Anda di halaman 1dari 9

Matriks Profil Persaingan (Competitive Profile Matrix – Cpm)

Disusun oleh: Rafika


NPM: 155020095
Kelas B

1. Pengertian Matriks Profil Persaingan (Competitive Profile Matrix – Cpm)


Matriks Profil Persaingan/ CPM adalah sebuah alat manajemen strategis yang penting

untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing utama dalam hubungannya dengan

posisi strategis perusahaan. Perangkat ini digunakan pada tahap masukan. CPM menunjukkan

gambaran yang jelas tentang titik kuat dan titik lemah relatif perusahaan terhadap pesaing

mereka. Penilaian CPM diukur berdasarkan faktor penentu keberhasilan, dimana setiap faktor

yang diukur dalam skala yang sama untuk setiap perusahaan, namun dengan rating bervariasi

sehingga memudahkan untuk dilakukan analisis komparatif.

Dalam CPM, analisa dilakukan secara keseluruhan, baik itu faktor eksternal maupun

faktor internal. Hal ini berbeda dengan penilaian kondisi internal dan eksternal perusahaan

melalui Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) dimana hanya

masing-masing faktor internal dan eksternal saja.

Menurut David (2013: 113), CPM mengidentifikasi pesaing utama suatu perusahaan

serta kekuatan dan kelemahan khusus mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis

perusahaan sampel. Bobot dan skor total bobot, baik dalam CPM maupun Matriks EFE dan

IFE, memiliki arti yang sama. Namun demikian, faktor keberhasilan penting dalam CPM

mencakup baik isu internal maupun eksternal.

Terdapat beberapa perbedaan utama dalam CPM dan Matriks EFE, antara lain:

a. Faktor kunci keberhasilan dalam CPM lebih luas, karena tidak mencakup data spesifik

atau faktual dan berfokus pada isu-isu internal.

b. Faktor kunci keberhasilan dalam CPM juga tidak dikelompokkan menjadi peluang dan

ancaman sebagaimana pada Matriks EFE.


c. Dalam CPM, peringkat dan skor bobot total perusahaan pesaing dapat dibandingkan

dengan perusahaan sampel. Analisis perbandingan ini memberikan informasi strategis

internal yang penting.

2. Komponen Competitive Profile Matrix

a. Critical Success Factors

Critical Success Factors atau faktor penentu keberhasilan, merupakan faktor-faktor

terpenting yang mempengaruhi keberhasilan organisasi . Faktor-faktor tersebut digambarkan

secara luas tanpa memasukkan data yang spesifik dan faktual. Faktor-faktor tersebut diambil

setelah dilakukan analisis yang mendalam mengenai kondisi eksternal dan lingkungan

internal perusahaan. Ini dilakukan karena dalam lingkungan eksternal dan internal, banyak

faktor yang secara nyata memberikan dampak baik dan buruk bagi perusahaan.

Critical Success Factors yang memiliki peringkat lebih tinggi dibanding pesaingnya

menunjukkan bahwa strategi perusahaan terhadap faktor-faktor penentu keberhasilan tersebut

telah berhasil dengan baik, atau dalam kata lain merupakan kekuatan perusahaan. Sedangkan

peringkat yang lebih rendah berarti startegi perusahaan dalam mendukung faktor-faktor

tersebut masih kurang, atau dengan kata lain menjadi kelemahan perusahaan.

b. Rating/Peringkat

Rating/peringkat dalam CPM menunjukkan tanggapan atau respons perusahaan terhadap

faktor-faktor penentu keberhasilan. Rating tertinggi menunjukkan bahwa perusahaan dengan

baik mampu mesrespons faktor penentu keberhasilan dan hal ini menunjukkan kekuatan

utama perusahaan. Kisaran peringkat diberikan antara 1,0 – 4,0 dan dapat diterapkan pada

setiap faktor.

Ada beberapa poin penting yang terkait dengan pemberian rating di CPM, antara lain:

1. Rating akan diterapkan ke setiap critical success factor.


2. Respon perusahaan yang kurang terhadap critical success factor diwakili oleh 1. Hal

ini menunjukkan bahwa faktor tersebut menjadi kelemahan utama perusahaan.

