Anda di halaman 1dari 3

4.2.

4 Pembahasan
Pada analisis amonia ini digunakan spektrofotometer UV-Vis. Penggunaan
spektrofotometer UV-Vis ini dikarenakan pada metode indofenol ini akan
membentuk senyawa kompleks indophenol-blue yang berwarna biru. Senyawa
indophenol-blue ini tentunya mengandung kromofor, sehingga tentu dapat
dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena spektrofotometer ini
hanya dapat menganalisa senyawa yang mengandung kromofor (zat warna).
Metode indofenol merupakan metode untuk menentukan ammonia secara
tidak langsung. Larutan oksidator pada percobaan ini merupakan larutan
campuran alkali dan larutan hipoklorida, sehingga penambahan oksidator akan
mengoksidasi ammonia menjadi suatu amina klorida. Adanya penambahan
natrium nitroprusida berfungsi sebagai katalisator yang dapat mempercepat
berlangsungnya reaksi, sedangkan penambahan fenol berfungsi untuk pereaksi
yang dapat membentuk kompleks dengan ammonia (sebagai pengompleks),
sehingga menghasilkan senyawa berwarna biru yang disebut indophenol-blue.
Secara lebih jelas, proses reaksi dengan metode indofenol ini terjadi saat
larutan yang mengandung ammonia dioksidasi oleh ion hipoklorida (oksidator)
menjadi suatu amina klorida (monokloramin). Adanya katalis natrium
nitroprusida menyebabkan amina klorida yang terbentuk lalu bereaksi
dengan fenol yang telah terdeprotonasi menghasilkan suatu senyawa
intermediate. Senyawa intermediate ini kemudian akan bereaksi lagi dengan
kelebihan fenol membentuk senyawa kompleks berwarna biru (indophenol-
blue). Besarnya jumlah indophenol-blue yang terbentuk inilah yang diukur
menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Reaksi selengkapnya yang terjadi adalah sebagai berikut.
Jika dilihat dari reaksi di atas, terlihat bahwa 1 mol indophenol-blue
sebanding dengan 1 mol ammonia (NH3). Sehingga, walaupun yang dihitung
merupakan absorbansi indophenol-blue namun juga dapat dijadikan nilai
konsentrasi untuk ammonia karema perbandingan molnya sama.
Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang di mana
absorbansi yang dialami oleh suatu zat terjadi yang paling besar. Hal ini karena
pada panjang gelombang tersebut cahaya yang diserap oleh larutan telah sesuai,
sehingga memberikan absorbansi yang maksimum. Cahaya/sinar visible yang
diserap sudah merupakan warna komplementer dari warna larutan yang dianalisis.
Sehingga, pada panjang gelombang maksimum inilai yang merupakan kondisi
paling sesuai untuk melakukan analisis.
Panjang gelombang maksimumnya yakni 640 nm. Jika dibandingkan
dengan teoritis, diketahui bahwa kompleks indophenol-blue menyebabkan larutan
berwarna biru. Warna ini merupakan warna yang diamati, namun warna yang
diserap merupakan warna komplementernya. Warna biru memiliki warna
komplementer oranye dengan panjang gelombang sekitar 640 nm. Sehingga,
panjang gelombang 630 nm yang diperoleh sudah mendekati benar karena berada
pada rentang panjang gelombang warna oranye yang merupakan warna
komplementer dari larutannya.
Larutan yang akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet. Penggunaan kuvet
harus dengan bentuk dan ukuran yang sama antara satu larutan dengan yang
lainnya. Hal ini dimaksudkan agar luasan daerah paparan penyerapan sinar oleh
larutan dapat sama pada setiap analisis larutan. Jika penggunaan ukuran kuvet
berbeda, maka dapat mempengaruhi perbandingan hasil absorbansi yang terjadi.
Penuangan larutan yang akan dianalisis juga harus sama pada setiap larutan
(volumenya harus sama). Hal ini dikarenakan jika volumenya berbeda antar
larutan, maka tentu saja besarnya komposisi yang terpapar oleh sinar pun akan
berbeda, sehingga juga dapat mempengaruhi perbandingan absorbansi yang
terjadi. Sebelum dimasukkan ke sel sampel, bagian luar kuvet juga perlu
dibersihkan agar tidak basah karena dapat berpengaruh pada hasil absorbansinya.
Setiap pengukuran spektrofotometri harus ada larutan blangko. Larutan
blangko ini bertujuan untuk mengetahui besarnya absorbansi terhadap larutan jika
tanpa analit. Larutan blanko biasanya digunakan untuk larutan pembanding
dalam analisis atau larutan penetralan karena untuk menstabilkan absorbsi akibat
perubahan voltase dari sumber cahaya. Sehingga, saat pengujian dengan
spektrofotometri UV-Vis, pengujian harus selalu diawali pengujian terhadap
larutan blangko dahulu baru pengujian pada larutan yang akan dianalisis.
Pada penentuan absorbansi larutan standar, digunakan larutan standar NH4
dengan konsentrasi yang bervariasi, yakni dengan konsentrasi 0,04; 0,08; 0,12;
0,16; 0,2; dan 0,24 ppm yang diukur absorbansinya dengan menggunakan
panjang gelombang 640 nm.
Berdasarkan hasil percobaan penentuan absorbansi larutan standar
konsentrasi 0; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2; dan 0,24 ppm, sehingga dapat dibuat
kurva kalibrasi antara C vs A. Kurva akan membentuk garis lurus dengan
persamaan garis y = 0,602x – 0,018 dan R = 0,846. Dengan menggunakan
persamaan garis tersebut, maka absorbansi tiap sampel yang diperoleh
disubstitusikan ke dalam persamaan tersebut dan dapat diketahui konsentrasi
ammonia dalam setiap sampel. Pada air sampel diperoleh konsentrasi 12,643
±1,441 ppm. Jika dibandingkan dengan batas maksimum kadar ammonia
dalam air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor
KEP-51/MENLH/10/1995 dapat dikatakan bahwa sampel air tersebut telah
tercemar ammonia dan tidak layak digunakan.
Penggunaan setiap larutan standard dan sampel harus diencerkan dahulu
saat preparasi karena proses analisis dengan spektrofotometer tidak bisa
dilakukan dengan larutan yang memiliki konsentrasi tinggi. Jika digunakan
larutan dengan konsentrasi tinggi justru akan menyebabkan penyimpangan nilai
absorbansinya, sehingga grafik yang terbentuk tidak lagi linear. Hal ini karena
konsentrasi yang tinggi akan terdapat banyak molekul dalam larutan, sehingga
justru terjadi interaksi antar molekul itu sendiri. Hal ini menyebabkan
interaksi molekul dengan cahaya atau penyerapan radiasi menjadi tidak
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai