Anda di halaman 1dari 155

LAPORAN PBL I

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB DAN ALTERNATIF


PEMECAHAN MASALAH SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT DESA REMPOAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN
2015

OLEH:
Kelompok 2

1. Bagus Jatmiko G1B013022


2. Fuandho Alfatihana P G1B013029
3. Anugrah Dhea Pradyta G1B013031
4. Defta Rizki Primandaru G1B013039
5. Gustiani Sinta Dewi G1B013063
6. Yesinta Bella Savitri G1B013087
7. Dian Trisna Delfyan G1B013089
8. Dewi Fitrianingrum G1B013093
9. Tri Mei Indriani G1B013095
10. Afaf Dwi Luthfiyah G1B013099

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2015
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Identifikasi Faktor Penyebab dan Alternatif


Pemecahan Masalah Sanitasi Total Berbasis
Mayarakat Desa Rempoah Kabupaten
Banyumas Tahun 2015.

2. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat


3. Anggota Kelompok NAMA NIM
Bagus Jatmiko G1B013022
Fuandho Alfatihana P. G1B013029
Anugrah Dhea Pradyta G1B013031
Defta Rizki Primandaru G1B013039
Gustiani Sinta Dewi G1B013063

Yesinta Bella Savitri G1B013087


Dian Trisna Delfyan G1B013089

Dewi Fitrianingrum G1B013093

Tri Mei Indriani G1B012095

Afaf Dwi Luthfiyah G1B012099

4. Lokasi Kegiatan Desa Rempoah, Kecamatan Rempoah,


Kabupaten Banyumas
5. Waktu Tanggal 31 Oktober - 7 November 2015

Purwokerto, 27 November 2015


Dosen Pembimbing

Agnes Fitria W,S.KM,M.Sc


NIP. 19830702 201012 2 003

ii
RINGKASAN

Praktek Belajar Lapangan (PBL) I yang dilaksanakan pada semester V


tahun 2015 menitikberatkan pada merumuskan faktor penyebab utama dari
masalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di desa Rempoah serta
menentukan alternatif-alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut.
Pengumpulan data kegiatan ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara
menggunakan kuisioner, serta dokumentasi yang dilaksanakan pada 31 Oktober
s.d 7 November 2015. Desa Rempoah mempunyai jumlah Kepala Keluarga
sebanyak 2.570 yang terbagi dalam 6 RW, 40 RT. Kerangka konsep yang
digunakan dalam PBL I mengacu pada teori Lawrence Green yang menyatakan
bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap
dan karakterisrik responden dan faktor penguat meliputi peran petugas kesehatan
dan peran tokoh masyarakat. Jenis PBL I yang digunakan yaitu penelitian
kuantitatif deskriptif dengan desain cross sectional.
Hasil data dilapangan, diketahui bahwa masalah STBM yang ditemukan
yaitu buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air
minum dan makanan, sampah rumah tangga dan saluran pembuangan air limbah
(SPAL). Penentuan prioritas masalah STBM dilakukan dengan menggunakan
teknik MCUA (Multi Criteria Utility Assesment) dan didapatkan masalah utama
tentang sampah rumah tangga. Faktor yang memiliki pengaruh terhadap masalah
sampah rumah tangga ialah sikap dan persepsi petugas kesehatan, sedangkan
variabel yang lain tidak memiliki pengaruh terhadap masalah sampah rumah
tangga di Desa Rempoah. Alternatif-alternatif pemecahan masalah yang diambil
yaitu; Ruwatan (Rukun Warga Wajib Jaga Kebersihan), Eli Sugigi ( Eling
Lingkungan Supados Grio Gilar-gilar) , Aura Kasih (Air Warga Sehat, Kalinya
bersih) dan Revitalisasi Forum Keshatan Desa (FKD).
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan
(PBL-1) dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan serta turut membantu
kalancaran pelaksanaan kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL), terutama
kepada :
1. Drs. Kuswanto, M.Kes selaku Ketua Pelaksana PBL,
2. Agnes Fitria Widyanto SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing
Lapangan,
3. dr. Meta Saraswati selaku Kepala Puskesmas II Baturraden
4. Bapak Sugeng Pujiharto selaku Kepala Desa Rempoah serta jajarannya,
5. Seluruh masyarakat Desa Rempoah, Kecamatan Rempoah, Kabupaten
Banyumas
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan baik isi maupun
penyajiannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Purwokerto, 25 November 2015

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ................................................................................... ii
Ringkasan.................................................................................................... iii
Kata Pengantar .............................................................................................iv
Daftar Isi ..................................................................................................... v
Daftar Tabel ............................................................................................... vi
Daftar Gambar .......................................................................................... viii
Daftar Lampiran ...........................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................ 5
C. Manfaat .......................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan............................................. 8
B. Lima Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ............................. 9
BAB III. METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu ........................................................................ 23
B. Jenis dan Metode............................................................................ 23
C. Definisi Operasional ...................................................................... 24
D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 27
E. Instrumen ...................................................................................... 32
F. Pengumpulan Data ........................................................................ 37
G. Analisis Data ................................................................................. 39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ............................................................................................... 44
B. Pembahasan.................................................................................... 72
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 102
B. Saran............................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 105
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................... . 24


Tabel 3.2 RT yang Terpilih Random .................................................................. 29
Tabel 3.3 Distribusi Sampel ................................................................................. 31
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Warga Laki-Laki dan Perempuan Terdapat di
Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden KabupatenBanyumas ..............45
Tabel 4.2 Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden Menurut Jumlah Kelurahan..47
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Dalam Wilayah Kerja Puskesmas II
Baturraden Menurut Kelurahan Dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ..... .47
Tabel 4.4 Data Pengunaan Lahan di Desa Rempoah ............................................ 51
Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Desa Rempoah per Bulan April 2014 .................. 52
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk menurut Kepala Keluarga tahun 2014 .............. 53
Tabel 4.7 Karakteristik Jenis Kelamin Responden di Desa Rempoah Tahun
2015 ................................................................................................ .54
Tabel 4.8 Karakteristik Usia Responden di Desa Rempoah Tahun 2015 ........... .54
Tabel 4.9 Karakteristik Pekerjaan Responden di Desa Rempoah Tahun 2015 ... .55
Tabel 4.10 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden di Desa Rempoah
Tahun 2015 ........................................................................................ ..56
Tabel 4.11 Karakteristik Jumlah Anggota Keluarga di Desa Rempoah Tahun
2015 ................................................................................................. ..56
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Karakteristik di Desa
Rempoah Tentang Pengetahuan STBM .............................................. 56
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Karakteristik di Desa
Rempoah Tentang Sikap STBM........................................................ ..58
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Karakteristik di Desa
Rempoah Tentang Peran Petugas Kesehatan STBM ....................... ..59
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Karakteristik di Desa
Rempoah Tentang Perilaku Responden STBM................................. ..60
Tabel 4.16 Variabel Observasi Responden di Desa Rempoah ...............................60
Tabel 4.17 Hasil analisis uji chi square pengetahuan, sikap, persepsi petugas
kesehatan, dan persepsi tokoh masyarakat terhadap praktik

vi
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Rempoah
2015..................................................................................................... 62
Tabel 4.18 Crosstab hasil analisis uji chi squarre pengetahuan terhadap
praktik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa
Rempoah .............................................................................................. 63
Tabel 4.19 Crosstab hasil analisis uji chi squarre sikap terhadap praktik
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Rempoah ...... 63
Tabel 4.20 Crosstab hasil analisis uji chi squarre persepsi terhadap praktik
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Rempoah ......... 64
Tabel 4.21 Crosstab hasil analisis uji chi squarre persepsi masyarakat
terhadap praktik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di
Desa Rempoah ..................................................................................... 64
Tabel 4.22 Hasil Analisis Bivariat Seluruh Variabel Penelitian ............................ 65
Tabel 4.23 Hasil Uji Regresi Logistik Tahap Akhir .............................................. 66
Tabel 4.24 Penetuan Prioritas Masalah STBM dengan Metode MCUA .............. 67
Tabel 4.25 Alternatif Pemecahan Masalah............................................................ 70
Tabel 4.26 Program Alternatif Pemecahan Masalah ............................................. 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Spanduk Larangan Buang Air Besar Sembarangan ..........................140
Gambar 1.2 Kumpulan Sampah di Sungai............................................................140
Gambar 1.3 Jamban Cemplung .............................................................................141
Gambar 1.4 Kolam Ikan .......................................................................................141
Gambar 1.5 Jamban Duduk ..................................................................................142
Gambar 1.6 Plengsengan .....................................................................................142
Gambar 1.7 Jamban Leher Angsa.........................................................................143
Gambar 18 Kolam Ikan ........................................................................................143
Gambar 1.9 Bak Penampngan Air ........................................................................144
Gambar 1.10 Bak Penampungan Air ....................................................................144
Gambar 1.11 Gerobak Sampah.............................................................................145

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner dan Cheklist ......................................................................109


Lampiran 2 Hasil SPSS........................................................................................120
Lampiran 3 Dokumentasi ......................................................................................140
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh

semua komponen bangsa. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

bagi setiap orang. Dampak yang diharapkan terjadi peningkatan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan

Nasional tahun 2009). Pelaksanaan pembangunan kesehatan harus

dilakukan secara berkesinambungan agar dapat meningkatkan status

kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya yang tersirat dalam UU RI No. 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan. Pada awalnya hanya menitik beratkan pada upaya

kuratif kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan

upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan

masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif yang bersifat terpadu dan berkesinambungan. Ada banyak

upaya atau program kesehatan untuk masyarakat yang dibuat oleh

pemerintah, salah satunya dalam sektor sanitasi adalah program Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan

nama Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan program

pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih

dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan


kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah

untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan

dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.

Upaya sanitasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3

Tahun 2014 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu

meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), Cuci Tangan Pakai

Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan

Sampah Rumah Tangga dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

(Kemenkes RI, 2014). STBM adalah pendekatan dengan proses fasilitasi

yang sederhana yang dapat merubah sikap lama, dimana kewajiban

sanitasi menjadi tanggung jawab masyarakat, dengan satu kepercayaan

bahwa kondisi bersih, nyaman dan sehat adalah kebutuhan alami

manusia. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM diharapkan menimbulkan

kesadaran bahwa sanitasi merupakan masalah bersama karena dapat

berdampak kepada semua masyarakat, sehingga pemecahan masalah harus

dilakukan secara bersama. Strategi Nasional STBM merupakan acuan

dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, serta evaluasi

yang terkait dengan sanitasi.

Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang

mendapat perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah.

Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di aspek-aspek

kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat,

tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah

kejadian diare dan munculnya penyakit pada balita, turunnya daya saing

2
3

maupun citra kota hingga menurunnya perekonomian ditingkat daerah.

Menurut catatan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banyumas tahun 2011,

Angka kesakitan (Incidence Rate) Diare di Kabupaten Banyumas tahun 2010

sebesar 22.75/1000 penduduk mengalami peningkatan dibanding tahun 2009

sebesar 16.25/1000 penduduk. Kasus Malaria pada tahun 2010 (Annual

Parasite Incidence) API di Kabupaten Banyumas sebesar 0,3%, mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan API tahun 2009 (0,2%). Desa

Rempoah sendiri dari data yang ada menunjukkan adanya jumlah masyarakat

yang terserang penyakit relatif sedang. Adapun penyakit yang sering diderita

antara lain Infeksi Pernapasan Akut Bagian Atas (ISPA), demam berdarah,

chikungunya, penyakit sistem otot, diabetes, hipertensi dan stroke. Data

tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami

penduduk diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan

yang kurang sehat, pola hidup serta konsumsi yang kurang sehat (Profil Desa

Rempoah).

Keadaan sanitasi di wilayah Desa Rempoah berdasarkan Pemetaan

Data Sarana Kesehatan Lingkungan pada tahun 2012 dapat diketahui kondisi

sanitasi dasar masyarakat di Desa Rempoah masih memprihatinkan, jika

dilihat dari lima pilar STBM. Masih ada masyarakat yang buang air besar

secara terbuka di sungai sebanyak 358 dan kolam ikan sebanyak 210, serta

dari data sanitasi tahun 2014 presentase keluarga yang memiliki jamban di

Desa Rempoah sebanyak 14,3%. Selain itu Saluran Pembuangan Air Limbah

(SPAL) di Desa Rempoah lebih banyak yang terbuka ke selokan, sungai dan

kolam ikan. Hal ini tentu merupakan sumber penularan penyakit bagi
masyarakat dan sangat mengganggu dari segi estetika akibat bau yang

ditimbulkan.

Di sisi lain, untuk sarana cuci tangan masyarakat Desa Rempoah

sudah dapat dikatakan cukup kepemilikan sarana cuci tangan dengan air

mengalir dan sabun mencapai angka 847. Untuk pengelolaan air minum

masyarakat Desa Rempoah sudah banyak yang menggunakan sumber air

minum dari mata air dan PAM desa. Namun, dari segi pengamanan sampah

rumah tangga menurut Pemetaan Data Sanitasi Kesehatan Lingkungan tahun

2012 di Desa Rempoah sebanyak 969 masih menggunakan sistem

pembuangan sampah di lubang sampah dengan menimbum dan dibakar. Oleh

karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan terutama

kesehatan di bidang sanitasi.

Salah satu wujud nyata dari usaha-usaha tersebut yaitu Praktek Belajar

Lapangan (PBL) yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Kesehatan

Masyarakat (JKM) Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Jenderal

Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Praktek Belajar Lapangan (PBL) 1

merupakan salah satu mata kuliah wajib yang bertujuan untuk menyiapkan

dan membekali mahasiswa agar menjadi lulusan seperti yang diharapkan

sesuai visi Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKES UNSOED. Selain itu,

kegiatan PBL 1 ini merupakan salah satu wujud penerapan ilmu kesehatan

masyarakat yang telah didapat oleh mahasiswa dari proses perkuliahan, salah

satunya adalah upaya pemecahan masalah kesehatan atau dikenal dengan

Problem Solving Cycle. Analisis situasi sebagai tahap awal dalam upaya

pemecahan masalah merupakan langkah untuk mengetahui gambaran nyata

4
5

kondisi kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi suatu daerah, sehingga

dapat diambil tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut. PBL 1

dilaksanakan di Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten

Banyumas yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Baturraden II.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab

dan alternatif-alternatif pemecahan masalah Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan profil Puskesmas II Baturraden

b. Mendeskripsikan kondisi Desa Rempoah

c. Mengetahui karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga.

d. Mendeskripsikan pengetahuan, sikap, persepsi masyarakat terhadap

tenaga kesehatan, persepsi masyarakat terhadap tokoh masyarakat

dan hasil observasi mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di

Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015.

e. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun

2015.

f. Mengetahui hubungan antara sikap dengan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015.


g. Mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat terhadap petugas

kesehatan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa

Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015.

h. Mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat terhadap tokoh

masyarakat dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa

Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015.

i. Menentukan prioritas dan alternatif pemecahan masalah Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas

tahun 2015.

C. Manfaat

1. Bagi Puskesmas dan Instansi Pemerintahan

Hasil kegiatan PBL 1 dapat memberi informasi yang terkait dengan

masalah kesehatan sanitasi di Desa Rempoah Kecamatan Baturraden

Kabupaten Banyumas dan memberi masukan mengenai alternatif

pemecahan masalah, sehingga membantu upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat.

2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

a. Kegiatan PBL 1 dapat meningkatkan kerjasama dengan instansi

pemerintah melalui kerjasama dari mahasiswa.

b. Melalui hasil PBL 1 dapat diperoleh umpan balik yang berkaitan

dengan pengintegrasian mahasiswa dengan pembangunan masyarakat,

sehingga kurikulum Jurusan Kesehatan Masyarakat lebih dapat

disesuaikan.

6
7

c. Kegiatan PBL merupakan wujud dari salah satu Tri Dharma Perguruan

Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat.

3. Bagi Masyarakat Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten

Banyumas

Kegiatan ini dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan

kesadaran tentang sanitasi sehat dan menambah pengetahuan masyarakat,

sehingga masyarakat dapat melakukan upaya preventif secara mandiri.

4. Bagi Mahasiswa

Kegiatan PBL 1 memberikan pengalaman belajar kepada

mahasiswa, sehingga mampu menganalisis masalah kesehatan masyarakat

dan mencari alternatif pemecahan masalah. Dengan demikian, maka

mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari selama

diperkuliahan secara langsung di masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan program Nasional

dalam rangka percepatan peningkatan akses terhadap Sanitasi Dasar di

Indonesia. Selain itu program ini juga erat kaitannya dengan target

Millenium Developent Goals (MDGs) dan RPJMN. Untuk mendukung

program ini, ditingkat pusat telah dibentuk Sekretariat STBM (Kementerian

Kesehatan). Sekretariat STBM juga beranggotakan mitra-mitra yang sudah

melaksanakan kegiatan-kegiatan STBM dibeberapa wilayah di Indonesia

sehingga keberadaan sekretariat STBM sangat strategis dalam implementasi

STBM di Indonesia serta diperkaya dari berbagai pembelajaran dan

pengalaman.

Target program yang ada dalam STBM sendiri terdiri dari 5 pilar yaitu

Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun,

Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga, serta Pengelolaan limbah cair rumah tangga, yang mana

cakupan area pendekataan utamanya adalah tingkat rumah tangga secara

kolektif, untuk menjalankan itu semua harus digerakkan dan disinergikan

melalui 3 komponen pendekatan yakni Menciptakan Kebutuhan (Demand

creation), Ketersediaan Pasokan (Supply Improvement) dan Lingkungan

yang Mendukung (Enabling Environment). Informasi detail tentang

8
9

pendekatan STBM tersebut dapat dilihat pada buku petunjuk Pelaksanaan

dan Teknis STBM (Manlaknis STBM) (Sekretariat Nasional STBM, 2014).

Ilmu kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari

hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan serta

mempelajari dinamika hubungan interaktif antar kelompok manusia atau

masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup

manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada

masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan

pencegahannya (Mukono, 2006). Usaha-usaha yang dilakukan oleh

individu-individu, masyarakat atau negara untuk memperbaiki dan

mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

faktor-faktor lingkungan hidup eksternal manusia disebut sanitasi

lingkungan atau environmental sanitation.

Ilmu sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan

lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk

mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya

bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia

(Chandra, 2006). Menurut Notoatmodjo (2003), sanitasi lingkungan adalah

status kesehatan suatu lingkungan yang mencangkup perumahan,

pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya.

B. Lima Pilar STBM

Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima

pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat


yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya

hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi

yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang

mandiri dan berkeadilan (Kemenkes RI, 2014).

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang

air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana

sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi

fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan

yaitu:

a. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan

yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia;

dan

b. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada

pemakai dan lingkungan sekitarnya ( Kemenkes RI, 2014).

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan

penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki dan digunakan oleh

keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang

mudah dijangkau oleh penghuni rumah ( Kemenkes RI, 2014).

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

a. Bangunan atas jamban (dinding dan atau atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi

pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

10
11

b. Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

1) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter

dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana

(semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa,

tetapi harus diberi tutup.

2) Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin dan

mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem

Pembuangan Air Limbah (SPAL).

c. Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah dan pengurai

kotoran atau tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran

atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:

1) Tangki septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai

penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian

padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik,

sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan

diresapkan melalui bidang atau sumur resapan. Jika tidak

memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk

mengelola cairan tersebut.

2) Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah

padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan
meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak

mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut

akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar

atau segiempat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika

diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu

kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu dan sebagainya

(Kemenkes RI, 2014).

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun

dan air bersih yang mengalir.

a. Langkah-langkah CTPS yang benar :

1) Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.

2) Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu

gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai

semua permukaan kena busa sabun.

3) Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

4) Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan

sampai sisa sabun hilang.

5) Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih

atau kertas tisu atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai

kering.

b. Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:

1) Sebelum makan

2) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan

12
13

3) Sebelum menyusui

4) Sebelum memberi makan bayi atau balita

5) Sesudah buang air besar arau kecil

6) Sesudah memegang hewan atau unggas

c. Kriteria Utama Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun

1) Air bersih yang dapat dialirkan

2) Sabun

3) Penampungan atau saluran air limbah yang aman (Kemenkes RI,

2014).

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)

PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan dan

pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah

tangga ( Kemenkes RI, 2014).

Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu:

a. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

1) Pengolahan air baku

Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal:

a) Pengendapan dengan gravitasi alami

b) Penyaringan dengan kain

c) Pengendapan dengan bahan kimia atau tawas

2) Pengolahan air untuk minum

Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk

mendapatkan air dengan kualitas air minum. Air untuk minum


harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan

penyakit melalui:

a) Filtrasi (penyaringan), contoh: biosand filter, keramik filter

dan sebagainya.

b) Klorinasi, contoh: klorin cair, klorin tablet dan sebagainya.

c) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk

koagulan

d) Desinfeksi, contoh: merebus, sodis (Solar Water Disinfection)

3) Wadah Penyimpanan Air Minum

Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air

minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:

a) Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi

dengan kran.

b) Air minum sebaiknya disimpan diwadah pengolahannya.

c) Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang

bersih dan selalu tertutup.

d) Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering

atau tidak minum air langsung mengenai mulut/wadah kran.

e) Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang

bersih dan sulit terjangkau oleh binatang.

f) Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis,

gunakan air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.

14
15

4) Hal penting dalam PAMM-RT

a) Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah

makanan siap santap.

b) Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan

rumah tangga.

c) Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah

siap santap serta untuk mengolah makan siap santap.

d) Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah

menjadi air minum.

e) Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan

pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.

b. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga

Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak

menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara

pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip

higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga,

walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus

menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.

Prinsip higiene sanitasi makanan:

1) Pemilihan bahan makanan

Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan

kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan

tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak

atau berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan


beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk

bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai

label dan merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.

2) Penyimpanan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak

dikemas maupun dalam kemasan harus memperhatikan tempat

penyimpanan, cara penyimpanan, waktu atau lama penyimpanan

dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus

terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri,

serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya

dan beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa

kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.

3) Pengolahan makanan

Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat

mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus

memenuhi persyaratan, yaitu :

a) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi

persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko

pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah

masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan

lainnya.

b) Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade)

yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan

permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam atau

16
17

basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun)

serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak dan mudah

dibersihkan.

c) Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai

urutan prioritas Perlakukan makanan hasil olahan sesuai

persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran

fisik, kimia dan bakteriologis.

d) Penjamah makanan dan pengolah makanan berbadan sehat,

tidak menderita penyakit menular dan berperilaku hidup

bersih dan sehat

4) Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang telah matang harus

memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan lama

penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu

dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama

penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa

makanan matang.

5) Pengangkutan makanan

Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun

makanan matang harus memperhatikan beberapa hal yaitu alat

angkut yang digunakan, teknik atau cara pengangkutan, lama

pengangkutan dan petugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari

risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun

bakteriologis.
6) Penyajian makanan

Makanan dinyatakan layak santap apabila telah dilakukan

uji organoleptik atau uji biologis atau uji laboratorium, hal ini

dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun

yang dimaksud dengan:

a) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara

meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu

dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan),

mencium (aroma), mendengar (bunyi), menjilat (rasa).

Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan

layak santap.

b) Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna

dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda

kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.

c) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran

makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini

diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar

atau prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan

standar yang telah baku.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian

makanan yaitu tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian

dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai

dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang

sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4

18
19

(empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama

makanan yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang

disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk

menghindari tumbuh dan berkembangbiaknya bakteri pada

makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan

(Kemenkes RI, 2014).

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk

menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera

menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman adalah

pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau

pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak

membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan (Kemenkes RI,

2014).

Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah:

a. Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian

barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:

1) Mengurangi pemakaian kantong plastik.

2) Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga

secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.

3) Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi

ulang.

4) Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa

diperbaiki).
5) Membeli produk atau barang yang tahan lama.

b. Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa

mengubah bentuk. Contoh:

1) Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran

bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur dan

sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik

mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan

tusuk gigi, perhiasan dan sebagainya.

2) Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah

digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk

perpustakaan mini di rumah dan untuk umum.

3) Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.

c. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang

baru. Contoh:

1) Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara

pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.

2) Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa

digunakan kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak

digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi

tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu bisa

dijadikan tas, dompet dan sebagainya.

3) Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah

terdekat.

20
21

Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan

dengan:

1) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap

hari

2) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah

sesuai dengan jenis, jumlah dan atau sifat sampah.

3) Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah,

yaitu organik dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat

sampahyang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut. Tempat

sampah harus tertutup rapat.

4) Pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan

pemindahan sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan

sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

5) Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan

sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke

tempat pemrosesan akhir.

(Kemenkes RI, 2014).

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah

tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang

berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk

menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur

resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair

rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik
yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang

berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi dan

sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah

(Kemenkes RI, 2014).

Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:

a. Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air

dari jamban

b. Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor

c. Tidak boleh menimbulkan bau

d. Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan

kecelakaan

e. Terhubung dengan saluran limbah umum, got atau sumur resapan.

(Kemenkes RI, 2014).

22
23

BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan PBL I kelompok 2 di Desa Rempoah,

Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. Kegiatan PBL I

dilaksanakan pada Minggu pertama tanggal 31 Oktober sampai 7

November 2015.

B. Jenis dan Metode

Jenis praktek belajar lapangan 1 yang digunakan yaitu penelitian

kuantitatif deskriptif dengan desain cross sectional. Cross sectional adalah

suatu penelitian untuk mempelajari suatu dinamika korelasi antara faktor-

faktor risiko dengan efek, dan dengan suatu pendekatan, observasi ataupun

dengan pengumpulan data tentang Identifikasi Penyebab Masalah Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat Desa Rempoah Kabupaten Banyumas Tahun

2015.

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau

menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.

Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan

data, klasifikasi, pengolahan atau analisis data, membuat kesimpulan dan

laporan (Sugiyono, 2009). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk

menemukan masalah kesehatan yang kemudian ditetapkan prioritas

masalah kesehatan dengan menggunakan metode MCUA (Multiple

Criteria Utility Assessment). MCUA adalah suatu teknik atau metode yang
digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas

beberapa alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah

penentuan prioritas masalah atau pemecahan masalah pada langkah

penetapan prioritas pemecahan masalah. Kriteria adalah batasan yang

digunakan untuk menyaring alternatif masalah sesuai kebutuhan. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner,

observasi, dokumentasi dan diskusi kelompok terarah (FGD).

C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Sumber Data Kategori Skala
Data
1.Karakteristik Responden

a. Umur Informasi mengenai lama Wawancara Data Primer 1. Dewasa awal : 26 – 35 tahun Interval
hidup responden yang dengan 2. Dewasa akhir: 36 – 45 tahun
dihitung dari sejak lahir kuesioner 3. Lansia awal : 46 – 55 tahun
4. Lansia akhir : 56 – 65 tahun
sampai pengambilan data.
5. Manula : > 65 tahun
(Kemenkes RI, 2009)
b. Jenis Kelamin Ciri biologis seseorang Wawancara Data Primer 1. Laki-laki Nominal
berdasarkan alat kelamin dengan 2. Perempuan
yang dibuktikan melalui Kuesioner
Kartu Identitas yang
dimiliki.
c. Pendidikan Informasi mengenai jenjang Wawancara Data Sekunder 1. Pendidikan rendah (Tidak Ordinal
studi formal yang dengan tamat SD, SD, SMP)
ditamatkan responden Kuesioner 2. Pendidikan menengah
(SMA)
berdasarkan ijazah terakhir
3.Pendidikan tinggi (Diploma,
yang diperoleh. S1, Pascasarjana
(UU No. 20 tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
d. Pekerjaan Mata pencaharian sehari- Wawancara Data Primer 1. Pedagang Nominal
hari yang dilakukan oleh dengan 2. Buruh/Tani
responden untuk Kuesioner 3. PNS
mendapatkan gaji/upah 4. TNI/POLRI
5. Pensiunan
6. Wiraswasta
7. IRT (Ibu Rumah Tangga)
(Notoatmodjo, 2012)

24
25

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Sumber Data Kategori Skala


Data
e. Pendapatan Upah/penghasilan rata-rata Wawancara Data 1. Tinggi (1): ≥ UMK Ordinal
yang diterima oleh dengan Sekunder 2. Rendah (0): < UMK
responden setelah Kuesioner UMK Banyumas:
Rp 1.100.000,00
melakukan pekerjaan
(UMK Banyumas 2014
selama sebulan dalam SK Gubernur Jateng
No .560/60/2013).
f. Jumlah Anggota Banyaknya orang yang Wawancara Data Primer 1.Keluarga kecil (≤ 4 orang) Ordinal
Keluarga tinggal dalam satu rumah. dengan 2.Keluarga Sedang (5-7 orang)
Kuesioner 3. Keluarga besar (> 7 orang)
(BKKBN,1998)
2. Sanitasi Program pemerintah dalam Wawancara Data Primer 1.Baik: memenuhi semua pilar Ordinal
Total Berbasis rangka memperkuat upaya dengan STBM
Masyarakat pembudayaan hidup bersih Kuesioner 2.Kurang baik: hanya
(STBM) dan sehat, mencegah memenuhi satu / bebe- rapa
pilar STBM
penyebaran penyakit
berbasis lingkungan,
meningkatkan kemampuan
masyarakat serta
mengimplementasikan
komitmen pemerintah yang
terdiri dari 5 pilar, meliputi:
1. Stop buang air besar
(BAB) sembarangan
2. Cuci tangan pakai sabun
3. Pengelolaan air minum
dan makanan
4. Pengeloalaan Sampah
Rumah Tangga
5. Pengeloalaan limbah cair
rumah tangga
3. Pengetahuan Pemahaman responden Wawancara Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
tentang Sanitasi terhadap hal yang berkaitan dengan 1. Baik: > mean
Total Berbasis dengan perilaku higiene dan Kuesioner
Masyarakat sanitasi meliputi 5 pilar 2. Kurang baik: ≤mean
(STBM) yaitu tidak buang air besar
(BAB) sembarangan,
Data tidak distribusi normal
mencuci tangan pakai sabun,
mengelola air minum dan 1. Baik : ≥ median
makanan yang aman, 2. Kurang baik : < median
mengelola sampah dengan
benar, mengelola limbah
cair rumah tangga dengan
aman melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode
pemicuan
Variable Definisi Operasional Cara Ukur Sumber Data Kategori Skala
Data

4. Sikap tentang Keyakinan, keinginan, dan Wawancara Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
Sanitasi Total kecenderungan responden dengan
1. Mendukung: > mean
Berbasis untuk bertindak berkaitan Kuesioner
Masyarakat dengan aktivitas perilaku 2. Tidak mendukung: ≤mean
(STBM) higiene dan sanitasi meliputi
5 pilar yaitu tidak buang air
Data tidak distribusi normal
besar (BAB) sembarangan,
mencuci tangan pakai sabun, 1. Mendukung: ≥ median
mengelola air minum dan 2.Tidak mendukung: < median
makanan yang aman,
mengelola sampah dengan
benar, mengelola limbah
cair.
5. Perilaku Sekumpulan aktivitas yang Wawancara Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
tentang dipraktikkan oleh dengan
1. Baik: > mean
Sanitasi Total responden, atas dasar Kuesioner
Berbasis kesadaran sebagai hasil 2. Kurang baik: ≤mean
Masyarakat pembelajaran, sehingga
(STBM) secara mandiri berperan
Data tidak distribusi normal
aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat meliputi 1. Baik : ≥ median
tidak buang air besar (BAB) 2. Kurang baik : < median
sembarangan, mencuci
tangan pakai sabun,
mengelola air minum dan
makanan yang aman,
mengelola sampah dengan
benar, mengelola limbah
cair rumah tangga dengan
aman .
7. Persepsi Tingkah laku petugas Wawancara Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
Masyarakat kesehatan yang diharapkan dengan 1. Baik: > mean
terhadap oleh masyarakat dalam Kuesioner
mewujudkan STBM. 2. Kurang baik: ≤mean
Petugas
Kesehatan Data tidak distribusi normal
1. Baik : ≥ median
2. Kurang baik : < median
8. Persepsi Tingkah laku tokoh Wawancara Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
Masyarakat masyarakat yang diharapkan dengan 1. Baik: > mean
terhadap atau yang berpengaruh Kuesioner
dalam mewujudkan STBM 2. Kurang baik: ≤mean
Tokoh
Masyarakat Data tidak distribusi normal
(TOMA) 1. Baik : ≥ median
2. Kurang baik : < median

26
27

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam PBL I adalah

seluruh Kepala Keluarga (KK) atau ibu yang mewakili di Desa

Rempoah, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas dengan

jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2.570 yang terbagi dalam 6 RW,

40 RT.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).

Sampel pada kegiatan PBL 1 adalah kepala keluarga (KK) atau Ibu

yang mewakili dari keluarga yang dipilih berdasarkan teknik

pengambilan sampel tertentu.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik proporsional cluster random sampling dengan mengacak RT

yang ada di desa Rempoah. Cara proporsional lebih baik daripada cara

yang tidak proporsional. Bias atau kemelencengan hasil penelitian

(penggeneralisasian hasil penelitian terhadap sampel kepada

populasinya) dapat terjadi jika sampel tidak diambil secara

proporsional (Notoatmodjo, 2010).


Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus :

Z2 1-α .N.P.q
𝑛=
d2 (N-1)+Z21-αP.q

Keterangan:

n = Besar sampel

N = Jumlah populasi

Z 1-α = Z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan =

1,96 (CI= 95%)

D = Derajat ketepatan yang digunakan oleh 10% atau 0,1

P = Proporsi target populasi (jika tidak diketahui gunakan

0,5)

q = Proporsi sisa di dalam populasi

Berdasarkan data dari desa Rempoah diketahui :

Diketahui :

N = 2.570 KK

Z = 1,96

P = 0,5

d = 0,1

q = 0,5

Hasil Perhitungan :

Z2 1-α .N.P.q
𝑛=
d2 (N-1)+Z21-αP.q

n= (1.96) 2 (2.570) (0.50) (1-0.5)

28
29

(0.1) 2 (2570-1) + (1.96) 2 (0.5) (1-0.5)

n= 2468,228

25,69 + 0,9604

n= 2468,228

26,6504

n= 92,62

n= 93

Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel sebanyak 93 KK.

Setelah menghitung jumlah sampel disemua populasi, kemudian

melakukan random pada RT di desa Rempoah. Hal ini dilakukan

sesuai dengan tehnik sampling yang digunakan. Cara memilih RT yang

akan dijadikan sampel dengan mengambil setengah dari jumlah RT di

desa Rempoah.

RT yang diambil = 40 RT : 2

= 20 RT

=20 RT

Sampel yang diambil dalam penelitian berasal dari 20 RT terpilih.

Pengambilan RT terpilih dilakukan dengan mengkocok semua RT di

desa Rempoah dan diambil 20 RT sebagai sampel. Adapun RT terpilih

setelah dilakukan pengocokan sebagai berikut :

Tabel 3.2 RT yang Terpilih dalam Random


Rukun Warga Rukun Tetangga Jumlah Kepala
( RW ) ( RT ) Keluarga
RW 1 RT 1 101 KK
RT 2 86 KK
RT 4 64 KK
RW 2 RT 1 57 KK
RT 4 87 KK
RT 5 66 KK
RT 8 84 KK
RW 3 RT 1 59 KK
RT 2 72 KK
RT 3 66 KK
RT 6 52 KK
RW 4 RT 1 72 KK
RT 4 75 KK
RT 5 72 KK
RT 6 69 KK
RW 5 RT 1 115 KK
RT 2 110 KK
RT 4 74 KK
RW 6 RT 3 79 KK
RT 4 76 KK
TOTAL 1.533 KK
Sumber: Data Sekunder Terolah 2015

Berdasarkan RT terpilih yang telah didapatkan maka dilakukan

perhitungan sampel. Adapun pehitungan besar sampel dilakukan

sebagai berikut :

Diketahui:

Z = 1,96

P = 0,5

N = 1.533 KK

q = 0,5

d = 0,1

Z2 1-α .N.P.q
𝑛= 2
d (N-1)+Z21-αP.q

n= (1.96) 2 (1.533) (0.50) (1-0.5)

(0.1) 2 (2570-1) + (1.96) 2 (0.5) (1-0.5)

n= 1472,2932

16. 2804

n= 1472,2932

16. 2804

30
31

n = 90,43

n = 91

Tabel 3.3 Distribusi Sampel


Rukun Warga Rukun Tetangga Jumlah Kepala Distribusi
( RW ) ( RT ) Keluarga Sampel
(KK) (Orang)
RW 1 RT 1 101 6
RT 2 86 5
RT 4 64 4
RW 2 RT 1 57 3
RT 4 87 5
RT 5 66 4
RT 8 84 5
RW 3 RT 1 59 4
RT 2 72 4
RT 3 66 4
RT 6 52 3
RW 4 RT 1 72 4
RT 4 75 5
RT 5 72 4
RT 6 69 4
RW 5 RT 1 115 7
RT 2 110 6
RT 4 74 4
RW 6 RT 3 79 5
RT 4 76 5
TOTAL 1.533 91
Sumber: Data Sekunder Terolah 2015
Sampel dalam penelitian ini harus memiliki kriteria inklusi dan

eksklusi, yaitu :

a. Kriteria Inklusi:

1) Ibu yang berdomisili di Desa Rempoah

2) Ibu yang bersedia menjadi responden

3) Kooperatif

b. Kriteria Eksklusi:

1) Ibu yang tiga kali berturut-turut ditemui tidak ada di tempat

2) Ibu yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik.


Sampel yang digunakan adalah setiap kepala keluarga atau ibu

yang mewakili dari keluarga yang berjumalah 100 sampel yang dipilih

berdasarkan teknik pengambilan sampel yang telah ditentukan.

E. Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi, 2006). Instrumen yang

digunakan dalam kegiatan PBL 1 di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden

Kabupaten Banyumas adalah kuesioner terstruktur berisi pernyataan yang

harus diisi oleh responden yang terpilih. Format yang dipakai dalam

kuesioner adalah skala Likert dan skala Guttman. Skala Likert pada

variabel independen dengan jawaban atas pertanyaan yaitu skala 1 - 4.

Nilai yang dimaksud adalah skor atas jawaban responden. Skor yang

peneliti gunakan sebagai berikut :

STS (Sangat Tidak Setuju) : nilainya 1

TS (Tidak Setuju) : nilainya 2

S (Setuju) : nilainya 3

SS (Sangat Setuju) : nilainya 4

Instrumen yang digunakan dalam kegiatan PBL 1 di Desa Rempoah

Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas meliputi :

1. Kuesioner tertutup

Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan

menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi tinggal

32
33

memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Arikunto, 2002). Tujuan

kuesioner tertutup dalam kegiatan PBL 1 yaitu untuk mengetahui

informasi mengenai karakteristik responden, pengetahuan, sikap,

praktik, persepsi peran tenaga kesehatan dan persepsi peran tokoh

masyarakat mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di

Desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.

2. Kuesioner terbuka

Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa

sehingga para pengisi mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka

disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas

sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Kuesioner terbuka juga

digunakan untuk meminta pendapat seseorang (Arikunto, 2002).

Dalam kegiatan PBL 1 tujuan kuesioner terbuka yaitu untuk

mengetahui informasi tentang alamat pengisi, karena tidak mungkin

diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan.

3. Skala Guttman

Skala Guttman, yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas,

seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-

negatif, tinggi-rendah, baik-buruk dan seterusnya. Pada skala Guttman,

hanya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Skala Guttman

dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist.

Untuk jawaban positif seperti benar, ya, tinggi, baik dan semacamnya

diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti salah, tidak,

rendah, buruk dan semacamnya diberi skor 0. Skala Guttman


digunakan untuk mengukur pengetahuan, pendukung, penguat dan

perilaku yang ada dalam kuesioner (Sugiyono, 2012). Dalam kegiatan

PBL 1, skala guttman digunakan untuk mengetahui informasi

mengenai pengetahuan mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten

Banyumas.

4. Checklist

Dalam kegiatan PBL 1, instrumen checklist digunakan untuk

mengamati kondisi lingkungan yang sebenarnya di Desa Rempoah

Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas, dengan melakukan

pengamatan pada objek yang bisa diamati dengan panca indera,

misalnya kondisi rumah, jamban dan lain-lain.

5. Form Data Sekunder

Form data sekunder menjadi salah satu instrumen yang digunakan

dalam pelaksanaan PBL I untuk mengetahui status derajat kesehatan

masyarakat Desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten

Banyumas. Form ini berupa pernyataan-pernyataan yang berisi

keterangan status derajat kesehatan masyarakat yang dapat diketahui

melalui data sekunder.

6. Alat Perekam Gambar

Alat perekam gambar adalah alat yang digunakan untuk

mengabadikan kondisi lingkungan yang ada di dalam masyarakat

(Notoatmodjo, 2005). Pelaksanaan PBL I akan menggunakan alat

34
35

perekam gambar untuk mendokumentasikan kegiatan PBL I di Desa

Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.

7. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk

mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Dalam kegiatan

PBL 1 ini, instrumen yang digunakan dalam uji validitas dan

reliabilitas pada 30 orang yang dilakukan di Desa Karang Tengah.

a. Uji Validitas

Menurut Sulisetyo (2010), validitas adalah ketepatan atau

kecermatan sesuatu instrumen dalam pengukuran. Sedangkan

menurut Sugiyono (2010), instrumen yang valid adalah alat ukur

yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur,

dinyatakan valid apabila nilai (p ≥ 0,05). Berdasarkan hasil yang

diperoleh untuk variabel pengetahuan per item yaitu Buang air

besar sembarangan adalah perbuatan yang tidak baik (0,207),

Syarat air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah tidak

berbau, tidak berasa, tidak berwarna (0,858), limbah cair adalah

salah satu jenis limbah yang berbahaya terhadap lingkungan

(0,555), makanan yang bersih adalah makanan yang mengandung

bibit penyakit (0,121), yang dimaksud dengan air limbah adalah air

bersih yang tidak mengandung kuman (0,121), waktu yang tepat

untuk mencuci tangan dengan sabun adalah setelah buang air besar

(BAB) (0,023), sampah organik dapat diolah menjadi pupuk untuk

tanaman (0,121). Sedangkan untuk item-item sikap yang


menyatakan valid yaitu menurut saya sampah itu adalah semua

benda yang tidak terpakai lagi dan benda yang harus dibuang

(0,75), Saya merasa menggunakan septic tank merupakan cara

yang tepat untuk menghindari pencemaran tanah (0,57), sebaiknya

setiap rumah tangga wajib memiliki SPAL (0,158), Saya akan

mencuci tangan setelah BAB (0,555), Saya akan membersihkan

selokan jika terdapat sampah (0,188) dan Saya akan membersihkan

kamar mandi 2x seminggu (0,676). Kemudian, untuk variabel

tokoh masyarakat menunjukkan bahwa tokoh masyarakat

menyediakan layanan pengangkutan sampah untuk warganya

(0,791) serta untuk item-item pernyataan persepsi tokoh

masyarakat menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang di akses

dapat mengatasi masalah kesehatan (0,390).

b. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang digunakan

berapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan

data yang sama. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam variabel

pengetahuan menyatakan bahwa nilai Cronbach’s Alpha sebesar

0,737 yang artinya bila nilai lebih dari atau sama dengan 0,7

dinyatakan reliabel, untuk variabel sikap menyatakan nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,791 dan variabel tokoh masyarakat

menyatakan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,738 serta variabel

persepsi peran petugas kesehatan menyatakan nilai Cronbach’s

Alpha sebesar 0,775.

36
37

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan

berbagai sumber dan berbagai cara. Bila di lihat dari sumber datanya,

maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder

(Sugiyono, 2012). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

kegiatan PBL I ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti dengan maksud

khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditangani. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

tempat penelitian dilakukan (Sugiyono, 2009). Data primer dalam

penelitian ini diperoleh dari :

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan

secara lisan dari seseorang sasaran penelitian yang berpedoman

pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Jenis wawancara dalam

pengambilan data ini yaitu wawancara terpimpin karena dalam

pengumpulan data menggunakan kuesioner sebagai dasar dalam

melakukan wawancara (Notoatmodjo, 2007). Wawancara

dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-

pertanyaan untuk menggali dan mengumpulkan data mengenai

masalah kesehatan di Desa Rempoah, Kecamatan Baturaden,

Kabupaten Banyumas.
b. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai penyelidikan yang dilakukan

secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat

indera terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan

dapat dianalisa pada waktu kejadian itu terjadi. Metode ini

dilakukan langsung dengan cara pengamatan secara langsung

terhadap fenomena yang diteliti (Hasan, 2004). Observasi

dilakukan dengan menggunakan checklist yang berisi pernyataan-

pernyataan untuk menggali dan mengumpulkan data dengan cara

mengamati sarana dan prasarana di setiap rumah yang berkenaan

masalah kesehatan mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) di Desa Rempoah, Kecamatan Baturraden, Kabupaten

Banyumas.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, tulisan,

gambar, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya (Arikunto,

2000). Dokumentasi yang digunakan dalam pengambilan data

seperti telepon genggam, kamera dan alat tulis untuk mencatat hal-

hal penting dalam proses pengumpulan data penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud

selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dan dapat

ditemukan dengan cepat. Sumber data sekunder dapat berupa literatur,

38
39

artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian

yang dilakukan (Sugiyono, 2009). Data sekunder dalam penelitian ini

berasal dari :

a. Puskesmas Baturraden II

Pengambilan data sekunder dilakukan di Puskesmas

Baturraden II berupa Profil Kesehatan Kecamatan Baturraden

tahun 2014 yang berisi mengenai situasi derajat kesehatan, jumlah

tenaga kesehatan dan jenisnya.

b. Balai Desa Rempoah, Kecamatan Baturaden, Kabupaten

Banyumas

Pengambilan data sekunder tentang Profil Kependudukan

Desa Rempoah berupa jumlah KK desa Rempoah, jumlah RW,

jumlah RT per RW, jumlah KK per RT, karakteristik penduduk

Desa Rempoah, jumlah pelayanan kesehatan yang ada dan jenis

pelayanan kesehatan yang ada.

G. Analisis Data

Analisis data penelitian menggunakan analisis statistik univariat

dengan program aplikasi SPSS (Statistic Program For Social Sciences) for

Windows. Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi

untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran yang sedemikian rupa

sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.

Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa


univariat dilakukan masing-masing variabel yang diteliti (Notoatmodjo,

2005).

Data yang telah diperoleh dari Puskesmas Baturaden II dan Balai Desa

Rempoah dianalisis secara deskriptif. Data tersebut menggambarkan

keadaan umum dan keadaan kesehatan masyarakat Desa Rempoah.

Kemudian, penyajian data dari hasil analisis berupa tulisan, tabel dan

diagram atau grafik agar lebih mudah dipahami. Pengolahan data melalui

beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Kegiatan untuk mengecek isian formulir atau kuesioner apakah

jawaban yang ada dalam kuesioner lengkap(semua pertanyaan sudah

terisi jawabannya), jelas(tulisan jawaban pertanyaan cukup jelas

terbaca), relevan (jawaban sesuai dengan pertanyaan) dan konsisten

(antara beberapa pertanyaan yang berkaitan, isi jawabannya relevan)

(Hastono, 2001).

2. Coding

Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data jawaban

menurut kategori masing-masing. Setiap kategori jawaban yang

bebeda diberi kode berbeda. Hal yang perlu diperhatikan adalah setiap

jawaban yang masuk diberi kode tertentu sesuai dengan kategorinya,

setiap kategori yang sama diberi kategori yang sama dan antara

kategori yang satu dengan yang lain dipisahkan dengan tegas agar

tidak tumpang tindih. Menurut Hasan (2004), coding adalah kegiatan

40
41

pemberian kode pada tiap data yang termasuk dalam kategori yang

sama.

3. Entry Data

Kegiatan pemindahan data ke dalam komputer untuk diolah

menggunakan program statistik yang ada (Hastono, 2001). Kegiatan

yang dilakukan oleh peneliti yaitu memproses data dengan cara

melakukan entry data dari masing-masing respoden ke dalam program

komputer. Data dimasukkan sesuai nomor responden pada kuesioner

dan jawaban responden dalam bentuk angka sesuai nomor responden

pada kuesioner dan jawaban responden dalam bentuk angka sesuai

dengan skor jawaban yang telah ditentukan.

4. Tabulating

Kegiatan mengelompokkan data ke dalam suatu tabel tertentu

menurut sifat-sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian

(Azwar dan Prihantono, 2003).

Analisis data yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat menggunakan analisis presentase dari

seluruh responden yang diambil dalam penelitian, dimana akan

menggambarkan bagaimana komposisinya ditinjau dari beberapa

segi sehingga dapat dianalisis karakteristik responden. Analisis

univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel

karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan

menggunakan distribusi frekuensi dan proporsinya.


Analisis univariat pada kegiatan PBL 1 digunakan untuk

mengetahui pengetahuan, sikap, sarana prasarana, peran petugas

kesehatan dan peran petugas tokoh masyarakat terhadap Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui

interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun

korelatif. Uji statistik dalam kegiatan PBL ini untuk menguji

hipotesis yaitu untuk mengetahui hubungan antara variable

independen dan variable dependen. Analisis bivariat dalam

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

pengetahuan, sikap, sarana prasarana, peran petugas kesehatan

dan peran petugas tokoh masyarakat terhadap Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat.

Uji yang digunakan untuk mengetahui data berdistribusi

normal atau tidak normal adalah menggunakan Uji Kolmogorov-

Smirnov. Data dapat dinyatakan berdistribusi normal apabila

mempunyai nilai P-Kolmogorov-Smirnov > 0,05, uji normalitas

dalam kegiatan PBL 1 digunakan untuk mengkategorikan hasil

ukur variabel independen. Apabila data berdistribusi normal,

maka hasil ukur variabel dikategorikan sebagai berikut :

1) Baik, total skor ≥ nilai mean

2) Tidak baik, total skor < nilai mean

42
43

Analisis bivariat dalam kegiatan PBL 1 ini menggunakan uji

statistik Chi-square. Signifikansi uji Chi-square menggunakan

derajat kepercayaan 95% (α = 5%). Jika P nilai ≤ 0,05 maka

hipotesis diterima yang menunjukkan adanya hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya jika P

nilai > 0,05 maka hipotesis ditolak yang menunjukkan tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

c. Multivariat

Menurut Santoso (2004), analisis multivariat merupakan

analisis lanjutan dari analisis univariat maupun bivariat. Secara

ilmiah, untuk menjelaskan fenomena sosial perlu dilakukan

percobaan dengan pengumpulan dan analisis data. Analisis data

yang dikumpulkan dari pengamatan atau percobaan akan

menghasilkan modifikasi penjelasan dari fenomena tersebut.

Selama dalam masa percobaan tersebut, sering kali akan terjadi

penambahan dan pengurangan variabel. Dengan demikian, maka

akan timbul masalah yang semakin komplek sehingga dibutuhkan

lebih banyak variabel yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan

dalam data akan terdapat pengaruh beberapa variabel terhadap

variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan. Analisis

multivariat dalam kegiatan PBL 1 ini menggunakan uji regresi

linier. Uji tersebut menjelaskan bahwa variabel yang berhubungan

dengan STBM yaitu variabel sikap dan persepsi petugas

kesehatan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL

1. PROFIL PUSKESMAS II BATURADEN

a. Keadaan Geografis Puskesmas II Baturaden

Puskesmas II Baturaden merupakan salah satu wilayah

kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas dengan luas wilayah

1.581.127.300 Ha. Puskesmas II Baturaden terdiri dari 6 desa yang

ada di kecamatan Baturaden. Desa karangsalam merupakan desa

yang paling luas yaitu sekitar 50.960.500 Ha. Sedangkan desa

pandak merupakan desa yang paling kecil yaitu sekitar: 8.736.000

Ha. Letak geografis Puskesmas II Baturaden.

Berbatasan dengan wilayah beberapa Puskesmas, yaitu:

1) Disebelah utara : Perhutani

2) Disebelah selatan : Puskesmas Purwokerto utara

3) Disebelah barat : Puskesmas I Baturaden

4) Disebelah timur : Puskesmas I dan II Sumbang

Letak Puskesmas II Baturaden 65% merupakan daerah

dataran tinggi (pegunungan) sedangkan 35% merupakan daerah

dataran rendah. Puskesmas II Baturaden sebagian besar berada 25-

100 m dari permukaan laut. Luas penggunaan lahan di Puskesmas

II Baturaden terdiri dari :

1) Tanah sawah :432.214 Ha

2) Tanah Pekarangan :167.621 Ha

3) Tanah tegalan : 269.392 Ha

44
45

4) Tanah perkebunan :5.000 Ha

5) Tanah hutan : 5.180 Ha

6) Tanah kolam : 4.073.399 Ha

b. Keadaan Demografi Puskesmas II Baturaden

1) Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data dari statistik Kecamatan Baturaden hasil

registrasi penduduk tahun 2009, jumlah penduduk dalam

wilayah kerja Puskesmas II Baturaden 21.492 jiwa, yang terdiri

dari laki-laki 10.314 jiwa dan perempuan 13.081 jiwa yang

tergabung dalam 5.004 rumah dan 5.254 kepala keluarga (KK).

sedangkan jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak 20.958 jiwa

yang terdiri dari 10.448 jiwa laki-laki dan 10.176 jiwa

perempuan. Laju pertumbuhan pebduduk tahun 2008-2009

sebanyak 1,01%.

2) Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur

Jumlah penduduk di Puskesmas II Baturaden tahun 2009

dapat dilihat pada tabel I di bawah ini. Kepadatan penduduk

tahun 2009 meningkat 2 jiwa/km² dibandingkan dengan tahun

2008.

Tabel 4.1 Distribusi jumlah warga laki-laki dan perempuan yang


terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas II Baturaden
Kabupaten Banyumas
No Kelompok Jumlah Laki-
laki+perempua n
umur (tahun)
Laki- % Perempuan %
Laki
1 <1 179 53,1 156 46,29 337

2 0-4 742 46,34 859 53,65 1601


3 5-9 871 48,28 933 51,71 1804
4 10-14 1018 49,29 1031 50,31 2049
5 15-19 1020 49,70 1032 50,29 2052
6 20-24 941 51,64 881 48,35 1822
7 25-29 932 51,97 861 48,02 1793
8 30-34 757 48,90 791 51,09 1548
9 35-39 636 45,04 785 55,59 1412
10 40-44 739 50,72 718 49,27 1457
11 45-49 460 48,83 482 51,16 942
12 50-54 437 40,57 640 59,42 1077
13 55-59 234 33,19 471 66,80 705
14 60-64 272 37,36 456 62,89 728
15 65-69 234 39,06 365 60,93 599
16 70-74 996 67,88 482 32,61 1478
17 75+ 234 37,74 386 62,25 620
Sumber dari Profil Puskesmas II Baturaden Tahun 2014

Jika dilihat jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur,

penduduk berumur 15-19 tahun yaitu kelompok umur tertinggi,

yaitu 2.052 jiwa atau 9,86%. Maka penduduk dalam wilayah

Puskesmas II Baturaden tergolong pada usia muda atau usia

produktif. Sedangkan jumlah penduduk berumur 0-4 tahun juga

cukup tinggi, yaitu sebesar 1.601 jiwa atau 8,5%.

3) Kepadatan Penduduk

Penduduk di wilayah Puskesmas II Baturaden untuk tahun

2009 belum menyeluruh secara merata, pada umumnya penduduk

banyak menumpuk, rata-rata kepadatan pendudukan wilayah

Puskesmas II Baturaden yaitu Desa Rempoah dengan tingkat

kepadatan 0,96 jiwa/Km². Sedangkan desa dengan kepadatan

penduduk terendah yaitu desa Pandak dengan tingkat kepadatan

4,2jiwa /km². Di wilayah kerja Puskesmas II Baturaden terdapat 35

Posyandu. Penelitian ini dilakukan pada bulan april sampai bulan

46
47

juni 2010, penelitian ini dilakukan pada ibu menyusui yang

memiliki bayi berusia lebih dari 6 bulan, yang terdapat di wilayah

kerja Puskesmas II Baturaden.

Tabel 4.2 Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden Menurut


Jumlah Kelurahan Tahun 2014
No. Desa/Kelurahan Luas ( km2 )

1. Desa Karangsalam 50.960.500

2. Desa Kemutug Lor 25.186.000

3. Desa Karangmangu 33.510.000

4. Desa Kemutug Kidul 15.094.500

5. Desa Rempoah 24.540.300

6. Desa Pandak 8.736.000

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas II Baturraden tahun 2014

4) Keadaan Penduduk

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Dalam Wilayah Kerja Puskesmas


II Baturraden Menurut Kelurahan Dan Jenis Kelamin
Tahun 2014
No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio

1. Desa Karangsalam 1.278 1.297 2.575 98,54

2. Desa Kemutug Lor 2.414 2.268 4.682 106,44

3. Desa Karangmangu 1.382 1.444 2.826 95,71

4. Desa Kemutug Kidul 1.554 1.545 3.198 100,58

5. Desa Rempoah 3.859 3.755 7.624 102,77

JUMLAH 11.953 11.708 23.661 102,09

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas II Baturraden tahun 2014


Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui Rasio Jenis kelamin

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Baturraden tahun 2014

adalah 102,09.
5) Visi Puskesmas II Baturraden

Menjadi Puskesmas yang terbaik dan bermutu dalam

pelayanan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

6) Misi Puskesmas II Baturraden

a) Menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

masyarakat serta wawasan yang bermutu tinggi sesuai dengan

akreditasi atau sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.

b) Meningkatkan sumber daya manusia dan penempatan sumber

daya manusia yang tepat.

c) Meningkatkan sarana dan prasarana

d) Meningkatkan kerjasama lintas program dan sektoral.

7) Kebijakan Sektor Kesejahteraan Sosial

a) Sektor Kesehatan

i. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan

yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma

sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan

kesehatan atau promosi kesehatan dan mencegah penyakit

tanpa meninggalkan upaya penyembuhan atau pengobatan

dan rehabilitasi.

ii. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga serta

pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya

manusia berkelanjutan.

48
49

iii. Meningkatkan kualitas melalui pengendalian kelahiran,

memperkecil angka kematian, meningkatkan kualitas

program KB.

iv. Memberantas penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan

obat-obatan terlarang, alkohol atau miras.

b) Sektor Kesehjahteraan Sosial

i. Mengembangkan perlakuan sosial yang mampu memberi

bantuan penyelamat dan pemberdayaan terhadap

penyandang masalah kesejahteraan sosial.

ii. Membangun aspirasi terhadap penduduk lansia dan veteran

untuk menjaga masalahnya serta memanfaatkan

pengalamannya.

iii. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir

miskin dan anak-anak terlantar dan penyediaan lapangan

kerja seluas-luasnya dalam meningkatkan kesejahteraan

sosial.

2. KONDISI DESA REMPOAH

Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas

sebagai Ibukota Kecamatan Baturraden berdiri semenjak tahun 1956 dan

memiliki letak yang strategis karena terletak di jalur utama jalan raya yang

menghubungkan dengan desa-desa lainnya di wilayah kecamatan

Baturraden dan juga merupakan penghubungan jalur tradisional antara

desa Rempoah-Kemutug Kidul, antara Rempoah-Muntang (Karang

Tengah), antara Rempoah-Banjarsari Kulon Kecamatan Sumbang. Selain


sebagai jalur utama penghubung, jalur tersebut juga merupakan jalur

Pariwisata Baturraden yaitu jalur antara Purwokerto-Baturraden yang

dilalui angkutan umum yang cukup memadai. Jalur yang sangat vital ini

telah didukung dengan sarana prasarana yang cukup menunjang seperti

jalan yang sebagian besar telah beraspal, jumlah kendaraan umum yang

memadai dan terjangkaunya wilayah-wilayah ditepi desa.

Letak Desa Rempoah yang berada di tengah-tengah wilayah

kecamatan menjadikannya sebagai Pusat Pemerintahan dan Perekonomian

di wilayah Kecamatan Baturraden, hal tersebut terlihat dari banyaknya

Perkantoran (Kantor Kecamatan, UPK, Kantor Pos, BRI dan lain-lain),

gedung sekolah, pasar dan Puskesmas. Kondisi tersebut ditunjang dengan

potensi Desa Rempoah sebagai desa dengan wilayah paling luas dan

dengan jumlah penduduk paling banyak.

Potensi lainnya yang juga masih cukup banyak dalam menunjang

PAD desa seperti potensi di bidang wisata antara lain wisata alam Curug

Belot, wisata spiritual Pancakoah, wisata tanaman hias, wisata sejarah

Napak Tilas Brigade Tentara Pelajar XVII, sejarah jalur Perkebunan Tebu

pada masa kolonial Belanda, di bidang perekonomian seperti tersedianya

pasar desa, minimarket, warung-warung tradisional yang banyak tersedia,

dan potensi desa lainnya.

Letak Desa Rempoah secara administratif termasuk dalam wilayah

Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas terletak di sebelah utara

kotaPurwokerto yaitu kurang lebih 8 km dari Purwokerto, tepatnya di

ibukota Kecamatan Baturraden, sedangkan waktu tempuh menuju kantor

50
51

Kecamatan Baturraden sekitar 5 menit, sedangkan waktu tempuh menuju

Ibukota Kabupaten kurang lebih 25 menit.

Desa Rempoah terdiri dari 3 dusun, 6 RW dan terbagi dalam 40 RT

dengan pembagian wilayah masing- masingkadus sebagai berikut:

a. Kadus I membawahi wilayah RW 1dan RW 2 yang meliputi 14 RT.

b. Kadus II membawahi wilayah RW 3 dan RW 4 yang meliputi 16 RT.

c. Kadus III membawahi wilayah RW 5 dan RW 6 yang meliputi 10 RT.

Secara geografis Desa Rempoah merupakan desa yang terletak

didataran sedang dengan batas-batas desa sebagai berikut:

a. Wilayah barat berbatasan dengan Desa Pamijen dan Desa Kebumen.

b. Wilayah utara berbatasan dengan Desa Karang Tengah dan Desa

Kemutug Kidul.

c. Wilayah timur berbatasan dengan Desa Banjarsari Kulon.

d. Wilayah selatan berbatasan dengan Desa Pandak.

Desa Rempoah memiliki luas wilayah terluas di antara desa-desa

se-Kecamatan Baturraden yaitu sekitar 246,433 ha. Luas wilayah itu dapat

terlihat dari data penggunaan lahan di bawah ini:

Tabel 4.4 Data Penggunaan Lahan di Desa Rempoah tahun 2014


No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1. Sawah Pertanian 144,4470
2. Ladang/ Kebun 7,3055
3. Kolam Perikanan 1,1
4. Pemukiman 75,1911
5. Makam Desa 2,5
6. Sarana Olahraga/ Lapangan OR 2,9
7. Sarana Pemerintahan dan Jalan 1,2
8. Lain-lain 2,1
Jumlah 246,433
Sumber : Data BIP Tahun 2014
Letak Desa Rempoah secara astronomis berada pada posisi 109 BT

dan 7 LS, Desa Rempoah memiliki konfigurasi berupa tanah darat pada

ketinggian antara 250-300 m di atas permukaan laut (dpl) dan kemiringan

lahan berkisar 25%. Curah hujan 3.195 mm/ tahun dengan jumlah hari

hujan mencapai 266 hari hujan. Suhu rata-rata harian yaitu berkisar 24-

26OC sehingga bersuhu sedang. Kelembaban udara berkisar 80-90%

sehingga dikategorikan lembab. Kecepatan angin mencapai 25 km/jam.

Jenis tanah yang ada di wilayah desa Rempoah sebagian besar tanah

asosiasi latosol regosol, tanah jenis ini bertekstur debu dengan struktur

remah dan poros/ sarang. Jenis tanah tersebut tergolong subur untuk lahan

pertanian dan perkebunan, sehingga di Desa Rempoah banyak dijumpai

berbagai jenis tanaman baik di lahan pertanian maupun tanaman keras atau

buah-buahan yang dimiliki penduduknya. Keberadaan Desa Rempoah

yang dialiri oleh beberapa sungai yaitu sungai Pelus dan sungai Belot di

sebelah timur desa, sungai Jurig berada di tengah desa serta sebelah barat

desa dialiri oleh sungai Taman dan sungai Plimping, hal ini memudahkan

penduduk desa untuk bercocok tanam serta mengatur irigasi pertanian.

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Desa Rempoah per Bulan April 2014
Kelompok Umur Jumlah Penduduk
(tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
0 s/d 4 335 310 645
5 s/d 9 390 353 743
10 s/d 14 314 326 640
15 s/d 19 298 290 588
20 s/d 24 350 337 687
25 s/d 29 345 349 694

52
53

30 s/d 39 882 774 1.656


40 s/d 49 553 575 1.128
50 s/d 59 414 424 838
Lebih dari 60 489 483 972
Jumlah 4.370 4.224 8.594
Sumber : Data BIP Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.5 data BIP pada bulan April 2014, Desa

Rempoah memiliki 2.570 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 8.594

jiwa yang terdiri laki-laki yaitu 4.370 jiwa dan perempuan yaitu 4.224

jiwa. Rata-rata setiap keluarga terdiri dari 4 (empat) anggota keluarga.

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk menurut Kepala Keluarga tahun 2014


No RT/RW KK No RT/RW KK
1 1/1 101 21 7/3 38
2 2/1 86 22 8/3 34
3 3/1 56 23 1/4 72
4 4/1 64 24 2/4 43
5 5/1 57 25 3/4 62
6 6/1 34 26 4/4 75
7 1/2 57 27 5/4 72
8 2/2 46 28 6/4 69
9 3/2 46 29 7/4 32
10 4/2 87 30 8/4 61
11 5/2 66 31 1/5 115
12 6/2 53 32 2/5 110
13 7/2 48 33 3/5 62
14 8/2 84 34 4/5 74
15 1/3 59 35 5/5 58
16 2/3 72 36 6/5 72
17 3/3 66 37 1/6 69
18 4/3 48 38 2/6 72
19 5/3 43 39 3/6 79
20 6/3 52 40 4/6 76
Sumber : Data BIP Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.6 data BIP pada bulan April 2014, komposisi

penduduk menurut kepala keluarga RT 1/RW 5 memiliki jumlah

terbanyak yaitu 115 KK dan yang paling sedikit berada di RT 7/RW 4

dengan jumalh 32 KK.


3. PENGOLAHAN DATA PRIMER

a. Analisis Univariat

1) Gambaran Karakteristik Responden

a) Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.7 Karakteristik Jenis Kelamin Responden di Desa


Rempoah Tahun 2015
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase(% )
1 Laki-laki 21 33,1
2 Perempuan 70 76,9
Total 91 100
Sumber : Data primer terolah, 2015

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa jenis kelamin responden di

Desa Rempoah pada tahun 2015 paling banyak yaitu perempuan

sejumlah 70 orang (76,9%).

b) Karakteristik Usia Responden

Tabel 4.8 Karakteristik Usia Responden di Desa Rempoah


Tahun 2015
No Usia (Tahun) Frekuensi Presentase(% )
1 26-35 30 33,0
2 36-45 25 27,5
3 46-55 17 18,7
4 55-65 13 14,3
5 >60 6 6,6

Total 91 100
Sumber : Data primer terolah, 2015

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa usia responden di Desa

Rempoah pada tahun 2015 paling banyak yaitu usia 26-35 tahun

sejumlah 30 orang (33%).

54
55

c) Karakteristik Pekerjaan Responden

Tabel 4.9 Karakteristik Pekerjaan Responden di Desa Rempoah


Tahun 2015
No Pekerjaan Frekuensi Presentase(% )
1 Pedagang 4 4,4
2 Buruh/Tani 16 17,6
3 PNS 2 2,2
4 Pensiunan 1 1,1
5 Wiraswasta 12 13,2
6 IRT 56 61,5
Total 91 100
Sumber : Data primer terolah, 2015

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pekerjaan responden di

Desa Rempoah pada tahun 2015 paling banyak yaitu ibu rumah

tangga sejumlah 56 orang (65,1%).

d) Karakteristik Pendidikan Responden

Tabel 4.10 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden di


Desa Rempoah Tahun 2015
No Pendidikan Frekuensi Presentase(% )
1 TIDAK TAMAT SD 11 12,1
2 SD/MI 41 45,1
3 SMP/MTS 17 18,7
4 SMA/MA 18 19,8
5 DIPLOMA 1 1,1
6 SARJANA 2 2,2
7 PASCA SARJANA 1 1,1
Total 91 100
Sumber : Data primer terolah, 2015

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

responden di Desa Rempoah pada tahun 2015 paling banyak

pendidikan terakhir responden yaitu SD sejumlah 41 orang

(45,1%).
e) Karakteristik Jumlah Anggota Keluarga Responden

Tabel 4.11 Karakteristik Jumlah Anggota Keluarga di Desa


Rempoah Tahun 2015
No Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Presentase(% )
1 ≤4 45 49,4
2 5-7 40 44,0
3 >7 6 6,6
Total 91 100
Sumber : Data primer terolah, 2015

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga

responden di Desa Rempoah pada tahun 2015 sebagian besar

beranggotakan ≤ 4 anggota (48,4%).

2) Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Masalah STBM

Table 4.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden di Desa


Rempoah Tentang Pengetahuan STBM
Presentase %
No Pernyataan
∑ Benar ∑ Salah
Buang air besar sembarangan adalah
1. 78 85.7 13 14.3
perbuatan yang tidak baik.
Salah satu syarat jamban yang sehat adalah
2. tinja tidak dapat dijamah oleh serangga 85 93.4 6 6.6
maupun tikus.
Jamban yang tidak sehat akan menjadi
3. 89 97.8 2 2.2
sumber bibit penyakit.
Jamban yang aman adalah jamban yang
4.
tidak membahayakan orang lain (kejeblok) 91 100.0 0 0
Syarat air yang digunakan untuk keperluan
5. sehari-hari adalah tidak berbau, tidak 90 98.9 1 1.1
berasa, tidak berwarna.
Mencuci tangan yang baik adalah di air
6. 90 98.9 1 1.1
mengalir dan menggunakan sabun.
Waktu yang tepat untuk mencuci tangan
7. dengan sabun adalah setelah buang air 89 97.8 2 2.2
besar (BAB).
Limbah cair adalah salah satu jenis limbah
8. 83 91.2 8 8.8
yang berbahaya terhadap lingkungan.
Yang dimaksud dengan air limbah adalah
9. 82 90.1 9 9.9
air bersih yang tidak mengandung kuman.*
Akibat jika saluran pembuangan air limbah
10. tersumbat adalah terjadi genangan air yang 89 97.8 2 2.2
menimbulkan penyakit.
Makanan yang dihinggapi lalat dapat
11. 89 97.8 2 2.2
menyebabkan penyakit.
Makanan yang bersih adalah makanan
12. 86 94.5 5 5.5
yang mengandung bibit penyakit.*
Sampah yang menumpuk dapat menjadi
13. 90 98.9 1 1.1
sumber bibit penyakit.

56
57

Sampah anorganik tidak dapat didaur


14. 66 72.5 25 27.5
ulang.*
Sampah organik dapat diolah menjadi
15. 85 93.4 6 6.6
pupuk untuk tanaman.
Sumber : Data primer terolah, 2015

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa tingkat

pengetahuan responden terkait dengan buang air besar

sembarangan merupakan hal yang tidak baik sebesar (85,7%) untuk

yang menjawab benar dan yang menjawab salah sebesar (14,3%).

Presentase berdasarkan penyataan tentang jamban yang tidak sehat

dapat menjadi bibit penyakit sebesar (97,8%) untuk jawaban yang

benar dan yang menjawab salah sebesar (2,2%). Presentase

berdasarkan pernyataan tentang saluran pembuangan air limbah

yang tersumbat bisa menyebabkan genangan air yang dapat

menimbulkan penyakit sebesar (97,8%) untuk yang menjawab

benar dan yang menjawab salah sebesar (2,2%). Sedangkan untuk

presentase tingkat pengetahuan berdasarkan pernyataan tentang

pengolahan sampah organik sebesar (72,5%) untuk yang menjawab

benar dan yang menjawab salah sebesar (27,5%).

3) Gambaran Sikap Responden Terhadap Masalah STBM

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden di Desa


Rempoah Tentang Sikap STBM
Presentase %
NO PERNYATAAN
∑ SS ∑ S ∑ TS ∑ STS
Saya merasa menggunakan septik
1. tank merupakan cara yang tepat 3 3.3 70 76.9 18 19.8 0 0
untuk menghindari pencemaran tanah
Saya merasa Buang Air Besar di
2. 0 0 10 11.0 75 82.4 6 6.6
sembarang tempat diperbolehkan*
Saya merasa dengan membersihkan
3. kamar mandi kondisi jamban menjadi 4 4.4 85 93.4 2 2.2 0 0
sehat
4. Saya akan membersihkan kamar 4 4.4 75 82.4 12 13.2 0 0
mandi 2x seminggu
Saya akan membuat septik tank
5. untuk membuang limbah cair rumah 3 3.3 57 62.6 31 34.1 0 0
tangga
Seharusnya limbah rumah tangga
6. 1 1.1 76 83.5 14 15.4 0 0
dikelola dengan baik
Saya akan membuang air limbah
7. 1 1.1 22 24.2 66 72.5 2 2.2
sembarangan ke selokan/parit*
Saya merasa limbah rumah tangga
8. 1 1.1 83 91.2 7 7.7 0 0
dapat merusak lingkungan
Saya akan membersihkan selokan
9. 3 3.3 85 93.4 3 3.3 0 0
jika terdapat sampah
Sebaiknya setiap rumah tangga wajib
10. 3 3.3 84 92.3 4 4.4 0 0
memiliki SPAL
Saya akan mencuci tangan setelah
11. 3 3.3 88 96.7 0 0 0 0
BAB
Saya merasa tempat sampah di dalam
12. 1 1.1 29 31.9 57 62.6 4 4.4
rumah tidak diperlukan*
Saya akan memisahkan sampah
organik dan sampah anorganik
13. 7 7.7 54 59.3 30 33.0 0 0
sebelum dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir
Menurut saya sampah itu adalah
14. semua benda yang tidak terpakai lagi 4 4.4 70 76.9 17 18.7 0 0
dan benda yang harus dibuang.
Saya merasa boleh membuang
15. 0 0 8 8.8 80 87.9 3 3.3
sampah di sembarang tempat *
Sumber : Data primer terolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa presentase

berdasarkan sikap responden terkait pernyataan tentang buang air

besar sembarang diperbolehkan sebesar (11,0%) untuk jawaban

setuju dan yang tidak setuju sebesar (82,4%). Presentase berdasarkan

pernyataan terkait dengan membuang air limbah ke selokan

diperbolehkan sebesar (24,2%) untuk yang menjawab setuju dan

(72,5%) untuk yang menjawab tidak setuju. Presentase berdasarkan

pernyataan terkait membuang sampah sembarangan diperbolehkan

diperbolehkan sebesar (8,8%) untuk yang menjawab setuju dan untuk

yang menjawab tidak setuju sebesar (87,9%).

58
59

4) Gambaran Persepsi Responden terhadap Tokoh Masyarakat

Masalah STBM.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden di Desa


Rempoah Tentang Persepsi Peran Petugas Kesehatan
No Pernyataan Ya Tidak
n % N %
1 Apakah pelayanan kesehatan yang Anda akses dapat 73 80.2 18 19.8
mengatasi masalah kesehatan?
2 Apakah sikap tenaga kesehatan ramah dalam 78 85.7 13 14.3
memberikan pelayanan kesehatan?
3 Apakah tenaga kesehatan memberikan informasi 51 56.0 40 44.0
yang jelas tentang masalah STBM?
4 Apakah tenaga kesehatan memberikan motivasi 53 58.2 38 41.8
kepada Anda dalam mengatasi masalah kesehatan?
5 Apakah tenaga kesehatan memberikan arahan 46 50.5 45 49.5
kepada Anda dalam pelaksanaan STBM?
6 Apakah tenaga kesehatan memberikan alternative 36 39.6 55 60.4
pemecahan masalah STBM?
7 Apakah tenaga kesehatan memberikan contoh 36 39.6 55 60.4
perilaku dalam mengatasi STBM?
8 Apakah tenaga kesehatan menyediakan sarana untuk 24 26.4 67 73.6
mengatasi STBM?
9 Apakah tenaga kesehatan memberikan anjuran 46 50.5 45 49.5
untuk mencegah perasalahan STBM?
10 Apakah tenaga kesehatan menganjurkan masyarakat 50 54.9 41 45.1
membuang limbah manusia ke SPAL?
Sumber : Data primer terolah, 2015

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa responden menjawab

Ya terhadap persepsi masyarakat terhadap petugas kesehatan sebesar

(85,7%), yaitu sebanyak 78 orang, dan pada responden yang

menjawab Tidak terhadap persepsi masyarakat terhadap petugas

kesehatan sebesar (73,6%) pada pernyataan kedelapan tentang

petugas kesehatan menyediakan sarana untuk mengatasi STBM

sebanyak 67 orang.
5) Gambaran Perilaku Responden Terhadap Masalah STBM.

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden di Desa Rempoah


Tentang Perilaku Responden.
No Pernyataan Kategori Frekuensi Persentase (% )
1. Jenis Jamban Baik 77 84,6
Kurang Baik 14 15,4
2. Frekuensi Baik 70 76,9
membersihkan kamar Kurang Baik 21 23,1
mandi
3. Kriteria Jamban Sehat Baik 79 86,8
Kurang Baik 12 13.2
4. Lokasi buang air besar Baik 83 91.2
Kurang Baik 8 8,8
5. Pengosongan septic tank Baik 12 13,2
Kurang Baik 79 86,8
6. Lokasi pembuangan Baik 63 69,2
sampah Kurang Baik 28 30,8
7. Frekuensi pembuangan Baik 50 54,9
sampah Kurang Baik 41 45,1
8. Sarana pembuangan air Baik 19 20,9
limbah (SPAL) Kurang Baik 72 79,1
9. Penanganan air limbah Baik 19 20,9
Kurang Baik 72 79,1
Sumber : Data primer terolah, 2015

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa sebagian besar

perilaku responden di Desa Rempoah mengenai pengosongan septic

tank kurang baik dengan presentase sebesar (86,8%). Sedangkan,

sebagian besar perilaku responden di Desa Rempoah mengenai lokasi

buang air besar dikatakan baik dengan presentase sebesar (91,2%).

6) Gambaran Observasi responden Terhadap Masalah STBM.

Table 4.16 Variabel Observasi Responden di Desa Rempoah

Variabel yang diperiksa Observasi Total


No Ya Tidak
N % n % n %
1 Air Bersih
a. Tersedia Air Bersih 15
85 93.4 6 6.6 91 100
Liter/Orang
b. Air Tidak Berasa 91 100 0 0 91 100
c. Air Tidak Berwarna 90 98.9 1 1.1 91 100
d. Air Tidak Berbau 91 100 0 0 91 100
e. Jarak Sarana Air Bersih 60 65.9 31 34.1 91 100

60
61

Dengan Sumber
Pencemaran (Sarana
Pembuangan Air Limbah,
Septic Tank dan Tempat
Pembuangan Akhir)
minimal 10 meter
f. Terdapat Sarana Cuci
67 73.6 24 26.4 91 100
Tangan Beserta Sabun
2 Jamban/WC
a. Jumlah Jamban/Toilet
81 89 10 11 91 100
Tersedia di setiap rumah

b. Jenis Jamban Leher Angsa 75 82.4 16 17.6 91 100


c. Lantai dan Dinding
Jamban Bersih, Tidak 74 81.3 17 18.7 91 100
Licin dan Tidak Berbau
d. Letak Toilet Terpisah dari
69 75.8 22 24.2 91 100
Tempat Aktivitas Warga
e. Toilet dalam Keadaan
81 89 10 11 91 100
Bersih
f. Lantai Toilet Tidak Ada
84 92.3 7 7.7 91 100
Genangan Air
g. Tersedia Lobang
Penghawaan yang
82 90.1 9 9.9 91 100
Langsung Berhubungan
dengan Udara
h. Bak Penampung Air Tidak
Menjadi Tempat 75 82.4 16 17.6 91 100
Perindukan Nyamuk
3 Sarana Pembuangan Sampah
a. Tersedia Tempat Sampah
81 89 10 11 91 100
yang Mencukupi
b. Tempat Sampah
24 26.4 67 73.6 91 100
Dilengkapi dengan tutup
c. Sampah Tidak
Menimbulkan Bau 78 85.7 13 14.3 91 100
Menususk
d. Tersedia Tempat
Pengumpulan Sampah
Sementara dari Seluruh
Warga untuk 73 80.2 18 19.8 91 100
Memudahkan
Pengangkutan/Pemusnaha
n Sampah
e. Sistem Pembuangan
Sampah Dikumpulkan di
Satu Tempat dan 70 76.9 18 19.8 91 100
Diangkut/Secara Rutin
Oleh Petugas Kebersihan
4 Sarana Pembuangan Air
Limbah
a. Tersedia Saluran
58 63.7 33 36.3 91 100
Pembuangan Air Limbah
b. Saluran Pembuangan Air
Limbah Tersebut dari 53 58.2 38 41.8 91 100
Bahan Kedap Air
c. Saluran Pembuangan Air 41 45.1 50 54.9 91 100
Limbah Tertutup
d. Keberadaan SPAL Tidak
43 47.3 48 52.7 91 100
Mencemari Lingkungan
e. Saluran Pembuangan Air
Limbah Air Mengalir 55 60.4 36 39.6 91 100
Lancar

Sumber : Data Primer Terolah, 2015


Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa hasil observasi

mengenai ketersediaan tempat sampah yang terbuka memiliki

presentase yang tinggi yaitu sebesar (73,6%). Sedangkan, hasil

obervasi mengenai kriteria air bersih yang tidak berasa dan tidak

berbau di Desa Rempoah memiliki presentase yang tinggi sebesar

(100%).

b. Analisis Bivariat

Tabel 4.17 Hasil analisis uji chi square pengetahuan, sikap, persepsi

petugas kesehatan, dan persepsi tokoh masyarakat terhadap

praktik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa

Rempoah 2015.

