Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MODUL XXVI.

ELEKTIF

UJI KLINIS FARMAKOLOGI FASE IV.

KELOMPOK IV :
1. Nur maya sari : Ketua
2. Dara maya sari : Sekretaris
3. Tia handayani : Anggota
4. Ria yunita : Anggota
5. Maizal nudin : Anggota
6. Andrigustina : Anggota
7. Yuni novita rahmi : Anggota
8. M . iskandar : Anggota
9. Yunika hidayatul : Anggota
10. Dian budi ananda : Anggota
11. Sahlina zuhra : Anggota
12. Yanti : Anggota
Pembimbing : dr. Mustafa DS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
BANDA ACEH
2012
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MODUL ELEKTIF FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA

1. Judul tugas : Uji klinis farmakologi fase IV


2. Modul : Elektif
3. Pembimbing : dr.mustafa DS
4. Kelompok : IV
5. Ketua : Nur maya sari
6. Sekretaris : Dara maya sari
7. Anggota : Tia handayani
Ria yunita
Maizal nudin
Andrigustina
Yuni novita rahmi
M . iskandar
Yunika hidayatul
Dian budi ananda

Telah diperiksa oleh Lampoh Keude, 11 Februari 2012


Pembimbing Ketua Kelompok IV

( dr.mustafa DS ) (Nur maya sari )


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah ‘azza wa jalla atas limpahan taufiq
dan hidayah-Nya sehingga panduan penulisan laporan uji klinik ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam teriring atas rasulullah saw, keluarga,
sahabat, dan para pengemban risalah beliau hingga akhir zaman.
Penulisan laporan uji klinik merupakan salah satu kegiatan dalam modul
elektif bagian farmakologi yang harus dilakukan. Laporan uji klinik
juga menjadi salah satu aspek penilaian dalam nilai akhir yang
akan diberikan. Laporan ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
mahasiswa untuk belajar agar kualitas pembelajaran farmakologi
semakin baik dan mampu merangsang kemampuan mahasiswa dalam
melakukan penulisan ilmiah. Laporan ini tentu saja masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga masukan dari berbagai pihak sangat
diharapkan agar laporan ini menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI

Halaman pengesahan ......................................................................ii


Daftar isi...........................................................................................iii
Abstrak..............................................................................................iv
Bab I Pendahuluan ...........................................................................1
BabII.pembahasan ............................................................................2
BabIII.Penutup kesimpulan..............................................................9
Daftar pustaka ..................................................................................10
UJI KLINIS FARMAKOLOGI FASE IV.

ABSTRAK

Latar belakang: Uji klinik yang direncanakan dengan cermat pada sejumlah
penderita guna menentukan nilai terapeutik obat atau cara pengobatan lainnya
merupakan salah satu ciri dan langkah maju dalam perkembangan Ilmu Kedokteran
Modern dewasa ini. Pengujian ini berusaha menjembatani hasil penelitian yang
diperoleh dalam laboratorium dengan penggunaan obat dalam praktek. Bahaya ini
dapat timbul sewaktu penderita terikut dalam penelitian atau terjadi dalam praktek
karena pengobatan penderita didasarkan atas kesimpulan hasil-hasil uji klinik yang
tidak benar..
Tujuan : teori ini dilakukan untuk mengetahui uji klinik farmakologi pada fase IV.
Dapat dikatakan bahwa fase IV mencakup semua penelitian yang dilakukan setelah
obat baru mendapat izin untuk pemasarannya.
Metode: Penelitian pra-pemasaran masih meninggalkan beberapa pertanyaan
penting yang belum terjawab. Ada beberapa kekurangan dalam fase II dan III, yaitu
terutama : Jumlah pasien terbatas, lama pemberian obat terbatas,populasi pasien
terbatas.
Hasil: Interaksi obat dan kompatibilitasnya dengan zat-zat lain karena : Metabolisme
mungkin meningkat atau menurun, Perubahan pH urin mungkin mengubah ekskresi
obat, Mungkin ada sekresi tubuler aktif,Mungkin ada hambatan pada absorpsi dalam
usus,
Kesimpulan: sejumlah alasan untuk membenarkan dilakukannya penelitian fase IV;
alasan yang tak ada hubungannya dengan motivasi komersial, meskipun tak dapat
dipungkiri bahwa hasil-hasil penelitian itu sering dipakai untuk menunjang
pemasaran.
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang

Uji klinik adalah sesuatu yang mudah diucapkan tetapi memerlukan


pengorganisasian yang rumit dan harus ditangani secara cermat oleh peneliti ahli.
Suatu uji klinik sebenarnya bertujuan meng-kuantifikasikan tingkat manfaat dan
risiko suatu obat baru. Setiap zat yang aktif untuk terapi pasti mengandung sejumlah
risiko akibat aktivitasnya dalam mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh. Dalam
perkembangan penelitian klinik, mula-mula kita praktis tidak mengetahui sama sekali
seluk beluk suatu obat. Maka tujuan penelitian adalah memperoleh pengetahuan
lengkap tentang obat itu, kalau mungkin. Dan ini memakan waktu yang lama sekali.
Rumusan

Apa kah yang dimaksud dengan uji klinis farmakologi tipe IV itu?

Tujuan penulisan

Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui uji klinis farmakologi fase IV.
Tujuan Khusus
Mengetahui secara lebih mendalam tentang uji klinik fase IV.
Manfaat

Setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post

marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai

usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai

terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat. Setelah hasil

studi fase IV dievaluasi masih memungkinkan obat ditarik dari perdagangan jika

membahayakan.
BAB II
PEMBAHASAN

UJI KLINIS FARMAKOLOGI FASE IV

PRINSIP DASAR UJI KLINIS

Muchtar Armen.Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Kekurangan dalam fase II dan III, yaitu terutama : Dapat dikatakan bahwa
fase IV mencakup semua penelitian yang dilakukan setelah obat baru mendapat izin
untuk pemasarannya. Penelitian pra pemasaran masih meninggalkan beberapa
pertanyaan penting yang belum terjawab. Sebagai contoh, toksisitas suatu zat tak
mungkin dinilai secara tepat dalam fase-fase sebelumnya bila insidensi
agranulositosis adalah 1 :20.000.
Oleh sebab itu penelitian fase IV harus di-disain untuk mengungkapkan :
- Efek samping akibat penggunaan kronik
- Manfaat obat dalam penggunaan jangka panjang.
- Data-data komparatif lainnya dalam penggunaan jangka panjang.
- Non-responder
- Penggunaan-penggunaan baru dan indikasi baru.
- Penilaian kemungkinan penyalahgunaan obat
- Penilaian kemungkinan penggunaan obat secara berlebihan atau kesalahan dalam
penggunaannya. Interaksi obat dan kompatibilitasnya dengan zat-zat lain
karena :
1. Metabolisme mungkin meningkat atau menurun
2. Perubahan pH urin mungkin mengubah ekskresi obat
3. Mungkin ada sekresi tubuler aktif
4. Mungkin ada hambatan pada absorpsi dalam usus.
5. Perubahan motilitas usus mungkin terjadi
6. Interferensi farmakologik, misalnya pada ujung saraf,dapat terjadi.
Waktu dari pendaftaran permohonan hak paten sampai persetujuan untuk
pemasaran suatu obat baru dapat mencapai 5 tahun bahkan lebih.Namun nama
dagang (hak menjual dengan nama dagang) dapat secara legal di lindungi selamanya.
Karena itu perusahaan farmasi termotifasi dengan kuat untuk memberikan nama
dagang yang mudah di ingta pada obat-obat barunya. Sebagai contoh “Librium”
adalah nama dagang dari obat anti cemas “chlorodiazepoxide”. Untuk alasan yang
sama, perusahaan yang mengiklankan bahan (material) akan menekankan nama
dagang
Setelah perizinan untuk pemasaran suatu obat diperoleh, dimulailah fase 4.
Fase ini terdiri dari monitoring keamanan obat baru dalam kondisi-kondisi
sebenarnya terhadap penggunaan obat pada pasien-pasien dalam jumlah besar.
Pembebasan akhir penggunaan obat untuk preskripsi umum harus disertai dengan
program postmarketing surveillance. Karena sejumlah kecil subyek-subyek dalam
fase 1-3, seperti insiden efek obat yang rendah umumnya tidak terdeteksi sebelum
fase 4, tidak menjadi soal bagaimanapun penelitian yang dilaksanakan secara berhati-
hati. Fase 4 tidak tertentu lama waktunya.
Waktu yang diperlukan sejak dari pengisian formulir permintaan paten sampai
persetujuan pemasaran suatu obat baru dapat mencapai lima tahun atau lebih. karena
lama masa paten di AS adalah tujuh belas tahun, maka pemilik paten ( biasanya suatu
perusahaan) mempunyai hak memasarkan diri sendiri produknya hanya dalam waktu
terbatas setelah persetujuan dari NDA. Karena proses tinjauan oleh FDA dapat
memakan waktu lama, maka waktu yang terpakai untuk tinjauan ini kadang-kadang
dapat ditambahkan lamanya masa paten. Walaupun demikian perpanjangan ( sampai
5 tahun) tidak boleh melebihi lama masa paten, lebih dari 14 tahun setelah
persetujuan NDA.
Tabel 5-6. Besarnya studi sebagai fungsi dari frekuensi efektif.
Jumlah orang-orang terpapar yang diperlukan untuk mendeteksi peningkatan
2x lipat inseden efek yang jarang dengan probabilitas 20% tidak terdeteksinya efek
nyata dan probabilitas 5% dari efek yang ditetapkan nyata jika yang lain tidak.
Diperlukan satu kontrol yang tidak terpapar untuk tiap subjek yang terpapar bila
resiko obat meningkat lebih dari 2x lipat jumlah subjek-subjek yang diperlukan akan
berkurang.
Frekuensi efek pada contoh Jumlah subjek terpapar
kontrol yang tidak yang dibutuhkan
terpapar

