Anda di halaman 1dari 26

PENGGOLONGAN DAN SIFAT FARMAKOKINETIKA,

FARMAKODINAMIKA ANTIBIOTIK

MAKALAH

Oleh
KELAS A
Kelompok 7

1. Lilis Sapta Eka Lestari (152210101017)


2. Khusnul Khotimah (152210101025)
3. Himawan Gus Wantoro (152210101014)
4. Dewi Enggar (152210101036)
5. Husniya Faradisa (152210101054)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1. Definisi Antibiotik ................................................................................... 3
2.2. Penggolongan Antibiotik .......................................................................... 3
2.1.1. Pengolongan berdasarkan luas aktivitas kerjanya ............................. 3
2.1.2. Pengolongan berdasarkan daya kerjanya .......................................... 3
2.1.3. Pengolongan berdasarkan mekanisme kerja ..................................... 4
BAB 3. PENUTUP .......................................................................................... 23
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 23
3.2. Kritik dan Saran ...................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi
karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri
yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan
menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Mikroorganisme bisa
memberikan kontribusi dalam Penemuan antibiotik yang telah
menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru. Karena adanya
penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan
bakteri lain, maka kini telah tersedia obat-obat yang manjur untuk memerangi
penyakit infeksi bakteri.

Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun


unutk seorang dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat
menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan
penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan
berbagai gejala penyakit.

Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi,


yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain.
Antibiotik juga dapat dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai
obat pembasmi mikroba khususnya yang merugikan manusia.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Antibiotik?
2. Bagaimana efek farmakodinamik dan farmakokinetik antibiotic dalam
tubuh?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotik?
4. Apa saja golongan-golongan obat antibiotik ?

1
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam makalah ini :
1. Mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotik
2. Mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik serta mekanisme kerja
antibiotik
3. Mengetahui golongan-golongan antibiotik.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Antibiotik


Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi
mikroba pada manusia. Sedangkan antibiotik adalah zat yang dihasilkan
oleh mikroorganisme khususnya dihasilkan oleh fungi atau dihasilkan
secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan
bakteri dan organisme lain (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI.
2007).
2.2. Penggolongan Antibiotik
2.1.1. Pengolongan berdasarkan luas aktivitas kerjanya
a. Spektrum Sempit
Beberapa jenis bakteri yang aktivitas kerjanya spektrum
sempit (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja).
Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap
bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap
bakteri gram negatif saja).
b. Spektrum Luas
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis
bakteri gram positif maupun gram negatif. Contohnya ampisilin,
sefalosporin, dan klorampenikol.
2.1.2. Pengolongan berdasarkan daya kerjanya
a. Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman.
Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida,
rifampisin, isoniazid dll (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK UI. 2007)..
b. Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau
menghambat pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga

3
pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh.
Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida,
klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007).
2.1.3. Pengolongan berdasarkan mekanisme kerja
a. Menghambat sintetis dinding sel
b. Menghambat sintetis protein di ribosom
c. Menghambat sintetis asam nukleat
d. Menghambat metabolik (antagonis folat)

4
Penicillin

Mekanisme Kerja
Cephalosporin
Beta Laktam
Carbapenem
Menghambat sintesis
dinding sel
Monobactam

Bacitracin
Polipeptida
Vancomycin

Aminoglikosida

Menghambat sintesis Chloramphenicol


protein
Tetracycline

Makrolide

Clindamycin

Antagonis Folat Sulfonamide dan


Trimetoprim

Quinolone
Mempengaruhi
sintesis/metabolisme
asam nukleat
Fluoroquinolone

5
a. Menghambat sintetis dinding sel

1. Golongan β-laktam
 Penicillin
Farmakokinetika
Absorbsi : kestabilannya terhadap asam dan ikatanya
terhadap protein lebih lengkap dan cepat parenteral
dibandingakan pemberian per oral.
Distribusi : secara luas kedalam cairan tubuh dan
jaringan. Penisilin yang diikat kuat oleh protein
(misalnya oksasilin, dan dikloksasillin) menghasilkan
obat bebas kadar rendah dalam serum daripada penisilin
yang terikat lemah dengan protein misalnya penisilin G,
dan ampisilin.
Biotransformasi : pengaruh enzim penisilinase (memecah
rantai betalaktam) dan amidase (memecah rantai
samping). 30% Biotransformasi penisilin dilakukan oleh
hati.
Ekskresi : Sebagian besar obat diekskresikan kedalam
urine oleh ginjal, sebagian kecil melalui jalur yang lain
seperti dalam sputum dan air susu.
Farmakodinamika
Mekanisme kerja penisilin dengan menghambat
pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk
sintesis dinding sel mikroba. Penisilin G memiliki
aktivitas terbaik terhadap kuman gram positif yang
sensitif. Kelompok ampisilin dengan spektrum
antimikroba yang lebar lebih efektif terhadap mikroba
gram negatif dan tahan asam sehingga dapat diberikan
peroral.