Uji Chi Square


No Variabel
Nilai Keterangan
1 Pengetahuan dengan Praktik Tidak
0.559
STBM Berhubungan
2 Sikap dengan Praktik STBM 0.007 Berhubungan
3 Persepsi Petugas Kesehatan
0.000 Berhubungan
dengan Praktik STBM
4 Persepsi Tokoh Masyarakat
0.003 Berhubungan
dengan Praktik STBM
Sumber : Data Primer Terolah 2015

Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukan bahwa tidak ada

hubungan antara variabel pengetahuan dengan praktik sanitasi total

berbasis masyarakat (STBM) yang dibuktikan dengan nilai p (0,559)

> α (0,05). Sedangkan untuk variabel sikap, variabel petugas

62
63

kesehatan, dan peran tokoh masyarakat dengan praktik STBM

memiliki hubungan dengan nilai p < α (0,05).

Table 4.18 Crosstab hasil analisis uji chi square pengetahuan

terhadap praktik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) di Desa Rempoah 2015.

Kategori Pengetahuan
Kurang Baik Total (%)
Baik (%)
(%)
Baik (%) 5.5 26.4 31.9
Kategori
Kurang
Praktik 15.4 52.7 68.1
Baik (%)
Total (%) 20.9 79.1 100
Sumber : Data Primer Teroah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukan bahwa responden

memiliki pengetahuan kurang baik namun praktiknya baik

sebesar (26,4%).

Tabel 4.19 Crosstab hasil analisis uji chi square sikap terhadap

praktik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di

Desa Rempoah 2015.

Kategori Sikap
Kurang Baik Total (%)
Baik (%)
(%)
Baik (%) 25.3 6.6 31.9
Kategori
Kurang
Praktik 24.2 43.9 68.1
Baik (%)
Total (%) 49.5 50.5 100
Sumber : Data Primer Teroah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.19 menunjukan bahwa responden

memiliki sikap kurang baik namun praktiknya baik sebesar

(6,6%).
Tabel 4.20 Crosstab hasil analisis uji chi square persepsi masyarakat

terhadap petugas kesehatan dengan praktik Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Rempoah 2015.

Kategori Persepsi
Masyarakat terhadap Petugas
Kesehatan Total (%)
Kurang Baik
Baik (%)
(%)
Baik (%) 11 31.9
Kategori
Kurang
Praktik 24.2 43.9 68.1
Baik (%)
Total (%) 45.1 54.9 100
Sumber : Data Primer Teroah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.20 menunjukan bahwa responden

memiliki persepsi masyarakat terhadap Petugas Kesehatan

kurang baik namun praktiknya baik sebesar (11%).

Tabel 4.21 Crosstab hasil analisis uji chi square persepsi masyarakat

terhadap Tokoh Masyarakat dengan praktik Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Rempoah 2015.

Kategori Persepsi
Masyarakat terhadap Petugas
Kesehatan Total (%)
Kurang Baik
Baik (%)
(%)
Baik (%) 19.8 12.1 31.9
Kategori
Kurang
Praktik 19.8 48.4 68.1
Baik (%)
Total (%) 39.6 60.4 100
Sumber : Data Primer Teroah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.21 menunjukan bahwa responden

memiliki persepsi masyarakat terhadap Tokoh masyarakat

kurang baik namun praktiknya baik sebesar (12,1%).

64
65

c. Analisis Multivariat

Variabel yang paling berpengaruh terhadap masalah Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat Kabupaten Banyumas

1. Seleksi Bivariat

Analisis bivariat ini menggunakan aplikasi spss chi square

dan diperoleh hasil akhir sebagai berikut.

Tabel 4.22 Hasil Analisis Bivariat Seluruh Variabel Penelitian

Variabel p-value Keterangan


Tingkat Pengetahuan 0.559 (-)
Sikap 0.007 (+)
Persepsi Masyarakat (+)
terhadap Tenaga 0,000
Kesehatan
Persepsi Masyarakat (+)
terhadap Tokoh 0,003
Masyarakat
Sumber : Data Primer Terolah, 2015

Keterangan :

(-) Variabel yang tidak diikutsertakan dalam analisis multivariate

(+) Variabel yang diikutsertakan dalam analisis multivariat

Menurut Sutanto (2006) bila hasil uji bivariat mempunyai

nilai p < 0,25 maka variabel tersebut dapat dimasukkan analisis

multivariat. Berdasarkan tabel diatas masih terdapat variabel yang

memiliki nilai p > 0,25 yaitu sikap, peran tokoh masyarakat dan

peran tenaga kesehatan. Namun variabel tersebut akan tetap

dimasukkan dalam analisis multivariat karena secara substansi

sikap, peran tokoh masyarakat dan peran tenaga kesehatan

merupakan variabel yang sangat penting berhubungan dengan

masalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.


2. Seleksi Multivariat

Analisis multivariat ini menggunakan aplikasi spss regresi

logistic dengan metode enter dan diperoleh hasil akhir sebagai

berikut.

Tabel 4.23 Hasil Uji Regresi Logistik Tahap Akhir


Variabel Sig. Exp (β)
Sikap 0.017 3.411
Persepsi Masyarakat terhadap
0.000 6.910
Tenaga Kesehatan
Sumber : Data Primer Terolah, 2015

Tabel 4.23 menunjukkan hasil uji regresi logistik tahap

akhir, dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki pengaruh

terhadap masalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yaitu sikap

responden dan persepsi tenaga kesehatan. Sedangkan variabel yang

memiliki pengaruh paling dominan terhadap masalah Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat ialah persepsi tenaga kesehatan (p =

0,000 < 0,05). Nilai Exp (β) sebesar 6,910 mengandung makna

bahwa persepsi petugas mendukung yang kurang baik terhadap

masalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat memberikan resiko

6,910 kali lebih besar terhadap masalah Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat yang buruk dibandingkan persepsi petugas kesehatan

yang baik.

66
67

d. Prioritas Masalah dengan Metode MCUA

Tabel 4.24 Penetuan Prioritas Masalah STBM dengan Metode MCUA

No Masalah Stop BAB Cuci Pengelolaan Sistem Sampah


Sembarangan Tangan Air Minum & Pembuangan Rumah
(Jamban) Pakai Makanan Akhir Tangga
Bobot Sabun Limbah
S BS S BS S BS S BS S BS
1 Besar 3 12 1 4 2 8 4 16 5 20
Masalah(4)
2 Keseriusan 3 15 1 5 2 10 4 20 5 25
Masalah(5)
3 Kemungkinan 3 9 1 3 2 6 5 15 4 12
meluasnya
masalah(3)
Total 36 12 24 51 57

Metode MCUA merupakan suatu teknik atau suatu cara yang

digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas

beberapa pilihan atau alternatif. Alternatif dapat berupa masalah

pada langkah penetuan prioritas masalah, atau pemecahan masalah

pada langkah penetapan prioritas pemecahan masalah.

Untuk menyaring alternatif masalah yang sesuai dengan

kebutuhan dibutuhkan suatu batasan atau kriteria. Penggunaan

metode MCUA dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan

apabila pihak perencana belum terlalu siap dalam penyediaan

sumber daya, serta pelaksana program atau kegiatan menginginkan

masalah yang diselesaikan adalah masalah yang ada dimasyarakat.

Tata cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan

prioritas masalah, dilakukan dengan langkah–langkah sebagai

berikut :
1. Menetapkan kriteria

Yang dimaksud dengan kriteria adalah sesuatu hal yang

dianggap sebagai akibat atau pengaruh yang sangat signifikan

dan spesifik dari suatu masalah terhadap subjek (masyarakat)

sehingga dapat membedakan masalah. Kriteria yang digunakan

antara lain kegawatan masalah, Besarnya masalah, Trend

(kecenderungan).

2. Melakukan pembobotan kriteria

Merupakan pemberian kisaran bobot (nilai) terhadap

masing–masing yang ada. Kriteria ditentukan berdasarkan

kesepakatan tim. Nilai (bobot) yang disepakati adalah untuk

kegawatan masalah diberi bobot 4, gawat diberi skor 3, cukup

gawat diberi skor 2, kurang atau tidak gawat 1. Kita berikan

empat range atau rentang nilai dengan tujuan agar tidak terjadi

kecenderungan pemilihan angka yang berada di tengah, apabila

range 1 sampai 3, orang cenderung memlih angka 2 dibanding

angka 1 atau angka 3.

3. Memberikan skor masing–masing kriteria terhadap masing–

masing masalah

Artinya estimasi berapa besarnya pengaruh masalah

terhadap masing–masing kriteria. Dalam pemberian skor setiap

anggota tim memberikan skor secara subjektif dan selanjutnya

jumlah semua skor dibagi banyaknya jumlah anggota dalam

kelompok. Jika pengaruh kriteria besar maka skornya juga

68
69

diberikan besar dan jika kriteria kecil maka diberi skor kecil.

Hasil skor yang telah dibagi dengan jumlah anggota tiap

bagian.

4. Mengalikan nilai skor dengan bobot

Masing–masing masalah yang dikalikan dengan bobot

untuk tiap–tiap kriteria kemudian dijumlahkan dengan hasil

perkalian tersebut.

Penggunaan metode Multiple Criteria Utility Assessment

(MCUA) adalah berupa sebuah tabel yang berisi (pada baris atau

horizontal) bersisi kriteria dan jumlah total untuk memprioritaskan

masalah. Sedangkan kolom atau vertikal berisi nilai, bobot, jenis

penyakit serta kolom dikalikan bobot. Keputusan mendapatkan

prioritas utama permasalahan.

Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah

kesehatan yang ada meliputi:

a) Kegawatan (semakin gawat suatu masalah kesehatan maka nilai

bobotnya semakin tinggi).

b) Besar atau jumlah (semakin banyak yang menderita akibat

karena suatu masalah kesehatan maka nilai bobotnya semakin

tinggi).

c) Tren (semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai

bobotnya semakin tinggi). Penentuan bobot masing-masing

kriteria ditentukan oleh peneliti.


Berdasarkan tabel 4.24 menunjukan bahwa masalah

terbesar ialah Sistem Pembuangan Akhir Limbah degan total skor

57, sedangkan masalah terkecil ialah Cuci Tangan Pakai Sabun

dengan total skor sebesar 12.

Berdasarkan pemberian nilai (bobot) pada masing-masing

masalah, yang merupakan prioritas I sampai III adalah sebagai

berikut :

a) Prioritas I : Sampah Rumah Tangga

b) Prioritas II : Sistem Pembuangan Akhir Limbah

c) Prioritas III : Stop BAB Sembarangan (Jamban)

e. Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 4.25 Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah Penyebab Alternatif pemecahan masalah

Perilaku Sikap masyarakat yang kurang Membuat program yang dapat membuat
masyarakat mendukung masyrakat mau dan mampu secara swadaya
membuang dan mandiri.
sampah
Persepsi petugas kesehatan yang Membuat forum yang mempertemukan
kurang perwakilan warga, tokoh masyarakat serta
petugas kesehatan untuk revitalisasi Forum
Kesehatan Desa (FKD).

Tabel 4.26 Program Alternatif Pemecahan Masalah

No Alternatif–alternatif Program Keterangan


pemecahan masalah
1 Membuat program yang RUWATAN Program ini merupakan pemberdayaan
dapat membuat masyrakat (Rukun Warga Jaga masyarakat yang memobilisasi
mau dan mampu secara Kesehatan) masyarakat melalui lomba bersih RW.
swadaya dan mandiri. Seluruh warga mempunyai kewajiban
untuk mengembangkan potensinya,
guna menyejahterakan kesehatan warga
dengan tetap menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Tujuan:
- Menciptakan lingkungan

70
71

RW yang bersih dan sehat


- Mengembangkan potensi
warga dalam mengelola
kebersihan lingkungan
- Mendidik warga untuk
memiliki kebiasaan peduli
terhadap kesehatan
lingkungan
Sasaran: seluruh warga di desa
Rempoah
Jenis Kegiatan: Lomba bersih RW
Waktu pelaksanan: Pada hari
lingkungan
hidup
ELI SUGIGI (Eling Kegiatan Eli Sugigi meliputi kerja
Lingkungan bakti, pemasangan papan larangan
Supados Griya serta pembagian tempat sampah di
Gilar-gilar) setiap RW.
Tujuan: menciptakan lingkungan
yang bersih, sehat, dan
nyaman bagi warga Desa
Rempoah.
Pelaksanaan: rutin 2 minggu sekali
Sasaran: semua warga masyarakat
Desa Rempoah
AURA KASIH Tujuan: menurunkan atau
(Air Waga Sehat mengurangi jumlah beban zat
Kalinya Bersih) pencemar yang masuk ke
sungai.
Pelaksanaan:
1. Tahap awal dilakukan terhadap
industri yang telah mempunyai
andil dalam mencemari air sungai.
2. Tahap selanjutnya adalah
memberi pengarahan dan
penyuluhan baik pada kalangan
industriawan maupun masyarakat
sekitar sungai untuk tetap
menjaga sungai agar tetap bersih
dengan tidak membuang
limbahnya ke sungai. Pengarahan
dan instruksi ini dilakukan hingga
tingkat kecamatan dan kelurahan.
Sasarannya:
Masayrakat melalui RW/RT agar lebih
meningkatkan upaya pembersihan
sungai dan saluran air lainnya.
Kegiatan: menanami bantaran sungai
dengan tanaman TOGA, sementara
yang dilakukan oleh masyarakat.
Penataan Lingkungan setempat adalah
membersihkan dan menanami tanaman
hias dan pohon di bantaran sungai yang
ada di wilayahnya.
2 Membuat forum yang Revitalisasi Forum Tujuan: menghidupkan dan
mempertemukan perwakilan Kesehatan Desa mengaktifkan kembali Forum
warga, tokoh masyarakat (FKD) Kesehatan Desa (FKD) dengan cara
serta petugas kesehatan mempertemukan masyarakat, Tokoh
untuk revitalisasi Forum Masyarakat, dan Petugas Kesehatan
Kesehatan Desa (FKD). untuk membahas masalah STBM dan
mencari alternatif pemecahan masalah
STBM.
Kegiatan:
Sarasehan bersama masyarakat, Toma
dan petugas kesehatan, Pembentukan
Susunan organisasi FKD dan
silaturrahim bersama pengurus FKD,
masyarakat dan Toma, Petugas
Kesehatan.
Pelaksanaan rutin dilaksanakan sebulan
sekali
Sasaran:
Perwakilan warga, Toma dan Petugas
Kesehatan.

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

a. Usia Responden

Hasil penelitian menunjukan bahwa usia responden didominasi

pada umur 26 sampai 35 tahun dengan jumlah 30 orang atau 33%.

Menurut Apriliyanto (2010), usia dapat menjadi indikator

kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan

sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Hal ini dapat

dimungkinkan bahwa usia dapat mempengaruhi seseorang dalam

mengambil keputusan, salah satunya dalam bidang kesehatan.

Menurut Pradono (2010) dalam penelitiannya tentang status

kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang berhubungan di

Nangroe Aceh Darussalam menyatakan bahwa kelompok usia tua

berisiko 2 kali memiliki status kesehatan buruk dibandingkan

kelompok usia muda.

72
73

b. Pendidikan

Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan

pendidikan terdapat 75,9% responden berpendidikan rendah (tidak

tamat SD, tamat SD, dan tamat SMP). Sebanyak 19,8% responden

berpendidikan menengah (tamat SMA), 4,3% berpendidikan tinggi

(Diploma, S1 , Pascasarjana). Berdasarkan data tersebut maka

dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebagian besar responden

ibu hamil memiliki latar belakang pendidikan rendah yaitu tidak

tamat SD, tamat SD dan tamat SMP. Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan responden adalah tingkat pendidikan,

dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempengaruhi

persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi

baru serta mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah

mengambil keputusan dan bertindak (Muniarti, 2010). Menurut

Pradono (2010) dalam penelitiannya tentang status kesehatan

masyarakat dan faktor-faktor yang berhubungan di Nangroe Aceh

Darussalam menyatakan bahwa kelompok yang berpendidikan

rendah berpeluang 1,3 kali memiliki status kesehatan yang buruk

dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan tinggi.

c. Pekerjaan

Merujuk pada hasil penelitian mengenai karakteristik

responden berdasarkan pekerjaan dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden (61,5%) memiliki pekerjaan sebagai Ibu

Rumah Tangga (IRT). Menurut Supiyan (2013) dalam


penelitiannya berjudul Hubungan Penerapan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada

Balita menyatakan bahwa berbagai faktor yang menyebabkan anak

mengalami masalah akibat sanitasi yang rendah, contohnya diare

pada balita diantaranya adalah faktor lingkungan, faktor gizi, faktor

makanan dan minuman (termasuk PHBS Tatanan Rumah Tangga),

faktor pendidikan, faktor pekerjaan ibu, faktor usia anak, serta

faktor sosial ekonomi.

d. Jumlah Anggota Keluarga

Data penelitian terkait dengan jumlah anggota keluarga

responden diperoleh informasi bahwa (48,4%) responden memiliki

kurang dari sama dengan 4 anggota keluarga, (44%) responden

memiliki 5-7 anggota keluarga dan (6,6%) responden memiliki

lebih dari 7 anggota keluarga. Berdasarkan informasi tersebut,

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki

jumlah anggota keluarga  4 orang.

e. Pendapatan

Hasil penelitian mengenai karakteritik responden

berdasarkan pendapatan yang diperoleh terdapat (65,9%)

pendapatan rata-rata keluarga responden < Rp.1.100.000 dan

(34,1%) pendapatan keluarga responden ≥ Rp.1.100.000.

Berdasarkan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden memiliki rata-rata pendapatan keluarga yang

cukup rendah yaitu < Rp. 1.100.000. Hal ini dimungkinkan karena

74
75

sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga dan kepala

keluarga yang bekerja tidak tetap sehingga pendapatan keluarga

juga tidak tetap.

2. Deskripsi Pengetahuan, sikap, persepsi masyarakat terhadap

tenaga kesehatan, tokoh masyarakat dan hasil observasi mengenai

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

a. Pengetahuan responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa pengetahuan penduduk Desa Rempoah terkait dengan

STBM masih rendah. Hal ini dilihat dari beberapa pernyataan

meliputi buang air besar sembarangan, mencuci tangan, syarat

jamban yang sehat, syarat air yang bersih, pengelolaan limbah cair

kebersihan makanan, dan pengelolaan sampah. Sebagian besar dari

penduduk masih melakukan aktifitas yang mencemari lingkungan

di sekitar mereka.

Hasil dari penelitian yang dilakukan menjelaskan rata-rata

pengetahuan responden tentang buang air sembarangan sebesar

(85,7%) untuk yang menjawab benar dan yang menjawab salah

sebesar (14,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan responden sudah baik. Akan tetapi dari segi

implementasinya masih rendah. Beberapa penduduk sebenarnya

sudah mengetahui bahwa buang air besar sembarangan tidak

diperbolehkan. Namun rata-rata dari mereka masih belum memiliki


jamban sehat, dikarenakan keterbatasan biaya. Sehingga masih

banyak penduduk yang melakukan aktifitas buang air besar bukan

di jamban umum tetapi di sungai, sawah, maupun kolam ikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Kusnoputranto (2002)

bahwa buang air besar di sungai, pekarangan sawah, parit atau

selokan, dan tanah terbuka merupakan perilaku yang dapat

menimbulkan masalah kesehatan dan bisa membahayakan

kesehatan manusia serta menjadi sarana penularan penyakit.

Hasil penelitian terkait dengan salah satu syarat jamban

yang sehat adalah tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun

tikus. Presentase terkait syarat jamban yang sehat sebesar (93,4%)

untuk yang menjawab benar dan (6,6%) untuk yang menjawab

salah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden

mengenai syarat jamban yang bersih dan sehat sudah baik. Namun,

rata-rata mereka masih menggunakan jamban cemplung. Bahkan

beberapa dari mereka menggunakan kamar mandi tidak hanya

untuk akitifitas mandi tetapi juga untuk mencuci alat-alat makan

dan memasak. Ventilasi udara di setiap jamban masih belum

tersedia sehingga udara di dalam jamban tidak bersirkulasi dengan

baik.