3. Respon rata-rata terhadap critical success factor diwakili oleh 2. Hal ini menunjukkan

bahwa faktor tersebut menjadi kelemahan minor perusahaan.

4. Respon diatas rata-rata terhadap critical success factor diwakili oleh 3. Hal ini

menunjukkan bahwa faktor tersebut menjadi kekuatan minor perusahaan.

5. Respon perusahaan yang superior terhadap critical success factor diwakili oleh 4. Hal

ini menunjukkan bahwa faktor tersebut menjadi kekuatan utama perusahaan.

6. Weighted (bobot)

3. Manfaat Competitive Profile Matrix—CPM

Berikut disajikan manfaat-manfaat dari CPM:

1. Mencari dan mengidentifikasikan critical success factor.

2. Mengidentifikasi pesaing langsung/pesaing utama.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis titik-titik kekuatan dan kelemahan

perusahaan/organisasi.

4. Mengidentifikasi dan menganalisis titik-titik kekuatan dan kelemahan pesaing.

5. Menemukan, melakukan pengamatan dan identifikasi terhadap area-area yang

memerlukan perhatian lebih.

6. Membuka peluang untuk dilakukannya upaya-upaya perbaikan.

4. Analisis Industri (Matriks Profil Persaingan (CPM))

1. Competitive Profile Matrix-CPM mengidentifikasi pesaing utama perusahaan serta

kekuatan dan kelemahannya terkait dengan contoh posisi strategis perusahaan

2. Bobot dan total nilai yang dibobot dalam CPM dan EFE mempunyai arti yang sama.

Namun, faktor-faktor keberhasilan kritis dalam CPM menyangkut baik isu-isu

eksternal maupun internal. Oleh karena itu peringkatnya merujuk pada kekuatan dan
kelemahan, 4=kekuatan besar, 3=kekuatan kecil, 2=kelemahan kecil, 1=kelemahan

besar.

3. Ada beberapa perbedaan penting antara CPM dan EFE:

a. Faktor keberhasilan kritis dalam CPM lebih luas

b. Faktor-faktor keberhasilan kritis dalam CPM juga tidak dikelompokkan seperti dalam

peluang dan ancaman seperti pada EFE

c. Dalam CPM pemeringkatan dan total nilai yang dibobot untuk perusahaan pesaing

dapat dibandingkan dengan perusahaan sampel. Analisis perbandingan ini

d. memberikan informasi strategis internal yang penting

5. Contoh Competitive Profile Matrix—CPM

Berikut disajikan contoh CPM yang dibuat untuk PT HM Sampoerna Tbk.

Matriks CPM diatas adalah untuk perusahaan rokok dengan memfokuskan diri pada PT

HM. Sampoerna Tbk. Sebagai pesaingnya, disertakan pula beberapa perusahaan yaitu PT

Gudang Garam Internasional Tbk., PT Djarum Tbk., dan PT Bentoel Internasional Investama

Tbk. Seperti yang terdapat dalam tabel CPM, kualitas produk merupakan faktor penentu

keberhasilan yang paling penting bagi perusahaan industri rokok dengan bobot penilaian

sebesar 0,2. Kemudian faktor penting berikutnya adalah iklan dan manajemen yang sama-

sama diberi bobot 0,15. Sedangkan untuk pangsa pasar, kapasitas produksi, dan kesetiaan

pelanggan menduduki posisi yang cukup penting dengan bobot masing-masing sebesar 0,1.

Selain faktor-faktor tersebut, masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan tetapi bukan termasuk dalam elemen yang cukup penting seperti akuisisi

perusahaan lain, persaingan harga, posisi keuangan dan tenaga kerja dengan bobot masing-

masing hanya sebesar 0,05 saja.