6
Klasifikasi Obat Golongan Penisilin
Golongan Contoh Aktivitas
Penisilin G dan Penisilin G dan Sangat aktif terhadap kokus
penislin V penislin V Gram positif, tetapi cepat
dihidrolisis oleh
penislinase atau beta
laktamase, sehingga tidak
efektif terhadap S.aureus
Penisilin yang resisten Metisilin, nafsilin, Merupakan obat pilhan
terhadap beta- oksasilin dan pertama untuk terapi
laktamase/ penisilinase dikloksasilin S.aureus yang memproduksi
penisilinase. Aktivitas
antibiotik kurang poten
terhadap mikroorganisme
yang kurang sensitiv
terhadap penisilin G.
Aminopenisilin ampisilin, amoksisilin Selain mempunyai aktivitas
terhadap bakteri Gram positif
juga mencakup
mikroorganisme gram negatif
seperti Haemophilus
influenzae, Escherichia coli,
dan Proteus mirabilis.
Obat-obat ini sering
diberikan bersama inhibitor
betalaktamase (asam
klavulanat, sulbaktam,
tazobaktam) untuk mencegah
hidrolisis oleh beta-
laktamase yang semakin

7
banyak ditemukan pada
bakteri Gram negatif ini.
Karboksipenisilin karbenisilin, tikarsilin Antibiotik untuk
Pseudomonas, Enterobacter,
dan Proteus. Aktivitas
antibiotik lebih rendah
dibanding ampisilin terhadap
kokus Gram- positif, dan
kurang aktif dibanding
piperasilin dalam melawan
Pseudomonas. Golongan ini
dirusak oleh beta-laktamase
Ureidopenislin Mezlosilin, azlosilin, Aktivitas antibiotik terhadap
dan piperasilin Pseudomonas, Klebsiella, dan
Gramnegatif lainnya.
Golongan ini dirusak oleh
beta-laktamase

 Cephalosporin
Farmakokinetika
Absorbsi : Dibedakan dalam 2 golongan :
Peroral : Sefaleksin, sefradin, sefaktor, dan sefadroksil
IV or IM : Sefalosporin lainnya (Sefalotin , sefapirin, dll)
Distribusi : Secara umum obat didistribusikan luas ke
tubuh & mencapai konsentrasi terapeutik pada banyak
jaringan & cairan tubuh
Beberapa sefalosporin generasi ketiga misalnya
sefuroksin, moksalaktan, sefotaksim dan seftizoksim
dicapai kadar yang tinggi dicairan serebrospinal, untuk
pengobatan meningitis purulenta

8
Ekskresi : Kebanyakan sefalosporin dieksresi dalam
bentuk utuh melalui ginjal, dengan proses sekresi tubuli,
kecuali sefoprazon yang sebagian besar diekresi melalui
empedu.
Farmakodinamika
Mekanisme kerja antibiotik golongan Cephalosporin
adalah menghambat sintesis dinding sel mikroba dengan
mekanisme yang serupa dengan Penicillin. Efek samping
utama dari cephalosporin adalah hipersensitivitas dan
sekitar 10 % dari pasien sensitif terhadap penicillin juga
akan alergi terhadap cephalosporin.

