untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing utama dalam hubungannya dengan
posisi strategis perusahaan. Perangkat ini digunakan pada tahap masukan. CPM menunjukkan
gambaran yang jelas tentang titik kuat dan titik lemah relatif perusahaan terhadap pesaing
mereka. Penilaian CPM diukur berdasarkan faktor penentu keberhasilan, dimana setiap faktor
yang diukur dalam skala yang sama untuk setiap perusahaan, namun dengan rating bervariasi
Dalam CPM, analisa dilakukan secara keseluruhan, baik itu faktor eksternal maupun
faktor internal. Hal ini berbeda dengan penilaian kondisi internal dan eksternal perusahaan
melalui Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) dimana hanya
Menurut David (2013: 113), CPM mengidentifikasi pesaing utama suatu perusahaan
serta kekuatan dan kelemahan khusus mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis
perusahaan sampel. Bobot dan skor total bobot, baik dalam CPM maupun Matriks EFE dan
IFE, memiliki arti yang sama. Namun demikian, faktor keberhasilan penting dalam CPM
Terdapat beberapa perbedaan utama dalam CPM dan Matriks EFE, antara lain:
a. Faktor kunci keberhasilan dalam CPM lebih luas, karena tidak mencakup data spesifik
b. Faktor kunci keberhasilan dalam CPM juga tidak dikelompokkan menjadi peluang dan
secara luas tanpa memasukkan data yang spesifik dan faktual. Faktor-faktor tersebut diambil
setelah dilakukan analisis yang mendalam mengenai kondisi eksternal dan lingkungan
internal perusahaan. Ini dilakukan karena dalam lingkungan eksternal dan internal, banyak
faktor yang secara nyata memberikan dampak baik dan buruk bagi perusahaan.
Critical Success Factors yang memiliki peringkat lebih tinggi dibanding pesaingnya
telah berhasil dengan baik, atau dalam kata lain merupakan kekuatan perusahaan. Sedangkan
peringkat yang lebih rendah berarti startegi perusahaan dalam mendukung faktor-faktor
tersebut masih kurang, atau dengan kata lain menjadi kelemahan perusahaan.
b. Rating/Peringkat
baik mampu mesrespons faktor penentu keberhasilan dan hal ini menunjukkan kekuatan
utama perusahaan. Kisaran peringkat diberikan antara 1,0 – 4,0 dan dapat diterapkan pada
setiap faktor.
Ada beberapa poin penting yang terkait dengan pemberian rating di CPM, antara lain:
3. Respon rata-rata terhadap critical success factor diwakili oleh 2. Hal ini menunjukkan
4. Respon diatas rata-rata terhadap critical success factor diwakili oleh 3. Hal ini
5. Respon perusahaan yang superior terhadap critical success factor diwakili oleh 4. Hal
6. Weighted (bobot)
perusahaan/organisasi.
2. Bobot dan total nilai yang dibobot dalam CPM dan EFE mempunyai arti yang sama.
eksternal maupun internal. Oleh karena itu peringkatnya merujuk pada kekuatan dan
kelemahan, 4=kekuatan besar, 3=kekuatan kecil, 2=kelemahan kecil, 1=kelemahan
besar.
b. Faktor-faktor keberhasilan kritis dalam CPM juga tidak dikelompokkan seperti dalam
c. Dalam CPM pemeringkatan dan total nilai yang dibobot untuk perusahaan pesaing
Matriks CPM diatas adalah untuk perusahaan rokok dengan memfokuskan diri pada PT
HM. Sampoerna Tbk. Sebagai pesaingnya, disertakan pula beberapa perusahaan yaitu PT
Gudang Garam Internasional Tbk., PT Djarum Tbk., dan PT Bentoel Internasional Investama
Tbk. Seperti yang terdapat dalam tabel CPM, kualitas produk merupakan faktor penentu
keberhasilan yang paling penting bagi perusahaan industri rokok dengan bobot penilaian
sebesar 0,2. Kemudian faktor penting berikutnya adalah iklan dan manajemen yang sama-
sama diberi bobot 0,15. Sedangkan untuk pangsa pasar, kapasitas produksi, dan kesetiaan
pelanggan menduduki posisi yang cukup penting dengan bobot masing-masing sebesar 0,1.
keberhasilan tetapi bukan termasuk dalam elemen yang cukup penting seperti akuisisi
perusahaan lain, persaingan harga, posisi keuangan dan tenaga kerja dengan bobot masing-
Dengan melihat CPM tersebut, Sampoerna, Gudang Garam dan Djarum mempunyai
posisi yang cukup berimbang dengan peringkat 3 yang diindikasikan dengan “baik” untuk
kualitas produk. Sedangkan Bentoel menjadi yang terburuk dalam hal kualitas produk dengan
hanya mendapat peringkat 1. Implikasinya, dalam faktor kualitas produk, baik Sampoerna,
Gudang Garam dan Djarum mempunyai posisi yang cukup berimbang. Kemudian untuk
iklan, Djarum adalah superior, seperti dibuktikan dengan peringkat 4, sedangkan Sampoerna
dan Gudang Garam menyusul di belakangnya dengan peringkat 3 dan terakhir adalah Bentoel
dengan peringkat 2. Sedangkan untuk sisi manajemen, Sampoerna dan Gudang Garam
menjadi yang terbaik dengan mendapat peringkat 4 kemudian disusul oleh Djarum dengan
Garam dan Djarum mempunyai posisi yang sama dengan peringkat 3 untuk keduanya.