1/100 Sesuatu kelainan jantung 1800


congenital
1/1000 Sumbing pada wajah 18.000

Trikuspid atresia 180.000


1/10.000
Infark miokard 1.800.000
1/100.000

1. dimodifikasi dan diproduksi dengan izin dari finkle W. sample size


requirements for detection of drug induced deases report of join commission
on frescription drug use, apendic v, 1980.
2. Sesuatu kelainan jantung kongenital merupakan frekuensi semua bentuk
kelainan jantung kongenital adalah sekitar satu dalam 111 kelahiran hidup.
3. Sumbing pada wajah merupakan frekuensi kelahiran sumbing pada wajah
sekitar satu dalam 700 kelahiran hidup.
4. Trikuspid atresia merupakan frekuensi kelainan katup trikuspid adalah sekitar
1 dalam 8500 kelahiran hidup.
5. Infark miokard merupakan frekuensi kelainan kongenital miokard infark pada
wanita tidak perokok umur 30-39 tahun adalah sekitar 4 dalam 100.000
Uji klinik fase IV, fase ini sering disebut post marketing drug surveillance karena
merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Fase ini bertujuan
menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektivitas dan
keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya. Survei ini tidak terikat pada
protokol penelitian, tidak ada ketentuan tentang pemilihan pasien, besarnya dosis, dan
lamanya pemberian obat. Pada fase ini kepatuhan pasien makan obat merupakan
masalah.
Penelitian fase IV merupakan survei epidemiologik menyangkut efek samping
maupun efektivitas obat. Pada fase IV ini dapat diamati (1) efek samping yang
frekuensinya rendah atau yang timbul setelah pemakaian obat bertahun-tahun
lamanya, (2) efektivitas obat pada pasien berpenyakit berat atau berpenyakit ganda,
pasien anak atau usia lanjut, atau setelah pengguanaan berulangkali dalam jangka
panjang, dan (3) masalah pengguanaan berlebihan, penggunaan yang salah (misuse),
penyalahgunaan (abuse), dan lain-lain. Studi fase IV dapat juga berupa uji klinik yang
menggunakan protokol dengan kriteria seleksi pasien. Tujuannya: (1) sebagai uji
klinik tambahan mirip uji klinik pada fase III untuk melengkapi data sebelum
pemasaran yang tidak cukup akibat registrasi jalur cepat, (2) uji klinik pada populasi
pasien yang belum cukup diteliti pada fase sebelum pemasaran, misalnya pasien anak,
usia lanjut, dan (3) uji klinik jangka panjang dalam skala besar untuk menentukan
efek obat terhadap morbiditas dan mortalitas, yang dilakukan dengan/tanpa kelompok
pembanding. Data dari fase IV menentukan status obat yang bersangkutan dalam
terapi.
Setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post
marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai
usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai
terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat.
Fase terakhir adalah fase IV, yaitu fase dimana setelah obat dipasarkan, masih
tetap dilakukan study pasca pemasaran ,(post marketing surveillance) yang diamati
pada pasien dengan berbagai kondisi ,usia dan ras. penggunaan obat tersebut . setelah
BAB III
PENUTUP

SIMPULAN

Fase terakhir pada uji klinis farmakologi adalah fase IV, yaitu fase dimana
setelah obat dipasarkan, masih tetap dilakukan study pasca pemasaran ,(post
marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi ,usia dan
ras. Studi ini dilaku-lakuin dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai teraupeutik
dan jangka panjang dalam penggunaan obat tersebut . setelah hasil study fase IV
dievaluasi masih ada kemungkinan obat ditarik dari perdagangan jika ternyata masih
memiliki efek yang membahayakan.
Uji klinik fase IV, fase ini sering disebut post marketing drug surveillance
karena merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Fase ini
bertujuan menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektivitas dan
keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya. Survei ini tidak terikat pada
protokol penelitian, tidak ada ketentuan tentang pemilihan pasien, besarnya dosis, dan
lamanya pemberian obat. Pada fase ini kepatuhan pasien makan obat merupakan
masalah.
Daftar pustaka

1. Katzung B Bertram. (2001). Basic & Clinical Pharmacology Eighth


Edition.Medica Salemba, Jakarta.
2. Katzung G Bertram. (2007). Farmakologi Dasar dan Klinik ed 4.EGC.
Jakarta.
3. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. (2007). Fkui. Farmakologi dan
Terapi ed 3, Jakarta.
4. Hanafiah Jusuf, Amir Amri. (2008). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
EGC. Jakarta
5. Sulistyo Budi, Perdanakusuma Jodie dan Leksono Ninok. (2010). MDGs
(Melenium Development Goals) Sebentar lagi sanggupkah kita menghapus
kemiskinan didunia penerbit buku kompas. Jakarta.
6. Artikel. Muchtar Armen. Prinsip Dasar Uji Klinik. Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
7. Artikel. (orasi ilmiah-dies).

Anda mungkin juga menyukai