ELEKTIF
KELOMPOK IV :
1. Nur maya sari : Ketua
2. Dara maya sari : Sekretaris
3. Tia handayani : Anggota
4. Ria yunita : Anggota
5. Maizal nudin : Anggota
6. Andrigustina : Anggota
7. Yuni novita rahmi : Anggota
8. M . iskandar : Anggota
9. Yunika hidayatul : Anggota
10. Dian budi ananda : Anggota
11. Sahlina zuhra : Anggota
12. Yanti : Anggota
Pembimbing : dr. Mustafa DS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
BANDA ACEH
2012
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MODUL ELEKTIF FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
Puji dan syukur kehadirat Allah ‘azza wa jalla atas limpahan taufiq
dan hidayah-Nya sehingga panduan penulisan laporan uji klinik ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam teriring atas rasulullah saw, keluarga,
sahabat, dan para pengemban risalah beliau hingga akhir zaman.
Penulisan laporan uji klinik merupakan salah satu kegiatan dalam modul
elektif bagian farmakologi yang harus dilakukan. Laporan uji klinik
juga menjadi salah satu aspek penilaian dalam nilai akhir yang
akan diberikan. Laporan ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
mahasiswa untuk belajar agar kualitas pembelajaran farmakologi
semakin baik dan mampu merangsang kemampuan mahasiswa dalam
melakukan penulisan ilmiah. Laporan ini tentu saja masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga masukan dari berbagai pihak sangat
diharapkan agar laporan ini menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Latar belakang: Uji klinik yang direncanakan dengan cermat pada sejumlah
penderita guna menentukan nilai terapeutik obat atau cara pengobatan lainnya
merupakan salah satu ciri dan langkah maju dalam perkembangan Ilmu Kedokteran
Modern dewasa ini. Pengujian ini berusaha menjembatani hasil penelitian yang
diperoleh dalam laboratorium dengan penggunaan obat dalam praktek. Bahaya ini
dapat timbul sewaktu penderita terikut dalam penelitian atau terjadi dalam praktek
karena pengobatan penderita didasarkan atas kesimpulan hasil-hasil uji klinik yang
tidak benar..
Tujuan : teori ini dilakukan untuk mengetahui uji klinik farmakologi pada fase IV.
Dapat dikatakan bahwa fase IV mencakup semua penelitian yang dilakukan setelah
obat baru mendapat izin untuk pemasarannya.
Metode: Penelitian pra-pemasaran masih meninggalkan beberapa pertanyaan
penting yang belum terjawab. Ada beberapa kekurangan dalam fase II dan III, yaitu
terutama : Jumlah pasien terbatas, lama pemberian obat terbatas,populasi pasien
terbatas.
Hasil: Interaksi obat dan kompatibilitasnya dengan zat-zat lain karena : Metabolisme
mungkin meningkat atau menurun, Perubahan pH urin mungkin mengubah ekskresi
obat, Mungkin ada sekresi tubuler aktif,Mungkin ada hambatan pada absorpsi dalam
usus,
Kesimpulan: sejumlah alasan untuk membenarkan dilakukannya penelitian fase IV;
alasan yang tak ada hubungannya dengan motivasi komersial, meskipun tak dapat
dipungkiri bahwa hasil-hasil penelitian itu sering dipakai untuk menunjang
pemasaran.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Apa kah yang dimaksud dengan uji klinis farmakologi tipe IV itu?
Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui uji klinis farmakologi fase IV.
Tujuan Khusus
Mengetahui secara lebih mendalam tentang uji klinik fase IV.
Manfaat
marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai
usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai
terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat. Setelah hasil
studi fase IV dievaluasi masih memungkinkan obat ditarik dari perdagangan jika
membahayakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kekurangan dalam fase II dan III, yaitu terutama : Dapat dikatakan bahwa
fase IV mencakup semua penelitian yang dilakukan setelah obat baru mendapat izin
untuk pemasarannya. Penelitian pra pemasaran masih meninggalkan beberapa
pertanyaan penting yang belum terjawab. Sebagai contoh, toksisitas suatu zat tak
mungkin dinilai secara tepat dalam fase-fase sebelumnya bila insidensi
agranulositosis adalah 1 :20.000.
Oleh sebab itu penelitian fase IV harus di-disain untuk mengungkapkan :
- Efek samping akibat penggunaan kronik
- Manfaat obat dalam penggunaan jangka panjang.
- Data-data komparatif lainnya dalam penggunaan jangka panjang.