Klasifikasi Obat Golongan Cephalosporin


Generasi Contoh Aktivitas
I Sefaleksin Antibiotik yang efektif terhadap
Sefalotin Gram positif dan memiliki
Sefazolin aktivitas sedang terhadap Gram
Sefadroksil negatif
II Sefaklor Aktivitas antibiotik gram negatif
Sefamandol yang lebih aktif dari pada
Sefuroksim generasi I
Sefoksitin
Sefotetan
Sefmetazol
Sefprozil
III Sefotaksim Aktivitas kurang aktif terhadap
Seftriakson kokus Gram positif
Seftazidim dibandingkan generasi I, tapi
Sefiksim lebih aktif terhadap
Sefoperazon Enterobacteriaceae, termasuk

9
Sefrizoksim strain yang memproduksi beta
Sefpodoksim laktamase. Seftazidim dan
Moksalaktam sefoperazon juga aktif terhadap
P. Aeruginosa, tapi kurang aktif
dibandingkan generasi III
lainnya terhadap kokus Gram
positif

IV Sefepim Aktivitas lebih luas


Sefpirom dibandingkan generasi II dan
tahan terhadap beta-laktamase

Spektrum Anti Mikroba Cephalosporin


Golongan Efek Anti Bakteri
Cephalosporin Gram Negatif S. pneumoniae & Gram Positif
Streptococcus
lainnya
Generasi I + +++ +++
Generasi II ++ ++ ++
 Carbapenem
Aktivitas carbapenem memiliki spektrum yang dapat
menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram negatif,
dan anaerob. Spektrum bakteri imipenemin /solastatin
merupakan preparat antibiotik beta-laktam berspektrum
paling luas.
Fakmakokinetik Imipenen diberikan secara intervena dan
penetrasinya baik ke jaringan dan cairan tubuh termasuk
cairan serebrospinaslis terutama bila di meningen ada
inflamasi. Obat ini diekskresikan melalui filtrasi
glomerulus dan mengalami pembelahan oleh
dihidropeptidase yang dijumpai pada tubulus proksimal

10
ginjal memebentuk metabolit inaktif yang bersifat
nefrotoksik. Kombinasi imipenem dan silastatin (suatu
penghambat dihidropeptidase), melindungi imipenem
untuk tidak membelah sehingga pembentukan metabolit
toksis tidak terjadi. Hal ini meyebabkan obat tersebut
aktif untuk pengobatan infeksi saluran kemih (Mycek et
al., 2001).
 Monobactam
Yang termasuk kedalam golongan ini adalah aztreonam.
Aktivitas resisten terhadap beta-laktamase yang
dibawa oleh bakteri Gram- negatif. Aktif terutama
terhadap bakteri Gram-negatif. Aktivitasnya sangat baik
terhadap Enterobacteriacease, P. aeruginosa, H.
influenzae dan gonokokus. Pemberian secara parenteral,
terdistribusi baik ke seluruh tubuh, termasuk cairan
serebrospinal. Sebagian besar obat diekskresi utuh
melalui urin.
2. Golongan Polipeptida
 Basitrasin
Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik
polipeptida, yang utama adalah basitrasin A.
Berbagai kokus dan basil Gram-positif, Neisseria, H.
influenzae, dan Treponema pallidum sensitif terhadap
obat ini. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata
dan kulit, serta bedak untuk topikal. Basitrasin jarang
menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan,
sering dikombinasi dengan neomisin dan/atau
polimiksin. Basitrasin bersifat nefrotoksik bila memasuki
sirkulasi sistemik.

11
 Vankomisin
Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang
terutama aktif terhadap bakteri Gram-positif.
Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang
disebabkan oleh S. aureus yang resisten terhadap
metisilin (MRSA). Semua basil Gram-negatif dan
mikobakteria resisten terhadap vankomisin.
Vankomisin diberikan secara intravena, dengan waktu
paruh sekitar 6 jam .

b. Menghambat Sintesis Protein


Obat antibiotik yang termasuk golongan ini adalah
aminoglikosid, tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida
(eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin.
1. Aminoglikosida
Farmakokinetik : 15–30 menit paska pemberian
intravena terjadi distribusi ke ruang ekstraseluler dan
konsentrasi puncak dalam plasma dialami setelah 30-60
menit paska pemberian. Waktu paruh (half-life)
aminoglikosida rerata antara 1.5 hingga 3.5 jam pada
fungsi ginjal yang normal, waktu paruh ini akan
memendek pada keadaan demam dan akan memanjang
pada penurunan fungsi ginjal. Ikatan aminoglikosida dan
protein sangat lemah (protein binding < 10%) dan
eliminasi obat ini terutama melalui filtrasi glomerulus.
Lebih dari 90% dosis aminoglikosida yang diberikan
secara intravena akan terdeteksi pada urin dalam bentuk
utuh pada 24 jam pertama, sebagian kecil secara perlahan
akan mengalami re-siklus ke dalam lumen tubulus
proksimalis. Akumulasi dari resiklus ini yang akan
berakibat toksik pada ginjal. Volume distribusi (Vd)

