kanak-kanak: **pemalu (+), gelisah (-), overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (-), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
f) Masa sekolah
Kemampuan khusus - - -
20
(bakat)
g) Masa remaja: **Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-),
bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur
(-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
h) Riwayat pekerjaan
Pasien belum bekerja.
i) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
- Hubungan seks sebelum menikah (-)
- Riwayat pelecehan seksual (-)
- Orientasi seksual (normal)
j) Situasi sosial saat ini:
- Tempat tinggal: rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-), dan lain-lain.
- Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.
k) Ciri kepribadian sebelumnya/ gangguan kepribadian (untuk aksis II)
Keterangan : Beri tanda (+) atau (-)
Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (v), kurang teman (-), pemalu (-), sering
melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri (-)
21
intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya
(-), perhatian yang berlebihan terhadap motif-motif yang
tersembunyi (-), cemburu patologik (-), hipersensitifitas (-),
keterbatasan kehidupan afektif (-)
Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (v). Isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tak acuh (-)
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat
22
dari pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma, peraturan
dan kewajiban seseorang (-), tidak mampu memelihara suatu
hubungan agar berlangsung lama (-), iritabilitas (-), agresivitas
(-), impulsif (-),sering berbohong (-), sangat cenderung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
masuk akal untuk perlaku yang membuat pasien konfil dengan
masyarakat (-)
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
(-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa
yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik
dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas
sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau ditolak
(-)
23
tanpa nasihat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya
apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan
tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)
24
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
25
3.14 Status Internus
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 85x/menit
Nafas : Teratur, frekuensi 19x/menit
Suhu : 36,70 C
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 55 kg
Bentuk Badan : Normal
Status Gizi : Gizi baik
Sistem respiratorik : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri dan kanan simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing
(-)
Kardiovaskular : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1,S2 reguler, Murmur (-)
Abdomen : Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal.
26
d) Cara berjalan : Normogait
e) Keseimbangan : tidak terganggu
f) Rigiditas : tidak ada
Motorik :
a) Tonus : eutonus
b) Turgor : baik
c) Kekuatan : 555 555
555 555
d) Koordinasi : baik
Sensorik : proprioseptif dan eksterioseptif normal
Refleks :
a) Refleks Fisiologis : ++/++
b) Refleks Patologis : -/-
27
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan: biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea fleksibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-),
otomatisme (-), otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi
psikomotor (-), hiperaktivitas/hiperkinesis (+), tik (-), somnabulisme
(-), akathisia (-), kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-)
Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-),
distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-),diskinesia (-),konvulsi (-),
seizure (-), piomanisa (-), vagabondage (-)
28
mood) (-), mood meninggi (elevated mood/ hipertim) (+), euforia
(+), ectasy (-), mood depresi (hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-),
aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-), mania(-), melankolia(-), La belle
indifference (-), tidak ada harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-),
rasa malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (+), hipersomnia (-), variasi
diurnal (-), penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (-), pica (-),
pseudocyesis (-), bulimia (-).
29
waham persekutorik (-), waham kebesaran (+), waham referensi (-),
though of withdrawal (-), though of broadcasting (-), though of
insertion (-), though of control (-), waham cemburu/ waham
ketidaksetiaan (-), waham menyalahkan diri sendiri (-), erotomania
(-), pseudologia fantastika (-), waham agama (-)
Idea of reference (-)
Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-),
kompulsi (-), koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-
), fobia (-), noesis (-), unio mystica (-).
3.16.5 Persepsi
Halusinasi (-)
Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),
Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik (-),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-),
halusinasi liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon (-).
Ilusi (-)
Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
3.16.6 Mimpi dan Fantasi
Mimpi : -
Fantasi : -
3.16.7 Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
1. Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal
(baik), orientasi situasi (baik).
2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (+), inatensi selektif (-),
hipervigilance (-), dan lain-lain.
3. Konsentrasi (baik), kalkulasi (baik)
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-),
gangguan memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/
immediate (-), amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia (-).
30
5. Luas pengetahuan umum: kurang baik
6. Pikiran konkrit: baik
7. Pikiran abstrak: baik
8. Kemunduran intelek: (tidak), retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).
3.16.8 DI / DJ
Discriminative insight : derajat I
Discriminative Judgment : terganggu
31
3.21 Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
Risperidon 2x2 mg
Lorazepam 2x1 mg
b) Psikoterapi
1. Kepada pasien
Psikoterapi supportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic
kepada pasien, membantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan emosinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari
bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
2. Kepada keluarga
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif,
dan edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala,
hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta
prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit
yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek
samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu,
juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat
secara teratur.