- Non-responder
- Penggunaan-penggunaan baru dan indikasi baru.
- Penilaian kemungkinan penyalahgunaan obat
- Penilaian kemungkinan penggunaan obat secara berlebihan atau kesalahan dalam
penggunaannya. Interaksi obat dan kompatibilitasnya dengan zat-zat lain
karena :
1. Metabolisme mungkin meningkat atau menurun
2. Perubahan pH urin mungkin mengubah ekskresi obat
3. Mungkin ada sekresi tubuler aktif
4. Mungkin ada hambatan pada absorpsi dalam usus.
5. Perubahan motilitas usus mungkin terjadi
6. Interferensi farmakologik, misalnya pada ujung saraf,dapat terjadi.
Waktu dari pendaftaran permohonan hak paten sampai persetujuan untuk
pemasaran suatu obat baru dapat mencapai 5 tahun bahkan lebih.Namun nama
dagang (hak menjual dengan nama dagang) dapat secara legal di lindungi selamanya.
Karena itu perusahaan farmasi termotifasi dengan kuat untuk memberikan nama
dagang yang mudah di ingta pada obat-obat barunya. Sebagai contoh “Librium”
adalah nama dagang dari obat anti cemas “chlorodiazepoxide”. Untuk alasan yang
sama, perusahaan yang mengiklankan bahan (material) akan menekankan nama
dagang
Setelah perizinan untuk pemasaran suatu obat diperoleh, dimulailah fase 4.
Fase ini terdiri dari monitoring keamanan obat baru dalam kondisi-kondisi
sebenarnya terhadap penggunaan obat pada pasien-pasien dalam jumlah besar.
Pembebasan akhir penggunaan obat untuk preskripsi umum harus disertai dengan
program postmarketing surveillance. Karena sejumlah kecil subyek-subyek dalam
fase 1-3, seperti insiden efek obat yang rendah umumnya tidak terdeteksi sebelum
fase 4, tidak menjadi soal bagaimanapun penelitian yang dilaksanakan secara berhati-
hati. Fase 4 tidak tertentu lama waktunya.
Waktu yang diperlukan sejak dari pengisian formulir permintaan paten sampai
persetujuan pemasaran suatu obat baru dapat mencapai lima tahun atau lebih. karena
lama masa paten di AS adalah tujuh belas tahun, maka pemilik paten ( biasanya suatu
perusahaan) mempunyai hak memasarkan diri sendiri produknya hanya dalam waktu
terbatas setelah persetujuan dari NDA. Karena proses tinjauan oleh FDA dapat
memakan waktu lama, maka waktu yang terpakai untuk tinjauan ini kadang-kadang
dapat ditambahkan lamanya masa paten. Walaupun demikian perpanjangan ( sampai
5 tahun) tidak boleh melebihi lama masa paten, lebih dari 14 tahun setelah
persetujuan NDA.
Tabel 5-6. Besarnya studi sebagai fungsi dari frekuensi efektif.
Jumlah orang-orang terpapar yang diperlukan untuk mendeteksi peningkatan
2x lipat inseden efek yang jarang dengan probabilitas 20% tidak terdeteksinya efek
nyata dan probabilitas 5% dari efek yang ditetapkan nyata jika yang lain tidak.
Diperlukan satu kontrol yang tidak terpapar untuk tiap subjek yang terpapar bila
resiko obat meningkat lebih dari 2x lipat jumlah subjek-subjek yang diperlukan akan
berkurang.
Frekuensi efek pada contoh Jumlah subjek terpapar
kontrol yang tidak yang dibutuhkan
terpapar
SIMPULAN
Fase terakhir pada uji klinis farmakologi adalah fase IV, yaitu fase dimana
setelah obat dipasarkan, masih tetap dilakukan study pasca pemasaran ,(post
marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi ,usia dan
ras. Studi ini dilaku-lakuin dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai teraupeutik
dan jangka panjang dalam penggunaan obat tersebut . setelah hasil study fase IV
dievaluasi masih ada kemungkinan obat ditarik dari perdagangan jika ternyata masih
memiliki efek yang membahayakan.
Uji klinik fase IV, fase ini sering disebut post marketing drug surveillance
karena merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Fase ini
bertujuan menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektivitas dan
keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya. Survei ini tidak terikat pada
protokol penelitian, tidak ada ketentuan tentang pemilihan pasien, besarnya dosis, dan
lamanya pemberian obat. Pada fase ini kepatuhan pasien makan obat merupakan
masalah.
Daftar pustaka