Referat Ispa
Referat Ispa
BAB I
PENDAHULUAN
setiap orang. Tidak terkecuali anak-anak juga bisa terserang penyakit paru. Ada
banyak jenis penyakit paru yang bisa menyerang anak-anak, diantaranya yaitu
emfisema, pneumotoraks, emfiema torasis, dan lain-lain. penyakit paru pada anak
merupakan salah satu penyakit yang cukup meresahkan orang tua. Terkadang
meninggal dunia.
angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
pertahun pada golongan usia balita, ISPA juga merupakan salah satu penyebab
berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan
rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA. Penyebab ISPA paling berat
Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian
1
2
salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun
urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu
ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei
(21,6%) lebih tinggi dibanding di pedesaan (16,6%). Faktor risiko keluhan ISPA
adalah sebagai berikut : gangguan asap dari pabrik sebesar 1.55 kali, lokasi rumah
di daerah rawan banjir sebesar 1.16 kali, dan status ekonomi miskin sebesar 0,89
kali.
dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam
menyebabkan kematian dan kesakitan yang tinggi, sehingga perlu diketahui oleh
2
3
khususnya ISPA
2. Menambah pengalaman dalam Eksplorasi atau Observasi Populasi
ISPA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
pembentukan paru dimulai dari sebuah groove yang berasal dari foregut.
Selanjutnya pada groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu
jaringan yang disebut primary lung bud. Bagian proksimal foregut membagi diri
menjadi dua, yaitu esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea
akan bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal
berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan
banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Sisa respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru-
paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam
4
5
melembabkan udara yang masuk, juga melindungi organ lembut. Penghisapan ini
Secara fungsional (faal) saluran pernafasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
1. Zona Konduksi
udara pernapasan dengan suhu tubuh. Disamping itu zona konduksi juga
a. Hidung
Rambut, zat mucus serta silia yang bergerak kearah faring berperan
seterusnya akan diikat oleh zat mucus. System turbulensi udara ini
4 mikron.
b. Faring
5
6
bagian atas. Faring terbagi atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring,
serta laringofaring.
c. Trakea
Trakea berarti pipa udara. Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalator-
yang terikat zat mucus kearah faring yang kemudian dapat ditelan atau
bagian akhir dari bronki, cincin tulang rawan yang utuh berubah
tulang rawan menghilang dan saluran udara pada daerah ini hanya
2. Zona Respiratorik
6
7
berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli.
Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu
7
8
3. Melembabkan udara.
dan di dalamnya aliran udara timbal balik (pernapasan), dan tergantung pada
difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang
sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur
masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja.
2. Pertukaran gas di dalam alveoli dan darah. Proses ini disebut pernapasan
luar
4. Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan. Proses ini disebut
pernapasan dalam
8
9
gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Reflek bernapas ini
stenum (tulang dada) dan vertebrata semakin luas dan lebar. Rongga dada
9
10
maka tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
interkoatalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil
merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory
Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran
mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung
sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun
untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah
10
11
organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti
2. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli
(respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ini.
Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
2.2.2. Epidemiologi
11
12
Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi
dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari
1000 balita (Oktaviani, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA
Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan
RI, 2002).
Kota medan merupakan kota terbesar ketiga yang saat ini berkembang
Juni 2004 sebesar 473.539 orang, dimana penyakit ISPA masih berada pada urutan
Deli Serdang pada 2004, diketahui angka morbiditas kasus ISPA sebanyak 12.871
kasus (31,7%) dengan rincian 6.638 terjadi pada kelompok umur bayi (51,5%)
dan 6.233 kasus pada usia 1-4 tahun (48,5%) (Agustama, 2005).
2.2.3. Etiologi
12
13
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
Herpesvirus.