Dengan melihat CPM tersebut, Sampoerna, Gudang Garam dan Djarum mempunyai

posisi yang cukup berimbang dengan peringkat 3 yang diindikasikan dengan “baik” untuk
kualitas produk. Sedangkan Bentoel menjadi yang terburuk dalam hal kualitas produk dengan

hanya mendapat peringkat 1. Implikasinya, dalam faktor kualitas produk, baik Sampoerna,

Gudang Garam dan Djarum mempunyai posisi yang cukup berimbang. Kemudian untuk

iklan, Djarum adalah superior, seperti dibuktikan dengan peringkat 4, sedangkan Sampoerna

dan Gudang Garam menyusul di belakangnya dengan peringkat 3 dan terakhir adalah Bentoel

dengan peringkat 2. Sedangkan untuk sisi manajemen, Sampoerna dan Gudang Garam

menjadi yang terbaik dengan mendapat peringkat 4 kemudian disusul oleh Djarum dengan

peringkat 3 dan yang terakhir adalah Bentoel dengan peringkat 2.

Untuk pangsa pasar, Sampoerna memimpin dengan peringkat 4 sedangkan Gudang

Garam dan Djarum mempunyai posisi yang sama dengan peringkat 3 untuk keduanya.

Bentoel menjadi yang terburuk dengan hanya mendapat peringkat 1. Sampoerna, Gudang

Garam dan Djarum sama-sama mendapat peringkat 3 untuk faktor penentu keberhasilan

kapasitas produksi, dan Bentoel menjadi yang terakhir dengan peringkat 1. Tidak jauh

berbeda dengan sebelumnya baik Sampoerna, Gudang Garam dan Djarum sama-sama

mendapat peringkat 3 untuk kesetiaan pelanggan. Sedangkan Bentoel tetap menjadi yang

terburuk dengan peringkat 1.

Selain 6 faktor tersebut masih terdapat 4 faktor lagi yang menjadi faktor penentu

keberhasilan industri rokok meskipun tidak memegang peranan yang begitu dominan. Yang

pertama adalah akuisisi perusahaan lain dimana Sampoerna berada dalam posisi yang terkuat

dengan peringkat 4. Bentoel lebih baik dalam hal ini dengan mendapat peringkat 3.

Sebaliknya dengan Gudang Garam dan Djarum menjadi yang terburuk dengan hanya

mendapat masing-masing peringkat 1. Berikutnya adalah faktor persaingan harga

dimanaBentoel menjadi yang terbaik dengan peringkat 4, Gudang Garam dan Djarum

menyusul berikutnya dengan peringkat 3 dan Sampoerna menjadi yang terburuk dengan

peringka1.
Posisi keuangan perusahaan menjadi faktor selanjutnya, peringkat 4 diberikan kepada

Sampoerna untuk faktor ini. Djarum dan Gudang Garam menyusul dengan peringkat 3

sedangkan Bentoel di posisi akhir dengan peringkat 1. Faktor yang terakhir adalah tenaga

kerja, dimana Djarum adalah baik dibuktikan dengan peringkat 3 yang diberikan. Sampoerna

dan Gudang Garam dengan 2 dan Bentoel dengan 1.

Berdasarkan hasil perhitungan total nilai bobot tertimbang untuk perusahaan rokok,

Sampoerna menjadi yang paling baik dengan total nilai sebesar 3,25. Gudang Garam dan

Djarum sama-sama mempunyai total nilai yang tertimbang sebesar 3 dan hanya sedikit

tertinggal dari Sampoerna. Bentoel menjadi yang terburuk dengan hanya mendapat total nilai

1,75. Namun meskipun demikian angka-angka tersebut hanyalah menggambarkan kekuatan

relatif dari keempat perusahaan tersebut, bukan dengan tujuan untuk mendapatkan angka

tertentu tetapi lebih kepada asimilasi dan evaluasi informasi dalam cara yang mempunyai arti

yang dapat membantu pengambilan keputusan.

6. Penerapan Competitive Profile Matrix—CPM Untuk Organisasi Non Profit

Dalam uraian sebelumnya, disampaikan bahwa fokus utama dari CPM bagi

perusahaan/organisasi yang berorientasi mencari keuntungan atau profit adalah untuk

mengetahui posisi strategis perusahaan/organisasi dibandingkan dengan pesaing utama.