12
aminoglikosida 0.2-0.3 L/k, setara dengan cairan
ekstraseluler sehingga akan mudah tercapai konsentrasi
terapeutik dalam darah, tulang, cairan sinovial dan
peritonium tetapi mempunyai konsentrasi distribusi yang
rendah pada paru dan otak. Dua prinsip utama
farmakodinamik aminoglikosida yaitu: concentration-
dependent killing dan post antibiotic effect (PAE) (Lacy et
al., 1998).
Farmakodinamik : Aktifitasnya adalah bakterisid,
berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom (partikel partikel kecil dalam
protoplasma sel yang kaya akan RNA, tempat terjadinya
sintesis protein) didalam sel. Proses translasi (RNA dan
DNA) diganggu sehingga biosintesis protein dikacaukan.
Untuk menembus dinding bakteri mencapai ribosom,
aminoglikosida yang bermuatan kation positif akan
berikatan secara pasif dengan membran luar dinding
kuman gram negatif yang mengandung muatan negatif.
Terjadinya reaksi kation antibiotik akibat adanya potensial
listrik transmembrane sehingga menimbulkan celah atau
lubang pada membran luar dinding kuman selain
mengakibatkan kebocoran dan keluarnya kandungan
intraseluler kuman memungkinkan penetrasi antibiotik
semakin dalam hingga menembus membran sitoplasma,
proses ini merupakan efek bakteriosid aminoglikosida
Aminoglikosida mempunyai spektrum yang luas terhadap
kuman aerob dan fakultatif basil gram negatif, terutama
terhadap enterobacteriaceae (E.coli, P.mirabilis dan
spesies Morganella, Klebsiella, Citrobacter, Serratia dan
Enterobacter), spesies Pseudomonas, Acinetobacter dan
Haemophillus influenza.

13
Aminoglikosida dapat dibagi atas dasar rumus kimianya
sebagai berikut :
 Streptomisin mengandung satu molekul gula-amino
dalam molekulnya.
 Kanamisin dengan turunan amikasin, dibekasin,
gentamisin, dan turunannya netilmisin dan tobramisin,
semuanya mempunyai dua molekul gula yang
dihubungkan oleh siklo heksan.
 Neomisin, framisetin dan paramomisin dengan tiga
gula-amino.
2. Tetrasiklin
Farmakokinetika:
Absorpsi : sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam salura cerna.
Doksisiklin dan minosiklin iserap lebih dari 90%. Absorpsi
sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus.
Distribusi : Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh
protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Dalam cairan
cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-
20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak
tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh
lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini
ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang serta di sentin
dan email gigi yang belum bererupsi.
Eliminasi : Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin
dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan
per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi
melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati
ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam
serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen
usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini
masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi
dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau
gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam
darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.

14
Farmakodinamika : Golongan tetrasiklin menghambat
sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit
terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke dalam
ribosom bakteri gram negatif; pertam yang disebut difusi
pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport
aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan
ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino
pada lokasi asam amino.
Antibiotik golongan ini mempunyai spektrum luas dan
dapat menghambat berbagai bakteri Gram-positif,
Gram- negatif, baik yang bersifat aerob maupun anaerob,
serta mikroorganisme lain seperti Ricketsia, Mikoplasma,
Klamidia, dan beberapa spesies mikobakteria.
3. Kloramfenikol
Farmakokinetika :
Absorpsi. : Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 2
jam. Kloramfenikol palmitat atau stearat dihidrolisis
menjadi kloramfenikol oleh lipase pancreas dalam
duodenum. Ketersediaan hayati kloramfenikol lebih besar
dari pada bentuk esternya, karena hidrolisis esternya tidak
sempurna.
Distribusi. : Distribusinya luas termasuk ke jaringan otak,
cairan serebrospinal dan mata. Kloramfenikol ditemukan
dalam empedu, ASI dan melewati sawar plasenta
Ekskresi. : Kloramfenikol dan metabolitnya diekskresi
melalui urin dengan cara filtrasi glomerulus dan sekresi.
Dalam waktu 24 jam 75-90% dosis oral diekskresi dalam
bentuk metabolit dan 5-10% dalam bentuk asal. Waktu
paruh pada orang dewasa kira-kira 4 jam.