Menurut Peraturan Depkes RI (2004) bahwa syarat jamban

sehat antara lain :

1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung

berjarak 0-15 meter dari sumber air minum

76
77

2) Tidak berbau dan tinja tidak dijamah oleh serangga maupun

tikus

3) Cukup luas dan landai/miring kearah lubang jongkok sehingga

tidak mencemari tanah dan sekitarnya

4) Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya

5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan

berwarna

6) Cukup penerangan

7) Lantai kedap air

8) Ventilasi cukup

9) Tersedia air dan alat pembersih

Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan pernyataan

jamban yang tidak sehat akan menjadi sumber penyakit

presentasenya sebesar (97,8%) untuk yang menjawab benar dan

(2,2%) untuk yang menjawab salah. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa responden memiliki pengetahuan yang sudah baik. Namun,

beberapa dari mereka masih belum memiliki jamban yang sehat.

Para penduduk masih menggunakan jamban cemplung yang

langsung menuju ke sungai maupun kolam. Menurut penelitian

ikhsan Ibrahim dkk (2012) dampak buruk jamban terhadap

penularan penyakit menyangkut transmisi penyakit dari tinja.

Berbagai penyakit menular seperti hepatitis A, polio, kolera dan

lainnya merupakan penyakit yang terkait dengan akses penyediaan

jamban.
Hasil penelitian terkait dengan pengetahuan responden

tentang jamban yang aman presentasenya sebesar (100%) untuk

yang menjawab benar dan (0%) untuk yang menjawab salah. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden terkait

dengan jamban yang aman digunakan sudah tinggi. Akan tetapi,

beberapa dari mereka masih menggunakan jamban cemplung yang

terbuat dari kayu yang sudah rapuh dan lapuk. Sehingga sewaktu-

waktu bisa rubuh dan membahayakan penggunanya. Menurut

Proverawati dan Rahmawati (2012), syarat jamban yang sehat

adalah :

1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air

minum dengan lubang penampungan tinja minimal 10 meter).

2) Tidak berbau.

3) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

4) Tidak mencemari tanah sekitarnya.

5) Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

6) Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

7) Penerangan dan ventilasi yang cukup.

8) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

9) Tersedia air, sabun dan alat pembersih.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden terkait dengan

syarat penggunaan air bersih yang digunakan untuk sehari-hari

jumlah presentase yang menjawab benar sebesar (98,9%) dan yang

78
79

menjawab salah sebesar (1,1%). Hal tersebut menjelaskan bahwa

pengetahuan responden sudah baik. Namun, rata-rata penduduk

desa Rempoah masih menggunakan air sungai untuk keperluan

sehari-hari. Penduduk desa Rempoah masih menggunakan air

sungai untuk keperluan mandi dan mencuci. Sebetulnya

menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari tidak baik

untuk kesehatan karena didalamnya mengandung banyak kuman

yang bisa masuk ke dalam tubuh. Menurut penelitian Suhartini

(2008) pada dasarnya air dikatakan bersih, apabila telah memenuhi

3 persyaratan, yaitu :

1) Syarat fisik, artinya air tersebut harus tidak berwarna (jernih),

tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, mempunyai suhu di

bawah udara setempat (segar)

2) Syarat-syarat bakteri, setelah melalui pemeriksaan, maka

sekurang-kurangnya dalam 90 % dari jumlah contoh air yang

dikumpulkan tidak terdapat bakteri golongan coli

3) Syarat-syarat kimia, air tidak mengandung racun atau zat-zat

mineral dalam jumlah terlalu banyak dan tidak boleh

mengandung zat kimia yang dipergunakan dalam pengolahan

dengan jumlah yang terlalu besar

Mencuci tangan yang baik adalah dengan air mengalir dan

menggunakan sabun. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan

dengan sabun adalah setelah buang air besar (BAB). Hasil

penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden tentang


mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun presentasenya

sebesar (98,9%) untuk yang menjawab benar dan (1,1%) untuk

yang menjawab salah. Dilihat dari hasil presentasenya

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang cuci

tangan sudah baik. Akan tetapi, masih banyak responden yang

tidak memiliki sabun khusus mencuci. Mereka cenderung

menggunakan sabun mandi untuk mencuci tangan. Menurut

Depkes RI (2004) Mencuci tangan dengan menggunakan sabun

terbukti secara ilmiah efektif untuk mencegah penyebaran

penyakit-penyakit menular seperti diare, Infeksi Saluran

Pernapasan Atas (ISPA) dan Flu Burung.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait

dengan pengetahuan tentang limbah cair presentasenya sebesar

(97,8%) untuk yang menjawab benar dan (2,2%) untuk yang

menjawab salah. Hal tersebut menjelaskan bahwa tingkat

pengetahuan responden tentang air limbah sudah baik. Namun,

sebagian besar dari mereka belum mengolah limbah cair dengan

baik. Beberapa dari mereka masih membuang limbah cair ke

sungai dan banyak dari mereka yang tidak memiliki SPAL (saluran

pembuangan air limbah). Jika pengelolaan air limbah tidak

dilakukan dengan baik maka akan menyebabkan saluran air limbah

bisa tersumbat. Menurut Kadek Diana (2007) permukiman-

permukiman yang kurang terencana, akan mengakibatkan sistem

pembuangan limbah rumah tangga seperti pembuangan limbah

80
81

kamar mandi/wc dan dapur tidak terkoordinasi dengan baik,

sehingga limbah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya

pencemaran air tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya

penyebaran beberapa penyakit menular. Selain mengakibatkan

terjadinya pencemaran air tanah dapat juga mengakibatkan

lingkungan di daerah permukiman tersebut menjadi tercemar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tingkat

pengetahuan responden terkait dengan makanan sehat

presentasenya sebesar (94,5%) untuk yang menjawab benar dan

(5,5%) untuk yang menjawab salah. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa tingkat pengetahuan responden sudah baik. Akan tetapi,

kenyataannya kondisi tempat pengolahan makanan masih belum

memenuhi syarat kesehatan. Kondisi dapur yang kotor dapat

mengkontaminasi makanan dan dapat mengundang lalat untuk

hinggap di makanan tersebut. Menurut Thaheer (2005) banyak

sekali hal yang dapat menyebabkan suatu makanan menjadi tidak

aman, salah satu diantaranya dikarenakan terkontaminasi. Sumber

kontaminasi makanan yang paling utama berasal dari pekerja,

peralatan, sampah, serangga, tikus dan faktor lingkungan seperti

udara dan air. Berdasarkan seluruh sumber kontaminasi makanan

tersebut, pekerja adalah paling besar pengaruh kontaminasinya.

Kesehatan dan kebersihan pengolah makanan mempunyai

pengaruh yang cukup besar pada mutu produk yang dihasilkannya,


sehingga perlu mendapatkan perhatian yang sungguh–sungguh

Titin (2005).

Menurut Menurut Kusno (2007) syarat-syarat makanan

agar memberikan kesehatan bagi tubuh, sebaiknya juga harus :

1) Mudah dicerna oleh alat pencernaan.

2) Bersih, tidak mengandung bibit penyakit, karena hal ini tentu

akan membahayakan kesehatan tubuh serta tidak bersifat racun

bagi tubuh.

3) Jumlah yang cukup dan tidak berlebihan.

4) Tidak terlalu panas pada saat disantap. Makanan yang terlalu

panas disajikan, mungkin sekali dapat merusak gigi dan

mengunyah pun tidak dapat sempurna.

5) Bentuknya menarik dan rasanya enak.

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengolahan sampah,

tingkat pengetahuan responden presentasenya sebesar (72,5%)

untuk yang menjawab benar dan (27,5%) untuk yang menjawab

salah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

sudah baik. Akan tetapi, sebagian dari responden masih belum bisa

membedakan antara sampah organik dan anorganik. Responden

dalam mengolah sampah masih menggunakan cara dibakar.

Fasilitas seperti tempat sampah khusus juga belum tersedia di

lingkungan sekitar mereka. Menurut Nisandi (2007) Berdasar

asalnya sampah (padat) dapat digolongkan sebagai :

82
83

1) Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan

penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam, atau

dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya.

Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami.

Sampah rumah tangga sebagian besar sampah organik,

termasuk sampah organik misalnya: sampah dari dapur, sisa

tepung, sayuran, kulit buah dan daun.

2) Sampah anorganik yaitu sampah yang berasal dari sumber daya

alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi atau dari

proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam

seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara

keseluruhan tak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian

lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah

jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya: botol kaca, botol

plastik, tas plastik dan kaleng, sedangkan oleh mikroorganisme,

contohnya sisa makanan, karton, kain, karet, kulit, sampah

halaman.

b. Sikap responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan mayoritas responden memiliki sikap yang baik

terkait dengan permasalahan sanitasi. Hal tersebut dilihat item-item

pernyataan yang terkait dengan penggunaan septi tank, pengelolaan

limbah, kebersihan jamban, saluran pembuangan akhir, mencuci


tangan dan ketersediaan tempat pembuangan sampah baik didalam

rumah maupun di tempat pembuangan akhir.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

presentase terkait dengan ketersediaan septic tank sebesar (3,3%)

untuk jawaban sangat setuju, (76,9%) untuk jawaban setuju, dan

(19,8%) untuk jawaban yang tidak setuju. Hasil tersebut

menjelaskan bahwa sikap responden tentang septi tank sudah baik

dan sebagian besar dari mereka sudah beranggapan bahwa setiap

rumah harus memiliki septic tank, agar air limbah tidak mencemari

lingkungan. Akan tetapi, beberapa dari mereka masih belum

memiliki septic tank akibat keterbatasan biaya. Sebetulnya, setiap

rumah wajib membuat septi tank untuk membuang sisa-sisa air

limbah rumah tangga dan pembuangan tinja. Menurut Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 (2003) tentang

baku mutu air limbah rumah tangga yang dimaksud dengan air

limbah rumah tangga adalah air limbah yang berasal dari usaha dan

atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,

apartemen dan asrama. Dengan demikian, setiap air limbah yang

dihasilkan perlu dikelola secara baik berdasarkan karakteristiknya

agar dapat menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung

di dalamnya sebelum di alirkan ke badan sungai agar tidak

mencemari lingkungan. Salah satu solusi efektif untuk masalah ini

adalah pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

komunal berbasis masyarakat.

84
85

Hasil penelitian mengenai sikap responden terkait dengan

kebersihan kamar mandi atau jamban di setiap rumah

presentasenya sebesar (4,4%) untuk yang menjawab sangat setuju,

(93,4%) untuk yang menjawab setuju, dan (2,2%) untuk yang

menjawab tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

mayoritas sikap responden sudah cukup baik. Hal ini dilihat dari

sebagian dari mereka sudah memiliki kamar mandi atau jamban di

setiap rumah. Setiap seminggu paling sedikit dua kali, mereka

selalu membersihkan kamar mandi atau jamban agar terlihat bersih

dan sehat. Menurut Dinkes Kabupaten Tanggerang (2008)

Pengaruh buruk dari lingkungan sebenarnya dapat dicegah dengan

mengembangkan kebiasaan perilaku hidup sehat dan bersih serta

menciptakan sanitasi lingkungan yang baik. Kebiasan hidup sehat

dilakukan dalam berbagai cara seperti mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan, membuang sampah pada tempatnya,

membersihkan rumah dan halaman secara rutin, membersihkan

kamar mandi dan bak mandi secara rutin.

Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang ketersediaan

tempat pembuangan sampah di dalam rumah maupun di tempat

pembuangan akhir presentasenya sebesar (3,3%) untuk yang

menjawab sangat setuju, (93,4%) untuk yang menjawab setuju dan

(3,3%) untuk yang menjawab tidak setuju. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sikap responden sudah baik. Hal ini dilihat

bahwa setiap responden sudah memiliki tempat pembuangan


sampah di setiap rumah mereka. Namun sebagian besar dari

mereka belum memiliki tempat pembuangan akhir. Sisa-sisa

pembuangan sampah rata-rata diolah dengan cara dikumpulkan

dipekarangan kemudian dibakar. Padahal sebetulnya sampah

sebaiknya diolah dengan baik agar tidak mencemari lingkungan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian jurnal GEA jurusan

pendidikan geografi (2005) pembusukan sampah akan

menghasilkan gas metana (CH 4 dan H2 S) yang bersifat racun bagi

makhluk hidup. Pembakaran sampah yang memiliki bahan dasar

planstik, logam, gelas dan karet akan menimbulkan dampak

dilingkungan karena menghasilkan zat kimia, debu dan abu yang

berbahaya bagi makhluk hidup.

c. Persepsi Masyarakat terhadap Petugas Kesehatan dan Tokoh

Masyarakat

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui

bahwa mayoritas responden yang memiliki persepsi positif

terhadap petugas kesehatan sebesar (85,7%) pada pernyataan

kedua, tentang sikap tenaga kesehatan yang ramah ketika

memberikan pelayanan kesehatan sebanyak 78 orang dan pada

responden yang memiliki persepsi negative terhadap petugas

kesehatan sebesar (73,6%) pada pernyataan kedelapan tentang

petugas kesehatan menyediakan sarana untuk mengatasi STBM

sebanyak 67 orang. Artinya bahwa para petugas kesehatan dalam

melayani masyarakat sudah cukup baik yaitu sudah ramah kepada

86
87

setiap warga yang datang berkunjung ke puskesmas atau petugas

yang turun langsung ke masyarakat. Kemudian petugas kesehatan

belum maksimal dalam penyediaan sarana untuk mengatasi STBM,

karena masalah sumberdaya yang terbatas.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui

bahwa mayoritas responden yang memiliki persepsi positif

terhadap tokoh masyarakat (85,7%) pada pernyataan ketujuh,

tentang tokoh masyarakat mengajak masyarakat berperilaku hidup

bersih dan sehat sebanyak 78 orang dan pada responden yang

menjawab Tidak terhadap peran tokoh masyarakat sebesar (49,5%)

pada pernyataan ketiga tentang tokoh masyarakat menyediakan

sarana dalam pelaksanaan STBM sebanyak 45 orang. Artinya

bahwa para tokoh masyarakat dalam mengayomi masyarakat untuk

mengajak berperilaku hidup bersih dan sehat sudah cukup baik

yaitu sudah ada ajakan persuasif dari tokoh masyarakat kepada

setiap warganya. Kemudian tokoh masyarakat belum maksimal

dalam penyediaan sarana untuk mengatasi STBM, karena masalah

sumberdaya yang terbatas serta kurangnya advokasi dalam masalah

kesehatan yang ada.

Persepsi masyarakat terhadap petugas kesehatan dan tokoh

masyarakat dalam hal ini dimaksudkan adalah adalah adanya

motivasi, bimbingan teknis, penggerakan, pemberdayaan, maupun

penyuluhan dari petugas baik dari petugas puskesmas, perangkat

desa, tokoh masyarakat, maupun kader kesehatn yang terlatih.


Karena peranan petugas adalah upaya pemberdayaan masyarakat

yang dilakukan oleh petugas untuk menumbuhkan dan

meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kempuan individu,

keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan

kesehatannya, menciptakan lingkungan yang sehat serta aktif

dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan. Pemberdayaan

terhadap individu keluarga dan masyarakat yang diselenggarakan

harus memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial, budaya

setempat (Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 585, 2007).

d. Analisis observasi
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa mayoritas responden mengetahui mengenai air bersih yang

dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut

menunjukkan item-item pernyataan yang terkait bahwa

ketersediaan air bersih minimal 15 liter/orang setiap harinya, air

yang tidak berasa berbau dan berwarna. Air bersih yang didapatkan

oleh responden yaitu dari sumber mata air dan PDAM. Sedangkan

untuk item pernyataan jarak sarana air bersih dengan sumber

pencemaran (sarana pembuangan air limbah, septic tank dan

tempat pembuangan akhir) minimal 10 liter menunjukkan bahwa

sebagian besar responden mengetahui hal tersebut dan sisanya

tidak. Karena, pembuangan air limbah rumah tangga dialirkan

langsung ke kolam yang ada di sekitar rumah, limbah langsung

dialirkan ke area lingkungan dan ketersediaan septic tank serta

88
89

penggunaannya yang minim disebabkan oleh kebiasaan masyarakat

sekitar yang langsung membuang limbah ke sungai.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Lindayani (2013)

menyatakan bahwa sarana penyediaan air bersih di Desa Ngunut,

Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung Tahun 2009 yang

tidak memenuhi syarat sebesar (48,4%) dan yang memenuhi syarat

sebesar (51,6%). Responden sudah menggunakan PDAM, sumur

gali dan sumur pompa tangan sebagai sumber air bersih dan

sumber air minum. Dari hasil observasi kebanyakan responden di

Desa Ngunut menggunakan sarana sumur gali. Responden

menggunakan air sumur gali untuk kebutuhan mereka sehari-hari.

Untuk kualitas air sumur secara fisik di Desa Ngunut sudah

memenuhi syarat karena tidak berbau, tidak berasa, dan tidak

berwarna. Sedangkan untuk konstruksi sumur gali juga banyak

yang sudah memenuhi syarat, tetapi untuk jarak sumur gali dengan

sumber pencemar masih banyak yang kurang dari 10 meter. Selain

sumur gali responden juga ada yang menggunakan PDAM dan

sumur pompa tangan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci

peralatan makan dan masak. Aliran air PDAM hanya lancar 18 jam

saja karena pada siang hari aliran air sering tidak menyala. Untuk

sebagian sumur pompa tangan, konstruksi lantainya masih ada

yang tidak memenuhi syarat, karena masih ada lantai sumur pompa

tangan yang licin dan berlumut, selain itu juga jarak sumur pompa
tangan dengan sumber pencemar masih ada yang kurang dari 10

meter.

Observasi yang dilakukan mengenai ketersediaan jamban di

rumah menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah

menyediakan jamban leher angsa, lantai dan dinding jamban bersih

tidak licin dan tidak berbau, letak toilet yang berada jauh di

lingkungan tempat beraktivitas responden, toilet bersih, lantai toilet

tidak ada genangan air, tersedia lobang penghawaan yang langsung

berhubungan dengan udara dan bak penampungan air tidak

menjadi tempat perindukan nyamuk.

Berdasarkan penelitian Ibrahim (2012) diketahui bahwa

perbandingan antara tingkat pengetahuan tinggi yang

memanfaatkan jamban dan yang tidak memanfaatkan jamban,

terdapat kaitannya antara pengetahuan dengan penggunaan jamban.

Pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk

diketahui dalam menggunakan jamban. Jika seorang memiliki

pengetahuan yang baik tentang kegunaan jamban maka tindakan

untuk menggunakan jamban akan berjalan dengan baik. Akan

tetapi, apabila seorang tidak memilki pengetahuan yang baik

tentang arti, manfaat dan jenis-jenis jamban maka tindakan

untuk menggunakan jamban tidak akan berjalan dengan baik.

Kemudian, walaupun responden Desa Pintu Langit Jae memiliki

sikap yang tinggi terhadap pemanfaatan jamban ternyata tidak

begitu mempengaruhi tindakan seluruh masyarakat Desa Pintu

90
91

Langit Jae untuk memanfaatkan jamban. Karena untuk

terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan suatu faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan sesorang

dapatmenerapkan apa yang mereka ketahui. Artinya pengetahun

atau sikap yang baik belum tentu terwujud dalam tindakan

yang baik pula (Soekidjo, 2003). Dalam mengarahkan sikap

seseorang perlu dilakukan dengan contoh bagaimana cara yang

baik menggunakan jamban. Dengan memberikan contoh yang

baik masyarakat akan dapat merespon dengan baik. Hal ini harus

dimulai dari dalam keluarga, dan diteruskan oleh pemerintah

melalui penyuluhan-penyuluhan serta bimbingan-bimbingan

yang terarah. Kenyataan pengarahan sikap dan budaya secara

langsung tanpa mengikutkan peran serta masyarakat dalam

membuat program terasa sangat sulit. Oleh sebab itu perlu

masayarakat diikut sertakan sejak dari awal mulai dari

penyusunan, pelaksanaan dan pengimplementasian program

tersebut (Ibrahim, 2012).

Hasil Observasi yang telah dilaksanakan mengenai sarana

pembuangan sampah dan air limbah menunjukkan bahwa

mayoritas responden menyediakan tempat sampah yang cukup

namun tidak dilengkapi dengan penutup sampah, sehingga aroma

tidak sedap dari sampah menyebar kemana-mana dan

menyebabkan udara disekitar responden tidak bersih atau

menimbulkan pencemaran udara. Tersedianya tempat


pengumpulan sampah sementara dari seluruh warga untuk

memudahkan pengangkutan oleh petugas, yang dilaksanakan dua

atau tiga kali dalam seminggu untuk diangkut ke tempat

pembuangan. Kemudian, sarana pembuangan air limbah sudah

tersedia berupa septic tank komunal yang diadakan oleh pihak

Desa Rempoah. Namun, kurang memadai dalam pelaksanaan

penampungan limbah dan kurangnya sosialisasi kepada seluruh

masyarakat Desa Rempoah, sehingga masih banyak masyarakat

yang tidak tahu mengenai ketersediaan septic tank komunal

terssebut. Selain itu, budaya masyarakat membuang air limbah

rumah tangga ke sungai sampai saat ini masih belum berubah,

padahal masyarakat sendiri mengetahui perilaku tersebut tidak baik

untuk dilakukan. Namun, sarana pembuangan air limbah belum

cukup memadai dan tidak seluruh rumah memiliki septic tank.

