Pasar Asisten :-
Marketing Mix
Kelompok 1/ AP1
PROGRAM KEAHLIAN
PROGRAM DIPLOMA
BOGOR
2018
Ketika berbicara mengenai persaingan bisnis seperti misalnya persaingan
pasar, maka kita berbicara mengenai “perang” yang harus dimenangkan. Itu berarti
bahwa sebagai pengelola bisnis, Anda harus mengatur strategi jitu untuk “terus
survive” memenangkan persaingan. Mengetahui kekuatan pesaing sangat penting
bagi strategi perencanaan pemasaran yang efektif. Pengelola usaha harus terus
membandingkan produk, harga, dan saluran promosinya dengan pesaing terdekatnya.
Dengan cara inilah pengelola usaha akan dapat menentukan bidang di mana usahanya
memiliki keunggulan dan kelemahan kompetitif.
Kotler (2002) mengklasifikasikan Persaingan Pasar berdasarkan klasifikasi
peranan yang dimainkan oleh perusahaan dalam pasar sasaran, di antaranya:
pemimpin pasar (market leader), penantang pasar (market chalengger), pengikut pasar
(market follower), dan pengisi relung pasar (market nicher).
1. Pasar (market leader)
Merupakan perusahaan yang memiliki pangsa pasar terbesar di pasar produk
terkait, biasanya perusahaan ini memimpin perusahaan lain dalam perubahan harga,
perkenalan produk baru, cakupan distribusi dan intensitas promosi. Dan untuk dapat
tetap bertahan sebagai pemimpin pasar, perusahaan dituntut melakukan tindakan di
tiga bidang, yaitu :
Perusahaan harus menemukan cara untuk memperbesar permintaan pasar
secara keseluruhan
Perusahaan harus melindungi pangsa pasar yang ada sekarang melalui
tindakan defensif dan ofensif yang tepat
Perusahaan harus meningkatkan pangsa pasarnya
Pemalsu (counterfeiter)
Pemalsu meniru keseluruhan produk dan kemasan pemimpin serta menjual di
pasar gelap (ilegal) atau melalui penyalur yang memiliki reputasi buruk.
Pengklon (cloner)
Pengklon berupaya menyamai atau melebihi produk, nama dan pengemasan
produk pemimpin pasar dengan menambahkan variasi yang ringan.
Peniru (imitator)
Peniru mencontek beberapa hal dari pemimpin pasar, namun masih
mempertahankan differensiasi dalam bentuk kemasan, iklan, harga dan lain-lain.
Biasanya pemimpin tidak akan menyerang peniru pasar asal peniru pasar tidak
menyerang pemimpin secara agresif.
Pengadaptasi (adapter)
Pengadaptasi (adapter) mengambil produk pemimpin pasar dan mengadaptasi
atau memperbaikinya, pengadaptasi biasanya memilih untuk menjual ke pasar-pasar
yang berbeda, namun sering pengadaptasi pasar menjadi pesaing pemimpin pasar
dimasa yang akan datang.
1. PEMIMPIN PASAR
Pangsa pasar minuman berenergi di indonesia saat ini sangatlah besar, tidak
kurang dari 1 triliyun rupiah lebih diperebutkan oleh banyak merek ternama di
indonesia. beberapa diantaranya adalah Extra Joss dan Kuku Bima Energi. Pada awal
perkembangannya, pasar ini didominasi oleh merek asing seperti Lipovitan,
Kratingdaeng dan M-150. Akan tetapi dominasi asing pun mulai tergerus dengan
munculnya produk lokal seperti Extra Joss ditahun 1994. Extra Joss menawarkan
inovasi berupa bubuk extract pada kemasan sachet yang membuat harga relatif lebih
murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat menengah bawah. Pada saat itu, merek
lain menawarkan produk dengan kemasan botol, sehingga membuat harga relatif
mahal dan hanya terjangkau oleh kalangan menengah atas. Dengan tagline "Ini
biangnya buat apa beli botolnya" Extra Joss menjelaskan bahwa faktor yang membuat
minuma energi menjadi mahal adalah kemasannya. Beberapa strategi dilakukan oleh
Extra Joss dan berbuah sukses Extra Joss menguasai pangsa pasar minuman energi di
tahun 2007.