15
Farmakodinamika : Kloramfenikol bekerja menghambat
sintesis protein bakteri. Obat dengan mudah masuk ke
dalam sel melalui proses difusi terfasilitas. Obat mengikat
secara reversibel unit ribosom 50S, sehingga mencegah
ikatan asam amino yang mengandung ujung aminoasil t-
RNA dengan salah satu tempat berikatannya di ribosom.
Pembentukan ikatan peptida dihambat selama obat
berikatan dengan ribosom. Kloramfenikol juga dapat
menghambat sintesis protein mitokondria sel mamalia
disebabkan ribosom mitokondria mirip dengan ribosom
bakteri.
Kloramfenikol mempunyai spektrum antimikroba yang
luas. Daya kerjanya bakteriostatik terhadap bakteri
intraseluler maupun ekstraseluler. Untuk beberapa spesies
H. influenzae berdaya kerja bakterisida.
4. Makrolida
Beberapa antibiotik turunan makrolida yaitu eritromycin,
Claritromycin, dan azitromycin. Makrolida aktif terhadap
bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat menghambat
beberapa Enterococcus dan basil Gram- positif. Sebagian
besar Gram-negatif aerob resisten terhadap makrolida,
namun azitromisin dapat menghambat Salmonela.
Azitromisin dan klaritromisin dapat menghambat H.
influenzae, tapi azitromisin mempunyai aktivitas terbesar.
Keduanya juga aktif terhadap H. Pylori. Makrolida
mengikat secara ireversible pada tempat subunit 50S
ribosom bakteri, sehingga menghambat langkah translokasi
sintesisi protein (Mycek et al., 2001).
Eritromisin
Farmakokinetika : Ertromycin basa dihancurkan oleh
asam lambung dan harus diberikan dengan salut

16
enteric. Waktu paruh serum adalah 1,5 jam dalam kondisi
normal dan 5 jam pada pasien dengan anuria.Jumlah
besar dari dosis yang diberikan diekskresikan dalam
empedu dan hilang dalam fases, hanya 5% yang
diekskresikan dalam urine. Obat yang telah diabsorbsi
didistribusikan secara luas, kecuali dalam otak dan
cairan serebrospinal.
Claritromycin
Farmakokinetika : Waktu paruh claritromycin (6 jam)
yang lebih panjang dibandingkan dengan eritromycin
memungkinkan pemberian dosis 2 kali sehari.
Claritromycin dimetabolisme dalam hati. Metabolit
utamanya adalah 14-hidroksiclaritromycin, yang juga
mempunyai aktivitas antibakteri. Sebagian dari obat aktif
dan metabolit utama ini dieliminsai dalam urine
Azitromycin
Farmakokinetika : berbeda dengan eritromycin dan juga
claritromycin, terutama dalam sifat farmakokinetika. Satu
dosi Azitromycin 500 mg dapat menghasilkan konsentrasi
serum yang lebih rendah, yaitu sekitar 0,4 µg/mL.
Akan tetapi Azitromycin dapat melakukan penetrasi ke
sebagian besar jaringan dapat melebihi konsentrasi serum
sepuluh hingga seratus kali lipat. Obat dirilis perlahan
dalam jaringan-jaringan (waktu paruh jaringan adalah
2-4 hari) untuk menghasilkan waktu paruh eliminasi
mendekati 3 hari.
Farmakodinamika Antibiotik Macrolida :
Antibiotik macrolida terikat di lokasi P-dari subunit 50S
ribosom. Hal ini menyebabkan selama proses transkripsi,
lokasi P ditempati oleh makrolida. Ketika t-RNA
terpasang dengan rantai peptida dan mencoba untuk