Apabila ada, pembuangannya tetap melewati kolam yang tersedia

kemudian dialirkan ke sungai.

3. Hubungan antara pengetahuan dengan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat

Hasil penelitian pengetahuan responden mengenai lima pilar

Santasi Total Berbasis Masyarakat diperoleh bahwa (79,1%) memiliki

tingkat pengetahuan kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan

tingkat pengetahuan masyarakat cenderung kurang baik sebanding

92
93

dengan tingkat pengetahuan masyarakat yang mayoritas lulus SD/MI

(memiliki tingkat pendidikan rendah).

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa

tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM), karena nilai p value > α. Jadi, semakin

tinggi tingkat pengetahuan, tidak berhubungan dengan semakin

baiknya praktik masyarakat terhadap lima pilar Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM). Hal tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan,

karena berdasarkan hasil wawancara dan observasi, responden

cenderung mengetahui tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM). Namun, tingkat masyarakat hanya sampai pada ranah tahu,

belum sampai melaksanakan pilar-pilar Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM).

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hesty (2013) dalam penelitiannya yang berjudul

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Sanitasi

Lingkungan Masyarakat di Kelurahan Bunaken, Kota Manado

menyebutkan bahwa tingkat pendidikan dari masyarakat dapat

mempengaruhi perilaku dan pengetahuan dari seseorang tentang

sanitasi lingkungan. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuan dari masyarakat sudah sebagian besar baik tetapi

dalam tindakannya tidak melakukan sanitasi lingkungan yang baik, hal

ini bisa disebabkan karena kesibukan masyarakat sehingga tidak

melihat sanitasi lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal


responden. Semakin baik pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

lingkungan maka akan semakin baik perilakunya dalam memelihara

kesehatan lingkungan (Waningsih, 2012).

Prinsip pengelolaan pengetahuan tentang STBM adalah

melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalam sanitasi tota. Pokok

kegiatannya meliputi pengembangan dan pengelolaan pusat data dan

informasi, peningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah,

nonpemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan

pemberlajaran sanitasi di Indonesia serta upaya masuknya pendekatan

sanitasi total dalam kurikulum pendidikan (Buku Pedoman STBM).

4. Mengetahui hubungan antara Sikap dengan Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat

Hasil uji chi square sikap terhadap praktik responden mengenai

lima pilar Santasi Total Berbasis Masyarakat didapatkan nilai p < α

(0,05), maka ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap

praktik STBM masyarakat di desa Rempoah. Pada kelompok praktik

STBM kurang baik yang memiliki sikap tidak baik sebanyak 41 orang

(45,1%). Pada hasil penelitian variabel sikap dimana masyarakat

memiliki sikap tidak baik dikarenakan kebiasaan masyarakat yang

membuang air limbah rumah tangga dan kotoran (tinja), serta sampah

di kolam maupun di sungai tanpa mengetahui besarnya bahaya yang

akan ditimbulkan sehingga berpengaruh terhadap praktik STBM setiap

responden. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

94
95

Hesty (2013) bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan

sanitasi lingkungan masyarakat di Kelurahan Bunaken Kecamatan

Kepulauan Bunaken.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditasirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari–hari adalah

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial

(Fajar, 2010). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial

menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam

kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi perilaku (Notoadmodjo, 2011). Sama

seperti pengetahuan, sikap dapat mempengaruhi pencapaian praktik

STBM secara tidak langsung. Sikap merupakan predisposisi perilaku,

sehingga merupakan respon awal terhadap stimulus sebelum seseorang

melakukan sebuah perilaku.

5. Mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat terhadap

petugas kesehatan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Hasil penelitian persepsi petugas kesehatan terhadap praktik

responden mengenai lima pilar Santasi Total Berbasis Masyarakat

diperoleh bahwa (50,5%) berhubungan terhadap praktik STBM. Hasil


penelitian menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat mempengaruhi

penerapan STBM di Desa Rempoah tahun 2015.

Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa ada

hubungan antara persepsi petugas kesehatan dengan praktik Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM), karena nilai p value < α. Menurut

responden, peran petugas kesehatan di lapangan kurang aktif dalam

menyampaikan berbagai bentuk pendidikan kesehatan seperti kegiatan

penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, penyediaan informasi

kesehatan ataupun yang lainnya.

Berdasarkan penelitian Teguh Priatno dkk pada September

2014, dari 20 orang responden yang menjawab kuesioner tentang

pertanyaan variabel SDM, responden yang termasuk ke dalam katagori

mempertimbangkan variabel SDM petugas kesehatan dalam proses

perencanaan program STBM sebanyak 4 orang responden (20,0%),

kategori yang cukup mempertimbangkan variabel SDM dalam

perencanaan program STBM sebanyak 15 orang responden (75,0%)

dan yang tidak mempertimbangkan variabel SDM dalam perencanaan

program STBM sebanyak 1 orang responden (5,0%).

Pentingnya pengaruh faktor SDM petugas keseatan menurut

Conyers dan Hill adalah karena faktor sumberdaya manusia itu sangat

diperlukan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Sumber daya yang

baik dalam hal ini SDM dapat diterjemahkan sebagai SDM yang

memiliki kinerja yang baik, memiliki motivasi yang tinggi serta

memiliki etos kerja dan dalam sisi kuantitas SDM tersebut memenuhi

96
97

kriteria dan jumlahnya sesuai dengan proporsi dan beban kinerja yang

diperlukan untuk di masing-masing daerah.

6. Mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat terhadap

tokoh masyarakat dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Hasil penelitian persepsi tokoh masyarakat terhadap praktik

responden mengenai lima pilar Santasi Total Berbasis Masyarakat

diperoleh bahwa (60,4%) tidak memiliki pengaruh terhadap praktik

STBM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat

kurang mempengaruhi penerapan STBM.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa ada

hubungan antara persepsi tokoh masyarakat dengan praktik Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM), karena nilai p value < α. Hal

tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan, karena berdasarkan

responden memandang bahwa tokoh masyarakat sebagai panutan.

Keterlibatan tokoh masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut

adalah dengan memberikan ceramah-ceramah atau penyuluhan

terhadap masyarakat akan pentingnya program tersebut bagi

kelangsungan sanitasi yang lebih baik. Menurut responden, peran

tokoh masyarakat dalam hal sanitasi misalnya menyediakan

pengangkutan sampah, memberikan contoh sanitasi yang baik,

memotivasi masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta

mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan sanitasi, seperti

kegiatan kerja bakti setiap minggu.


Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Salis (2013) yang menyatakan bahwa Proses Community Led Total

Sanitation (CLTS) merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat

di mana dalam keberhasilannya sangat berkaitan dengan peran serta

masyarakat. Peran serta masyarakat dalam program pembangunan

adalah suatu proses keterlibatan yang bertanggung jawab dari

masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan dalam proses

pengambilan keputusan, berkontribusi dalam pelaksanaannya dan ikut

melakukan evaluasi hasil kegiatan, sehingga terjadi peningkatan

kemampuan masyarakat tersebut dalam mengembangkan derajat

kesehatan secara mandiri serta mempertahankan perkembangan yang

dicapai.

Tahap menjalin kebersamaan merupakan ajakan kepada

masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam seluruh tahap kegiatan

tersebut. Menurut Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa partisipasi

adalah peran aktif seluruh anggota masyarakat dalam berbagai jenjang

kegiatan. Selain itu partisipasi dapat muncul jika ada 3 komponen,

yaitu adanya rasa saling percaya antar anggota masyarakatnaupun

antara anggota masyarakat dengan petugas, adanya ajakan dan

kesempatan bagi anggota masyarakat untuk berperan serta dalam

kegiatan, adanya manfaat yang dapat dan segera dirasakan oleh

masyarakat, serta adanya contoh dan keteladanan dari tokoh dan

pemimpin masyarakat. Tokoh masyarakat di sini yaitu kepala desa

yang hadir pada awal kegiatan dengan tujuan untuk memudahkan

98
99

dalam mempengaruhi masyarakat agar mudah dikumpulkan. Selain itu,

tokoh masyarakat yaitu komite CLTS yang muncul secara alami juga

dianggap dapat memunculkan peran serta masyarakat karena setelah

komite tersebut muncul sebagai pelopor dalam perubahan perilaku

BAB dan pembangunan jamban, warga masyarakat yang lain merasa

tergerak untuk ikut merubah perilakunya.

7. Analisis Multivariat

Hasil analisis multivariate pada tabel 4.23 menunjukkan bahwa

variabel yang paling berpengaruh terhadap masalah STBM pada

Masyarakat Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten

Banyumas adalah persepsi tenaga kesehatan (p = 0,000 < 0,05). Hasil

uji Regresi Logistik pada tabel 4.23 diperoleh nilai Exp (β) pada

persepsi tenaga kesehatan sebesar 6,910 , mengandung makna bahwa

persepsi petugas kesehatan yang kurang baik memberikan resiko 6,910

kali lebih besar terhadap masalah STBM yang buruk jika dibandingkan

dengan persepsi petugas kesehatan yang baik.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap masalah Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat yaitu sikap responden (p = 0,045 < 0,05). Hasil

uji Regresi Logistik pada tabel 4.23 diperoleh nilai Exp (β) sebesar

3,411 mengandung makna bahwa sikap responden yang tidak

mendukung memberikan resiko 2,954 kali lebih besar terhadap

masalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang buruk jika

dibandingkan dengan sikap responden yang mendukung. Sehingga


dapat disimpulkan bahwa variabel persepsi petugas kesehatan menjadi

faktor yang paling berpengaruh terhadap masalah Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah pada tahun 2015.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Teguh

Priatno, Soesilo Zauhar, Imam Hanafi (2014) tentang Faktor-faktor

Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Program Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) di Kota Tasikmalaya menyatakan bahwa

persepsi pettugas kesehatan yang baik akan meningkatkan keberhasilan

program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Hasil uji statistik dengan

menggunakan uji korelasi pearson diperoleh hasil nilai p sebesar 0,003

yang artinya ada pengaruh antara variabel persepsi petugas kesehatan

terhadap keberhasilan program. Hasil uji pearson juga diperoleh nilai r

sebesar 0,624 yang artinya pengaruh variabel persepsi petugas

kesehatan terhadap keberhasilan program STBM memiliki keeraatan

yang kuat dengan arah pengaruh yang positif.

Sedangkan hasil penelitian mengenai sikap responden

berpengaruh terhadap masalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) yang sejalan dengan hasil penelitian Nilansari (2015) tentang

Hubungan Karakteristik Pemilik Rumah dengan Perilaku Buang Air

Besar Sembarangan Di Wilayah Kerja Puskesmas II Sambungmacan

Kabupaten Sragen menyatakan bahwa sikap responden yang tidak baik

dalam perilaku buang air besar sembarangan memiliki resiko perilaku

2,646 kali lebih besar untuk berperilaku buang air besar sembarangan

100
101

sembarangan dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap

baik.

Menurut Sunaryo (2005), faktor penentu sikap seseorang salah

satunya adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yg diterima

individu tersebut dapat menyebabkan perubahan sikap individu

tersebut. Positif atau Negatif informasi tergantung seberapa besar

hubungan social dengan sekitarnya mampu mengarahkan individu

tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil analisis multivariate bahwa sikap

responden dan persepsi petugas kesehatan saling berkaitan menjadi

faktor yang berpengaruh terhadap masalah STBM.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Puskesmas II Baturraden sebagai pelayanan kesehatan dasar yang

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat serta

wawasan yang bermutu tinggi sesuai dengan akreditasi atau sistem

manajemen mutu ISO 9001:2008, meningkatkan sumberdaya manusia dan

penempatan sumberdaya manusia yang tepat, meningkatkan sarana dan

prasarana, serta meningkatkan kerjasama lintas program dan sektoral.

2. Kondisi Desa Rempoah berada di tengah-tengah wilayah kecamatan

menjadikannya sebagai Pusat Pemerintahan dan Perekonomian di wilayah

Kecamatan Baturraden, sehingga bisa dikatakan bahwa letaknya strategis.

3. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 70 orang

(76,9%), berusia 26-35 tahun sebanyak 30 orang (33,0%), pekerjaan

sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 56 orang (61,5%), tingkat

pendidikan SD/MI sebanyak 41 orang (45,1%), memiliki jumlah anggota

keluarga ≤4 sebanyak 44 orang (48,4%), dan memiliki tingkat pendapatan

dalam kategori rendah yaitu < Rp 1.100.000,00 sebanyak 60 orang

(65,9%).

4. Gambaran tingkat pengetahuan diperoleh 79,1% memiliki tingkat

pengetahuan baik, (45,1%) sikapnya kurang mendukung, 46% persepsi

petugas keseehatan baik, serta (60,4%) persepsi tokoh masyarakat baik.

5. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktik Sanitasi

102
103

Total Berbasis Masyarakat (STBM), dengan nilai p 0.559 >α (0,05).

6. Ada hubungan antara sikap dengan praktik Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM), dengan nilai p 0.007 < α (0,05).

7. Ada hubungan antara persepsi peugas kesehatan dengan praktik Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM), dengan nilai p 0.000 < α (0,05).

8. Ada hubungan antara persepsi tokoh masyarakat dengan praktik Sanitasi

Total

9. Faktor-faktor yang menyebabkan masalah Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat di Desa Rempoah yaitu persepsi petugas kesehatan dengan

nilai p = 0,000 dan sikap responden dengan nilai p = 0,017.

10. Faktor yang dominan menyebabkan masalah STBM pada Masyarakat

Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas adalah

persepsi tenaga kesehatan dengan nilai Exp (β) pada persepsi tenaga

kesehatan sebesar 6,910, mengandung makna bahwa persepsi petugas

kesehatan yang kurang baik memberikan resiko 6,910 kali lebih besar

terhadap masalah STBM yang buruk jika dibandingkan dengan persepsi

petugas kesehatan yang baik.

11. Prioritas masalah berdasarkan Metode MCUA yang terpilih adalah

permasalahan sampah Rumah Tangga dengan bobot skor 57.

B. SARAN

1. Bagi Puskesmas II Baturraden

a. Perlu mengoptimalkan sarana prasrana berupa tempat sampah yang

tertutup dan sumber daya kesehatan di Puskesmas.


b. Menggalakkan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan kepada

masyarakat.

2. Bagi Instansi Pemerintahan Desa Rempoah

a. Sebaiknya lebih mengatur pengangkutan sampah yang ada

b. Perlu adanya pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat khusunya

yang berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam peningkatan

kebersihan lingkungan.

3. Bagi Masyarakat Desa Rempoah

a. Meningkatkan kesadaran perilaku masyarakat tentang pengolahan

sampah yang baik dan mengurangi kebiasaan membuang sampah

sembarangan atau membakar sampah.

b. Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam penyuluhan

mengenai pengolahan sampah yang baik serta penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

104
105

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Titin. 2005. PentingnyaHigiene Penjamah Makanan Tradisional,


disajikan dalam Seminar Nasional Membangun Citra Pangan Tradisional.
Fakultas Teknik: UNNES.

Atmarita, Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Dalam
Soekirman et al., editor. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
“Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”.
Jakarta : LIPI.

Azwar, A. dan J. Prihantono. 2003. Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banyumas. 2011. Draft BPS Kab Banyumas 2011
Bab III.pdf

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Darsana, I.N, dkk. 2012.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan


Jamban Keluarga di Desa Jehdm Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli.
Jurnal Poltekes Denpasar Bali.

Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Diana, Kadek. 2007. Pencemaran Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik


di Lingkungan Kumuh. Jurnal Pemukiman Natah. Vol 5 (2): 620-108.

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2008. Profil Kesehatan Kabupaten


Tangerang. Tangerang: Banten.

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.

Fajar, Nur Alam, Hamzah Hasyim, dan Asmaripa Ainy. 2010. Pengaruh Merode
Pemicuan Terhadap Perubahan Perilaku Stop BABS di Desa Senuro Timut
Kabupaten Ogan Ilir. Prosiding Seminar Nasional. Halaman: 1633-1670.

Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Hastono, S.P. 2001. Analisis Data. Jakarta: FKM UI.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Online. Diakses tanggal 11 Oktober


2015 http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/.

Katiandago, Hesty. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan


Tindakan Sanitasi Lingkungan Masyarakat di Kelurahan Bunaken, Kota
Manado. Manado: Balai Penelitian dan Pengembangan Kota Manado.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. 2003. Baku Mutu Air Limbah
Domestik. Jakarta: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI.

Kurnia S, Soerdiham. 2013. Analisis Peran Serta Masyarakat dalam Keberhasilan


Program Proses Community Led Total Sanitation (CLTS). Jurnal
Promkes. Vol. 1 (2): 138–144.

Kusnoputranto. 2000. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia.

Kusno, Waluyo dan Kus Irianto. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung:
Yrama Widya.

Masyuni. 2010. Implementasi Program Promosi Pencegahan Diare Pada Anak


Berusia Di Bawah Tiga Tahun (Studi Kasus Di Puskesmas Mangkurawang
Kabupaten Kutai Kartanegara). Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.

Mubarak dan Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika..

Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya:


Airlangga University Press.

Muniarti, 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan


Antenatal Oleh Ibu Hamil di Kabupaten Aceh Tenggara. Tesis. Medan.
Universitas Sumatera Utara.

106
107

Nisandi. 2007. Pengolahan dan Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Briket


Arang dan Asap Cair. Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2011 Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.
______________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Peraturan Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Kementerian Kesehatan


RI Nomor 3 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta:
Peraturan Kementerian Kesehatan RI.

____________________________. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI


No.416/Menkes/PER/XI/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Jakarta: Peraturan Kementerian Kesehatan RI.

Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika.

Santoso, Singgih. 2004. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair: Jakarta:
EGC.

Suhartini. 2008. Pengaruh Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)


Sampah Piyungan Terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk di Sekitarnya.
FMIPA: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sunaryo, Y.S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Bandung: UGM Press.

Supiyan. 2012. Hubungan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan
Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita. Fakultas Ilmu
Keperawatan: Universitas Riau.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta.

Thaheer, Hermawan. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical


Control). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Widowati, Nilansari N. 2015. “Hubungan karakteristik pemiulik ruah dengan


perilaku buang air besar sembarangan di wilayah kerja puskesmas
sambungmacan 2 kabupaten sragen”. Artikel Penelitian. FIK UMS.

108
109

Lampiran I

KUESIONER PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN I (PBL I)

IDENTIFIKASI PENYEBAB DAN ALTERNATIF PEMECAHAN


MASALAH STBM DI DESA REMPOAH KECAMATAN BATURADEN

KABUPATEN BANYUMAS 2015

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk : Lingkari pilihan jawaban
NO PERTANYAAN RESPON

1. Nama _______________________ ___

Jenis Kelamin L/P

Alamat RT/RW___________ _________

2. Berapa usia anda saat ini? _________________________Tahun

a. 26-35 tahun
b. 36-45 tahun
c. 46-55 tahun
d. 56-65 tahun
e.  65 tahun
Kapan tepatnya anda lahir? Tanggal______________________

Bulan __________ _____________

Tahun_____________ __________

3. Apakah pendidikan terakhir 1. Tidak tamat SD


yang anda tamatkan? 2. SD/MI
3. SMP/MTs
4. SMA/MA
5. Diploma
6. Sarjana
7. Pascasarjana
4. Pekerjaan? 1. Pedagang
2. Buruh/Tani
3. PNS
4. TNI/POLRI
5. Pensiunan
6. Wiraswasta
7. IRT (Ibu Rumah Tangga)
5. Jumlah Anggota Keluarga .............orang
1.  4 orang
2. 5-7 orang
3.  7 orang

6. Pendapatan Keluarga per 1. ≥ Rp. 1.100.000,-


Bulan 2. < Rp. 1.100.000,-

II. PENGETAHUAN

Petunjuk : jawablah dengan memberi tanda (V) pada kotak pilihan Anda.

Jawaban
No Pernyataan
Benar Salah

Buang air besar sembarangan adalah perbuatan yang


1.
tidak baik.

Salah satu syarat jamban yang sehat adalah tinja


2.
tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

Jamban yang tidak sehat akan menjadi sumber bibit


3.
penyakit.

Jamban yang aman adalah jamban yang tidak


4.
membahayakan orang lain (kejeblok)

110
111

Syarat air yang digunakan untuk keperluan sehari-


5. hari adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna.