Sumber : http://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/intraurt.htm.
a. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa
secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks,
faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal
13
14
terhadap antibiotika.
positif, pada dua penderita dijumpai tumbuh dua galur bakteri sedangkan
yang lainnya hanya tumbuh satu galur. Bakteri gram positif dijumpai
14
15
b. Manusia
1. Umur
dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar
dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak
yang rawat inap dari tahun 1998 sampai tahun 2002 terbesar pada
- <5 tahun sebesar 82,1%, sementara kelompok umur <2 bulan sebesar
17,9%.23
2. Jenis Kelamin
tahun. Menurut Glenzen dan Deeny, anak laki-laki lebih rentan terhadap
15
16
didapatkan bahwa sebagian besar kasus terjadi pada anak laki-laki sebesar
3. Status Gizi
penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan
pneumonia 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang berstatus
gizi baik/normal.
dengan status gizi anak balita menunjukkan bahwa anak balita yang
menderita penyakit ISPA didapatkan 2,19 kali mempunyai status gizi tidak
baik dibandingkan dengan anak balita yang tidak menderita penyakit ISPA
16
17
mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat
adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
berat badan lahir <2.500 gram sebesar 62,2%. Hasil uji statistik diperoleh
artinya anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2,2 kali lebih
17
18
bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan
dan makanan padat. Pada enam bulan pertama, bayi lebih baik hanya
mendapatkan ASI saja (ASI Eksklusif) tanpa diberikan susu formula. Usia
lebih dari enam bulan baru diberikan makanan pendamping ASI atau susu
formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bisa
pneumonia 38,8%. Hasil uji statistic diperoleh bahwa anak balita yang
menderita pneumonia risikonya 2 kali lebih besar pada anak balita yang
6. Status Imunisasi
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi
18
19
kesehatan anak.
seperti, POLIO (lumpuh layu), TBC (batuk berdarah), difteri, liver (hati),
tetanus, pertusis.
yang ada dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yaitu BCG : 0-11 bulan, DPT
adalah 4 minggu.30
diperoleh nilai OR = 2,5 (CI 95%; 2.929 – 4.413), artinya anak balita yang
menderita pneumonia risikonya 2,5 kali lebih besar pada anak yang status
Medan (2007), hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada
c. Lingkungan
19
20
1. Kelembaban Ruangan
exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar
28 kali.
2. Suhu Ruangan
optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah
180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat.
Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
3. Ventilasi
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi
20
21
prevalens rate ISPA pada bayi yang memiliki ventilasi kamar tidur yang
21
22
adalah minyak tanah sebesar 76,6%, sedangkan gas elpiji sebesar 33,3%.
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
(p < 0,05).
6. Keberadaan Perokok
pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya
perempuan 1,2%.
kelompok umur 5-9 tahun sebesar 70,6% dan kelompok umur muda 10-14
22
23
diperoleh nilai OR = 2,7 (CI 95%; 1.481 – 4.751) artinya anak balita yang
menderita pneumonia risikonya 2,7 kali lebih besar pada anak balita yang
dari satu individu dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit,
menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu
dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan
bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi
ekonominya rendah.
rendah lebih banyak mengobati sendiri ketika anak sakit ataupun berobat
23
24
ke dukun. Ibu yang berpendidikan minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih
dibandingkan dengan ibu yang tidak bersekolah, hal ini disebabkan karena
ibu yang tamat SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit yang diderita
oleh balitanya.
2.2.4. Patogenesis
infeksi mauapun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga
2. Makrofag alveoli.
3. Antibodi.
pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu.
Selain itu, hal-hal yang dapat menggangu keutuhan lapisan mukosa dan gerak sila
adalah:
1) Asap rokok dan gas SO₂ yang merupakan polutan utama dalam
pencemaran udara.
2) Sindrom immotil.
24
25
lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag
(Baum,1980).
A (IgA). Antibodi ini banyak terdapat di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
pada anak. Mereka dengan defisiensi IgA akan mengalami hal yang serupa dengan
terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas dan lain-lain
2) Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa,
3) Umur mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi
dengan orang dewasa. Gambaran klinis yang buruk dan tampak lebih berat
tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang
25
26
2.2.5. Klasifikasi
yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi,
demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC),
pernafasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada
berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan
abdomen tegang.
2) Bukan pneumonia: jika anak bernafas dengan frekuensi kurang dari 60 kali
walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang
26
27
otitismedia, faringitis.
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai
a. Pneumonia
Definisi : Penyakit peradangan parenkim paru yang meliputi
H.influenzae.
Gejala : Batuk, sesak nafas yang timbul mendadak, demam, nyeri dada
hidung, sianosis.
Pemeriksaan paru : retraksi dinding dada, perkusi sonor sampai redup.