17
pindah ke lokasi P, t-RNA tersebut tidak dapat menuju ke
lokasi P karena adanya makrolida, sehingga akhirnya
dibuang dan tidak dipakai. Hal ini dapat mencegah
transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs-P dan
memblok sintesis protein dengan menghambat
translokasi dari rantai peptida yang baru terbentuk.
Makrolida juga memnyebabkan pemisahan sebelum
waktunya dari tRNA peptidal di situs A.
5. Klindamisin
Klindamisin menghambat sebagian besar kokus Gram-
positif dan sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bisa
menghambat bakteri Gram-negatif aerob
seperti Haemophilus, Mycoplasma dan Chlamydia .
Farmakokinetika :
Absorbsi : Topical: ~ 10%; Oral: Rapid (90%)
Distribusi : Konsentrasi tinggi di tulang dan urin;
Clindamycin didistribusikan secara luas dalam cairan
tubuh dan jaringan, termasuk tulang, tetapi tidak mencapai
CSF dalam konsentrasi yang signifikan. Berdifusi
melintasi plasenta ke dalam sirkulasi janin dan telah
dilaporkan muncul dalam ASI. konsentrasi tinggi terjadi
pada empedu. Terakumulasi dalam leukosit dan makrofag.
Lebih dari 90% dari klindamisin dalam sirkulasi terikat
dengan protein plasma.
Metabolisme: Hati
Bioavailabilitas: Topical: <1%
Waktu Paruh eliminasi: Neonatus: prematur: 8,7 jam; Full-
term : 3.6 jam; Dewasa: 1,6-5,3 jam (rata-rata: 2-3 jam)
Waktu puncak, serum: Oral: Dalam waktu 60 menit; I.M .:
1-3 jam

18
Ekskresi: Urin (10%) dan feses (~ 4%) sebagai obat aktif
dan metabolit
Farmakodinamika : Klindamisin dapat bekerja sebagai
bakteriostatik maupun bakterisida tergantung konsentrasi
obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi.
Klindamisin menghambat sintesa protein organisme
dengan mengikat sub unit ribosom 50 S yang
mengakibatkan terhambatnya pembentukan ikatan peptida.
c. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme
folat
 Sulfonamida
Farmakokinetika :
Absorbsi : saluran cerna cepat&mudah (70-100%) usus halus
Distribusi : Sulfonamid terikat pada protein plasma (albumin)
,Dapat melewati plasenta toksik pada janin
Metabolisme : Sulfa dimetabolisme melalui 2 mekanisme:
Asetilasi : metabolit utama yg tidak aktif
Oksidasi :bahan toksik (gejala hipersensitivitas)
Ekskresi : Hampir semua melalui ginjal
Masa paruh tergantung fungsi ginjal
Diekskresi sebagian kecil ke tinja, empedu, ASI
Farmakodinamika :
Efek antibakteri dihambat oleh darah, nanah, & jaringan nekrotik.
Kerja sulfonamid bersifat selektif hanyamenghambat bakteri & tidak
menghambat sel tubuh manusia karena manusia tidak
mensintesis folat.
 Trimetropim
Farmakokinetika :
Absorbsi : Diserap cepat melalui oral
Distribusi : Beredar dalam darah dalam keadaan bebas, 44%
berikatan dengan protein plasma

19
Konsentrasi steasy state = 1,72 mcg/mL
Ekskresi : Lewat ginjal melalui filtrasi glomerolus &
sekresi tubulus. Diekskresikan juga ke sputum, cairan vagina,
cairan telinga tengah, ASI, plasenta
Farmakodinamika :
Menghambat enzim dihidrofolatreduktase secara selektif
sehingga tidak terbentuk asam tetrahidrofolat, purin dan
DNA.
d. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat
1. Kuinolon
Kuinolon merupakan antibiotik broad spectrum yang
memiliki aktivitas terhadap berbagai patogen.
Farmakokinetika :
Absorpsi : Kuinolon mengalami disolusi secara cepat di
saluran pencernaan, dan diabsorpsi di duodenum dan
jejunum. Puncak konsentrasi serum (peak serum
concentration) biasanya terjadi setelah satu hingga dua jam
pemberian pada individu yang sehat. Kuinolon generasi
ketiga juga memiliki konsentrasi serum maksimal (maximal
serum concentration atau Cmax) setelah satu hingga dua
jam, dengan sparfloxacin sebagai pengecualian.
Sparfloxacin mengalami absorpsi yang lebih lambat,
sehingga waktu untuk mencapai Cmax dari agen tersebut
mencapai empat hingga lima jam. Hal tersebut
dihubungkan dengan solubilitas sparfloxacin yang lebih
rendah dalam larutan akuos (aqueous solution)(Mehlhorn
dan Brown, 2007; Montay et al. dalam Ko dan Song, 2015).
Distribusi : Distribusi obat ini menurut Tanimura et al.,
1995 konsentrasi tinggi dapat ditemukan pada parenkim
renal, jaringan kantung empedu, dan jaringan saluran
genital.

