Anda di halaman 1dari 2

Bertalina Timanoyo 170331863513

Margaret Pandaleke 170331863522


Robi’atus Sholihah 170331863516

1. Kapan Diperlukan metode volumetric?


2. Bagaimana merancang sebuah metode volumetric?

TUGAS ESSAY 4

Titrimetri merupakan metode yang didasarkan pada prinsip pengukuran volume. Dalam metode
analisis titrimetri, volume titran bereaksi secara stoikiometri dengan analit yang memberikan informasi
kuantitatif mengenai jumlah analit dalam sampel. Metode titrimetri dapat kita gunakan ketika kita hendak
mengetahui konsentrasi dari salah satu larutan yang belum kita ketahui. Dalam melakukan metode analisis
titrimetri, diperlukan perencanaan terlebih dahulu mengenai alat yang akan kita gunakan seperti buret yang
telah dikalibrasi terlebih dahulu, larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya yang biasa disebut
titran yaitu reagen yang akan ditambahkan ke larutan yang berisi analit, dan indikator atau alat lain yang
dapat menunjukkan titik akhir titrasi yang telah dicapai.
Dalam metode titrimetri dikenal istilah titik akhir dan titik ekuivalen. Titik ekuivalen adalah volume
titran yang dibutuhkan untuk mencapai reaksi stoikiometri. Sedangkan titik akhir adalah titik saat
menghentikan penambahan titran. titik akhir ini ditandai dengan adanya perubahan warna zat yang
ditambahkan ke larutan yang mengandung analit. Zat ini dikenal sebagai indikator. Untuk memperoleh
ketepatan hasil titrasi, maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat
dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Hampir semua reaksi kimia dapat digunakan sebagai metode titrimetri, ada tiga kondisi yang harus
memenuhi yaitu kondisi pertama adalah semua reaksi yang melibatkan titran dan analit stoikiometrinya
harus diketahui. Kondisi kedua yaitu reaksi titrasi harus berlangsung cepat, jika kita menambahkan titran
pada tingkat yang lebih cepat dari laju reaksi, maka titik akhir akan melebihi titik ekuivalen dengan jumlah
yang signifikan. Kondisi ketiga yaitu harus tersedia metode yang sesuai untuk menentukan titik akhir
dengan tingkat akurasi yang dapat diterima.
Untuk mengetahui titik akhir titrasi kita mengamati beberapa sifat reaksi titrasi yang memiliki nilai
yang sudah terdefinisi dengan baik pada titik ekuivalen. Misalnya, titik ekuivalen untuk titrasi HCl dengan
NaOH terjadi pada pH 7,0. Kita bisa menemukan titik akhir, oleh karena itu, dengan mengamati pH dengan
menggunakan electrode pH atau dengan menambahkan indikator yang berubah warna pada pH 7,0.
Misalkan satu-satunya indikator yang tersedia berubah warna pada pH 6,8. Apakah titik akhir ini cukup
dekat dengan titik ekivalen yang kesalahan titrasi mungkin dapat diabaikan? Untuk menjawab pertanyaan ini
kita perlu mengetahui bagaimana perubahan pH selama titrasi. Kurva titrasi memberi kita gambaran visual
tentang bagaimana sebuah sifat, seperti pH, berubah karena penambahan titran (Gambar 1). Kita bisa
mengukur kurva titrasi ini secara eksperimental dengan menggantungkan elektroda pH dalam larutan yang
mengandung analit, amati pH ketika titran ditambahkan. Seperti yang akan kita lihat nanti, kita juga bisa
menghitung kurva titrasi yang diharapkan dengan mempertimbangkan reaksi yang bertanggung jawab atas
perubahan pH tersebut. Namun, pada kurva titrasi, kita dapat menggunakannya untuk mengevaluasi
indikator kemungkinan kesalahan titrasi Misalnya, kurva titrasi pada Gambar 1 menunjukkan kita bahwa
titik akhir pH 6,8 menghasilkan kesalahan titrasi kecil. Menghentikan titrasi pada titik akhir pH 11,6, di sisi
lain, memberikan kesalahan titrasi yang sangat besar.

Gambar 1

Kurva titrasi pada Gambar 1 tidak khusus untuk titrasi asam basa. Setiap kurva titrasi mengikuti
perubahan konsentrasi suatu spesies dalam reaksi titrasi (diplot logaritmik) sebagai fungsi volume titran
memiliki bentuk sigmoidal umum yang sama. Beberapa contoh tambahan ditunjukkan di Gambar 2.
Konsentrasi bukanlah satu-satunya sifat yang bisa digunakan untuk membentuk kurva titrasi. Parameter lain,
seperti suhu atau absorbansi cahaya, bisa jadi digunakan jika mereka menunjukkan perubahan nilai yang
signifikan pada titik ekuivalen. Banyak titrasi reaksi, misalnya, bersifat eksotermik. Sebagai reaksi titran dan
analit, suhu sistem terus meningkat. Setelah titrasi selesai, lanjutkan penambahan titran tidak menghasilkan
respon eksotermik, dan perubahan pada mendatar. Kurva titrasi khusus suhu versus volume titran
ditunjukkan pada Gambar 3. Kurva titrasi mengandung dua segmen linier, yaitu titik potong yang menandai
titik ekivalen.

(a) (b) (c)


Gambar 2, Contoh kurva titrasi untuk:(a) titrasi
kompleks, (b) titrasi redoks, (c) titrasi pengendapan

Gambar 3, Contoh kurva


titrasi thermometric

Anda mungkin juga menyukai