Mencuci tangan yang baik adalah di air mengalir dan


6.
menggunakan sabun.

Waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan


7.
sabun adalah setelah buang air besar (BAB).

Limbah cair adalah salah satu jenis limbah yang


8.
berbahaya terhadap lingkungan.

Yang dimaksud dengan air limbah adalah air bersih


9.
yang tidak mengandung kuman.*

Akibat jika saluran pembuangan air limbah


10. tersumbat adalah terjadi genangan air yang
menimbulkan penyakit.

Makanan yang dihinggapi lalat dapat menyebabkan


11.
penyakit.

Makanan yang bersih adalah makanan yang


12.
mengandung bibit penyakit.*

Sampah yang menumpuk dapat menjadi sumber bibit


13.
penyakit.

14. Sampah anorganik tidak dapat didaur ulang.*

Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk untuk


15.
tanaman.
III. SIKAP
Petunjuk : Jawablah dengan memberi tanda (V) pada kotak pilihan Anda.

Keterangan pilihan jawaban :

1. SS = Sangat Setuju 3. TS = Tidak Setuju


2. S = Setuju 4. STS = Sangat Tidak Setuju

NO PERNYATAAN SS S TS STS

Saya merasa menggunakan septik tank


1. merupakan cara yang tepat untuk menghindari
pencemaran tanah

Saya merasa Buang Air Besar di sembarang


2.
tempat diperbolehkan*
Saya merasa dengan membersihkan kamar
3.
mandi kondisi jamban menjadi sehat
Saya akan membersihkan kamar mandi 2x
4.
seminggu
Saya akan membuat septik tank untuk
5.
membuang limbah cair rumah tangga
Seharusnya limbah rumah tangga dikelola
6.
dengan baik
Saya akan membuang air limbah sembarangan
7.
ke selokan/parit*
Saya merasa limbah rumah tangga dapat
8.
merusak lingkungan
Saya akan membersihkan selokan jika terdapat
9.
sampah

10. Sebaiknya setiap rumah tangga wajib memiliki


SPAL

11. Saya akan mencuci tangan setelah BAB

112
113

Saya merasa tempat sampah di dalam rumah


12.
tidak diperlukan*
Saya akan memisahkan sampah organik dan
13. sampah anorganik sebelum dibuang ke Tempat
Pembuangan Akhir
Menurut saya sampah itu adalah semua benda
14. yang tidak terpakai lagi dan benda yang harus
dibuang.
Saya merasa boleh membuang sampah di
15.
sembarang tempat *

IV. PRAKTIK
Petunjuk : Jawablah dengan memberi tanda (X) pada pilihan yang telah
disediakan.
1. Jenis jamban apa yang ibu pakai dirumah?
a. Kloset jongkok leher angsa
b. Kloset duduk leher angsa
c. Plengsengan
d. Cemplung
e. Tidak punya jamban
f. Lainnya, sebutkan ….
2. Berapa kali dalam seminggu ibu membersihkan kamar mandi?
a. Satu kali seminggu
b. Dua kali seminggu
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak pernah
f. Lainnya, sebutkan ….
3. Kriteria jamban sehat seperti apa yang Anda gunakan?
a. Tertutup
b. Terbuka
c. Tidak permanen
d. Berbahan baku kayu
e. Berjarak 5 meter dari sumber air
f. Lainnya, sebutkan…..
4. Dimanakah anda buang air besar?
a. Di toilet/ jamban
b. Di wc umum
c. Di ladang
d. Di sungai
e. Di sawah
f. Lainnya, sebutkan ….
5. Berapa kali anda melakukan penyedotan/pengosongan septic tank di rumah?
a. Satu tahun sekali
b. Dua tahun sekali
c. Tiga tahun sekali
d. Empat tahun sekali
e. Tidak pernah
f. Lainnya, sebutkan ….
6. Dimana anda biasa membuang sampah?
a. Di tempat sampah
b. Di sungai
c. Di kebun
d. Di halaman
e. Di selokan
f. Lainnya, sebutkan ….
7. Berapa kali dalam seminggu anda membuang sampah?
a. Tujuh kali dalam seminggu
b. Enam kali dalam seminggu
c. Lima kali dalam seminggu
d. Empat kali dalam seminggu
e. Tiga kali dalam seminggu
f. Lainnya, sebutkan ….

114
115

8. Kemana sarana pembuangan air limbah (SPAL) anda disalurkan?


a. Dialirkan di selokan terbuka
b. Dialirkan di selokan tertutup
c. Dialirkan ke halaman
d. Dialirkan ke sawah
e. Tidak ada
f. Lainnya, sebutkan ….
9. Bagaimana cara Anda menangani limbah air rumah tangga di lingkungan
Anda?
a. Diresapkan ke dalam tanah
b. Ditampung terlebih dahulu
c. Dialirkan ke dalam septic tank
d. Dialirkan ke dalam parit terbuka
e. Dipakai lagi
f. Lainnya, sebutkan…..
V. LEMBAR OBSERVASI SARANA DAN PRASARANA
Petunjuk : Jawablah dengan memberi tanda (V) pada kotak pilihan Anda.

NO VARIABEL YANG DIPERIKSA YA TIDAK KET


1. AIR BERSIH
a. Tersedia air bersih 15 liter/orang/hari
b. Air tidak berasa
c. Air tidak bewarna
d. Air tidak berbau
e. Jarak sarana air bersih dengan sumber
pencemaran (sarana pembuangan air
limbah, septic tank, tempat
Pembuangan Akhir) minimal 10 meter
f. Terdapat sarana cuci tangan
g. Terdapat sarana sabun ditepat cuci
tangan
2. JAMBAN/WC
a. Jumlah jamban/toilet yang tersedia di setiap
rumah
b. Jenis jamban leher angsa
c. Lantai bersih
d. Dinding jamban bersih
e. Jamban tidak licin
f. Jamban tidak berbau
g. Letak toilet terpisah dari tempat aktivitas
warga
h. Toilet dalam keadaan bersih
i. Lantai toilet tidak ada genangan air
j. Tersedia lobang penghawaan yang
langsung berhubungan dengan udara
k. Bak penampung air tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk
3. SARANA PEMBUANGAN SAMPAH

116
117

a. Tersedia tempat sampah yang


mencukupi
b. Tempat sampah dilengkapi dengan
tertutup
c. Sampah tidak menimbulkan bau
menusuk
d. Tersedia tempat pengumpulan sampah
sementara dari seluruh warga untuk
memudahkan
pengangkutan/pemusnahan sampah
e. Sistem pembuangan sampah
dikumpulkan di satu tempat dan
diangkut/ secara rutin oleh petugas
kebersihan.
4. SARANA PEMBUANGAN AIR
LIMBAH
a. Tersedia saluran pembuangan air
limbah
b. Saluran pembuangan air limbah
terbuat dari bahan kedap air
c. Saluran pembuangan air limbah
tertutup
d. Keberadaan SPAL tidak mencemari
lingkungan
e. Saluran pembuangan air limbah air
mengalir lancer
VI. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PETUGAS KESEHATAN

Petunjuk : jawablah dengan memberi tanda (V) pada kotak pilihan Anda.

No. Pernyataan YA TIDAK

1. Apakah pelayanan kesehatan yang Anda akses dapat


mengatasi masalah kesehatan?

2. Apakah sikap tenaga kesehatan ramah dalam memberikan


pelayanan kesehatan?

Apakah tenaga kesehatan memberikan informasi yang jelas


3.
tentang masalah STBM?
Apakah tenaga kesehatan memberikan motivasi kepada Anda
4.
dalam mengatasi masalah kesehatan?
Apakah tenaga kesehatan memberikan arahan kepada Anda
5.
dalam pelaksanaan STBM?
Apakah tenaga kesehatan memberikan alternative pemecahan
6.
masalah STBM?
Apakah tenaga kesehatan memberikan contoh perilaku dalam
7.
mengatasi STBM?
Apakah tenaga kesehatan menyediakan sarana untuk
8.
mengatasi STBM?
Apakah tenaga kesehatan memberikan anjuran untuk
9.
mencegah perasalahan STBM?
Apakah tenaga kesehatan menganjurkan masyarakat
10.
membuang limbah manusia ke SPAL?

VII. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TOKOH MASYARAKAT

Petunjuk : jawablah dengan memberi tanda (V) pada kotak pilihan Anda.

YA TIDAK
No. Pernyataan

Apakah tokoh masyarakat memberikan contoh pada warganya


1.
untuk hidup sehat?

118
119

Apakah tokoh masyarakat memberikan motivasi kepada


2.
warganya dalam mengatasi masalah kesehatan?
Apakah tokoh masyarakat memberikan sarana dalam
3.
pelaksanaan STBM?
Apakah tokoh masyarakat memberikan informasi tentang
4.
STBM kepada warganya dengan jelas?
Apakah tokoh masyarakat menyediakan layanan
5.
pengangkutan sampah untuk warganya?
Apakah tokoh masyarakat memberikan anjuran untuk
6.
mencegah permasalahan STBM?
Apakah tokoh masyarakat mengajak masyarakat untuk
7.
berperilaku hidup bersih dan sehat?
Apakah tokoh masyarakat memberikan arahan pada
8.
masyarakat dalam pelaksanaan STBM?
Apakah tokoh masyarakat memberikan alternatif pemecahan
9.
masalah STBM yang ada di masyarakat?
Apakah tokoh masyarakat memberikan contoh dalam
10.
mengatasi masalah STBM?
Lampiran II

HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN OUTPUT SPSS

A. ANALISIS UNIVARIAT
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
JenisKelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LAKI-LAKI 21 23.1 23.1 23.1

PEREMPUAN 70 76.9 76.9 100.0

Total 91 100.0 100.0

b. Usia
Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 26-35 30 33.0 33.0 33.0

36-45 25 27.5 27.5 60.4

46-55 17 18.7 18.7 79.1

56-65 13 14.3 14.3 93.4

>65 6 6.6 6.6 100.0

Total 91 100.0 100.0

120
121

c. Pendidikan
Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK TAMAT SD 11 12.1 12.1 12.1

SD/MI 41 45.1 45.1 57.1

SMP/MTS 17 18.7 18.7 75.8

SMA/MA 18 19.8 19.8 95.6

DIPLOMA 1 1.1 1.1 96.7

SARJANA 2 2.2 2.2 98.9

PASCA SARJANA 1 1.1 1.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

d. Pekerjaan
Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PEDAGANG 4 4.4 4.4 4.4

BURUH/TANI 16 17.6 17.6 22.0

PNS 2 2.2 2.2 24.2

PENSIUNAN 1 1.1 1.1 25.3

WIRASWASTA 12 13.2 13.2 38.5

IRT 56 61.5 61.5 100.0

Total 91 100.0 100.0


e. Jumlah Keluarga
JmlhKlg

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <=4 44 48.4 48.4 48.4

5-7 40 44.0 44.0 92.3

>7 6 6.6 6.6 98.9

4 1 1.1 1.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

f. Pendapatan
Pendapatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >=Rp.1.100.000 31 34.1 34.1 34.1

<Rp.1.100.000 60 65.9 65.9 100.0

Total 91 100.0 100.0

2. Pengetahuan
Kategori Total Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 19 20.9 20.9 20.9

Kurang Baik 72 79.1 79.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

122
123

3. Sikap
Kategori Total Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Mendukung 41 45.1 45.1 45.1

Tidak Mendukung 50 54.9 54.9 100.0

Total 91 100.0 100.0

4. Praktik
Kategorik Total Praktik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 29 31.9 31.9 31.9

Kurang Baik 62 68.1 68.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

5. Persepsi Masyarakat terhadap Petugas Kesehatan


Kategori Persepsi Petugas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 45 49.5 49.5 49.5

Kurang Baik 46 50.5 50.5 100.0

Total 91 100.0 100.0


6. Persepsi Masyarakat terhadap Tokoh Masyarakat
Kategori Total Persepsi Toma

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 36 39.6 39.6 39.6

Kurang Baik 55 60.4 60.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

7. Observasi

OBSER1A

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 6 6.6 6.6 6.6

YA 85 93.4 93.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER1B

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 91 100.0 100.0 100.0

124
125

OBSER1C

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 1 1.1 1.1 1.1

YA 90 98.9 98.9 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER1D

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 91 100.0 100.0 100.0

OBSER1E

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 31 34.1 34.1 34.1

YA 60 65.9 65.9 100.0

Total 91 100.0 100.0


OBSER1F

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 24 26.4 26.4 26.4

YA 67 73.6 73.6 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER1G

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 33 36.3 36.3 36.3

YA 58 63.7 63.7 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER2A

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 10 11.0 11.0 11.0

YA 81 89.0 89.0 100.0

Total 91 100.0 100.0

126
127

OBSER2B

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 16 17.6 17.6 17.6

YA 74 81.3 81.3 98.9

11 1 1.1 1.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER2C

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 17 18.7 18.7 18.7

YA 74 81.3 81.3 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER2D

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 22 24.2 24.2 24.2

YA 69 75.8 75.8 100.0

Total 91 100.0 100.0


OBSER2E

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 10 11.0 11.0 11.0

YA 81 89.0 89.0 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER2F

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 7 7.7 7.7 7.7

YA 84 92.3 92.3 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER2G

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 9 9.9 9.9 9.9

YA 82 90.1 90.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

128
129

OBSER2H

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 16 17.6 17.6 17.6

YA 75 82.4 82.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER2I

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 15 16.5 16.5 16.5

YA 76 83.5 83.5 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER2J

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 5 5.5 5.5 5.5

YA 86 94.5 94.5 100.0

Total 91 100.0 100.0


OBSER2K

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 13 14.3 14.3 14.3

YA 78 85.7 85.7 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER3A

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 10 11.0 11.0 11.0

YA 81 89.0 89.0 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER3B

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 67 73.6 73.6 73.6

YA 24 26.4 26.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

130
131

OBSER3C

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 13 14.3 14.3 14.3

YA 78 85.7 85.7 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER3D

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 18 19.8 19.8 19.8

YA 73 80.2 80.2 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER3E

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 21 23.1 23.1 23.1

YA 70 76.9 76.9 100.0

Total 91 100.0 100.0


OBSER4A

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 33 36.3 36.3 36.3

YA 58 63.7 63.7 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER4B

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 38 41.8 41.8 41.8

YA 53 58.2 58.2 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER4C

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 50 54.9 54.9 54.9

YA 41 45.1 45.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

132
133

OBSER4D

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 48 52.7 52.7 52.7

YA 43 47.3 47.3 100.0

Total 91 100.0 100.0

OBSER4E

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TIDAK 36 39.6 39.6 39.6

YA 55 60.4 60.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

B. ANALISIS BIVARIAT

1. Pengetahuan

Crosstab

Kategori Total Pengetahuan

Baik Kurang Baik Total

Kategorik Total Praktik Baik Count 5 24 29

% within Kategorik Total


17.2% 82.8% 100.0%
Praktik

% within Kategori Total


26.3% 33.3% 31.9%
Pengetahuan

% of Total 5.5% 26.4% 31.9%


Kurang Baik Count 14 48 62

% within Kategorik Total


22.6% 77.4% 100.0%
Praktik

% within Kategori Total


73.7% 66.7% 68.1%
Pengetahuan

% of Total 15.4% 52.7% 68.1%

Total Count 19 72 91

% within Kategorik Total


20.9% 79.1% 100.0%
Praktik

% within Kategori Total


100.0% 100.0% 100.0%
Pengetahuan

% of Total 20.9% 79.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .341 a 1 .559

Continuity Correction b .094 1 .759

Likelihood Ratio .350 1 .554

Fisher's Exact Test .783 .387

Linear-by-Linear Association .337 1 .561

N of Valid Cases b 91

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.05.

b. Computed only for a 2x2 table

134
135

2. Sikap

Crosstab

Kategori Total Sikap

Tidak
Mendukung Mendukung Total

Kategorik Total Praktik Baik Count 19 10 29

% within Kategorik Total


65.5% 34.5% 100.0%
Praktik

% within Kategori Total Sikap 46.3% 20.0% 31.9%

% of Total 20.9% 11.0% 31.9%

Kurang Baik Count 22 40 62

% within Kategorik Total


35.5% 64.5% 100.0%
Praktik

% within Kategori Total Sikap 53.7% 80.0% 68.1%

% of Total 24.2% 44.0% 68.1%

Total Count 41 50 91

% within Kategorik Total


45.1% 54.9% 100.0%
Praktik

% within Kategori Total Sikap 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 45.1% 54.9% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.199 a 1 .007

Continuity Correction b 6.037 1 .014

Likelihood Ratio 7.250 1 .007

Fisher's Exact Test .012 .007

Linear-by-Linear Association 7.120 1 .008

N of Valid Cases b 91

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.07.

b. Computed only for a 2x2 table

3. Persepsi Petugas Kesehatan

Crosstab

Kategori Persepsi Petugas

Baik Kurang Baik Total

Kategorik Total Praktik Baik Count 23 6 29

% within Kategorik Total


79.3% 20.7% 100.0%
Praktik

% within Kategori Persepsi


51.1% 13.0% 31.9%
Petugas

% of Total 25.3% 6.6% 31.9%

Kurang Baik Count 22 40 62

% within Kategorik Total


35.5% 64.5% 100.0%
Praktik

% within Kategori Persepsi


48.9% 87.0% 68.1%
Petugas

% of Total 24.2% 44.0% 68.1%

136
137

Total Count 45 46 91

% within Kategorik Total


49.5% 50.5% 100.0%
Praktik

% within Kategori Persepsi


100.0% 100.0% 100.0%
Petugas

% of Total 49.5% 50.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 15.182 a 1 .000

Continuity Correction b 13.480 1 .000

Likelihood Ratio 15.924 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 15.015 1 .000

N of Valid Cases b 91

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.34.

b. Computed only for a 2x2 table

4. Persepsi Tokoh Masyarakat

Crosstab

Kategori Total Persepsi Toma

Baik Kurang Baik Total

Kategorik Total Praktik Baik Count 18 11 29

% within Kategorik Total


62.1% 37.9% 100.0%
Praktik

% within Kategori Total


50.0% 20.0% 31.9%
Persepsi Toma
% of Total 19.8% 12.1% 31.9%

Kurang Baik Count 18 44 62

% within Kategorik Total


29.0% 71.0% 100.0%
Praktik

% within Kategori Total


50.0% 80.0% 68.1%
Persepsi Toma

% of Total 19.8% 48.4% 68.1%

Total Count 36 55 91

% within Kategorik Total


39.6% 60.4% 100.0%
Praktik

% within Kategori Total


100.0% 100.0% 100.0%
Persepsi Toma

% of Total 39.6% 60.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.019 a 1 .003

Continuity Correction b 7.690 1 .006

Likelihood Ratio 8.958 1 .003

Fisher's Exact Test .005 .003

Linear-by-Linear Association 8.920 1 .003

N of Valid Cases b 91

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.47.

b. Computed only for a 2x2 table

138
139

C. ANALISIS MULTIVARIAT

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1 a KategTotalTahu -.037 .714 .003 1 .958 .963

KategTotalSikap 1.083 .540 4.022 1 .045 2.954

KategPersepsiPetugas 1.742 .588 8.760 1 .003 5.707

KategPersepsiToma .644 .541 1.418 1 .234 1.905

Constant -.815 .737 1.225 1 .268 .442

Step 2 a KategTotalSikap 1.079 .533 4.090 1 .043 2.941

KategPersepsiPetugas 1.750 .569 9.462 1 .002 5.753

KategPersepsiToma .644 .541 1.416 1 .234 1.903

Constant -.846 .442 3.670 1 .055 .429

Step 3 a KategTotalSikap 1.227 .516 5.646 1 .017 3.411

KategPersepsiPetugas 1.933 .548 12.429 1 .000 6.910

Constant -.648 .403 2.580 1 .108 .523

a. Variable(s) entered on step 1: KategTotalTahu, KategTotalSikap, KategPersepsiPetugas,


KategPersepsiToma.
Lampiran III

DOKUMENTASI KEGIATAN PBL 1 DESA REMPOAH

Gambar 1.1 Spanduk Larangan Buang Air Besar Sembarangan

Gambar 1.2 Kumpulan Sampah di Sungai

140
141

Gambar 1.3 Jamban Cemplung

Gambar 1.4 Kolam Ikan


Gambar 1.5 Jamban Duduk

Gambar 1.6 Plengsenga

142
143

Gambar 1.7 Jamban Leher Angsa

Gambar 1.8 Kolam Ikan


Gambar 1.9 Bak Penampungan Air

Gambar 1.10 Bak Penampungan Air

144
145

Gambar 1.11 Gerobak Sampah

Anda mungkin juga menyukai