Bentoel menjadi yang terburuk dengan hanya mendapat peringkat 1. Sampoerna, Gudang
Garam dan Djarum sama-sama mendapat peringkat 3 untuk faktor penentu keberhasilan
kapasitas produksi, dan Bentoel menjadi yang terakhir dengan peringkat 1. Tidak jauh
berbeda dengan sebelumnya baik Sampoerna, Gudang Garam dan Djarum sama-sama
mendapat peringkat 3 untuk kesetiaan pelanggan. Sedangkan Bentoel tetap menjadi yang
Selain 6 faktor tersebut masih terdapat 4 faktor lagi yang menjadi faktor penentu
keberhasilan industri rokok meskipun tidak memegang peranan yang begitu dominan. Yang
pertama adalah akuisisi perusahaan lain dimana Sampoerna berada dalam posisi yang terkuat
dengan peringkat 4. Bentoel lebih baik dalam hal ini dengan mendapat peringkat 3.
Sebaliknya dengan Gudang Garam dan Djarum menjadi yang terburuk dengan hanya
dimanaBentoel menjadi yang terbaik dengan peringkat 4, Gudang Garam dan Djarum
menyusul berikutnya dengan peringkat 3 dan Sampoerna menjadi yang terburuk dengan
peringka1.
Posisi keuangan perusahaan menjadi faktor selanjutnya, peringkat 4 diberikan kepada
Sampoerna untuk faktor ini. Djarum dan Gudang Garam menyusul dengan peringkat 3
sedangkan Bentoel di posisi akhir dengan peringkat 1. Faktor yang terakhir adalah tenaga
kerja, dimana Djarum adalah baik dibuktikan dengan peringkat 3 yang diberikan. Sampoerna
Berdasarkan hasil perhitungan total nilai bobot tertimbang untuk perusahaan rokok,
Sampoerna menjadi yang paling baik dengan total nilai sebesar 3,25. Gudang Garam dan
Djarum sama-sama mempunyai total nilai yang tertimbang sebesar 3 dan hanya sedikit
tertinggal dari Sampoerna. Bentoel menjadi yang terburuk dengan hanya mendapat total nilai
relatif dari keempat perusahaan tersebut, bukan dengan tujuan untuk mendapatkan angka
tertentu tetapi lebih kepada asimilasi dan evaluasi informasi dalam cara yang mempunyai arti
Dalam uraian sebelumnya, disampaikan bahwa fokus utama dari CPM bagi
mempengaruhi perolehan keuntungan mereka. Pertanyannya, apakah hal yang sama berlaku
merupakan tools manajemen strategis yang tepat dalam proses merumuskan strategi
organisasi non-profit?
serviceadalah tingkat mutu layanan publik yang dilakukan. Untuk dapat menilai sejauh mana
mutu layanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah, perlu ada kriteria yang
menunjukkan apakah suatu pelayanan publik yang diberikan dapat dikatakan baik atau buruk.
2. Reliable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan layanan yang
5. Courtesey, sikap atau perilaku ramah tamah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan
6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan msasyarakat;
7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin bebas dari berbagai bahaya dan
resiko;
10. Understanding The Customer, melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhan
pelanggan;
Dengan memperhatikan sepuluh dimensi yang menjadi tolok ukur pelayanan publik
diatas, faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan berasal dari faktor internal
organisasi/instansi itu sendiri. Apabila keseluruhan faktor diatas dijadikan critical success
factor dalam pembuatan CPM tentu bukan hal yang salah. Pemberiaan ratingdan bobot juga
dapat dilakukan karena pasti terdapat prioritas dalam organisasi dalam merespons atas
perusahaan/organisasi.
Namun demikian, terkait dengan fokus CPM yaitu identifikasi pesaing utama, tidak dapat
berlaku dan diterapkan bagi instansi pemerintah. Hal ini terkait dengan fokus dan
karakteristik instansi pemerintah yang bukan pada persaingan. Instansi pemerintah berfokus
pada public service dengan karakteristik unik organisasi yang bersumber pada tugas pokok
dan fungsi masing-masing organisasi yang pasti berbeda antara satu instansi dengan yang
lainnya.
Dengan kata lain, instansi pemerintah tidak bersaing dengan instansi lainnya, sehingga
dapat kami simpulkan bahwa penerapan CPM dalam merumuskan rencana strategis instansi
pemasaran produk atau jasa." J. Sosial Ekonomi Pertanian Agribisnis 7.2 (2011): 80-84.
http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/02-Mohd.-Harisudin-
Competitive-Profile-Matrix-Sebagai-Alat-Analisis-Strategi-Pemasaran-Produk-Atau-Jasa.pdf
https://ariefharahap.blogspot.co.id/2012/06/manajemen-strategikk.html
https://danang651.wordpress.com/2010/02/22/competitive-profile-matrix-dan-mckinsey-
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-02242-MN%20Bab2001.pdf