Pesaing menjadi penting bagi perusahaan/organisasi profit karena pesaing dapat

mempengaruhi perolehan keuntungan mereka. Pertanyannya, apakah hal yang sama berlaku

bagi organisasi non-profit, misalnya organisasi pemerintahan, yang orientasinya bukanlah

profit melainkan public service (pelayanan publik)? Apakah CPM

merupakan tools manajemen strategis yang tepat dalam proses merumuskan strategi

organisasi non-profit?

Ukuran keberhasilan kinerja instansi pemerintah yang berorientasi pada public

serviceadalah tingkat mutu layanan publik yang dilakukan. Untuk dapat menilai sejauh mana
mutu layanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah, perlu ada kriteria yang

menunjukkan apakah suatu pelayanan publik yang diberikan dapat dikatakan baik atau buruk.

Zethmel (dalam Widodo, 2001:275-276) mengemukakan tolok ukur kualitas pelayanan

publik dapat dilihat dari sepuluh dimensi, antara lain meliputi:

1. Tangiable, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil, dan komunikasi;

2. Reliable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan layanan yang

dijanjikan dengan tepat;

3. Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen bertanggung jawab terhadap

mutu layanan yang diberikan;

4. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan, dan keterampilan yang baik

oleh aparatur dalam memberikan layanan;

5. Courtesey, sikap atau perilaku ramah tamah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan

konsumen, serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi;

6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan msasyarakat;

7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin bebas dari berbagai bahaya dan

resiko;

8. Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan;

9. Communication, kemauan pemberi layanan untuk mendengarkan suara, keinginan

atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi

baru kepada masyarakat;

10. Understanding The Customer, melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhan

pelanggan;

Dengan memperhatikan sepuluh dimensi yang menjadi tolok ukur pelayanan publik

diatas, faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan berasal dari faktor internal

organisasi/instansi itu sendiri. Apabila keseluruhan faktor diatas dijadikan critical success
factor dalam pembuatan CPM tentu bukan hal yang salah. Pemberiaan ratingdan bobot juga

dapat dilakukan karena pasti terdapat prioritas dalam organisasi dalam merespons atas

masing-masing faktor tersebut. Dengan demikian, 4 dari 6 manfaat sebagaimana telah

disebutkan sebelumnya dapat terpenuhi yaitu antara lain:

1. Mencari dan mengidentifikasikan critical success factor.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis titik-titik kekuatan dan kelemahan

perusahaan/organisasi.

3. Menemukan, melakukan pengamatan dan identifikasi terhadap area-area yang

memerlukan perhatian lebih.

4. Membuka peluang untuk dilakukannya upaya-upaya perbaikan.

Namun demikian, terkait dengan fokus CPM yaitu identifikasi pesaing utama, tidak dapat

berlaku dan diterapkan bagi instansi pemerintah. Hal ini terkait dengan fokus dan

karakteristik instansi pemerintah yang bukan pada persaingan. Instansi pemerintah berfokus

pada public service dengan karakteristik unik organisasi yang bersumber pada tugas pokok

dan fungsi masing-masing organisasi yang pasti berbeda antara satu instansi dengan yang

lainnya.

Dengan kata lain, instansi pemerintah tidak bersaing dengan instansi lainnya, sehingga

dapat kami simpulkan bahwa penerapan CPM dalam merumuskan rencana strategis instansi

pemerintah pada dasarnya kurang sesuai untuk dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Harisudin, M. O. H. D. "Competitive profile matrix sebagai alat analisis strategi

pemasaran produk atau jasa." J. Sosial Ekonomi Pertanian Agribisnis 7.2 (2011): 80-84.

http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/02-Mohd.-Harisudin-

Competitive-Profile-Matrix-Sebagai-Alat-Analisis-Strategi-Pemasaran-Produk-Atau-Jasa.pdf

https://ariefharahap.blogspot.co.id/2012/06/manajemen-strategikk.html

https://danang651.wordpress.com/2010/02/22/competitive-profile-matrix-dan-mckinsey-

capacity-assessment-grid-sebagai-perangkat-analisis-manajemen-strategis/ diakses tanggal

2/3/21018 jam: 11.24 wib

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-02242-MN%20Bab2001.pdf

Anda mungkin juga menyukai