Dari data yang kami dapatkan, Extra Joss menguasai hampir 50%
pasar market size minuman berenergi yang bernilai hampir 2,5 triliun rupiah per-
tahunnya. Extra Joss juga unggul dalam hal distribusi. dari 100% toko di Indonesia,
87% menjual minuman energi. Dari 87% toko tersebut, lebih dari 80% di antaranya
menjual Extra Joss. Lalu dalam segi branding, (lagi) extra joss ‘menang’ telak. The
Indonesian Brand Survey yang diselenggarakan oleh MARS, mengukuhkan extra joss
sebagai produk branded. Ini menjadi sinyalemen dalam segi promotion, extra joss
berhasil memenangkan mindshare konsumen. Extra Joss pun semakin menegaskan
produknya sebagai pemimpin pasar dengan merambah pasar ke Asia dan Asia
Tenggara. Extra Joss dalam kemasan sachet dijual dengan harga Rp 3.500 per sachet,
lebih tinggi dari pada pesaingnya. Total biaya produksi yang dikeluarkan PT Bintang
Toedjoe selaku produsen Extra Joss adalah 204,336 milyar rupiah per-tahunnya, lebih
tinggi dari pesaing lain.
2. PENANTANG PASAR
Selang 10 tahun kemunculan Extra Joss, muncul Kuku Bima Ener-G dari PT Sido
Muncul yang meluncur pada tahun 2004 dengan menggandeng para olahragawan,
tokoh nasional, dan selebriti, antara lain Ade Rai dan Rieke Dyah Pitaloka. Kuku
Bima Ener-G masuk ke dalam pasar minuman energi serbuk dengan
menyempurnakan suatu hal yang dipandang sebagai kekurangan Extra Joss, yaitu
tidak adanya varian rasa dan warna selain masam dan kuning. Dengan penawaran
minuman energi serbuk yang terdiri dari berbagai varian rasa dan warna, antara lain
Original, Anggur Merah Bali, Jambu Merah Jakarta, dan Jeruk Pontianak, Kuku
Bima Ener-G pun dengan sangat cepat berhasil menjadi favorit konsumen Indonesia.
“Kue” yang selama ini seakan-akan dimakan sendirian oleh Extra Joss mulai
digerogoti Kuku Bima Ener-G sedikit demi sedikit. Berdasarkan data PT Kalbe
Farma Tbk (2009), pangsa pasar Kuku Bima Ener-G melejit dengan sangat cepat dari
8,9% (2007) ke 30% (2009). Di sisi lain, meski Extra Joss masih kukuh di puncak,
pangsa pasarnya sudah menurun ke angka 34%.
Untuk kategori penantang pasar, kami juga memilih Hemaviton Jreng sebagai
penantang Extra Joss. Ketiga brand ini selalu masuk dalam tiga besar Top Brand
kategori minuman berenergi. berdasarkan pantauan Nielsen Media Research (NMR),
dalam tiga tahun terakhir, total biaya iklan yang dikeluarkan Extra Joss jauh lebih
besar dibanding pemain lainnya. Tahun 2005, NMR mencatat total belanja iklan
Extra Joss di semua media menembus angka Rp 204,336 miliar. Padahal.ditahun
yang sama, belanja iklan Kuku Bima Energi hanya Rp 21,149 miliar sedangkan
Hemaviton Jreng hanya Rp 33,363 miliar. Tahun 2006 juga demikian, total belanja
iklan Extra Joss juga diatas pemain lainnya, yaitu Rp 181,254 miliar, berbanding Rp
29,299 miliar (Kuku Bima Energi) dan Rp 35,437 miliar (Hemaviton Jreng). Di tahun
2007, walau jumlah yang dikeluarkan Extra Joss jauh berkurang dari tahun-tahun
sebelumnya, namun Extra Joss masih “memimpin” dalam hal besarnya belanja iklan.
Hingga bulan Agustus 2007, total belanja iklan Extra Joss sudah mencapai Rp 36,317
miliar, sedangkan Kuku Bima Energi Rp 29,290 miliar dan Hemaviton Jreng Rp
20,947 miliar. Berkurangnya jumlah belanja iklan Extra Joss di tahun 2007, salah
satunya disebabkan oleh peluncuran Extra Joss Strike, produk hasil kolaborasi BT
dengan PT Coca-Cola Indonesia. Belanja iklan Extra Joss Strike sendiri hingga
Agustus 2007 sudah menembus angka Rp 20,754 Miliar.
Dari besaran biaya iklan di atas dapat kita lihat bahwa Kuku Bima dan
Hemaviton Jreng terus membuntuti Extra Joss ditiga besar. Besarnya biaya iklan yang
dikeluarkan sebanding dengan omset yang dihasilkan.
3. PENGIKUT PASAR
Untuk pengikut pasar, kami memilih Kuku Bima Ener G, Hemaviton Jreng,
Kratingdeng, dan Panther. Alasan kami memilih sebagai pengikut pasar karena
produk yang mereka hasilkan cenderung serupa, yakni Kuku Bima Ener G dengan
Hemaviton Jreng, dan Kratingdeng dengan Panther.