Anda di halaman 1dari 70

Referat

Krisis
HipertensiNama: Alma Aprilia Salsabila
NPM: 1102017017

Dosen Pembimbing: dr. Faizal Drissa Hasibuan Sp.PD K.HOM

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 18 Oktober 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
Identitas Pasien

Nama : Tn. E
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Alamat : Komplek Ciceri Indah Jl.
Cut Mutia Blok J no. 13
Tanggal dan Jam Masuk RS: 18 Oktober 2021
Pukul 13.00
Tanggal Pemeriksaan: 18 Oktober 2021
Pukul 13.00

2
Anamnesis

• Anamnesis Dilakukan Secara:


Autoanamnesis
• Keluhan Utama:
Pusing atau Sakit Kepala
• Keluhan Tambahan:
Mudah Lelah, Rasa Berat di Tengkuk

3
Riwayat Penyakit Sekarang

Tn. E dating ke Rumah Sakit dengan keluhan pusing atau sakit kepala
yang sangat hebat sejak 1 jam lalu. Pasien sebelumnya sudah mengukur
tekanan darahnya di rumah dan didapatkan tekanan darah 190/ 130 mmHg.
Sakit kepala dirasakan di seluruh bagian kepala. Rasa sakitnya seperti
dicengkram. Keluhan sakit kepala dirasakan terus- menerus dan tidak hilang
timbul. Sakit kepala dirasakan sepanjang hari. Sakit kepala semakin memberat
jika melakukan aktivitas fisik. Pasien memiliki Riwayat penyakit hipertensi
sejak 10 tahun lalu. Pasien pertama kali menderita hipertensi di tahun 2011 saat
sedang malakukan ibadah haji. Sejak saat itu pasien sering melakukan general
check up dan rutin memeriksa ke dokter. Pasien sering diberikan obat
Amlodipine 10 mg oleh dokter. Namun akhir akhir ini pasien jarang minum
obat karena sedang pandemi. Pasien mengaku penyakit hipertensi datangnya
tergantung kondisi badan sehat vit atau tidak.
Pasen juga mengeluh badannya mudah Lelah dan memiliki rasa berat di
tengkuk. Tidak ada keluhan mual-mual. Tidak ada keluhan muntah-muntah.

4
Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat Sakit Serupa : Pasien mengalami


Riwayat Penyakit Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu
2. Riwayat Hipertensi : Hipertensi sejak
10 tahun lalu
3. Riwayat Diabetes Mellitus : Disangkal
4. Riwayat Asma : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
6. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
7. Riwayat ISK : Disangkal
8. Riwayat Alergi Obat : Disangkal
9. Riwayat Operasi : Disangkal
10.Riwayat Kelainan Kulit : Disangkal
11.Riwayat Penyakit Autoimun : Disangkal
12. Riwayat Penyakit Genetik: Disangkal

5
Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat Penyakit Serupa : Ayah pasien mengalami hipertensi,


ibu pasien meninggal karena hipertensi 3 tahun lalu
2. Riwayat Hipertensi : Ayah pasien mengalami hipertensi,
ibu pasien meninggal karena hipertensi 3 tahun lalu
3. Riwayat Diabetes Mellitus : Disangkal
4. Riwayat Asma : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
6. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
7. Riwayat Penyakit Genetik : Disangkal
8. Riwayat Penyakit Autoimun: Disangkal

6
Riwayat Pemakaian Obat

Pasien mengkonsumsi obat


Hipertensi Amlodipine 10 mg, namun 2
bulan terakhir jarang minum obat dan
control ke dokter karena pandemic.
Pasien menyangkal adanya Riwayat
minum obat-obatan hebal atau jamu, obat-
obatan penghilang rasa nyeri, dan juga
Riwayat mengkonsumsi obat terlarang
(narkoba).

7
Riwayat Pribadi dan Sosial

1. Pasien bekerja sebagai Karyawan di Pabrik.


2. Pasien tinggal Bersama Isteri dan 2 orang anaknya
3. Pasien memiliki Riwayat Merokok 1 Bungkus / 3-4 hari
sejak 3 tahun lalu
4. Pasien memiliki Riwayat meminum Alkohol sejak Kuliah
yang lalu
5. Pasien suka memakan makanan yang asin asin, daging
kambing, jeroan
6. Pasien jarang berolahraga
7. Pasien sering begadang karena tuntutan pekerjaan dan
lembur pasien sring tidur di atas jam 12 malam
8. Hubungan pasien dengan tetangga baik

8
Status Generalis

1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


2. Kesadaran : Compos mentis GCS:E4V5M6
3. Tekanan Darah : 190/ 130 mmHg
4. Nadi :100X/ menit pada a. Radialis,
Reguler, Kuat Angkat
5. Suhu : 36,5˚ C
6. Pernapasan : 20 X/ menit, Reguler, tidak
ada suara napas patologis
7. Gizi :
a) Berat Badan : 65 Kg
b) Tinggi Badan : 160 Cm
c) IMT : 25,4 kg/m² Kelebihan Bobot
atau Overweight

9
Aspek Kejiwaan

1. Tingkah Laku: Gelisah


2. Proses Pikir : Koheren
3. Kecerdasan : Baik

1
0
Kulit
Pemeriksaan Fisik 1.) Warna : Sawo Matang
2.) Pucat :-
3.) Jaringan Parut:-
4.) Turgor: Baik
Kepala
Bentuk: Normochepal
Rambut: Hitam, Persebaran Merata,
Tidak mudah dicabut
Kulit Kepala: Sikatriks (-)

Mata
Palpebra: Edema (-):
Konjungtiva: Pucat: (-)
Sklera: Ikterik: (-)
Visus: Normal
Pupil: Bulat Isokor 3 mm/
3mm, RCL (+/+,) RCTL
(+/+)

1
1
Telinga
Pemeriksaan Fisik Bentuk & Ukuran: Normal
Darah & Cairan: (-)
Nyeri Tekan Tragus: (-)
Pendengaran: Normal
Hidung dan Sinus
Paranasal
Bentuk: Normal
Napas Cuping Hidung: (-)
Sekret: (-)
Nyeri Tekan Hidung/ Sinus Paranasal:
(-)
Konka: Tidak Menyempit

Mulut
Bau Pernapasan: Normal
Faring: Hiperemis (-)
Tonsil: T1T1
Lidah: Papil tidak Atrofi,
Papil Kasar, Lidah Kotor
(-)
Uvula: Letak di tengah, Tidak
Deviasi

1
2
PF Paru

• Inspeksi:
Pergerakan dinding dada statis dan dinamis Normal, Bentuk Dada
Normal, Tidak Ada Kelainan Dinding Dada
• Palpasi
Fremitus Taktil dan Fermitus Vokal Dada Normal. Tidak Ada Nyeri
Tekan. Tidak Teraba Massa
• Perkusi
Sonor pada Seluruh Lapang Paru
• Auskultasi:
Suara Napas Vesikuler (+/+)
Suara Napas Tambahan: Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

1
3
PF Jantung

• Inspeksi:
Iktus KordisTerlihat
• Palpasi:
Iktus Kordis teraba di ICS 5 Linea Midclavicula Sinistra
• Perkusi
• Batas Jantung Kanan: ICS 4 Linea Parasternalis Dextra
• Batas Jantung Kiri: ICS 5 Linea Midklavikularis Sinistra
• Batas Pinggang Jantung: ICS 3 Linea Parasternalis Sinistra
• Auskultasi:
• Bunyi Jantung I/ II Reguler, Gallop (-/-), Murmur (-/-)
• Aorta : A1<A2
• Pulmonal :P1<P2
• Mitral : M1>M2
• Trikuspid : T1>T2

1
4
PF Abdomen

a) Inspeksi: Cembung Distensi (-), Hernia Umbilicus (-),


Venektase (-), Caput Medusa (-), Striae (-), Jaundice
(-), Jaringan Parut (-), Massa (-), tidak tampak
pergerakan peristaltic usus
b) Palpasi: Nyeri Tekan Epigastrium (-), Nyeri Tekan
Suprapubic (-), hepar dan lien tidak teraba,
ballottement ginjal (-), undulasi (-)
c) Perkusi: Timpani di seluruh lapangan abdomen,
shifting dullnes (-), nyeri ketok CVA (-)
d) Auskultasi: Bising Usus (+) normal 10 X per menit

1
5
Ekstremitas

1
6
Genitalia
Pemeriksaan Fisik Tidak dilakukan pemeriksaan genitalia

Anorektal
Tidak dilakukan pemeriksaan
anorektal

1
7
Pemeriksaan Penunjang

1
8
Pemeriksaan Penunjang

1
9
Pemeriksaan
Penunjang

2
0
Pemeriksaan Penunjang

2
1
Pemeriksaan Penunjang

2
2
Resume

Tn. E berumur 45 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan


Chepalgia 1 jam SMRS. Tekanan Darah Pasien 190/ 130 mmHg.
Chepalgia dirasakan diseluruh bagian kepala. Rasanya seperti
dicengkram. Chepalgia dirasakan terus menerus dan tidak hilang timbul.
Chepalgia dirasakan sepanjang hari. Keluhan juga disertai dengan
malaise. Nausea, Vomitus dan Dispneu disangkal. Pasien memiliki
Riwayat Hipertensi sejak 10 tahun lalu. Ayah pasien memiliki Riwayat
hipertensi dan ibu pasien meninggal karena hipertensi 3 bulan lalu.
Pasien sering mengkonsumsi obat Amlodipine 10 mg namun 2 bulan
terakhir jarang minum obat karena pandemic. Pasien memiliki Riwayat
merokok dan meminum alcohol. Pasien jarang berolahraga dan sering
begadang. Status generalis pasien tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, nadi, suhu dan pernapasan dalam batas normal, IMT
pasien termasuk kategori overweight. Tingkah laku pasien tampak
gelisah. Pemeriksaan fisik paru, jantung dan abdomen dalam batas
normal. Pemeriksaan darah dan urin rutin dalam batas normal..

2
3
Permasalahan

• Hipertensi Urgensi
• Assessment: Tekanan Darah 190/ 130 mmHg, pusing,
nyeri kepala
• Plan Diagnosis: Pengukuran Tekanan Darah
• Plan Terapi CCb
• Plan Monitoring: Tanda Vital, EKG
• Plan Edukasi: diet rendah garam, olahraga, perbaiki
pola tidur, Kelola stress

2
4
Diagnosis Banding

1. Hipertensi Urgensi
2. Meningitis
3. Ensefalopati Hipertensi
4. Cluster Headache
5. Tension Headache

2
5
Diagnosis Kerja

Hipertensi Urgensi

2
6
Rencana
Pemeriksaan

• Funduskopi
• Pemeriksaan Fungsi Ginjal
• Ekokardiografi

2
7
Tatalaksana

• Non-Farmakologi:
• Tirah Baring
• Diet
• Berat Badan Ideal (BBI):
• (Tinggi Badan- 100) – 10% (Tinggi
Badan- Berat Badan)
• (160- 100) – 10% (160- 65)= 50,5 Kg
• Kebutuhan Kalori Basal
• 30 Kkal X BBI
• 30 Kkal X 50,5 Kg= 1.515 Kkal

2
8
Tatalaksana

• Kebutuhan Kalori Total:


• KKB + (% Aktivitas Harian X KKB)- (%Faktor
Koreksi X KKB)
• 1.515 + (20% X 1.515)- (5% X 1.515)= 1.743
Kkal
• Diet Rendah Garam (Paling Banyak 4 gram/ Hari)

2
9
Terapi Tanpa Obat

• Terapi tanpa obat digunakan sebagai Tindakan


untuk hipertensi ringan dan sebagai Tindakan
supportivepada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat meliputi:
• Diet:
• Diet yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah:
• Retriksi garam secara moderat dari 10
gram/ hari menjadi 5 gram/ hari
• Diet rendah kolesterol dan rendah asam
lemak jenuh
•Penurunan berat badan
•Penurunan asupan alcohol
•Menghentikan alcohol
•Latihan fisik

3
0
Latihan Fisik

• Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan


terarah ditunjukan untuk penderita hipertensi
adalah olahraga yang mempunyai 4 prinsip:
yaitu macam olahraga isotonis dan dinamis
seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain lain. Intensitas olahraga yang baik
antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau
72-87% dari denyut nadi maximal yang
disebut zona Latihan. Lamanya Latihan
berkisar antara 20-25 menit berada dalam
zona Latihan frekuensi Latihan sebaiknya 3
X per minggu dan paling baik 5 X per
minggu.

3
1
Tirah Baring

• Beri Tindakan non- farmakologi untuk


meringankan sakit kepala seperti kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,
posisi nyaman, Teknik relaksasi, Latihan
psikologi seperti bimbingan imajinasi dan
distraksi.

3
2
Terapi Oksigen

• Banyak kasus pada penderita Hipertensi


Pulmonal mengalami gangguan pernapasan,
pingsan atau koma. Hal ini bisa menyebabkan
pasien mengalami kekurangan oksigen. Oleh
karna itu, dapat diberikan terapi oksigen
melalui selang atau masker. Jika penderita
koma oksigen dapat diberikan melalui
ventilator.

3
3
Terapi Farmakologi

• Nikardipin IV 5 mg/ Jam (dinaikkan 2,5 mg tiap


5 menit, maximal 15 mg/ Jam), Monitoring
Tekanan Darah
• Periode 1 Jam Pertama: Target 10% MAP
• Periode 2- 3 Jam Berikutnya: Target 15%
MAP

3
4
Prognosis

1. Ad Vitam : Dubia ad Bonam


2. Ad Functionam : Dubia ad Bonam
3. Ad Sanactionam : Dubia ad Bonam

3
5
Edukasi

1. Rutin Berolahraga
2. Perbaiki Pola Tidur
3. Hentikan Merokok
4. Tidak meminum minuman alcohol
5. Kurangi berat badan
6. Kelola stress
7. Rutin meminum obat
8. Control tekanan darah berkala

3
6
Definisi Hipertensi

Tekanan darah adalah kekuatan aliran darah dari


jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri).
Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke
waktu.
Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah
lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHg).
Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika
jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu,
angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika
jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-
biliknya dengan darah. (Triyanto, 2014)

Sumber: Jurnal: “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Dewasa”
Universitas Advent Indonesia. Jakarta 3
7
Definisi Krisis Hipertensi

Krisis Hipertensi dapat didiagnosis apabila didapatkan tekanan darah sistolik >
180 mmHg atau tekanan darah diastolic > 120 mmHg. Krisis hipertensi dibagi
dua berdasarkan keterlibatan target organ damage akut:
1. Hipertensi Emergensi: didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang berat (>180/ 120 mmHg) disertai bukti kerusakan organ target
yang akut/ acute target organ damage/ acute hypertensive meditated
organ damage. Hipertensi emergensi sering kali mengancam jiwa dan
memerlukan penanganan segera dan seksama. Untuk menurunkan darah
memerlukan obat intravena. Kecepatan peningkatan dan tinggi tekanan
darah sama pentingnya dengan nilai absolute tekanan darah dalam
menentukan besarnya kerusakan organ.
2. Hipertensi Urgensi: Didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
(TD) yang berat (>180/ 120) tanpa disertai kerusakan organ target yang
akut.

Sumber: Surabaya Cardiology Update tanggal 28- 30 Oktober 2018


3
8
Etiologi Hipertensi

Penyebab dari hipertensi primer belum


diketahui secara pasti. Dari beberapa
penelitian dugaan sementara genetik, ras,
jenis kelamin dan diet adalah penyebab
timbulnya hipertensi primer. (Smeltzer,
Lewis & Bucher, 2013)

Sumber: Hipertensi Tinjauan Pustaka. Universitas Sumatera


Utara. 2017

3
9
Etiologi Hipertensi

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang


penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid) atau penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
(Bell, Twigs dan Olin, 2015)

Sumber: Hipertensi Tinjauan Pustaka.


Universitas Sumatera Utara. 2017

4
0
Faktor Resiko Hipertensi

Usia Stress Obesitas

Kopi
Sumber: Jurnal: Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Aktivitas Pola 4
Tekanan Darah pada Masyarakat Wilayah Tlogomas
Kecamatan Lowokwaru Fisik Tidur 1
Epidemiologi Hipertensi

Di Provinsi Jawa Tengah prevalensi penyakit


hipertensi mengalami peningkatan dari
1,87% pada tahun 2006 menjadi 2,02%
pada tahun 2007 dan 3,03 pada tahun
2008. terdapat 4 kabupaten dengan
prevalensi terbesar yaitu Kabupaten
Brebes, Tegal, Karanganyar dan
Sukaharjo. Di 4 Kabupaten tersebut pada
tahun 2008 ditemukan 99.584 kasus dan
pada tahun 2010 ditemukan sebanyak
94.665 kasus hipertensi esensial. (Depkes,
2008).

www.Depkes.go.id

4
2
Epidemiologi Hipertensi
Menurut Rikesdas tahun 2013

Usia 55- 64 tahun: 17,2 %


Usia 35- 44 tahun: 6,3 %
Usia 45- 54 tahun: 11,9 %

Sumber:www.litbang.kemenkes.go.id

4
3
Manifestasi Klinis Hipertensi

Mata Mata
Pusing Cemas Kemerahan Berkunang

Sakit Mudah Rasa Berat


Kepala Lelah di Tengkuk
Sumber: Jurnal: “Hubungan antara Obesitas dengan Aktivitas
Fisik pada Pasien Hipertensi”. Julianti Azizah. 2015
Epistaksis
4
4
Kerusakan Organ Target

Acute Target Organ Damage pada Hipertensi meliputi otak, jantung, renal,
liver, mata dan vascular.
1. Otak: Prevalensi paling banyak yaitu didapatkan pada otak dengan
prevalensi infark serebral sekitar 24,5%, ensefalopati hipertensi
sebesar 16,3% dan Stroke Hemoragic sekitar 4,5%. Ensefalopati
hipertensi dapat terjadi Ketika tekanan darah meningkat terlalu
tinggi, autoregulasi otak tidak dapat mencegah peningkatan tekanan
intracranial sehingga menyebabkan cerebral edema terutama pada
posterior cerebral. Pemeriksaan MRI dapat membantu untuk
menemukan adanya white matter lesion, microblood, microinfarct.
Sementara untuk mencari bukti pendarahan pada kasus stroke
hemoragic, CT Scan dapat membantu.

