Anda di halaman 1dari 3

NASKAH ORASI ILMIAH

Disusun oleh :

SARITRI RESTU PUTRI


2820173129

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017
Therapeutic Hypothermi untuk Peningkatan Kemampuan Adaptasi Pasien Post
Cardiac Arrest
Hadirin yang berbahagia….

Cardiac arrest atau henti jantung merupakan proses perhentian tiba-tiba


aktivitas pompa jantung yang mengakibatkan perhentian sirkulasi darah di dalam
tubuh. Cardiac arrest bisa disebabkan oleh hipoksia atau keadaaan dimana
kurangnya aliran oksigen. Hal lain juga bisa disebabkan oleh pemutusan aliran
oksigen karena kegagalan kontraksi otot jantung (Muttaqin, 2009).
Oleh karena itu, agar pasien tetap mendapatkan pasokan oksigen yang
diperlukan oleh tubuh, tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan
Resusitasi Jantung Paru. Resuitasi Jantung Paru atau yang lebih dikenal dengan
sebutan RJP prosedur darurat dilakukan untuk memulihkan sirkulasi darah dan
bernapas dalam serangan jantung dan pernafasan (Kirana et.al, 2014). Tingkat
keberhasilan penggunaan RJP hanya 40%. Hal ini juga hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang sudah mahir dalam penggunaan RJP. Biasanya
kurang dari setengah yang mampu untuk bertahan hidup.
Salah satu cara yang digunakan dalam perawatan pasien post cardiac
arrest atau serangan jantung adalah menggunakan metode terapi hipotermi
dalam rangka meningkatkan kemampuan adaptasi pasien sesudah serangan
jantung. Terapi hipotermi merupakan metode yang digunakan untuk menurunkan
suhu tubuh pasien hingga mencapai 32-34 derajat celcius (Perbedy at al, 2010).
Metode terapi hipotermia bertujuan sebagai neuroproteksi atau perlindungan
saraf kepada pasien pasca serangan jantung. Suhu yang lebih rendah dari suhu
normal dapat mencegah kerusakan pada otak sesudah aliran darah dimulai
kembali pasca serangan jantung. Pendinginan otak mengurangi metabolisme sel
sebesar 5% sampai 7% untuk setipa penurunan suhu tubuh 1 derajat celcius
(Waters, 2014). Metode ini bisa digunakan dengan durasi yang optimal dengan
waktu minimal 1 jam dan kurang dari 24 jam setelah pasien terkena serangan
jantung (Chan et al, 2016).
Contoh penerapan metode terapi hipotermia adalah dengan
menggunakan selimut pendingin dan cairan es isotonik. Menurunkan suhu tubuh
pasien dengan selimut pendingin adalah metode yang tersedia dan efektif,
meskipun membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dan pemantauan lebih dekat
karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang ditargetkan (Howes, 2016).
Jadi kesimpulannya metode terapi hipotermi dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan adaptasi pasien sesudah serangan jantung. Metode
terapi hipotermi dapat mencegah kerusakan sistem saraf pusat terutama otak
sehingga dapat mengurangi resiko kematian akibat serangan jantung.
Kepada hadirin yang saya hormati,
Semoga apa yang telah saya sampaikan bermanfaat dan berguna bagi
kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Chan, Paul S et al. 2016. “Association Between Therapeutic Hypothermia and
Survival After In-Hospital Cardiac Arrest”. Caring For The Critically Ill Patient. Vol.
316 No 13 :1375-1382
Howes, Daniel et al. 2016. “Canadian Guidelines For The Use Of Targeted
Temperature Management (Therapeutic Hypothermia) After Cardiac Arrest”. Vol.
98 : 48-63
Kirana, Tara Ken Wita dkk. 2014. “Hubungan Pengetahuan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Mengenai Resusitasi Jantung Paru
dengan kepercayaan Diri Mahasiswa Dalam Melakukan Tindakan
Penyelamatan”. Vol. 2 No. 13
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika
Song, Shlee S and Patrick . 2012. “Overview of Therapeutic of Hypothermia”.
Curr Treat Options Neurol. Vol.14 No 6 : 541-548
Waters, Julie M. 2014. “Therapeutic Hypothermia After Cardiac Arrest”. Vol. 9
No. 6

Anda mungkin juga menyukai