20
Eliminasi : Kuinolon diekskresikan dari tubuh melalui
jalur eliminasi renal dan non-renal.Obat yang tidak
mengalami perubahan (unchanged drug) dalam konsentrasi
tinggi dapat ditemukan pada urin, cairan empedu, dan feses.
Analisis terhadap kuinolon generasi ketiga menunjukkan
bahwa beberapa agen memiliki tingkat eliminasi unchanged
drug mencapai 60%, misalnya levofloxacin dan
clinafloxacin (Mehlhorn dan Brown, 2007).
Farmakodinamika :
Kuinolon bekerja dengan cara menghambat replikasi dan
transkripsi DNA bakteri, yang akhirnya menyebabkan
kematian sel bakteri. Hal tersebut dilakukan baik dengan
cara menghambat aktivitas DNA gyrase, suatu enzim
topoisomerase yang berperan dalam hidrolisis adenosin
trifosfat, dan/atau menghambat pelepasan gyrase dari DNA
(Sharma et al., 2009).

Klasifikasi Kuinolon
Generasi Jenis Obat Karakteristik
Pertama Naldixic acid Aktif terhadap beberapa
bakteri gram negatif
Oxolinic acid
Mudah mengikat protein
Pipemidic acid
(high protein bound)
Waktu paruh yang
pendek
Kedua Norfloxacin Protein binding ±50%
Enoxacin Waktu paruh lebih
Ciprofloxacin panjang
Ofloxacin Peningkatan aktivitas
Lomefloxacin terhadap bakteri gram

21
negatif
Ketiga Temafloxacin Aktif terhadap bakteri
Sparafloxacin gram negatif
Grepafloxacin Aktif terhadap bakteri
gram positif
Keempat Temafloxacin Peningkatan aktivitas,
Trovaflocain baik pada bakteri gram
Moxifloxacin positif maupun negatif
Gatifloxacin Aktif terhadap bakteri
anaerob dan bakteri
atipikal

2. Fluorokuinolon
Golongan fluorokuinolon meliputi norfloksasin,
siprofloksasin, ofloksasin, moksifloksasin, pefloksasin,
levofloksasin, dan lain-lain. Fluorokuinolon bisa digunakan
untuk infeksi yang disebabkan oleh Gonokokus, Shigella, E.
coli, Salmonella, Haemophilus, Moraxella catarrhalis serta
Enterobacteriaceae dan P. Aeruginosa

22
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Obat-obat antibiotik dapat digolongkan berdasarkan spektrum,
bakteristatik/bakteriosida, dan berdasarkan mekanisme kerja. Adapaun
antibiotik yang berdasarkan mekanisme kerjanya :
1. Menghambat sintesis dinding sel
beta laktam : penicillin, cephalosporin, carbapenen, monobactam
Polipeptida : Bacitracin, Vancomicin
2. Menghambat sintesis protein : Aminoglikosida, tetracyclin, makrolida,
Clindamicyin
3. Antagonis Asam folat : Sulfonamid dan trimetropin
4. Mempengaruhi sintesis / metabolismeasam nukleat : Quinolon,
florokuinolon
3.2. Kritik dan Saran
Diharapkan kepada para pembaca dapat memberikan kritik dan saran dalam
pembuatan makalah ini. Supaya dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat
lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007. Farmakologi dan Terapi


Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI.

Lacy MK et al., 1999. Pharmacodynamic comparisons of levofloxacin,


ciprofloxacin, and ampicillin against Streptococcus pneumoniae in an in
vitro model infection. Antimicrobial Agents and Chemotherapy, Mar. p,
672-677.

Mehlhorn AJ dan Brown DA, 2007. ‘Safety concerns with fluoroquinolones’, Ann
Pharmacother Vol.41, hlm.1859-1866.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi Kelima, Penerbit ITB, Bandung Basic
Pharmacology & Drug Notes Edisi 2017

Mycek, M.J., Harvey R.A, Champe, P.C., and Fisher, B.D., 2001. Farmakologi
Ulasan Bergambar (Terjemahan), Jakarta: Widya Medaka.

Sharma M, et al. (2009) Curcumin modulates efflux mediated by yeast ABC


multidrug transporters and is synergistic with antifungals. Antimicrob
Agents Chemother 53(8):3256-65

Tanimura H, Uchiyama K, dan Kashiwagi H. (1995) ‘Gallbladder tissue


concentrations, biliary excretion and pharmacokinetics of OPC-17116’,
DrugsVol.49(Suppl 2), hlm. 341-343.

24

Anda mungkin juga menyukai