Sumber: Surabaya Cardiology Update tanggal 28- 30 September


2018
4
5
Jantung

Prevalensi pada jantung didapatkan acute pulmonary edema sehubungan


dengan gagal jantung kiri sebesar 22,5%, acute congestive heart failure
(gagal jantung kiri dan/ atau kanan) sebesar 14,3%. Dan acute coronary
ischemia (myocardial infraction atau unstable angina) sebesar 12%.
Acute heart failure mengacu pada onset cepat atau memburuknya gejala
dan atau gagal jantung. Ini adalah kondisi medis yang mengancam jiwa
yang membutuhkan evaluasi segera/ emergensi. Pada kondisi acute heart
failure didapatkan pada kondisi 90% kasus terdapat tanda tanda kongesti
seperti acute pulmonary edema, edema, arthopnea, proximal nocturnal
dispneu, edema tungkai bawah bilateral, peningkatan JVP, hepatomegaly
kongesti, asites dan juga hepatojugular reflux.

Sumber: Surabaya Cardiology Update


tanggal 28- 30 September 2018
4
6
Renal

Pada renal didapatkan prevalensi acute kidney


injury (AKI) sebesar < 10%. Acute kidney injury
merupakan kerusakan ginjal akut yang ditandai
dengan peningkatan serum keratinin sebesar
>0,3% mg/dl dalam waktu 48 jam atau meningkat
>1,5 kali lipat dari baseline yang diketahui atau
dianggap telah terjadi dalam waktu satu minggu
atau urine output <0,5 ml/KgBB/ jam minimal
selama 6 jam.

Sumber: Surabaya Cardiology Update


tanggal 28- 30 September 2018 4
7
Liver

Pada liver didapatkan peningkatan enzim hati yang


paling banyak berhubungan dengan HELLP
syndrome dengan prevalensi 0,1- 0,8 %. HELLP
syndrome merupakan kondisi kehamilan dimana
didapatkan hemolisis, peningkatan enzim hati dan
juga penurunan platelet, pada kondisi ini
dibutuhkan penanganan dan persalinan segera.

Sumber: Surabaya Cardiology Update


tanggal 28- 30 September 2018 4
8
Mata

Pada mata didapatkan retinopati hipertensi


dengan eksudat/ pendarahan pada retina
dengan prevalensi sebanyak 0,01- 0,02%.
Kalainan retina yang berhubungan dengan
hipertensi emergensi terdiri dari flame
shapped hemorhage, cotton wool spots
(grade II) dengan atau tanpa adanya
papilloedema (grade IV). Abnormalitas
retinal ini jarang terjadi pada populasi
normal dan jika terjadi secara bilateral
sangat spesifik terjadi emergensi.

Sumber: Surabaya Cardiology Update


tanggal 28- 30 September 2018

4
9
Vaskular

Pada vascular kelainan yang terjadi yaitu eclampsia dengan prevalensi


sebanyak 4,5 % dan diseksi aorta sebesar 2%. Eklampsia merupakan
hipertensi pada keamilan yang disertai kejang, sakit kepala berat, gangguan
pengelihatan, nyeri perut, mual, muntah dan menurunnya urin output.
Penanganan segera dan persalinan SC dibutuhkan pada kondisi ini. Diseksi
aorta merupakan pemisahan lapisan pada dinding aorta yang mengakibatkan
adanya 2 aliran darah pada aorta. Robekan pada lapisan intima dinding aorta
menyebabkan penyebaran diseksi skunder setelah darah memasuki ruang
intima- media. Gejala dapat bervariasi menyebabkan dinding arterior midline
dada. Robekan pada arkus kosta dapat menyebabkan nyeri pada ranhang atau
leher. Nyeri punggung dan parut. Intra supkular lebih sering terjadi pada
aorta desendens.