Pemeriksaan penunjang :
Darah tepi : lekositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.
27
28
nasogastrik
Sekresi lendir berlebihan inhalasi dengan salin normal
Asidosis, koreksi Na-bicarbonat 1 meg/kgBB atau berdasarkan
28
29
Meningitis
Ileus
b. Bronkiolitis
Definisi : infeksi akut pada bronkiolus ditandai dengan obstruksi
hidung.
Pemeriksaan paru : suara vesikuler menurun, ekspirium di perpanjang,
wheezing.
Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah : pCO2 tinggi
Foto thorax AP-lateral : normal atau emfisematosa (hiperinflasi
Penatalaksanaan :
Oksigenasi dengan konsentrasi 35-40%
Posisi nyaman : supine dengan kepala tegak
Cairan yang cukup
Kortikosteroid : Dexamethsone 0,5 mg/kgBB dilanjutkan 0,5
inhalasi/per oral.
c. Bronkitis
Definisi : Proses keradangan pada bronkus
29
30
Etiologi :
Infeksi : virus (Parainfluenza), bakteri (streptococcus), dan
fungi (monilia)
Alergi : Asma
Kimiawi : Aspirasi susu, aspirasi isi lambung, Asap rokok,
disertai muntah-muntah.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum baik, anak tidak tampak sakit.
Panas sub febris
Sesak tidak ada, rhonki basah kasar / rhonki kering ada.
Dapat di temukan nasofaringitis dan conjungtivitis
Pemeriksaan penunjang :
Foto thorax : peningkatan corak bronkovaskuler / bisa juga
normal.
Laboratorium : Leukosit meningkat / normal
Penatalaksanaan :
kontrol batuk agar sekret encer dengan perbanyak minum,
dada.
Antibiotik diberikan jika ada kecurigaan infeksi sekunder
menimbulkan atelektasis/pneumonia.
30
31
ringan. Sakit tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior
palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa
koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di
dan sering pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang
dua minggu, dan setelah gejala lain hilang, sering terjadi epidemi.
4) Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam,
Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemi yang hebat dan
31
32
ulkus.
Berdasarkan hasil penelitian, ISPA yang terjadi pada ibu dan anak
terhadap ISPA pada anak dan orang dewasa. Pembakaran pada kegiatan rumah
tangga dapat menghasilkan bahan pencemar antara lain asap, debu, grid (pasir
halus) dan gas (CO dan NO). Demikian pula pembakaran obat nyamuk,
Balita baik yang bersifat akut maupun kronis. Gangguan akut misalnya iritasi
upaya penurunan angka kesakitan ISPA berat dan sedang dapat dilakukan di
antaranya dengan membuat ventilasi yang cukup untuk mengurangi polusi asap
dapur dan mengurangi polusi udara lainnya termasuk asap rokok. Anak yang
32
33
sebesar 1,75 kali dibandingkan dengan anak yang tinggal dirumah yang tidak
2004).
deteksi dini kasus ISPA terutama pneumoni, lemahnya manajemen kasus oleh
petugas kesehatan, serta pengetahuan yang kurang dari masyarakat akan gejala
sarana pelayanan kesehatan sudah dalam kategori berat (Badan Penelitian dan
2.2.8. Penatalaksanaan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
33
34
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
2. Mengatasi batuk
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
3. Pemberian makanan
34
35
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
5. Lain-lain
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan
tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak
35
36
2. Immunisasi.
BAB III
KESIMPULAN
ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala
batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung
sampai dengan 14 hari. Menurut derajat keparahannya ISPA dapat di bagi menjadi
36
37
3 golongan yaitu ISPA ringan, ISPA sedang dan ISPA berat. Faktor resiko yang
yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak, keadaan
gizi dan cara pemberian makan, kebiasaan merokok dan pencemaran udara. Selain
ketiga faktor tersebut sanitasi rumah juga sangat mempengaruhi dalam kejadian
ISPA pada balita. Sanitasi rumah meliputi ventilasi, penerangan, kepadatan hunian
DAFTAR PUSTAKA
37
38
http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review.[Accessed
22 April 2010]
4. Kumar, V., et al., 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. In: Hartanto, H., ed.
UNAIR Santosa, G.
6. Depkes RI. 2005.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran
38