32
3.22 PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanctionam : dubia at bonam
33
Lampiran 1. Kutipan wawancara psikiatri
Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2016
Pertanyaan Jawaban Interpretasi
- Fajri, perkenalkan - Waalaikumsal
saya dokter muda - Boleh kak Kooperatif
Elva dan ini teman
saya dokter muda
Dilla. Kami mau
memeriksa Fajri
sebentar, boleh?
- Siapa nama lengkap - Rajif Fajri
Fajri?
- Bagaimana kabar - Baik kak
Fajri hari ini?
- Apa yang terjadi - Tiba-tiba saja di
sebelum Fajri dibawa bawa keluarga kak,
kesini? disuruh ikut aja,
katanya mau ketemu
bapak ibu dokter.
- Kenapa fajri disuruh - Ngga tau kak
kesini? Ngga kanepa-kenapa
kak
- Menyalami semua
orang yang ada di
IGD
- Kata kakak fajri, jajri - Iya, fajri yang paling -Waham
hebat ya? hebat disini. Ngga
ada yang bisa
kalahin hajri
- Hebat karena apa - Pokoknya fahri hebat
fajri?
34
- Selain itu apa yang - Ngga pernah kak - Halusinasi
pernah Fajri rasa? Auditori
Pernahkah melihat
bayangan-bayangan?
- Mendengar suara- - Oh, ada kak!
suara?
- Apa katanya? - Ngga tentu kak, ngga
jelas.
- Fajri tidurnya - Ngga bisa tidur kak - Insomnia
nyenyakkah?
- Pernah masuk rumah - Pernah kak, 2
sakit sebelumnya? minggu yang lalu
- Apa kejadiannya - Ngga kenapa-kenapa
waktu itu? kak. Diajak mama
papa kesini
- Ada Fajri marah- - Ngga ada kak, fajri
marah? cuma kesel aja. Fajri
mau ini-itu ngga
dikasih
- Fajri tahu sekarang - Di RSJ padang kak - Orientasi tempat
dimana? baik
- Fajri tahu kalau diri - Fajri ngga sakit kak, discriminative
Fajri sakit Fajri sehat kok. Fajri insight derajat I
mau pulang kak
- Sekin dulu - Sama-sama kak.
wawancara kita ya
Fajri. Terima Kasih
banyak.
35
BAB 4
DISKUSI
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana
ditemukan gejala klinis yang mengarah pada gangguan skizoafektif tipe manik
sesuai dengan pedoman diagnostic berdasarkan PPDGJ III. Pada pasien saat ini
ditemukan gejala skizofrenia berupa waham. Pada pasien ini juga ditemukan
gejala manik yaitu afek yang meningkat secara menonjol, tidak berhenti berbicara,
flight of ideas, dan mood hipertim.
Pada pasien diberikan, Risperidone 2 x 2 mg dan lorazepam 1 x 2 mg.
Risperidoen merupakan antipsikosis atipikal generasi kedua dan juga merupakan
mood stabilizer. Risperidone bekerja dengan ; 1. menghambat reseptor dopamin
2, mengurangi gejala positif psikosis dan stabilisasi gejala afektif; 2. menghambat
reseptor serotonin 2A, menyebabkan peningkatan pelapasan dopamin di regio
sentral otak sehingga mengurangi efek samping motorik dan meningkatkan
kognotif dan gejala afektif. Dosis yang biasa diberikan 2-8 mg/hari. Lorazepam
merupakan golongan benzodiazepin. Lorazepam bekerja dengan; 1. berikatan
dengan reseptor benzodiazepin pada ligan GABA-A yng merupakan gerbang
kompleks saluran klorida; 2. meningkatkan efek inhibitor GABA;3. menghambat
aktivitas neuronal di amigdala yang bermanfaat untuk gangguan anxietas. Dosis
yang biasa diberikan adalah 2-6 mg/hari.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada
pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini
adalah psikoterapi suportif, dan psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan
untuk memperlihatkan minat kita pada pasien, memberikan perhatian, dukungan,
dan optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan
terhadap kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah namun
tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan
dilindungi.
36
BAB 5
KESIMPULAN
37
DAFTAR PUSTAKA
38