Sumber: Surabaya Cardiology Update


tanggal 28- 30 September 2018
5
0
Diagnosis Hipertensi

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan


Fisik
Penunjang
Sumber: Jurnal: Hubungan Pola Tidur terhadap Tekanan Darah di
Pondok PesantrenAl- Munawwir Yogyakarta. Olivia Ramdani. 2017 5
1
Anamnesis

5
Sumber: Buku Panduan Skill Lab. Anamnesis. Universitas 2
Andalas. Semester 4
Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan Fisik dilakukan dengan cara


Pengukuran tekanan Darah
• 5 menit berbaring
• Posisi berbaring
• Duduk dan berdiri
• Sebanyak 3- 4 kali pemeriksaan
• Dengan interval 5- 10 menit

5
Sumber: Asuhan Keperawatan. Tirah Baring pada 3
Hipertensi. Akper Faletehan. 2015
Diagnosis dan diagnosis
Banding

Pemeriksaan penunjang diagnosis


Pemeriksaan umum dilakukan untuk mencari semua
penyebab yang berpotensi.
1. Funduskopi: merupakan pemeriksaan beside untuk
mendeteksi adanya retinopati hipertensi. Funduskopi
sangat penting dilakukan pada hipertensi urgensi
maupun emergensi untuk mendeteksi pendarahan di
retina, cotton wool spot, microaneurisma maumun
papillaedema.
2. EKG 12 Lead: EKG untuk mencari apakah ada acute
coronary ischemia, left ventricular hypertrophy dan
adanya aritmia.

Sumber: Surabaya Cardiology Update tanggal 28- 30


September 2018

5
4
Diagnosis dan Diagnosis
Banding

3. Hemoglobin, Trombosit, Fibrinogen


Untuk mencari tanda tanda hemolisis maupun
trombositopenia yang mengarah ke trombotik
mikroangiopati salah satunya HELLP syndrome.
4. creatinine, GFR, elktrolit, LDH
Untuk mengevaluasi adanya kerusakan ginjal
5. Urine albumin
Albuminuria untuk deteksi kerusakan ginjal
6. Tes kehamilan pada Wanita usia subur

Sumber: Surabaya Cardiology Update tanggal 28-


30 September 2018

5
5
Pemeriksaan khusus (dilakukan bila ada
indikasi)

1. troponin, ck-mb, nt-pro bnp


Dilakukan bila ada kecurigaan masalah jantung
misalnya nyeri dada akut dan jantung
2.Chest x-ray
Dilakukan bila ada kecurigaan acute pulmonary
edema, selain itu juga untuk menyingkirkan
kemungkinan dispneu non-cardiac
3.Echocardiography
Echocardiography dilakukan bila ada kecurigaan
diseksi aorta, gagal jantung/ iskemia miokard
untuk melihat kelainan struktur maupun fungsi
kardiak.

Sumber: Surabaya Cardiology Update tanggal


28- 30 September 2018

5
6
Pemeriksaan khusus (dilakukan bila ada
indikasi)

4. CT Angiograf Thorax/ Abdomen


Dilakukan bila ada kecurigaan diseksi aorta akut
5. CT or MRI Brain
Dilakukan bila ada kecurigaan masalah system
saraf pusat seperti terjadi penurunan kesadaran
atau kejang
6. Renal Ultrasound
Dilakukan bila ada kecurigaan penggunaan
metamfetamin atau kokain.

Sumber: Surabaya Cardiology Update


tanggal 28- 30 September 2015

5
7
Tatalaksana
Hipertensi

Non-Farmakologi: Modifikasi
Pola Hidup

Sumber: Jurnal: Konsep Dasar Hipertensi. Universitas


Muhammadiyah Malang. 2016

5
8
Tatalaksana
Hipertensi
Nama Obat Dosis Lazim
Ace Inhibitor Dewasa: 10 mg, 1 X sehari. Dosis pertama diberikan sebelum tidur untuk menghindari
penurunan TD drastis. Dosis Pemeliharaan: 10-40 mg, 1 X sehari
Beta Blocker Dosis Awal: 12,5-25.mg, 1 X sehari. Ditingkatkan tiap 2 minggu sekalihingga 200 mg, 1 X
sehari. Dosis extended release: 25 mg, 1 X sehari. Dosis gagal jantung: 12,5 mg 1X sehari
Metildopa Terapi tunggal: 250mg, 2-3 X sehari untuk 2 hari. Ditingkatkan tiap 2 hari. Dosis
pemeliharan: 500-2.000 mg/ hari. Dosis maximal: 3.000 mg/ hari
Valsartan Dewasa: 80-160 mg, 1X sehari. Dosis maximal: 320 mg/ hari
Vasodilator Dewasa: 5 mg- 40 mg/ hari, 1 atau 2 X sehari
Diuretik Dosis Lazim: 5 mg/ hari. Tingkatkan sampai 20 mg/ hari. Dosis maximal 40 mg/ hari
Antagonis Dosis awal: 1 mg/ jam. Vena Sentral. Ditingkatkan menjadi 2 mg/ Jam. TD tidak stabil:
Kalsium Dosis Awal: ≤ 0,5 mg/ Jam

5
Sumber: Buku: DOI: Dosis Obat Indonesia. 2013 9
Tatalaksana Krisis
Hipertensi

• Konfirmasi organ target terdampak, tentukan penatalaksanaan


spesifik selain penurunan tekanan darah. Temukan factor pemicu
lain kenaikan tekanan darah akut misalnya kehamilan yang dapat
mempengaruhi strategi penatalaksanaan.
• Tentukan kecepatan dan besar penurunan tekanan darah yang aman
• Temukan obat hipertensi yang diperlukan. Obat intravena dengan
waktu paruh pendek merupakan pilihan ideal untuk titrasi tekanan
darah secara hati- hati, dilakukan di fasilitas Kesehatan yang
mampu melakukan pemantauan hemodinamik kontinyu.

Sumber: Surabaya Cardiology Update


tanggal 28- 30 September 2018 6
0
Tatalaksana Krisis
Hipertensi

Sumber: Surabaya Cardiology Update


tanggal 28- 30 September 2018

6
1
Pencegahan Hipertensi

Berolahraga Kurangi
Mengkonsumsi Kurangi Konsumsi
Menjaga BB Makanan Serat Konsumsi Garam Alkohol
Tetap Ideal

Kurangi Tidak
Konsumsi Merokok Istirahat Cukup Hindari Stress Cek TD Rutin
6
2
Sumber: Pedoman Penelitian Skripsi untuk Kedokteran dan
Kesehatan. Penerbit Rizky Offset
Pencegahan Hipertensi

Pencegahan Primer:
Faktor resiko hipertensi antara lain tekanan darah di atas rata rata,
adanya Riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),
taikardi, obesitas dan konsumsi garam berlebihan dianjurkan untuk:
1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes melitus, dsb
2. Dilarang merokok
3. Mengubah kebiasaan makan sehari hari dengan konsumsi
rendah garam
4. Melakukan exercise untuk mengendalikan BB

Sumber: Surabaya Cardiology Update


tanggal 28- 30 September 2018

6
3
Pencegahan Hipertensi

Pencegahan Skunder:
Pencegahan skunder dikerjakan bila penderita telah
diketahui menderita hipertensi karna factor
tertentu, Tindakan yang bisa dilakukan berupa:
1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi
penerita baik dengan obat maupun
tindaka- Tindakan seperti pencegahan
primer
2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya
tetap dapat terkontrol secara normal atau
sestabil mungkin
3. Faktor factor resiko penyakit jantung
iskemik yang lain harus dikontrol
4. Batasi aktivitas

Sumber: Surabaya Cardiology Update tanggal 28-


30 September 2018

6
4
Komplikasi Hipertensi

Gagal Stroke Serangan


Jantung Jantung

Gagal Kerusakan 6
Sumber: Tinjauan Pustaka tentang
Retina Hipertensi. Poltekkes. 20145
Komplikasi
Hipertensi

Komplikasi berdasarkan target organ antara lain:


1. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attack,
demensia, vaskuler, ensefalopaty
2. Mata: retinopati hipertensif
3. Kardiovaskuler: penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau
hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung coroner, disfungsi
baik sistolik maupun diastolic dan berakhir pada gagal
jantung
4. Ginjal: nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit gagal
ginjal kronis
5. Arteri perifer: klaudikasio intermiten

Sumber: Surabaya Cardiology Update tanggal


28- 30 September 2018

6
6
Prognosis
Hipertensi

Semakin muda seseorang terdiagnosis


hipertensi pertama kali, maka semakin
buruk perjalanan penyakitnya apalagi
bila tidak ditangani. Penatalaksanaan dan
derajat hipertensi juga mempengaruhi
prognosisnya. (WHO 2010).

Sumber: Jurnal: Hubungan Kualitas tidur dengan Peningkatan


Tekanan darah di SMAN 2 Lhoksumawe. Sabiq Ahmad. 2015

6
7
Prognosis
Hipertensi

prognosis dari krisis hipertensi dinilai berdasarkan


klasifikasinya apakah termasuk urgensi atau emergensi.
Beberapa studi menjelaskan bahwa pemeriksaan yang tidak
tepat pada ruang gawat darurat dalam penanganan krisis
hipertensi sering ditemukan pemeriksaan biasanya jarang
ditemukan pula dengan pemeriksaan dari biokimia dari
serum pasien yang biasanya membutuhkan waktu dan biaya
yang cukup besar. Hal ini mempengaruhi prognosis dan
penatalaksanaan krisis hipertensi.

Sumber: Surabaya Cardiology Update tanggal 28- 30


September 2018

6
8
Daftar Pustaka
1. Surabayan Cardiology Update tanggal 28- 30 September 2018.
2. Sihotang Michael (2020). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Dewasa. Jakata: Universitas Advent Indonesia Jakarta.
3. Hasanuddin (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Masyarakat Penderita Hipertensi di Wiayah Tlogomas
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Malang: Universitas Tribuwana Malang.
4. Julianti Azizah (2015). Hubungan antara Obesitas dan Aktivitas Fisik pada Pasien Hipertensi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
5. Yulia Suci (2017). Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Asupan Serat dengan Tekanan Darah Tinggi di Puskesmas Sentolo. Yogyakarta:
Politeknik Kesehatan Yogyakarta.
6. Ramadhani Olivia (2017). Hubungan Pola Tidur terhadap Tekanan Darah di Pondok Pesantren Al- Munawwir Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Asiyyah Yogyakarta.
7. Sabiq Ahmad (2015). Hubungan Kualitas Tidur dengan Peningkatan Tekanan Darah di SMAN 2 Lhoksumawe. Aceh: Universitas
Malikussaleh Aceh.
8. Taufiq Raden (2007). Hubungan antara Pola Tidur dan Tekanan Darah Tinggi pada Pasien Hipertensi di RSUD Soedarso Pontinak.
Pontianak.
9. Jurnal Berkala Epidemiologi (2018). Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Surabaya: Unair Surabaya.
10. Syahdrajat, (2019) Pedoman Penelitian Untuk Skripsi Kedokteran & Kesehatan, Penerbit Rizky Offset, pp. 25- 30.
11. Gilang (2018). Definisi Hipertensi Tinjauan Pustaka. Semarang: Universitas Diponogoro Semarang Indonesia.
12. Poltekes (2014). Tinjauan Pustaka tentang Hipertensi. Poltekes Denpasar. Denpasar: Indonesia.
13. Apriyani Saputri (2011). Definisi Hipertensi Tinjauan Pustaka. Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta: Indonesia.
14. Ferri (2017). Hipertensi Tinjauan Pustaka. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sumatera Utara: Indonesia.
15. Jayanti (2014). Hipertensi Tinjauan Pustaka.Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sumatera Utara: Indonesia.
16. Poltekkes Jogja (2015). Etiologi Hipertensi. Poltekkes Jogja. Jogjakarta: Indonesia.
17. Sutarga I Made (2017). Tinjauan Pustaka Hipertensi dan Penata laksanaannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
Denpasar Bali: Indonesia.
18. Poltekes Denpasar (2014). Definisi Hipertensi Tinjauan Pustaka. Denpasar Bali: Indonesia.
19. Wijaya (2006). Konsep Dasar Hipertensi.Universitas Muhammadiyah Malang. Malang: Indonesia.
6
9
1. Kurnia Apryani (2011). Klasifikasi Hipertensi. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Jakarta: Indonesia.
2. Ardiansyah (2012). Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi. Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Sumatera Utara: Indonesia.
3. Fauzi (2014). Hipertensi Tinjauan Pustaka. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Yogiantoro (2012). Epidemiologi Hipertensi. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
5. Ramadhani (2014). Epidemiologi Hipertensi. Denpasar Bali: Poltekes Denpasar Bali
Indonesia.
6. Gani (2014). Manifestasi Klinis Hipertensi. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakata.
7. Yoga Krisnada (2017). Manifestasi Klinis Hipertensi. Denpasar Bali: Universitas Udayana.
8. Lingga Sucipta (2017). Cara Mendiagnosa Hipertensi. Semarang: Universitas
Diponogoro.
9. Poltekes Denpasar (2018). Tata Laksana Hipertensi. Denpasar Bali: Poltekes Denpasar.
10. Dien Fadillah (2015). Tata Laksana Hipertensi. Semarang: Universitas Diponogoro.
11. Setiati (2015). Pencegahan Hipertensi. Sumatera Utara: Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
12. Poltekes Jogja (2016). Pencegahan Hipertensi. Yogyakarta: Poltekes Yogyakarta.
7
0

Anda mungkin juga menyukai